Anda di halaman 1dari 12

DUTI DUTA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATERI MENGHARGAI NILAI JUANG PAHLAWAN


DI SD 2 TAJUNG KARANG
Kuswari, SD 2 Tanjung Karang, kuswari64199@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan model Cooperative Learning teknik Duti Duta
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi menghargai nilai juang
pahlawan pada siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi yang dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, serta refleksi. Jenis data yang digunakan berupa data kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penelitian yang diperoleh berupa hasil tes dan non tes. Teknik pengambilan data meliputi
teknik tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pertama aktivitas belajar siswa memperoleh skor 10 dan rata-rata klasikal
55,5(kategori cukup). Pada siklus II mengalami kenaikan skornya menjadi 15,5 rata-rata klasikal
86,1(kategori baik). Kedua hasil belajar rata-rata klasikal memperoleh 52,5 pada kondisi awal, naik menjadi
69,2 pada siklus I, dan naik signifikan menjadi 81,7 pada siklus II. Hal ini melampui dari KKM yang
ditetapkan 70. Simpulan dari penelitian ini yaitu, Melalui penerapan model Cooperative Learning Teknik
Dutu Duta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn materi menghargai nilai juang pahlawan pada
siswa Kelas VI SD 2 Tanjung Karang.

Kata kunci: Aktivitas Belajar, Duti Duta, Hasil Belajar


PENDAHULUAN
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada KD 1.1.
mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
menunjukan hasil yang rendah. Buktinya dari 12 siswa yang mengikuti evaluasi belajar PKn yang
telah mencapai batas tuntas hanya 3 siswa atau 25 % dan yang belum tuntas 9 siswa atau 75 %, nilai
rata-rata 52,5. Sedangkan batas rata-rata kelas yang ditentukan adalah KKMnya 70. Dalam upaya
meningkatan mutu pendidikan yang didalamnya termasuk peningkatan prestasi hasil belajar siswa
diperlukan adanya pembinaan professional guru di sekolah guna penyelarasan kualitas dan
kesesuaian program pendidikan baik itu kesesuaian bahan maupun cara/ model pembelajaran sesuai
dengan tuntutan kebutuhan siswa masyarakat maupun pemerintah.

Salah satu upayanya adalah meningkatkan secara optimal kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran melalui Model atau strategi kegiatan belajar mengajar agar dapat
menciptakan belajar aktif dapat berlangsung menyenangkan. Penggunaan Model yang bervariasi
dapat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa, diantaranya adalah menggunakan
Model Cooperative Learning. Dalam menerapkan pembelajaran Cooperatif Learning ada beberapa
teknik diantaranya yaitu teknik Duti Duta( Dua Tinggal Dua Tamu). Dalam teknik Duti Duta
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. Setelah selesai dua orang dari masing
masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing masing bertamu kedua kelompok
yang lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka, Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, dan kelompok mencocokkan dan membahas hasil
kerja mereka.

Dari uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn
materi menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang ? 2) Apakah
Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi
menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang?. Adapun tujuan
penelitian ini adalah: 1) Melalui penggunaan Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat
meningkatkan aktivitas belajar PKn materi menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI
SD 2 Tanjung Karang, 2) Melalui penggunaan Model Cooperative Learning teknik Duti Duta dapat
meningkatkan hasil belajar PKn materi menghargai nilai juang pahlawan pada siswa kelas VI SD 2
Tanjung Karang. Manfaat dalam penelitian ini pada siswa adalah meningkatnya aktivitas belajar
siswa, meningkatntnya hasil belajar siswa.

