Anda di halaman 1dari 18

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA

PELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION) DI KELAS V SDN TUMPAS

Eci Amelia1)
Rina Oktaviyanthi2)
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, FKIP Universitas Terbuka
2)
Tutor Program Studi PGSD, FKIP Universitas Terbuka

eciamelia002@gmail.com

ABSTRAK

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dipelajari agar


siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan dan penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Karena rendahnya
pemahaman siswa terhadap pelajaran ini khususnya materi alat pernafasan pada
manusia, maka penulis melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan pembelajaran
dilakukan melalui PTK dengan tiga siklus pembelajaran. Kegiatan penelitian
dilaksanakan di SD Negeri Tumpas semester II tahun pelajaran 2022/2023 pada siswa
kelas V yang berjumlah 16 siswa, terdiri dari 8 perempuan dan 8 laki-laki.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V
pada materi alat pernafasan pada manusia dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Setelah dilakukan
kegiatan belajar mengajar, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dari data yang dikumpulkan, pada kegiatan pembelajaran pra siklus
hanya 5 orang yang memperoleh nilai ≥ KKM. Hasil belajar siswa terus meningkat
pada siklus I, II, dan siklus III hanya 2 siswa yang belum mencapai nilai KKM
dengan nilai rata-rata kelas 82,12. Persentase ketuntasan siswa meningkat, dari
31,25% pada kegiatan pembelajaran pra siklus menjadi 87,5% pada perbaikan
pembelajaran siklus III.
Dari data yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V
SD Negeri Tumpas pada materi alat pernafasan manusia. Dengan demikian, model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi alat
pernafasan pada manusia.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement
Division), Hasil Belajar
PENDAHULUAN

Masalah yang hangat dibicarakan dalam dunia pendidikan khususnya IPA


adalah pencapaian hasil belajar yang belum optimal. Hal ini merupakan indikator
yang menentukan berhasil tidaknya suatu sistem pendidikan yang diterapkan
kepada siswa. Pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia,
oleh karena itu keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada unsur manusianya
sendiri. Unsur yang dimaksud adalah guru. Menurut Sudarwan Danim (2010: 5),
guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa
pada jalur pendidikan formal. Sebab guru secara langsung berupaya
mempengaruhi dan membina serta mengembangkan kemampuan menjadi manusia
yang cerdas, terampil dan bermoral. Secara umum siswa berpendapat bahwa
pelajaran IPA merupakan pelajaran yang cukup rumit untuk difahami, hal ini
menyebabkan pelaksanaan mengajar kurang efektif yang berdampak pada: Siswa
tidak termotivasi dalam belajar; Nilai siswa pada mata pelajaran IPA materi alat
pernafasan pada manusia masih rendah; Siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri
sehingga tidak memperhatikan penjelasan guru; dan Siswa tidak memiliki
keberanian untuk bertanya apa yang belum dimengerti dari penjelasan guru.
Kondisi di atas merupakan gambaran yang terjadi di SD Negeri Tumpas. Oleh
karena itu, guru perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode dan
keterampilan mengajar dalam mengajarkan mata pelajaran IPA.
Dari hasil identifikasi masalah, melalui analisis hasil belajar, daftar nilai
siswa dan penilaian sikap siswa dalam belajar IPA dapat ditemukan permasalahan
yang menjadi faktor gagalnya upaya guru dalam pembelajaran IPA, antara lain:
Guru memberikan penjelasan materi IPA tentang organ pernafasan manusia
terlalu cepat; Guru kurang memberikan motivasi tentang materi organ pernafasan
pada manusia; Ketersediaan alat peraga kurang memadai sehingga penjelasan
yang diberikan guru kurang di mengerti.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menerapkan salah
satu model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dimana dengan model
ini siswa mendapat kebebasan untuk mengerjakan tugas yang diberikan dengan
saling bertukar pendapat antara siswa didalam kelompok sehingga siswa berperan
aktif, mampu mengembangkan daya nalarnya secara utuh, percaya pada
kemampuan diri sendiri, kritis dan bertanggung jawab dan tipe ini paling
sederhana dari model pembelajaran kooperatif lainnya. Penggunaan model
pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberi peran aktif kepada siswa
sehingga akan menumbuhkan motivasi serta kesadaran siswa akan pentingnya
mempelajari pelajaran IPA. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian untuk
melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan berupaya menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mengajarkan mata pelajaran
IPA di kelas V SD Negeri Tumpas Kecamatan Anggaberi Kabupaten Konawe.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penilitian Tindakan
Kelas (PTK). Prosedur pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran yang
digunakan mengikuti model Arikunto yang terdiri dari empat komponen utama,
yaitu (1) rencana, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Berikut rancangan
penelitian tindakan yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1 Bagan Rancangan Pelaksanaan PTK Model Spiral


