Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI BAGIAN
TUMBUHAN DAN FUNGSINYA DI KELAS IV SD NEGERI KASTURI I
KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

Enwati, 857487139, enwati84@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah kurang tercapai hasil belajar siswa kelas IV khususnya mata
pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dan fungsinya. Peneltian ini merupakan penelitian tindakan
kelas.Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua
tindakan.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 30 siswa, yang terdiri dari 7
siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Teknik yang digunkan dalam pengumpulan data adalah tes
dan observasi serta diperkuat dengan dokumentasi dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Ini ditunjukan dengan adanya
peningkatan hasil tes dari setiap siklus mengalami peningkatan. Siklus I tindakan 1 rata-rata nilai
siswa sebesar 72,5 dengan persentase keberhasilan siswa mencapai 50% dan tindakan 2 mencapai
66,66% dengan rata-rata 76,071. Sedangkan pada siklus II tindakan 1 nilai rata-rata siswa sebesar
80,185 dengan persentase keberhasilan siswa mencapai 80% dan tindakan 2 nilai rata-rata siswa
mencapai 84,64 dengan persentase mencapai 86,66%. Penelitian dikatakan berhasil karena persentase
keberhasilan siswa mencapai Š80%.Kesimpulan penelitian bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

Kata kunci : Model Pembelajaran Tipe STAD, Hasil Belajar, IPA


Pendahuluan
Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi
manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam
sekitar dimana individu itu berada (Awwaliyah & Baharun, 2019). Pendidikan tidak hanya mencakup
pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian
siswa secara menyeluruh sehingga siswa menjadi lebih dewasa (Maiza & Nurhafizah, 2019).
Sehingga, dalam dunia pendidikan bahwa keberhasilan dalam pembelajaran ditentukan dengan
kualitas dan mutu pendidikan, khususnya di sekolah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan keberhasilan siswa dalam mempelajari IPA pada tingkat Sekolah Dasar adalah dengan
cara memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang di maksud adalah dengan
memperbaiki cara mengajar dengan mengggunakan model pembelajaran dan metode yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan tentunya juga tepat dengan materi IPA yang akan diberikan.
Terdapat banyak model dan metode pembelajaran yang dikembangkan para ahli dalam
mengoptimalkan hasil belajar (Priatina, 2018; Siswanto et al., 2018). Akan tetapi, bukan berarti semua
model dan metode pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua
model dan metode cocok untuk setiap materi IPA khususnya materi tumbuhan dan fungsinya di kelas
IV Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, bukan hal mudah bagi guru memilih model dan metode yang sesuai
dengan materi dalam mengajar, karena di dalam setiap kelas dipenuhi oleh kemampuan akademik
siswa yang heterogen (Ayuwanti, 2017; Juliana, 2020). Jika seorang guru mampu memilih model dan
metode pembelajaran sesuai maka siswa yang belajar dengan model pembelajaran yang tepat akan
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun
sikap. Sehingga, seorang guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
inovatif dan menyenangkan yang mampu mengajak siswa untuk memahami materi pelajaran fisika
dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah (Roslina, 2018).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 1 Kasturi Kabupaten Majalengka
bahwa proses pengajaran yang diterapkan pada pembalajaran IPA masih berpusat pada guru dan hanya
diberi konsep tanpa ada proses ilmiah atau tanpa melakukan eksperimen untuk menemukan konsep-
konsep tersebut. Sehingga siswa mengalami kesulitan memahami dan kurang menarik untuk dipelajari
pada materi Tumbuhan dan Fungsinya. Perlu adanya perubahan dalam pembelajaran IPA. Agar
pembelajaran IPA dapat efektif dan kreatif maka guru harus bisa menentukan suatu model, karena
model adalah suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin tepat model
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan semakin efektif pula pencapaian
tujuan pembelajaran. Salah satu model yang cocok diterapkan pada pembelajaran IPA adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang
siswa secara heterogen (Menanti & Rahman, 2018; Sudana & Wesnawa, 2017; Zahro et al., 2018).
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran koperatif
yang berorientasi kepada siswa, dimana dalam pembelajaran ini siswa belajar dan bekerjasama secara
kelompok dengan saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok.). Sehingga
siswa saling beinteraksi dan membantu temannya guna mendapatkan nilai kelompok yang bagus, dan
siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA Materi Bagian Tumbuhan Dan Fungsinya Di Kelas IV SD Negeri Kasturi I Kecamatan Cikijing
Kabupaten Majalengka”. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, peneliti serta
lembaga pendidikan tenaga keguruan yang ingin mengambil kajian yang sama guna meningkatkan
hasil belajar siswa.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah
pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala
sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di
berbagai aspek pembelajaran. Model Kemmis dan Mc. Taggart yang setiap siklus terdiri dari empat
komponen tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dalam suatu
spiral yang saling terkait.
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Berdasarkan definisi
penelitian tindakan kelas yang diberikan beberapa pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap
berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti, sejak didiaknosis, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa
kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,
dilaksanakannya PTK diantarannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran sebagai
bentuk dari perkembangan professional yang diselenggarakan oleh peneliti itu sendiri, yang
dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan di kelas.
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus dan dalam setiap siklusnya terdiri dari empat
komponen. Pada siklus pertama siswa diminta untuk mengerjakan soal mengenai materi
membandingan bagian tumbuhan dan fungsinya untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan.
Apabila dalam siklus pertama hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan indikator keberhasilan, maka
penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya. Namun jika hasil yang didapatkan pada siklus pertama
diperoleh hasil yang sesuai dengan indikator keberhasilan, maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
Tempat penelitian dilaksanakan pada kelas IV di SDN Kasturi I dengan alamat jalan raya
kasturi barat no.31 desa kasturi kecamatan cikijing kabupaten majalengka. Waktu penelitian yaitu
siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 04 Nopember 2022 dan siklus II dilaksanakan pada hari jumat ,
09 Nopember 2022. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kasturi I dengan jumlah
siswa 30 orang. Siswa berjenis kelamin laki-laki berjumlah 7 siswa sedangkan siswa yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 23 siswa. Selain itu subjek penelitian ini juga adalah guru kelas IV SD
Negeri Kasturi I.
Hasil dan Pembahasan
a. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)

Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)merupakan


model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk bekerjasama dengan kelompoknya dalam
menyelesaikan tugas-tugas secara bersama dengan segala kemampuannya. Seperti yang dikemukakan
oleh (Menanti & Rahman, 2018) bahwa “Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-
tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran”. Menurut menyatakan bahwa Student Team Achievement Division (STAD) sangat baik
dilakukan untuk mengenal sejauh mana pengetahuan siswa terhadap suatu materi atau pelajaran
(Rahmawati & Amah, 2018).
Hasil observasi kegiatan guru mengalami peningkatan pada setiap setiap siklus. Pada siklus I
kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung belum maksimal, hal tersebut dapat dilihat
dari beberapa indikator kegiatan guru pada saat pembelajaran tindakan 1 masih belum terlihat
sehingga masih dalam kategori cukup. Sementara tindakan 2 sudah ada peningkatan dari tindakan 1
dimana indikator kegiatan guru mengalami peningkatan. Pada siklus II kegiatan guru bisa dikatakan
lebih baik dari pada siklus I, hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan kegiatan guru setiap
tindakannya. Pada saat proses pembelajaran siklus II indikator kegiatan guru sudah lebih terlihat dari
siklus I. adapun untuk lebih jelasnya peningkatan kegiatan guru dalam pembelajaran disajikan dalam
tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Guru
Siklus I
Tindakan 1 Tindakan 2
48,61% 55,55%
Siklus II
Tindakan 1 Tindakan 2
70,83% 77,77%
Berdasarkan data observasi guru dapat dilihat bahwa dalam setiap siklusnya terdapat
peningkatan dan kenaikan point indikator, hal ini menunjukan terjadinya pembelajaran yang semakin
baik dimana salah satu upaya yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan perbaikan ini adalah
dengan adanya refleksi pada setiap tindakan. Dari data tersebut terbukti siklus I tindakan 1 persentase
kegiatan guru mencapai 48,61% sedangkan siklus I tindakan 2 mencapai 55,55%. Sementara siklus II
tindakan 1 persentase kegiatan guru mencapai 70,83% sedangkan siklus II tindakan 2 mencapai
77,77%. Selisih dari siklus I tindakan I kegiatan guru ke tindakan 2 sebesar 6,94% dengan persentase
kenaikan sebesar 14,27%, sedangkan pada siklus II kegiatan guru mengalami persentase kenaikan
sebesar 9,79%. Artinya kegiatan guru pada proses pembelajaran mengalami peningkatan ke jenjang
yang lebih baik. Selain mengamati kegiatan guru pada saat proses pembelajaran, kegiatan siswa juga
diamati oleh observer. Berikut ini adalah hasil observasi kegiatan siswa dalam berkelompok.
Tabel 2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Kelompok
Siklus I
Tindakan 1 Tindakan 2
46,42% 50%
Siklus II
Tindakan 1 Tindakan 2
58,92% 75%

Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi kegiatan siswa dalam kelompok mengalami
peningkatan di setiap siklus dan tindakannya. Pada siklus I tindakan 1 hasil observasi siswa dalam
kelompok sebesar 6,428 dengan kategori cukup, naik pada tindakan 2 menjadi 6,85 namun masih pada
kategori cukup. Sedangkan Pada siklus II tindakan 1 semula 7,25 naik pada tindakan 2 sehingga
menjadi 7,85 dengan kategori baik. Selisih dari siklus I tindakan 1 ke siklus I tindakan 2 sebesar 0,422
dengan persentase kenaikan sebesar 6,56%. Sedangkan selisih siklus II tindakan 1 ke siklus II tindakan
2 sebesar 0,6 dengan persentase kenaikan sebesar 8,27%. Selain kegiatan siswa dalam kelompok,
kegiatan siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan dari setiap tindakan persiklusnya. Berikut
ini adalah hasil observasi kegiatan siswa secara klasikal.
Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Secara Klasikal
Siklus I
Tindakan 1 Tindakan 2
46,42% 50%
Siklus II
Tindakan 1 Tindakan 2
58,92% 75%

Berdasarkan tabel diatas, hasil observasi kegiatan siswa secara klasikal mengalami
peningkatan di setiap siklus dan tindakannya. Pada siklus I tindakan 1 persentase hasil observasi siswa
secara klasikal sebesar 46,42% dengan kategori cukup, naik pada tindakan 2 menjadi 50% namun
masih pada kategori cukup. Sedangkan Pada siklus II tindakan 1 semula 58,92% naik pada tindakan 2
sehingga menjadi 75% dengan kategori baik. Selisih siklus I tindakan 1 ke siklus I tindakan 2 sebesar
1,36% dengan persentase kenaikan sebesar 2,79%. Sedangkan selisih siklus II tindakan 1 ke siklus II
tindakan 2 sebesar 16,08% dengan persentase kenaikan sebesar 27,29%. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan dalam penelitian ini terjadi peningkatan aktivitas guru maupun kegiatan siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Division (STAD)
b. Hasil Belajar Siswa
Salah satu indikator yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran adalah
penguasaan atau pemahaman terhadap suatu konsep materi ajar yang dipelajari. Berdasarkan hasil
penelitian, persentase hasil ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari
gambaran lengkap hasil ketuntasan belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Berikut peningkatan
persentase selama penelitian siklus I dan siklus II.
Tabel 4. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
Siklus I
Tindakan 1 Tindakan 2
50% 66,66%
Siklus II
Tindakan 1 Tindakan 2
80% 86,66%