KAJIAN PUSTAKA

Aktivitas merupakan kerja atau kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam
perusahaan. Bagi siswa aktivitas di sekolah adalah mengarahkan, mendorong, dan membangkitkan
potensi yang ada dalam berbagai pekerjaan atau permainan yang mereka sukai,yang mendorong
agar kepribadian mereka dapat berkembang sesuai dengan tahapan, membangkitkan gairah dan
optimism serta memenuhi akan kebutuhan eksistensi mereka. Menurut Sudjana (1989:5)
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti perubahan pengetahuan,sikap dan tingkah laku,ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Menurut
Sudjana (1989:22) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. secara garis besar klasifikasi hasil belajar membagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Berdasarkan hasil
penelitian para ahli pendidikan persentase anak dalam belajar akan memperoleh hasil belajar hanya
10 % dari apa yang didengar, 20 % dari apa yang dibaca, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa
yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang dikatakan dan 90 % dari apa yang dikatakan dan
dilakukan. Dari hasil penelitian tersebut guru agar bisa menentukan Model yang tepat sesuai
dengan karakter mata pelajaran.
Menurut Djamarah (2010:26) Penggunaan model, metode, pendekatan belajar mengajar dan
orientasi belajar menyebabkan aktivitas belajar setiap siswa berbeda-beda. Ketidaksamaan aktivitas
belajar siswa melahirkan kadar aktivitas belajar yang bergerak dari aktivitas belajar yang rendah
sampai aktivitas belajar yang tinggi. Menurut Lie (2004:4) mengatakan pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model Cooperative Learning lebih menitikberatkan pada peran siswa lebih aktif dalam berinteraksi
sosial, sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa . Model pembelajaran diartikan sebagai
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran konstruktivistik (Suparno, 2007:63). Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang harus
diterapkan dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Model Cooperative Learning memiliki
beberapa teknik pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah teknik Duti Duta. Menurut Lie
(2004:61). Teknik ini bisa digunakan untuk berbagai bidang mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik. Struktur Duti Duta memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang
diwarnai dengan kegiatan kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan kerja
sama pekerjaan siswa yang lain , Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan
kerja manusia saling beregantung satu dengan yang lainnya. Adapun caranya sebagai berikut 1)
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa 2) Seteleh selesai dua orang dari
masing masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing masing bertamu ke dua
kelompok yang lain 3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dengan informasi mereka ke tamu mereka 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain 5) Kelompok mencocokkan dan
membahas hasil hasil kerja mereka.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerapan Model Coopertif Learning dapat


meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Penelitian yang dilakukan Mustfofa tahun 2012 yang
berjudul”Pembelajaran Fisika dengan Cooperative Learning tipe Jigsaw untuk Mengoptimalkan
Aktivitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-6 SMA MTA Surakarta”. Berlatar belakang
penggunaan metode yang konvesional satu arah, kurang optimalnya perhatian dan aktivitas belajar
fisika, kurangnya penggunaan media pembelajaran. Maka penelitin Musthofa bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas belajar fisika. Dari data yang dikumpulkan menunjukan hasil rata rata
aktivitas belajar siswa dari 12,5% pada kondisi awal naik menjadi 84,3% pada kondisi akhir.
Mahmud dkk pada tahun 2014 melakukan penelitian yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Pembelajaran PKn melalui Pendekatan Pembelajaran Cooperatif tipe STAD Kelas IV
SD Inpres Koyoan”. Pada hasil penelitian yang dilakukan menunjukan adanya peningkatan bertahap
secara siklus. Pada pelaksanaan siklus I, didapatkan ketuntasan belajar klasikal sebesar 52,38% dan
daya serap klasikal sebesar 65,71% serta persentase nilai rata-rata 65. Pada siklus II, ketuntasan
belajar klasikal sebesar 90,47% serta daya serap kalsikal sebesar 91,17% serta persentase nilai rata-
rata 91. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pembelajaran PKn melalui
pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di
SD Inpres Koyoan Kecamatan Nambo.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan selama 4 bulan pada awal semester satu, tahun pelajaran 2017/2018
yaitu dari bulan Agustus sampai bulan November 2017. Bulan Agustus 2017 digunakan untuk
menyusun proposal dan menyusun instrumen. Pengumpulan data siklus 1 dan 2 dilaksanakan bulan
september 2017. Analisis data dan pembahasan dilaksanakan bulan Oktober 2017. Penulisan
laporan dilaksanakan bulan November 2017. Dengan alasan bahwa PTK ini dilakukan untuk jangka
waktu 1 semester. Oleh karena itu waktu yang di ambil pada awal semester supaya ada waktu yang
cukup untuk diadakan tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VI SD 2
Tanjung Karang semester 1 tahun pelajaran 2017/ 2018. Dengan alasan Peneliti sebagai guru kelas
VI karena hasil pelajaran tersebut nilainya sangat rendah. Subyek penelitian tindakan kelas ini
menggunakan siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus tahun
pelajaran 2017/ 2018. dengan jumlah 12 siswa terdiri dari 8 laki-laki dan 4 perempuan. Obyek
penelitian ini adalah aktivitas belajar PKn, hasil belajar PKn, dan penggunaan model Cooperatif
Learning teknik Duti Duta.