( Suharsimi Arikunto, 2008: 74)
1. Perencanaan
Pada tahap ini guru dan teman sejawat merencanakan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan merancang RPP perbaikan pembelajaran yang
akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Kemudian guru membuat lembar
observasi yang akan diisi sesuai materi yang akan diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Membuat lembar observasi tentang
keadaan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, siswa memperhatikan materi
yang dijelaskan, kerjasama dengan siswa lainnya mengerjakan tugas-tugas.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap tindakan yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe STAD. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh yaitu sebagai berikut:
a. menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Guru mengadakan apersepsi dan memotivasi siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran serta menginformasikan secara garis besar model
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Guru menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi berkaitan dengan materi alat pernafasan pada
manusia yang akan dikerjakan siswa didalam kelompok. Penyajian
informasi dapat dilakukan dengan demonstrasi untuk memusatkan perhatian
siswa.
c. Mengorganisasikan Siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru meminta kepada siswa untuk mengatur tempat duduk sesuai dengan
kelompok yang telah ditetapkan sebelumnya dengan kemampuan siswa
heterogen. Kemudian membantu siswa mengidentifikasi serta
mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan materi yang telah
diberikan.
d. Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Guru membagikan LKS kepada setiap siswa dan meminta siswa mencermati
isinya kemudian meminta siswa bekerja kelompok yang ada pada LKS.
Guru berkeliling untuk mengamati setiap kelompok. Kemudian setiap
kelompok
menyajikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya. Guru
menugaskan siswa untuk menuliskan tentang apa yang telah difahaminya.
3. Observasi/Evaluasi

Pada tahap ini akan dilakukan pengamatan terhadap kinerja guru dan
pengamatan terhadap siswa dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran
yang dilakukan oleh observer. Kemudian peneliti melakukan evaluasi guna
mengetahui pemahaman siswa pada materi yang telah diberikan selama proses
pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Pada tahap ini sebelum guru melakukan refleksi, hasil observasi dan
evaluasi akan dianalisis untuk melihat sejauh mana hal-hal yang diselidiki telah
dicapai. Hal- hal yang masih belum berhasil dilaksanakan akan terus ditindak
lanjuti pada setiap siklus pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5. Analisis Data
Data yang diperoleh, selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.
1. Analisis Kuantitatif
Untuk analisis kuantitatif digunakan dengan analisis deskriptif yaitu skor
rata-rata dan persentase, selain itu akan dilakukan pula standar deviasi, tabel
frekuensi, nilai minimum dan maksimum. Untuk keperluan pengkategorian
tingkat hasil belajar, digunakan pengkategorian dengan skala lima yang disusun
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut:
85 – 100 berada pada tingkat penguasaan “sangat tinggi”
65 – 84 berada pada tingkat penguasaan “tinggi”
55 – 64 berada pada tingkat penguasaan “sedang”
35 – 54 berada pada tingkat penguasaan “rendah”
0 – 35 berada pada tingkat penguasaan “sangat rendah”

2. Analisis Kualitatif
Untuk data yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis secara kualitatif
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ 𝑇𝑎
𝑃𝑇𝑎 = × 100%
∑𝑎