Berdasarkan tabel dan grafik diatas, hasil tes pemahaman konsep siswa yang semula pada pra
siklus persentase keberhasilannya mencapai 33,33% dapat ditingkatkan pada siklus I tindakan 1
menjadi 50 %, hal ini belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar maka dari itu dilakukan tindakan
berikutnya dan pada tindakan 2. Pada siklus I tindakan 2 persentase keberhasilan siswa mencapai
66,66 % dengan persentase kenaikan sebesar 33,32 % dari tindakan sebelumnya. Hal ini masih belum
cukup memenuhi kriteria ketuntasan belajar karena belajar akan dinyatakan tuntas apabila 80 % siswa
medapat nilai Š72 atau lebih dari nilai KKM. Pada siklus ke II tindakan 1 diperoleh peresentase nilai
sebesar 80% dan pada tindakan 2 diperoleh peresentase nilai sebesar 86,66 % dengan persentase
kenaiakan sebesar 8,325% dan hal ini dapat dikatakan berhasil karena lebih dari 80% siswa
mendapatkan nilai diatas KKM.
Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD). Ketuntasan hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah dengan pengunaan model
pembelajaran yang baik. Ketuntasan belajar merupakanpencapaian hasil belajar yang
ditetapkandengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi. Dengan penggunaan model
pembelajaran koopeartif tipe mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat
dari hasil tes untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan selama
pembelajaran setiap siklusnya.
Adapun perbandingan nilai hasil ketuntasan belajar siswa siswa pra siklus sebesar 64,66
dengan persentase keberhasilan siswa mencapai 33,33%. Kemudian pada siklus I rata-rata nilai tes
hasil ketuntasan belajar siswa sebesar 72,5 dengan persentase keberhasilan siswa mencapai 66,66%.
Sehingga selisih keberhasilan siswa antara pra siklus dengan siklus I sebesar 33,33% dengan
persentase kenaikan sebesar 100%. Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai tes hasil kestuntasan
belajar siswa sebesar 80,875 dengan persentase keberhasilan mencapai 86,66%. Sehingga selisih
keberhasilan siswa antara siklus I dengan siklus II sebesar 20% dengan persentase kenaikan sebesar
30,003%. Oleh karena itu penelitian dikatakan berhasil karena target dari penelitian ini telah tercapai
dan penelitian ini dihentikan sampai pada siklus II.
Dari hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan dari siklus I sampai siklus II baik itu
hasil tes ketuntasan belajar siswa setiap tindakan, hasil observasi kegiatan guru pada saat
pembelajaran, dan hasil observasi kegiatan siswa dalam kelompok maupun klasikal. Untuk ketuntasan
hasil belajar siswa siswa pada siklus I, setelah melakukan rekapitulasi data diperoleh rata-rata nilai
siswa mencapai 72,5 dengan persentase keberhasilan mencapai 66,66% sementara untuk siklus II,
setelah melakukan rekapitulasi data diperoleh rata-rata nilai siswa mencapai 80,875 dengan persentase
keberhasilan siswa mencapai 86,66%. Sedangkan untuk kegiatan guru pada saat pembelajaran pada
siklus I, setelah melakukan rekapitulasi data mencapai persentase 52,08% dengan kategori baik, dan
untuk siklus II mencapai 74,3% dengan kategori baik. Sama halnya dengan hasil tes ketuntatasan
belajar dan hasil observasi kegiatan guru, untuk kegiatan siswa dalam proses pembelajaran juga
mengalami peningkatan. Untuk kegiatan siswa dalam kelompok pada siklus I mendapatkan rata-rata
nilai sebesar 6,639 dengan kategori cukup, dan untuk siklus II mencapai 7,55 dengan kategori baik.
Sedangkan untuk kegiatan siswa secara klasikal, pada siklus I mencapai 48,32% dengan kategori
cukup, dan pada siklus II mencapai 66,96% dengan kategori baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kesimpulan
Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) telah berhasil
digunakan sebagai strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kegiatan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Hasil belajar siswa selama proses pembelajaraan pada setiap siklusnya
mengalami peningkatan. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement
Division (STAD) dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
materi Sudut dan Pengukurannya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil tes belajar
di setiap tindakan yang mengalami peningkatan.
Daftar Pustaka
Awwaliyah, R., & Baharun, H. (2019). Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional (Telaah
epistemologi terhadap problematika pendidikan Islam). JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA:
Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran, 19(1), 34–49.
Ayuwanti, I. (2017). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation di SMK Tuma’ninah Yasin Metro. SAP
(Susunan Artikel Pendidikan), 1(2).
Juliana, M. (2020). Perbedaan Motivasi Siswa SMK N. 1 Barumun Menggunakan Model Kooperatif
Tipe Jigsaw Dengan Tipe Think Pair Share Berbantuan Software Autograph. JURNAL
MathEdu (Mathematic Education Journal), 3(2), 11–14.
Maiza, Z., & Nurhafizah, N. (2019). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 3(2), 356–465. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.196
Menanti, H., & Rahman, A. A. (2018). Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams achievement
division (STAD) Dengan team game tournament (TGT) di SD Islam Khalifah Annizam. Bina
Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1).
Priatina, Y. (2018). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. JKPM (Jurnal Kajian
Pendidikan Matematika), 4(1), 67–78. https://doi.org/10.30998/jkpm.v4i1.3062
Rahmawati, N. K., & Amah, A. (2018). The differences of the student learning outcome using realistic
mathematics learning approaches (PMR) and contextual learning approaches (CTL) on the
Sets Material. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 63–71.
https://doi.org/10.24042/ajpm.v9i1.2243
Roslina, S. (2018). Pengembangan Keterampilan Kominikatif Antar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Pembelajaran IPS Materi
Perpajakan. Jurnal PETIK, 4, 8–22.
Siswanto, R. D., Dadan, D., Akbar, P., & Bernard, M. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Auditorial, Intelectually, Repetition (Air) Untuk Meningkatkan Pemecahan
Masalah Siswa Smk Kelas XI. Journal on Education, 1(1), 66–74.
Sudana, I. P. A., & Wesnawa, I. G. A. (2017). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 1(1), 1–8.
Zahro, F., Degeng, I. N. S., & Mudiono, A. (2018). Pengaruh model pembelajaran student team
achievement devision (STAD) dan mind mapping terhadap hasil belajar siswa kelas IV
sekolah dasar. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 8(2), 196.
 

Anda mungkin juga menyukai