Bentuk data ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data hasil belajar
siswa merupakan data kuantitatif. Data aktivitas siswa adalah data kualitatif. Banyaknya data ada 6
macam yaitu (1) Jurnal refleksi kondisi awal; (2) data hasil belajar siswa kondisi awal; (3) data
aktivitas siswa siklus 1; (4) data hasil belajar siswa siklus 1; (5) data aktivitas siswa siklus 2; (6)
data hasil belajar siswa siklus 2. Sumber data dari siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang semester 1
tahun 2017/ 2018 sebagai sumber utama penelitian tindakan kelas.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik non tes dan tes.
Teknik non tes digunakan untuk mengamati proses selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung
sehingga dapat diketahui peningkatan proses belajar siswa .Dalam proses pengamatan dilakukan
observasi. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui
aktivitas siswa dalam pembelajaran serta mengamati kerja siswa dengan kelompoknya dalam hal
memperhatikan penjelasan guru, aktif berdiskusi mengerjakan LK, aktif memberi penjelasan tamu
yang datang, aktif bertanya materi yang belum jelas, keberanian mengeluarkan pendapat ketika ada
yang bertanya, mencatat materi yang penting. Hasil observasi aktivitas belajar siswa ditulis dalam
lembar pengamatan yang telah disediakan, dengan memberi skor 1-3 yang dibantu oleh kolaborator
sebagai teman sejawat pada siklus 1 dan 2.

Teknik tes dilaksanakan dengan mengerjakan butir soal berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan PKn materi menghargai nilai-nilau juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara, pada lembar soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Indikator penilaian tes meliputi
ketepatan jawaban mengerjakan tes. Alat pengumpul data aktivitas belajar siswa pada kondisi awal,
berupa catatan junal refleksi, sedangkan aktivitas belajar siswa siklus 1 dan 2 berupa lembar
observasi. Alat pengumpul data hasil belajar siswa adalah daftar nilai kondisi awal, daftar nilai
siklus 1 dan daftar nilai siklus 2. Validasi diperlukan supaya diperoleh data yang valid. Validasi
dapat diperoleh melalui Data aktivitas belajar siswa yang berupa lembar abservasi agar valid maka
divalidasi dengan bantuan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai kolaborator dan Data hasil
belajar siswa yang berupa butir soal supaya valid maka divalidasi dengan mmembuat kisi-kisi soal

Untuk menganalisa data aktivitas belajar menggunakan teknik kualitatif dengan menganalisa
aktivitas belajar kondisi awal, aktivitas belajar siklus1, aktivitas belajar siklus 2 dengan cara
deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif yaitu membandingkan rata-
rata aktivitas belajar siswa kondisi awal dengan rata-rata siklus 1, membandingkan rata-rata
aktivitas belajar siklus 1 dengan siklus 2, dan menbandingkan rata-rata aktivitas belajar kondisi
awal dengan kondisi akhir. Refleksi yaitu membuat ulasan dan simpulan pada tiap siklus yang
digunakan untuk menentukan perlu tidaknya siklus berikutnya. Kualifikasi aktivitas siswa dapat
dilihat pada table di bawah ini