Dimana :
Pta = persentase aktivitas siswa untuk melakukan suatu jenis
aktivitas tertentu
∑ 𝑇𝑎= jumlah jenis aktivitas tertentu yang dilakukan siswa setiap
pertemuan
∑ 𝑇 = jumlah seluruh aktivitas setiap pertemuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Sebelum menguraikan hasil dari penelitian ini, terlebih dahulu diberikan
gambaran tentang persiapan yang dilakukan sebelum implementasi tindakan
pembelajaran dikelas. Adapun persiapan yang dimaksudkan adalah guru membagi
siswa menjadi 4 kelompok (setiap kelompok 4 orang) dengan kemampuan
heterogen, yaitu setiap kelompok dari satu orang kemampuan tinggi, dua orang
kemampuan sedang dan satu orang kemampuan rendah.
Setelah melaksanakan pembelajaran sebanyak 3 siklus, berikut hasil yang
diperoleh setiap siklusnya:
1. Siklus Pertama
Kegiatan pada siklus 1 dilaksanakan pada hari selasa tanggal 29 april 2014,
dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pelaksanaan pada siklus 1 ini diawali dengan tahap perencanaan yaitu
persiapan pelaksanaan pembelajaran
1) Membuat rencana perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran tipe STAD.
2) Membuat lembar observasi kinerja guru.
3) Menyiapkan perangkat pembelajaran.
4) Membuat alat evaluasi sebagai tes akhir siklus 1.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah yang dilaksanakan pada tahap ini sebagai berikut
1) Guru memberikan salam dan mengabsen siswa
2) Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi kepada siswa untuk
belajar kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan siklus 1.
Kegiatan inti, yaitu:
1) Guru memberikan materi tentang alat pernafasan pada manusia.
2) Guru membagi siswa dalam 4 kelompok masing-masing kelompok
beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen kemudian guru
memberikan masalah yang berkaitan dengan materi alat pernafasan pada
manusia yang ada pada LKS.
3) Guru memberikan petunjuk tentang penggunaan LKS dalam kegiatan
percobaan, selanjutnya guru memberikan contoh menggunakan alat dan
bahan percobaan tersebut.
4) Selanjutnya guru meminta setiap kelompok untuk melakukan percobaan
tersebut dan membimbing siswa dalam kegiatan percobaan tersebut.
5) Berdasarkan percobaan tersebut guru meminta siswa berdiskusi dengan
kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang ada pada LKS tersebut
selanjutnya meminta setiap kelompok memaparkan atau mempresentasikan
hasil diskusinya yang ditanggapi oleh kelompok lain
Pada tahap kegiatan akhir, guru mengarahkan siswa untuk menemukan
sendiri dan menarik kesimpulan tentang alat pernafasan pada manusia.
Kemudian mendorong siswa untuk mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau
menjawab pertanyaan terkait dengan materi tersebut.

c. Observasi dan Evaluasi


Selama proses pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan tentang
kemampuan guru mengelola pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat.
Berikut hasil observasi terhadap guru:
1) Guru melakukan apersepsi
2) Guru tidak memberikan motivasi serta tidak menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Guru menyampaikan materi pembelajaran
4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
5) Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk mengamati
kegiatan percobaan
6) Guru meminta setiap kelompok melakukan percobaan untuk mengetahui alat
pernafasan pada manusia
7) Guru membimbing siswa pada saat melakukan percobaan
8) Guru meminta setiap kelompok mengerjakan beberapa soal yang ada pada LKS
berdasarkan percobaan yang di lakukan dan masing-masing kelompok
mempresentasikannya dan ditanggapi oleh kelompok lain.
9) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah didiskusikan
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan siklus 1, berikut hasil yang dicapai
siswa setelah diberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan masing-
masing siswa.
Tabel 3
Tabel Frekuensi Nilai Siklus I
Frekuensi / Persentase Penguasaan
No. Nilai
Jumlah Siswa (%)
1. 85 – 100 1 6,25
2. 65 – 84 6 37,5
3. 55 – 64 2 12,5
4. 35 – 54 7 43,75
5. 0 – 34 - -
Jumlah 16 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pembelajaran pada siklus 1 ini
dari 16 orang siswa, hanya 7 atau sekitar 43,75% siswa yang mencapai nilai ≥
65 dan 8 atau 56,35% siswa mendapat nilai < 65.
d. Refleksi
Dari hasil observasi dan evaluasi diatas kemudian dianalisis untuk melihat
sejauh mana hal-hal yang diselidiki telah dicapai. Hal-hal yang masih belum
berhasil dilaksanakan dan ditindak lanjuti pada siklus 2 sedangkan hal-hal yang
dianggap baik dipertahankan.
Berikut beberapa kekurangan yang ditemukan dalam pelaksanaan
pembelajaran sebagai berikut.
1) Siswa selama ini terbiasa bekerja secara mandiri
2) Keterampilan kooperatif belum dimiliki oleh siswa
3) Informasi yang disajikan guru kurang membahas pengertian-pengertian
dasar atau istilah yang akan digunakan siswa dalam menyelesaikan tugas.
4) Guru menyajikan informasi terlalu detail pada contoh-contoh yang
bersesuaian dengan tugas yang ada didalam LKS.
5) Masih ada beberapa siswa yang kurang aktif ketika percobaan sedang
berlangsung
6) Pembagian kelompok tidak sesuai dengan keinginan siswa
7) Sebagian kelompok masih ada yang takut menyampaikan hasil diskusinya
8) Hasil belajar belum berhasil karena hanya 43,75% siswa yang mencapai
nilai ≥ 65.
2. Siklus kedua
Kegiatan pada siklus 2 dilaksanakan pada hari selasa tanggal 6 mei 2014,
dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus 1 dan tanggapan yang diberikan siswa, peneliti
membuat rancangan pembelajaran pada siklus 2, sebagai berikut:
1) Melakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran berupa merevisi rencana
perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dengan menerapkan model
pembelajaran tipe STAD.
2) Membuat lembar observasi kinerja guru.
3) Menyiapkan perangkat pembelajaran.
4) Membuat alat evaluasi sebagai tes akhir siklus 2.
b. Pelaksanaan tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus 2 relatif sama yang dilakukan
pada siklus pertama. Namun, hal-hal yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
tindakan ini adalah implementasi rencana perbaikan pembelajaran yang telah
direvisi, yaitu:
1) Melanjutkan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar.
2) Guru mengurangi pembahasan contoh yang terlalu detail dan menekankan
pengertian istilah yang akan digunakan siswa pada saat bekerja dalam
kelompok kooperatifnya.
3) Melakukan perbaikan dan penyempurnaan dari persoalan yang muncul
pada siklus I.

c. Observasi dan evaluasi


Selama proses pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan tentang
kemampuan guru mengelola pembelajaran yang dilakukan oleh teman sejawat.
Berikut hasil observasi terhadap guru:
1) Guru melakukan apersepsi dan memberi motivasi
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
3) Guru menyampaikan materi pembelajaran
4) Guru membagi siswa dalam 4 kelompok masing-masing anggotanya 4
orang dengan kemampuan heterogen.
5) Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk
mengamati kegiatan percobaan yang dilakukan
6) Guru meminta setiap kelompok melakukan percobaan untuk mengetahui
proses pernafasan pada manusia.
7) Guru membimbing siswa pada saat melakukan percobaan
8) Guru meminta setiap kelompok mengerjakan beberapa soal yang ada pada
LKS berdasarkan percobaan yang di lakukan dan masing-masing
kelompok mempresentasikannya dan ditanggapi oleh kelompok lain.
9) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah didiskusikan
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan siklus 2, berikut hasil yang dicapai
siswa setelah diberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan masing-
masing siswa.
Tabel 4
Tabel Frekuensi Nilai Siklus II
Frekuensi / Persentase Penguasaan
No. Nilai
jumlah siswa (%)
1. 85 – 100 4 25
2. 65 – 84 8 50
3. 55 – 64 3 18,75
4. 35 – 54 1 6,25
5. 0 – 34 - -
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel hasil pembelajaran pada siklus 2 yang telah dilaksanakan,


terjadi peningkatan dibanding dengan siklus 1 sebelumnya yaitu 12 atau 75%
siswa mengalami ketuntasan belajar dan 4 atau 25% siswa memperoleh nilai <
65.
d. Refleksi
Dari hasil observasi dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada siklus 2 ini,
masih ada beberapa kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran
berlangsung, yaitu:
1) Masih ada beberapa kelompok yang tidak aktif bertanya saat kelompok
lain menyampaikan hasil diskusinya.
2) Hasil belajar belum berhasil karena masih ada 4 orang siswa yang belum
mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada siklus 2 belum
sesuai yang diharapkan, maka tindakan pelaksanaan pembelajaran dilanjutkan
pada siklus 3.
3. Siklus ketiga
Kegiatan pada siklus 3 dilaksanakan pada hari selasa tanggal 13 mei 2014,
dengan tahap pelaksanaan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus 2 dan tanggapan yang diberikan siswa,
peneliti membuat rancangan pembelajaran beru pada siklus 3, sebagai berikut:
1) Melakukan persiapan pelaksanaan pembelajaran berupa merevisi rencana
perbaikan pembelajaran pada siklus 2 dengan menerapkan model
pembelajaran tipe STAD.
2) Membuat lembar observasi kinerja guru.
3) Menyiapkan perangkat pembelajaran.
4) Membuat alat evaluasi sebagai tes akhir siklus 3.
b. Pelaksanaan tindakan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini relatif sama dengan
pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus 2 yaitu guru melakukan
apersepsi, memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
Kemudian pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 4 kelompok
masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa dengan kemampuan
heterogen. Guru menyampaikan proses pembelajaran yang akan ditempuh. Guru
membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok dan memberikan materi gangguan
pernasfasan pada manusia. Guru memberikan petunjuk tentang penggunaan LKS
dalam kegiatan percobaan, selanjutnya guru memberikan contoh menggunakan
alat dan bahan percobaan tersebut. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok
untuk melakukan percobaan tersebut dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam kegiatan percobaan tersebut agar hasil dapat optimal. Berdasarkan
percobaan tersebut guru meminta siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan tugas yang ada pada LKS tersebut selanjutnya meminta setiap
kelompok
memaparkan atau mempresentasikan hasil diskusinya yang ditanggapi oleh
kelompok lain
Pada tahap kegiatan akhir, guru mengarahkan siswa untuk menemukan
sendiri dan menarik kesimpulan tentang gangguan pernafasan pada manusia.
Kemudian mendorong siswa untuk mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau
menjawab pertanyaan terkait dengan materi tersebut.

c. Observasi dan evaluasi


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat ternyata pada
siklus 3 ini menunjukkan peningkatan keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar setelah rencana perbaikan pembelajaran direvisi. Hal ini dapat dilihat
pada tabel hasil tes evaluasi yang dilaksanakan, yaitu:
Tabel 5
Tabel Frekuensi Nilai Siklus III
Frekuensi / Persentase Penguasaan
No. Nilai
jumlah siswa (%)
1. 85 – 100 9 56,25
2. 65 – 84 5 31,25
3. 55 – 64 2 12,5
4. 35 – 54 - -
5. 0 – 34 - -
Jumlah 16 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pembelajaran pada siklus 3 ini


peningkatan hasil pembelajaran semakin meningkat dibandingkan dengan
pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Hal ini dapat dilihat dari 16 siswa,
siswa yang memperoleh nilai 34 – 64 sejumlah 2 orang atau sekitar 12,5% dan
siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 berjumlah 14 orang atau sekitar 87,5%
tingkat penguasaan siswa sudah mencapai indikator.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi siklus 3 ini menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini
dapat dari beberapa kelebihan yang dilaksanakan pada proses pembelajaran siklus
3, yaitu:
1) Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP perbaikan
pembelajaran
2) Guru menyiapkan perangkat pembelajaran dengan lengkap seperti alat peraga
3) Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga hasilnya
optimal
4) Siswa sudah mampu memberikan kesimpulan dari materi yang telah
diajarkan serta mampu bekerja kooperatif dengan kelompoknya.
5) Hasil belajar meningkat hingga 87,5% siswa yang mencapai nilai ≥ KKM.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan hasil
belajar IPA materi alat pernafasan pada manusia dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, maka
disajikan dalam bentuk grafik berikut:

Gambar 2
Hasil Belajar Siswa Persiklus

90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00% Tuntas
20,00% Tidak Tuntas
10,00%

0,00%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Tuntas 43,75% 75% 88%
Tidak Tuntas 56,35% 25% 13%

Berdasarkan gambar grafik yang disajikan dapat dikemukakan bahwa:


1. Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan setiap siklusnya pengusaan siswa
terhadap materi yang diajarkan cukup meningkat, yaitu pada siklus 1
sebanyak 43% kemudian pada siklus 2 menjadi 75% dan pada siklus 3
peningkatan semakin terlihat yakni sebanyak 88% siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65.
2. Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan setiap siklusnya, jumlah siswa yang
tidak tuntas semakin berkurang, yakni pada siklus 1 sebanyak 56,35%,
siklus 2 sebanyak 25% dan siklus 3 menjadi 13% siswa.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran
yang dilaksanakan persiklusnya menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi alat
pernafasan pada manusia mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada
setiap siklusnya. Jika dilihat dari hasil evaluasi pada siklus 3 tingkat
ketuntasan siswa meningkat hingga 87,5% siswa memperoleh nilai ≥ KKM
atau dengan kata lain telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan,
maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan penelitian pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak 3


siklus, hasil deskripsi tentang penguasaan siswa, menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam pencapaian tingkat penguasaan
belajar siswa terutama pada mata pelajara IPA materi alat pernafasan pada
manusia. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penguasaan (rata-rata penguasaan) yang
diperoleh siswa setiap siklusnya semakin meningkat.
Pada proses pembelajaran siklus 1, dari 16 orang siswa, hanya 7 atau
sekitar 43,75% siswa yang mencapai nilai ≥ 65 dan 8 atau 56,35% siswa
mendapat nilai
< 65. Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 ada beberapa kekurangan yang
ditemukan yaitu siswa selama ini terbiasa bekerja secara mandiri, keterampilan
kooperatif belum dimiliki oleh siswa, informasi yang disajikan guru kurang
membahas pengertian-pengertian dasar atau istilah yang akan digunakan siswa
dalam menyelesaikan tugas, guru menyajikan informasi terlalu detail pada contoh-
contoh yang bersesuaian dengan tugas yang ada didalam LKS, masih ada
beberapa siswa yang kurang aktif ketika percobaan sedang berlangsung,
pembagian kelompok tidak sesuai dengan keinginan siswa, sebagian kelompok
masih ada yang takut menyampaikan hasil diskusinya.
Pada proses pembelajaran siklus 2, dari hasil evaluasi yang diberikan
dapat dilihat pemahaman siswa terkait materi alat pernafasan pada manusia
semakin meningkat yaitu dari 16 orang siswa 12 diantaranya atau sekitar 75%
telah mencapai nilai ≥ 65 dan 4 orang siswa diantaranya belum memenuhi
indikator yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus 2 ini , guru
dan siswa telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, namun
masih terdapat beberapa kekurangan. Adapun kekurangan yang ditemukan dalam
proses pembelajaran tersebut yaitu masih ada beberapa kelompok yang tidak aktif
bertanya saat kelompok lain menyampaikan hasil diskusinya dan hasil belajar
belum berhasil karena masih ada 4 orang siswa yang belum mencapai hasil yang
optimal.
Melihat hasil evaluasi pada siklus 2 sebelumnya belum mencapai
indikator keberhasilan yang diharapkan maka proses perbaikan pembelajaran
dilanjutkan pada siklus 3. Setelah proses pembelajaran pada siklus 3 ini
dilaksanakan, hasil evaluasi yang telah diberikan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa pada materi IPA hasilnya cukup memuaskan karena dari 16
orang siswa, siswa yang memperoleh nilai < 65 sebanyak 2 orang dan siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 14 orang atau 87,5% siswa telah
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil observasi yang
dilakukan pada proses pembelajaran siklus 3 ini telah sesuai dengan proses
belajar kooperatif tipe STAD. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan RPP perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Guru menyiapkan perangkat pembelajaran dengan
lengkap seperti alat peraga guna mendukung lancarnya proses pembelajaran
berlangsung. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
sehingga hasilnya optimal dan meningkat setiap siklusnya.
Dari hasil pembahasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa pada materi alat pernafasan manusia di kelas V SD Negeri Tumpas.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan minat siswa dan menumbuhkan keberanian siswa untuk
bertanya.
2. Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan dalam
pembelajaran IPA terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran khususnya materi tentang alat pernafasan pada manusia.
3. Penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA dapat menarik perhatian
siswa untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan guru.
4. Melibatkan siswa secara langsung dalam pemggunaan alat peraga dapat
meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran Tindak Lanjut


Dari hasil penelitian tindakan kelas ini agar proses belajar mengajar IPA
dapat memberikan hasil yang optimal, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang benar-benar optimal,
penerapan model pembelajaran tipe STAD harus memerlukan persiapan
yang cukup baik dan terencana.
2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPAsiswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan menerapkan berbagai model pembelajaran
kooperatif.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly & Eny Rahma. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Hamalik, Oemar. 2005. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Belajar.
Bandung: Mizan Learning Center (MLC)
Ibrahim dan Sudjana. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.

Marpaung, dkk. 2002. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Matematika


Pembelajaran yang Manusiawi. Malang.

Slameto. 1995. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suyoso, Suharto dan Sujoko. (1998). Ilmu Alamiah Dasar. Yogyakart: IKIP
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai