Salah satu upayanya adalah meningkatkan secara optimal kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran melalui Model atau strategi kegiatan belajar mengajar agar dapat
menciptakan belajar aktif dapat berlangsung menyenangkan. Penggunaan Model yang bervariasi
dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, diantaranya adalah menggunakan
Model Cooperative Learning. Dalam menerapkan pembelajaran Cooperatif Learning ada beberapa
teknik diantaranya yaitu teknik Duti Duta( Dua Tinggal Dua Tamu). Dalam teknik Duti Duta
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. Setelah selesai dua orang dari masing
masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing masing bertamu kedua kelompok
yang lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka, Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, dan kelompok mencocokkan dan membahas hasil
kerja mereka.
Dari uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn
materi menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang ? 2) Apakah
Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi
menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang?. Adapun tujuan
penelitian ini adalah: 1) Melalui penggunaan Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat
meningkatkan aktivitas belajar PKn materi menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI
SD 2 Tanjung Karang, 2) Melalui penggunaan Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat
meningkatkan hasil belajar PKn materi menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI SD 2
Tanjung Karang. Manfaat dalam penelitian ini pada siswa adalah meningkatnya aktivitas belajar
siswa, meningkatntnya hasil belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Aktivitas merupakan kerja atau kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam
perusahaan. Bagi siswa aktivitas di sekolah adalah mengarahkan, mendorong, dan membangkitkan
potensi yang ada dalam berbagai pekerjaan atau permainan yang mereka sukai,yang mendorong
agar kepribadian mereka dapat berkembang sesuai dengan tahapan, membangkitkan gairah dan
optimism serta memenuhi akan kebutuhan eksistensi mereka. Menurut Sudjana (1989:5)
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengetahuan,sikap dan tingkah laku,ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Menurut
Sudjana (1989:22) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. secara garis besar klasifikasi hasil belajar membagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Berdasarkan hasil
penelitian para ahli pendidikan persentase anak dalam belajar akan memperoleh hasil belajar hanya
10 % dari apa yang didengar, 20 % dari apa yang dibaca, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa
yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang dikatakan dan 90 % dari apa yang dikatakan dan
dilakukan. Dari hasil penelitian tersebut guru agar bisa menentukan Model yang tepat sesuai
dengan karakter mata pelajaran.
Menurut Djamarah (2010:26) Penggunaan model, metode, pendekatan belajar mengajar dan
orientasi belajar menyebabkan aktivitas belajar setiap siswa berbeda-beda. Ketidaksamaan aktivitas
belajar siswa melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas belajar yang rendah
sampai aktivitas belajar yang tinggi. Menurut Lie (2004:4) mengatakan pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model Cooperative Learning lebih menitikberatkan pada peran siswa lebih aktif dalam berinteraksi
sosial, sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa . Model pembelajaran diartikan sebagai
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran konstruktivistik (Suparno, 2007:63). Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang harus
diterapkan dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Model Cooperative Learning memiliki
beberapa teknik pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah teknik Duti Duta. Menurut Lie
(2004:61). Teknik ini bisa digunakan untuk berbagai bidang mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik. Struktur Duti Duta memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang
diwarnai dengan kegiatan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan kerja
sama pekerjaan siswa yang lain , Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan
kerja manusia saling beregantung satu dengan yang lainnya. Adapun caranya sebagai berikut 1)
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa 2) Seteleh selesai dua orang dari
masing masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing masing bertamu ke dua
kelompok yang lain 3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dengan informasi mereka ke tamu mereka 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain 5) Kelompok mencocokkan dan
membahas hasil hasil kerja mereka.
Bentuk data ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data hasil belajar
siswa merupakan data kuantitatif. Data aktivitas siswa adalah data kualitatif. Banyaknya data ada 6
macam yaitu (1) Jurnal refleksi kondisi awal; (2) data hasil belajar siswa kondisi awal; (3) data
aktivitas siswa siklus 1; (4) data hasil belajar siswa siklus 1; (5) data aktivitas siswa siklus 2; (6)
data hasil belajar siswa siklus 2. Sumber data dari siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang semester 1
tahun 2017/ 2018 sebagai sumber utama penelitian tindakan kelas.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik non tes dan tes.
Teknik non tes digunakan untuk mengamati proses selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung
sehingga dapat diketahui peningkatan proses belajar siswa .Dalam proses pengamatan dilakukan
observasi. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
aktivitas siswa dalam pembelajaran serta mengamati kerja siswa dengan kelompoknya dalam hal
memperhatikan penjelasan guru, aktif berdiskusi mengerjakan LK, aktif memberi penjelasan tamu
yang datang, aktif bertanya materi yang belum jelas, keberanian mengeluarkan pendapat ketika ada
yang bertanya, mencatat materi yang penting. Hasil observasi aktivitas belajar siswa ditulis dalam
lembar pengamatan yang telah disediakan, dengan memberi skor 1-3 yang dibantu oleh kolaborator
sebagai teman sejawat pada siklus 1 dan 2.
Teknik tes dilaksanakan dengan mengerjakan butir soal berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan PKn materi menghargai nilai-nilau juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara, pada lembar soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Indikator penilaian tes meliputi
ketepatan jawaban mengerjakan tes. Alat pengumpul data aktivitas belajar siswa pada kondisi awal,
berupa catatan junal refleksi, sedangkan aktivitas belajar siswa siklus 1 dan 2 berupa lembar
observasi. Alat pengumpul data hasil belajar siswa adalah daftar nilai kondisi awal, daftar nilai
siklus 1 dan daftar nilai siklus 2. Validasi diperlukan supaya diperoleh data yang valid. Validasi
dapat diperoleh melalui Data aktivitas belajar siswa yang berupa lembar abservasi agar valid maka
divalidasi dengan bantuan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai kolaborator dan Data hasil
belajar siswa yang berupa butir soal supaya valid maka divalidasi dengan mmembuat kisi-kisi soal
Untuk menganalisa data aktivitas belajar menggunakan teknik kualitatif dengan menganalisa
aktivitas belajar kondisi awal, aktivitas belajar siklus1, aktivitas belajar siklus 2 dengan cara
deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif yaitu membandingkan rata-
rata aktivitas belajar siswa kondisi awal dengan rata-rata siklus 1, membandingkan rata-rata
aktivitas belajar siklus 1 dengan siklus 2, dan menbandingkan rata-rata aktivitas belajar kondisi
awal dengan kondisi akhir. Refleksi yaitu membuat ulasan dan simpulan pada tiap siklus yang
digunakan untuk menentukan perlu tidaknya siklus berikutnya. Kualifikasi aktivitas siswa dapat
dilihat pada table di bawah ini
Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam rancangan penelitian ini adalah
meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang mata pelajaran PKn
semester 1 tahun 2017/ 2018 . Indikatornya dapat direfleksikan sebagai berikut: 1) Aktivitas belajar
siswa mendapat rata-rata skor > 66,7 pada kondisi akhir. 2) Hasil belajar apabila siswa memperoleh
rata-rata nilai > 70 pada kondisi akhir
Hasil belajar pada kondisi awal menunjukan nilai rata-rata kelas 52,5, nilai tertinggi yang
diperoleh anak 80, nilai terendah 20, ketuntasan belajar anak baru mencapai 25% atau baru 3 anak
yang tuntas, anak yang belum tuntas 75% atau 9 anak yang belum tuntas. Dari hasil tabel diatas
memperlihatkan hasil yang tidak memuaskan, karena KKM hasil belajar yang diharapakan adalah
rata-rata kelas 70. Hasil belajar kondisi awal dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut
Dari diagram di atas nilai hasil belajar tertinggi dan terendah perbedaanya sangat mencolok,
ketuntasan kelas masih rendah. Masalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil
belajar PKn. Hal ini dikarenakan karena guru terlalu asyik mengajarkan PKn kepada siswa dengan
ceramah dan LKS saja. Beberapa kegiatan pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan
menggunakan alat peraga yang tersedia di kelas, dengan Lembar Kerja yang menuntun siswa untuk
mengisi lembar Kerja yang di beli. Perlu keberanian dari seorang guru untuk mencoba membuat
Lembar Kerja sendiri dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah. Model
Cooperative Learning teknik Duti Duta mengakomodasi semua kebutuhan tersebut yang
memungkinkan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.
Hasil obsrvasi aktivitas siswa siklus I menunjukan jumlah skor dalam satu kelas mencapai
10 dari skor maksimal 18, sedangkan rata-rata mencapai 55,5( kategori cukup). Hal ini dikarenakan
pada indikator menjelaskan tamu yang datang anak masih malu-malu sehingga skornya hanya
1(kurang), begitu juga pada indikator bertanya materi yang belum jelas, keberanian berpendapat
ketika ada yang bertanya juga anak belum terlihat aktif. Sedangkan pada indikator memperhatikan
penjelasan guru, mengerjakan lembar kerja, mencatat materi yang penting mendapat nilai kategori
cukup. Dari tabel di atas dapat disajikan diagram di bawah ini
B 40 SIKLUS I
A
N 30
Y
A 20
K
10
10
0
JUMLAH SKOR RERATA
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemanfaatan model Cooperative Learning teknik Duti
Duta ternyata berdampak pada aktivitas belajar PKn. Model Cooperative Learning teknik Duti Duta
mampu meningkatkan aktivitas belajarpeserta didik karena dalam tahapan-tahapan pembelajaran
dapat mengaktifkan seluruh aktivitas peserta didik. Berikut diuraikan beberapa temuan tentang hasil
pengamatan aktivitas peserta didik dikaitkan dengan aspek dalam model Cooperative Learning
teknik Duti Duta. 1) Memperhatikan penjelasan guru, siswa diam dan mendengarkan ketika guru
menjelaskan tentang tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan petunjuk mempraktikan model
Cooperatif Learning teknik Duti Duta. Dalam kenyataanya masih ada siswa yang belum
sepenuhnya memperhatiakan penjelasan guru, siswa masih berbicara dengan teman sebelahnya,
atau masih asyik main dengan alat maianan yang dibawa dari rumah, akibatnya siswa tidak paham
materi dan bingung ketika ada aba-aba untuk bertamu ke kelompok lain. 2) Aktif mengerjakan
lembar kerja. Harapan yang ingin dicapai indikator aktif mengerjakan lembar kerja adalah setiap
siswa dalam kelompoknya ikut aktif mengerjakan lembar kerja dengan mengambil salah satu peran
dalam kerja kelompok, misal sebagai penulis, mencari materi untuk menjawab lembar kerja yang
tersedia. Namun masih ada siswa yang masih pasif dan tidak ambil satu peranpun, malah
mengganggu teman yang sedang mengerjakan tugas. 3) Aktif menjelaskan tamu yang datang.
Indikator aktif menjekaskan tamu yang datang harapanya siswa yang bertugas berjaga di
kelompoknya melayani tamu yang datang dengan memberi informasi yang diinginkan dari tamu,
kenyataanya masih ada yang bingung dan tertawa-tawa karena tidak paham apa yang akan
dilakukan. 4) Aktif bertanya materi yang belum jelas. Ketika ada materi yang belum jelas supaya
bertanya, supaya kalau mengerjakan soal ulangan tidak mengalami kesulitan, namun masih takut
dan malu-malu bertanya akibatnya ketika ulangan mendapat nilai yang kurang memuaskan. 5)
Keberanian berpendapat ketika ada yang bertanya. Indikator ini butuh nyali yang tinggi karena tidak
semua anak berani berpendapat, kenyataanya yang berani berpendapat adalah siswa siswa yang
pintar-pintar, sedangkan siswa yang kategori cukupan tidak berani berpendapat karena malu kalau
pendapatnya disalahkan. 6) Mencatat materi yang penting. Indikator mencatat materi yang penting
ini kelihatanya mudah, namun kenyatannya masih ada siswa yang catatanya kurang lengkap, karena
menulisnya lambat dan keburu dihapus tulisan di papan tulis.
Hasil belajar siswa siklus I terlihat rata-rata kelas 69.2, nilai tertinggi yang diperoleh anak
90, nilai terendah 50, ketuntasan belajar anak baru mencapai 58% atau baru 7 anak yang tuntas,
anak yang belum tuntas 42% atau 5 anak yang belum tuntas. Dari hasil tabel diatas memperlihatkan
hasil belajar ada kenaikan yang signifikan, tapi masih kurang dari harapan, karena KKM hasil
belajar yang diharapkan adalah 70. Dari tabel diatas dapat disajikan dalam diagram di bawah
Hasil pengamatan aktivitas siswa dari siklus I sampai kondisi akhir (siklus 2) diamati dengan
lembar observasi aktivitas siswa. Beberapa aktivitas siswa tersebut saat diamati pada siklus 1 dan
siklus 2 menunjukkan peningkatan. Adapun hasil peningkatan aktivitas belajar PKn dari siklus 1
dan siklus 2 tampak pada diagram berikut
DIAGRAM REKAP OBSERVASI AKTIVITAS
SISWA SIKLUS I DAN II
100
90 86.1
80
B 70 JUMLAH SKOR
A 60 55.5 RERATA
N 50
Y 40
A 30
K 20 15.5
10
10
0
SIKLUS I SIKLUS II
Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik ydalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka
Cipta.
Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning. Jakarta. Gramedia.
Sudjana, Nana .1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika: Kontrutivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
----- 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas Balai Pustaka.