Tabel 3.1. Analisa data aktivitas belajar siswa

No Kualifikasi Rata-rata skor


1 Baik 66,7-100
2 Cukup 33,4-66,6
3 Kurang 8,33-33,3
Teknik yang digunakan untuk menganalisa data hasil belajar siswa adalah dengan dekriptif
komparatif yaitu membandingkang data hasil belajar kondisi awal dengan siklus1, membandingkan
data hasil belajar siklus 1 dengan siklus 2, dan membandingkan data hasil belajar kondisi awal
dengan kondisi akhir. Refleksi dibuat untuk menyimpulkan dan memberi ulasan perlu tidaknya
siklus berikutnya.

Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam rancangan penelitian ini adalah
meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD 2 Tanjung Karang mata pelajaran PKn
semester 1 tahun 2017/ 2018 . Indikatornya dapat direfleksikan sebagai berikut: 1) Aktivitas belajar
siswa mendapat rata-rata skor > 66,7 pada kondisi akhir. 2) Hasil belajar apabila siswa memperoleh
rata-rata nilai > 70 pada kondisi akhir

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar pada kondisi awal menunjukan nilai rata-rata kelas 52,5, nilai tertinggi yang
diperoleh anak 80, nilai terendah 20, ketuntasan belajar anak baru mencapai 25% atau baru 3 anak
yang tuntas, anak yang belum tuntas 75% atau 9 anak yang belum tuntas. Dari hasil tabel diatas
memperlihatkan hasil yang tidak memuaskan, karena KKM hasil belajar yang diharapakan adalah
rata-rata kelas 70. Hasil belajar kondisi awal dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut

DIAGRAM HASIL BELAJAR KONDISI AWAL


90 80
80
70
60 52.5
50
B 40
A 30 25 KONDISI AWAL
N 20
Y 20
A 10
K 0
I
TA GG
H AN
RA IT N NDA AS
RE E T
ER ER TU
N
IT IT E
LA LA K
NI NI

Gambar 4. Diagram hasil belajar kondisi awal

Dari diagram di atas nilai hasil belajar tertinggi dan terendah perbedaanya sangat mencolok,
ketuntasan kelas masih rendah. Masalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil
belajar PKn. Hal ini dikarenakan karena guru terlalu asyik mengajarkan PKn kepada siswa dengan
ceramah dan LKS saja. Beberapa kegiatan pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan
menggunakan alat peraga yang tersedia di kelas, dengan Lembar Kerja yang menuntun siswa untuk
mengisi lembar Kerja yang di beli. Perlu keberanian dari seorang guru untuk mencoba membuat
Lembar Kerja sendiri dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah. Model
Cooperative Learning teknik Duti Duta mengakomodasi semua kebutuhan tersebut yang
memungkinkan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

Hasil obsrvasi aktivitas siswa siklus I menunjukan jumlah skor dalam satu kelas mencapai
10 dari skor maksimal 18, sedangkan rata-rata mencapai 55,5( kategori cukup). Hal ini dikarenakan
pada indikator menjelaskan tamu yang datang anak masih malu-malu sehingga skornya hanya
1(kurang), begitu juga pada indikator bertanya materi yang belum jelas, keberanian berpendapat
ketika ada yang bertanya juga anak belum terlihat aktif. Sedangkan pada indikator memperhatikan
penjelasan guru, mengerjakan lembar kerja, mencatat materi yang penting mendapat nilai kategori
cukup. Dari tabel di atas dapat disajikan diagram di bawah ini

DIAGRAM HASIL OBSERVASI AKTIVITAS


SISWA SIKLUS I
60 55.5
50

B 40 SIKLUS I
A
N 30
Y
A 20
K
10
10

0
JUMLAH SKOR RERATA

Gambar 4.1. Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemanfaatan model Cooperative Learning teknik Duti
Duta ternyata berdampak pada aktivitas belajar PKn. Model Cooperative Learning teknik Duti Duta
mampu meningkatkan aktivitas belajarpeserta didik karena dalam tahapan-tahapan pembelajaran
dapat mengaktifkan seluruh aktivitas peserta didik. Berikut diuraikan beberapa temuan tentang hasil
pengamatan aktivitas peserta didik dikaitkan dengan aspek dalam model Cooperative Learning
teknik Duti Duta. 1) Memperhatikan penjelasan guru, siswa diam dan mendengarkan ketika guru
menjelaskan tentang tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan petunjuk mempraktikan model
Cooperatif Learning teknik Duti Duta. Dalam kenyataanya masih ada siswa yang belum
sepenuhnya memperhatiakan penjelasan guru, siswa masih berbicara dengan teman sebelahnya,
atau masih asyik main dengan alat maianan yang dibawa dari rumah, akibatnya siswa tidak paham
materi dan bingung ketika ada aba-aba untuk bertamu ke kelompok lain. 2) Aktif mengerjakan
lembar kerja. Harapan yang ingin dicapai indikator aktif mengerjakan lembar kerja adalah setiap
siswa dalam kelompoknya ikut aktif mengerjakan lembar kerja dengan mengambil salah satu peran
dalam kerja kelompok, misal sebagai penulis, mencari materi untuk menjawab lembar kerja yang
tersedia. Namun masih ada siswa yang masih pasif dan tidak ambil satu peranpun, malah
mengganggu teman yang sedang mengerjakan tugas. 3) Aktif menjelaskan tamu yang datang.
Indikator aktif menjekaskan tamu yang datang harapanya siswa yang bertugas berjaga di
kelompoknya melayani tamu yang datang dengan memberi informasi yang diinginkan dari tamu,
kenyataanya masih ada yang bingung dan tertawa-tawa karena tidak paham apa yang akan
dilakukan. 4) Aktif bertanya materi yang belum jelas. Ketika ada materi yang belum jelas supaya
bertanya, supaya kalau mengerjakan soal ulangan tidak mengalami kesulitan, namun masih takut
dan malu-malu bertanya akibatnya ketika ulangan mendapat nilai yang kurang memuaskan. 5)
Keberanian berpendapat ketika ada yang bertanya. Indikator ini butuh nyali yang tinggi karena tidak
semua anak berani berpendapat, kenyataanya yang berani berpendapat adalah siswa siswa yang
pintar-pintar, sedangkan siswa yang kategori cukupan tidak berani berpendapat karena malu kalau
pendapatnya disalahkan. 6) Mencatat materi yang penting. Indikator mencatat materi yang penting
ini kelihatanya mudah, namun kenyatannya masih ada siswa yang catatanya kurang lengkap, karena
menulisnya lambat dan keburu dihapus tulisan di papan tulis.

Hasil belajar siswa siklus I terlihat rata-rata kelas 69.2, nilai tertinggi yang diperoleh anak
90, nilai terendah 50, ketuntasan belajar anak baru mencapai 58% atau baru 7 anak yang tuntas,
anak yang belum tuntas 42% atau 5 anak yang belum tuntas. Dari hasil tabel diatas memperlihatkan
hasil belajar ada kenaikan yang signifikan, tapi masih kurang dari harapan, karena KKM hasil
belajar yang diharapkan adalah 70. Dari tabel diatas dapat disajikan dalam diagram di bawah

DIAGRAM HASIL BELAJAR SIKLUS I


100 90
80 69.2
50 58
60
B 40
A 20 SIKLUS I
N 0
Y
A I
A
AT GG DAH SA
N
K R IT N EN A
RE ER
T
IT TER TUN
I E
LA LA K
NI NI
Gambar 4.2. Diagram Hasil Belajar Siklus 1

Hasil pengamatan aktivitas siswa dari siklus I sampai kondisi akhir (siklus 2) diamati dengan
lembar observasi aktivitas siswa. Beberapa aktivitas siswa tersebut saat diamati pada siklus 1 dan
siklus 2 menunjukkan peningkatan. Adapun hasil peningkatan aktivitas belajar PKn dari siklus 1
dan siklus 2 tampak pada diagram berikut
DIAGRAM REKAP OBSERVASI AKTIVITAS
SISWA SIKLUS I DAN II
100
90 86.1
80
B 70 JUMLAH SKOR
A 60 55.5 RERATA
N 50
Y 40
A 30
K 20 15.5
10
10
0
SIKLUS I SIKLUS II

Gambar 4.7. Diagram rekap observasi Aktivitas siswa siklus I dan II


Dari diagram di atas terlihat perkembangan perolehan data aktivitas siswa pada jumlah skor
dan rerata dari sikkus I sampai siklus II mengalami kenaikan yang signifikan, jumlah skor siklus I
memperoleh 10 naik menjadi 15,5 pada siklus II, begitu juga rerata kelas pada siklus I memperoleh
55,5(kategori cukup) naik signifikan menjadi 86,1(kategori baik) pada siklus II. Hal ini karena pada
indikator aktif menjelaskan tamu yang datang, yang tadinya siswa masih malu-malu pada siklus I,
sudah berani dan tidak canggung ketika ada tamu yang minta konfirmasi jawaban LKS, anak sudah
menikmati dan santai melayani tamu, pada indikator keberanian berpendapat ketika ada yang
bertanya, yang tadinya anak kebanyakan diam, mengalami kemajuan skornya pada siklus II, anak
terlihat antusias memberi pendapat ketika ada siswa atau guru bertanya.
Hasil belajar dari kondisi awal sampai siklus II dapat disajikan dalam rekapitulasi diagram
di bawah ini

DIAGRAM REKAP HASIL BELAJAR


KONDISI AWAL - SIKLUS II
120
100
100 90
81.7 80 83
80 69.2
60 58 KONDISI AWAL
60 52.5 50
B SIKLUS I
A 40 25 SIKLUS II
N 20
Y 20
A 0
K I
A H N
AT NGG DA SA
R TI N A
RE ER RE NT
I T I TE ETU
LA LA K
NI NI
Gambar 4.8. Diagram Rekap Hasil Belajar Kondisi Awal- Siklus II
Berdasrkan diagram di atas terlihat rata-rata kelas kondisi awal 52.5, pada siklus I 69.2, dan
pada siklus II 81.7. dari data diatas terlihat pada kondisi awal ke siklus I terjadi kenaikan sebesar
16.7 dari siklus I ke siklus II terjadi kenaikan sebesar 12.5. sedangkan dari kondisi awal ke siklus II
terjadi kenaikan signifikan sebesar 29.2. Pada nilai tertinggi yang diperoleh anak dalam
pembelajaran terlihat pada kondisi awal 80, siklus I sebesar 90, da pada siklus II mencapai 100.
Dari data nilai tertinggi yang diparoleh anak antara kondisi awal samapai siklus II terjadi kenaikan
10, sedang dari kondisi awal ke siklus II terjadi kenaiakan sebesar 20. Nilai terendah anak dari tabel
di atas terlihat, pada kondisi awal sebesar 20, siklus I sebesar 50, siklus II sebesar 60. Dari nilai
terendah terjadi peningkatan signifikan dari kondisi awal ke siklus II sebesar 40. Ketuntasan yang
dicapai anak telihat pada tabel kondisi awal sebesar 25%, siklus I 58%, siklus II sebesar 83%.
Ketuntasan yang dicapai anak terjadi peningkatan yang signifikan dari kondisi awal ke siklus II
sebesar 55%. Dari Penjelasan ini dapat penulis jelaskan bahwa antara aktivitas belajar dan hasil
belajar mempunyai kaitan yang cukup besar, rendahnya aktivitas belajar ternyata menghasilkan
ketuntasan belajar yang rendah pula sedangkan semakin tingginya aktivitas belajar berpengaruh
pula pada tingginya nilai hasil belajar secara klasikal.
Dari pembahasan antar siklus diatas sangat relevan dengan teori dari Lie (2004:2-5) bahwa
pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model Cooperative Learning lebih menitikberatkan pada peran siswa lebih
aktif dalam berinteraksi sosial, sehingga proses pembelajaran berpusat pada siswa. Teori ini senada
juga pendapat dari (Suparno, 2007: 63). Yang mengatakan Sistem pengajaran Cooperative Learning
dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Lima unsur pokok yang
harus diterapkan dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif,
belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang
dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Ditegaskan pula keberhasilan belajar dari
kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara individual
maupun secara kelompok. Dalam mengaplikasikan model Cooperative Learning dalam
perkembanganya sudah dipadukan dengan teknik lain, misalnya TTDJ, dan penulis menggunakan
Cooperative Learning teknik Duti Duta.
Dari hasil pelaksanaan dan pembahasan serta relevansi kajian pustaka dengan tindakan
sudah sesuai dengan hipotesis tindakan yaitu Model Cooperative Learning Teknik Duti Duta dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI sd 2 Tanjung Karang. Terbukti rerata
aktivitas siklus I memperoleh 55,5(kategori cukup) naik signifikan menjadi 86,1(kategori baik)
pada siklus II. Hal ini karena pada indikator aktif menjelaskan tamu yang datang, yang tadinya
siswa masih malu-malu pada siklus I, sudah berani dan tidak canggung ketika ada tamu yang minta
konfirmasi jawaban LKS, anak sudah menikmati dan santai melayani tamu, pada indikator
keberanian berpendapat ketika ada yang bertanya, yang tadinya anak kebanyakan diam, mengalami
kemajuan skornya pada siklus II, anak terlihat antusias memberi pendapat ketika ada siswa atau
guru bertanya. Rerata hasil belajar pada kondisi awal 52,5 naik signifikan menjadi 81,7 pada siklus
II, hasil ini tentu berbanding lurus dengan aktivitas siswa yang juga mengalami kenaikan yang
signifikan pada siklus II.
Penutup
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pengamatan, temuan penelitian, dan pembahasan
dalam bab sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat ditarik simpulan bahwa pemanfaatan
Coperative Learning dengan tehnik Duti Duta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI
SD 2 Tanjung Karang. , dimana hasil pengamatan aktivitas belajar siswa setelah direkapitulasi
antara hasil pengamatan dari peneliti dan kolaborator didapat dari kondisi awal sampai siklus -2
menunjukan peningkatan yang signifian. Pemanfaatan metode Coopertive Learning teknik Duti
Duta juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pada kesimpulan-kesimpulan penelitian di atas, peneliti menyarankan


hendaknya Penelitian Tindakan Kelas ini ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran, terutama pada mata pelajaran PKn. Setiap guru hendaknya selalu meningkatkan
kemampuan siswa, dengan mengoptimalkan pemanfaatan model maupun metode yang ada sebagai
teknik pembelajaran sehinga siswa dapat mengembangkan rasa sosialnya. Penggunaan berbagai
model, metode dan bahan terutama yang menyenangkan bagi siswa, mampu meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar yang diharapkan oleh siswa.

Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik ydalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka
Cipta.
Lie, Anita. (2004). Cooperative Learning. Jakarta. Gramedia.

Mahmud Aspan R.H.dkk.2014. ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa padaPembelajaran PKn


melalui Pendekatan Pembelajaran Cooperatif tipe STAD Kelas IV SD Inpres Koyoan”
. Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 55. ISSN: 2338 – 0691

Musthofa Khoirul.2012. ”Pembelajaran Fisika dengan Cooperative Learning tipe


Jigsaw untuk Mengoptimalkan Aktivitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-6 SMA MTA
Surakarta”. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 1 ISSN 2354-614X

Sudjana, Nana .1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika: Kontrutivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
----- 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai