Anda di halaman 1dari 36

Upaya meningkatkan pemahaman siswa IPA tentang penggolongan tumbuhan

berdasarkan akarnya ( jenis-jenis dan fungsi akar) melalui metode keterampilan proses
mata pelajaran IPA pada siswa kelas III SDI Dolupore Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran
2014/2015
MARIA FLORIDA NGINU
824704949
ABSTRAK
Upaya meningkatkan pemahaman siswa IPA tentang penggolongan tumbuhan berdasarkan
akarnya ( jenis-jenis dan fungsi akar) melalui metode keterampilan proses mata pelajaran IPA
pada siswa kelas III SDI Dolupore Kabupaten Ngada Tahun Pelajaran 2014/2015
Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Apakah dengan penerapan
keterampilan proses dapat menerapkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Inpres Dolupore ?
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar Siswa di sekolah
Dasar Inpres Dolupore. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,
penelitian tindakan kelas di SDI Dolupore pada sisiwa kelas 3 tahun pelajaran 2014-2015 dengan
jumlah siswa 15 orang, laki-laki 8 orang, perempuan 7 orang. Penelitian ini dilakukan dalam 2
siklus yaitu siklus 1 dengan satu kali pertemuan hanya difokuskan pada penetuan presentase, dan
pada siklus 2 pertemuan pertama difokuskan hasil belajar siswa tentang penggolongan tumbuhan
berdasarkan akarnya ( Jenis-jenis dan fungsinya).
Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang dipaparkan pada bab 4, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut : Dengan penerapan keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 68 %,
pada siklus 2 presentase meningkat menjadi 74 %. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1
ke siklus 2 sebesar 60 %.

Kata Kunci : Meningkatkan Prestasi Belajar siswa


Melalui pendekatan keterampilan Proses untuk peningkatan hasil belajar
siswa

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah mendidik, mengajar dan
melatih agar siswanya kelak menjadi manusia yang pandai, terampil, kreatip dan berbudi
pekerti. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, guru seyogianya menguasai
kemampuan mengajar pengetahuan dan keterampilan,mendidik siswa menjadi manusia
yang berakhlak ,jujur dan mampu memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
siswa di masyarakat.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya Tujuan Pendidikan
Nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia,manusia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisipiln, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas
dan terampil serta sehat jasmani dan rohani juga mampu menunmbuhkan dan
memperdalam rasa cinta tanah air,semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial.
Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan oleh pemerintah
secara merata dalam bidang pendidikan.Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas
pendidikan dengan cara melibatkan orangtua yang menjadi dasar pendidikan dalam
keluarga,dan sekolah sebagai ujung tombak kegiatan belajar mengajar oleh guru yang
professional.
Oleh karena itu sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu
dengan menggunakan suatu teknik yang berorientasi pada ketrampilan proses, yang
didapat melalui pengamatan, pengukuran, perbedaan, percobaan dan lain sebagainya.
Juga berorientasi pada struktur seperti konsep tumbuhan, konsep hewan, konsep benda.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata
dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.Sehingga rata-rata
nilai matapelajraan IPA yaitu sangat rendah itu mencapai 4.5.Hal ini di sebabkan oleh
guru, karena dalam proses belajar mengajar tanpa menggunakan alat peraga atau
membawa siswa keluar kelasnya.

2
Sebagai salah satu alternatip kearah tersebut adalah dengan menerapkan Pendekatan
Keterampilan Proses dalam kegiatan pembelajaran.Dengan pendekatan keterampilan ,
fasilitator dalam kegiatan belajar siswa,bukan sebagai sumber utama pengetahuan tetapi
aktip dalam merencanakan,melaksanakan dan menemukan serta menilai sendiri semua
jalan memperoleh pengetahuan.Siswa melakukan kegiatan
percobaan,pengamatan,pengukuran,perhitungan, dan membuat kesimpulan-kesimpulan
sendiri (Syaiful,2011:747).
Agar semuanya ini berhasil dapat dinilai melalui penelitian yang dilaksanakan dalam
lingkungan kelas yang biasa di sebut dengan Penelitian Tindakan Kelas.
A1. Identifikasi Masalah
Rendahnya hasil belajar IPA pada siswa kelas III SDI Dolupore dengan materi
penggolongan tumbuhan berdasarkan akar (jenis-jenis dan fungsi akar) dipengaruhi
faktor-faktor:
a. Minat belajar siswa rendah
b. Siswa sering bolos
c. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah.
Setelah menganalisa masalah di atas,terdapat akar permasalahan atau penyebab
masalah yang mendasar yang harus segera dipecahkan yaitu Guru IPA belum
optimal merencanakan pengelolaan proses belajar dalam merencanakan pengelolaan
proses pembelajaran secara efektif dengan pemilihan metode yang sesuai dengan
materi tenang penggolongan bagian –bagian serta fungsi akar pada tumbuhan.
A2. Analisis Masalah
Ketidakberhasinya siswa dalam proses belajar tentang bagian-bagian serta fungsi
akarnya dipengaruhi oleh:
1. Kurang semangatnya siswa dalam proses pembelajaran
2. Sering mengganggu teman, sehingga temanya tidak memperhatikan apa yang
diajarkan guru.
3. Peserta didik tidak berani menjawab pertanyaan
4. Peserta didik tidak dapat mengajukan pertanyaan
5. Sering bolos pada saat pembelajara berlangsung
6. Pada saat mengerjakan Lk hanya siswa tertentu saja yang mengerjakannya.
3
A3. Alternatip dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berbagai masalah yang dihadapi guru di dan siswa dalam pembelajran IPA dengan
materi penggolongan tumbuhan berdasarkan akar( bagian-bagian dan fungsi akar)
adalah pemilihan metode pembelajaran oleh guru dengan mempertimbagkan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Materi pembelajran yang relevan sesuai dengan kebutuhan dan kehidupan
siswa
b. Metode atau pendekatan yang bervariasi,sehingga peserta didik secara aktif
dan kreatip dan pembeljaran yang m,enyenangkan dan bermakna.
c. Pembelajran harus menekankan pada ke 3 aspak yakni : aspek
kgnitip,afekti,psikomotorik.
d. Guru yang professional seharusnya kreatip dan dinamis untuk menumbuhkan
suasana belajar yang kondusip,sehingga apa yang diperoleh siswa berguna
bagi kehidupannya kelak .
B. RUMUSAN MASALAH
Beradsarkan latarbelakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini .”Bagaimana Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Pada Materi Menggolongkan Tumbuhan berdasarkan akar(jenis-jenis
dan fungsi akar) melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas III SDI
Dolupore tahun 2014/2015.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui menerapkan Pendekatan keterampilan
proses.
2. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajan Serta membantu
memperdayakan guru dalam mengatasi Kesulitan proses belajar mengajar.
3. Untuk memenuhi tugas yang dipersyaratkan oleh Matakulia Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) pada Program S1 PGSD Pada Fakultas Universitas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka dan sebagai bahan
pertimbangan dosen dalam pemberian nilai terhadap kompetensi
penulis sebagai mahasiswa.

4
D MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
a. Manfaat bagi siswa
a) Melatih siswa berpikir kritis,mandiri,dan kreatip
b) Menumbuhkembangkan bakat dan minat dalam diri anak.
c) Untuk meningkatkan prestasi belajar anak

b.Manfaat bagi sekolah


a) Memberikan masukan bagi sekolah unetuk mengambil kebijakan di sekolah dalm
meningkatkan mutu dan prestasi di sekolah.
c.Manfaat bagi guru.
a) Sebagai evaluasi terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran
b) Guru dapat menggunakan metode yang bervariasi
c) Sebagai bahan referensi agar guru dapat menentukan materi yang sesuai pada
pembelajaran yang berikutnya.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 
 Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran IPA di SD Beberapa teori belajar yang
mendukung pembelajaran IPA adalah teori belajar cognitive-defelopmental John
Piaget, teori belajar cognitive-field Kurt Lewin, teori belajar discovery learning
Jerome Bruner, dan teori belajar konstruktivisme. Keempat teori belajar tersebu akan
dijelaskan secara singat di bawah ini.
1) Teori Belajar Cognitive-Defelopmental John Piaget
John Piaget adalah salah satu teoretisi psikologi kognitif yang memiliki pengaruh
besar dalam perkembangan teori belajar kognitif. Piaget berpendapat bahwa
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang
melibatkan mekanisme biologis perkembangam system saraf. Hal ini berarti semakin
bertambah usia seseorang akan semakin kompleks susunan sarafnya yang pada
akhirnya akan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika seseorang berkembang
menuju kedewasaan-menurut teori ini-akan mengalami adaptasi secara biologis
dengan lingkungan sekitarnya yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
perubahan secara kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Dalam proses adaptasi ini
menurut Piaget (Syaiful, 2011) melibatkan dua proses yaitu proses asimilasi dan
proses akomodasi. Proses asimilasi adalah prose mennyesuaikan atau mencocokkan
informasi baru yang didapat dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya,
dan proses akomodasi adalah proses menyusun atau membangun kembali
pengetahuan sebelumnya sehingga pengetahuan baru itu dapat disesuaikan dengan
baik. Dalam kedua proses itulah juga berlangsung perkembangan kogntif seseorang.
Perkembangan kognitif seseorang akan mengikuti logika tahap perkembangan. Piaget
(Dalyono, 2005:39) mengemukakan empat tahap perkembangan sebagai berikut.
a. Tahap sensori motor. Ini merupakan tahap yang paling awal yang terjadi pada
usia 0-2 tahun. Pada periode ini seseorang tidak mempunyai konsepsi objek
yang tetap dan hanya dapat mengenal lingkungannya dengan kemampuan
sensorik seperti indera penciuman, pendengaran, peraba dan lain-lain.
6
b. Tahap praoperasional. Terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada periode ini anak
belum mampu melalukan operasi-operasi yang melibatkan faktor mental.
Tetapi pada tahap ini anak sadah mampu menggunakan symbol, bahasa,
membuat gambar gan menggolong-golongkan.
c. Tahap operasi konkret. Terjadi pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini seseorang
sudah mampu memgembangkan pikiran secara logis dan rasional.
d. Tahap operasi formal. Terjadi pada usia 11 tahun dan seterusnya ke atas. Pada
tahap ini seseorang sudah dapat berpikir secara abstrak pada hal-hal yang
lebih kompleks layaknya seperti orang dewasa.
2) Teori Belajar Cognitive-Field Kurt Lewin
Dalam penelitiannya Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar
cognitive-field dengan menaruh perhatian pada persoalan kepribadian dan psikologi
sosial. Lewin memandang masing-mading individu berada di dalam suatu medan
kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu
bereaksi yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan
dimana individu bereaksi, misalnya orang-orang yang ia jumpai, objek materil yang
ia hadapi, serta fungsi-fungsi kejiwaan yang ia miliki. Lewin berpendapat bahwa
tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan-kekuatan internal yang
terdapat dalam diri seseorang, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun
dari luar diri seseorang, seperti sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari
struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi intemal
seseorang. Lewin memberikan peranan yang lehih penting pada motivasi dari
ganjaran.
3) Teori Belajar Discovery Learning Jerome Bruner
Bruner mengembangkan belajar penemuan yang disebut discovery learning yang
berdasarkan kepada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip
konstruktivis. Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri.
Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan
kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip-prinsip. Carin
7
1985 (Fatmawati, 2010) mengatakan discovery merupakan suatu proses di mana
siswa atau individu mengasimilasi proses konsep dan prinsip-prinsip. Discovery
terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar
memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau
prinsip. Lebih lanjut Fatmati (2010) bahwa roses-proses mental itu melibatkan
perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan
eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Jerome
Bruner, sama dengan John Piaget, dengan pandangan yang berbeda membagi
perkembangan kognitif seseorang pada beberapa tahap, yaitu
a. Tahap enaktif, tahap dimana seseorang melalukan aktivitas untuk memahami
dunia di sekitarnya dengan menggunakan pengetahuan motoriknya, seperti
melalui gigitan, sentuhan dan pegangan;
b. Tahap ikonik, yaitu seseorang memahami objek-objek atau dunianya dengan
perantara gambar dan visualisasi verbal; dan
c. Simbolik, yaitu pada tahap ini seseorang telah memiliki ide dan gagasan yang
bersifat abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan
berlogika.
Dalam kegiatan belajar bagi Bruner yang terpenting adalah bagaimana cara orang
memilih, mempertahankan dan mentransformasi informasi secara efektif.
Oleh karena itu, menurut Bruner (Syaiful, 2011:35) dalam proses belajar
ada tiga fase yang terjadi, yaitu
 Informasi, fase mengumpulkan, menambah dan memperdalam pengetahuan;
 Transformasi, yaitu fase analisis terhadap pengetahuan sebelumnya ke dalam
bentuk yang lebih abstrak dan konseptual agar dapat digunakan pada hal-hal
yang lebih luas; dan
 Evaluasi, yaitu fase menilai sejauh mana pengetahuan yang telah diperoleh
dan transformasi itu dapat digunakan untuk memahami gejala-gejala yang
terjadi.
Menurut Bruner tiga fase ini akan selalu ada dalam kegiatan belajar. Satu hal yang
menarik dari pandangan Bruner adalah bahwa menurutnya faktor budaya juga ikut
mempengaruhi terhadap tingkah laku seseorang. Bruner berpendapat bahwa
8
proses belajar akan dapat berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia sering temukan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme memandang bahwa belajar merupakan proses
pembentukan, penemua dan konstruksi pengetahuan. Penemuan dan konstruksi
pengetahuan ini harus dilakukan oleh siswa itu sendiri. Siswa harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan dan memberikan makna terhadap hal-
hal yang dipelajarinya. John Dewey 1910 (Dimitrios, 2011) salah seorang
konstruktistik mengatakan bahwa hanya dengan bergulat dengan kondisi dari masalah
di tangan, mencari dan menemukan solusi sendiri bukan dalam isolasi tetapi dalam
korespondensi dengan guru dan murid lainnya seseorang belajar. Hal ini berarti dalam
pandangan teori konstruktivisme guru dalam kegiatan belajar harus berperan sebagai
fasilitator bagi siswa dalam menemukan pengetahuannya. Pembelajaran adalah hasil
dari usaha siswa sendiri. Untuk dapat membantu siswa menemukan dan
mengkonstruksi pengetahuan baru dalam proses pembelajaran guru sebagai fasilitator
harus mempertimbangkan struktur kognitif siswa. Artinya penyajian terhadap muatan
pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan siswa (lihat tahap
perkembangan menurut Piaget). Lebih lanjut John Dewey, menegaskan teori ini
dengan mengatakan bahwa pendidik yang efisien harus melaksanakan kegiatan
belajar mengajar sebagai proses menyusun dan membengun pengalaman secara terus
menerus. Paradigma seperti memberikan arti pada pentingnya proses dalam kegiatan
belajar bukan hasil. Teori konstruktivisme memandang seseorang dalam memperoleh
pengetahuan dengan cara mencoba dan memberi arti dan makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Hal ini sesuai dengan bebera aspek
konstruktivisme yang dikemukakan Fornot (Dania, 2009) yaitu
1) Adaptasi
2) Konsep pada lingkungan dan
3) Pembentukan makna.
Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran paradigma konstruktivisme memandang
siswa sebagai individu-individu yang memiliki fitur-fitur perlakuan yang berbeda di mana
9
setiap individu tersebut dianggap penting dan perlu diberikan perhatian yang wajar.
Mereka diberikan kebebasan dan kesempatan yang luas untuk membuat dan menentukan
keputusannya sendiri tentang hal-hal yang mereka akan pelajari. Melalui hal ini mereka
akan lebih bertanggung jawab dan melibatkan diri dalam aktivitas pembelajaran mereka
4. Pengertian Hasil belajar IPA
Hasil belajar merupakan suatu hasil akhir yang diperoleh siswa setelah melakukan proses
belajar. Penentuan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut tes untuk
meninjau sejauh mana tingkat pemahaman dan penguasaan siswa pada materi yang telah
diajarkan pada suatu materi pelajaran. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, hasil belajar IPA
dapat diartikan sebagai segala perubahan kemampuan yang terjadi pada siswa berkenaan
dengan mata pelajaran IPA sebagai hasil dari mengikuti proses belajar mengajar.
Pencapaian hasil belajar siswa mencakup perubahan kemampuan dalam hal memahami
konsep, proses dan sikap IPA. Sehubungan dengan pengertian belajar, Rebel 1989 (Syah,
2008:66) memberi defenisi belajar dengan dua macam defenisi. Pertama, belajar adalah
proses memperoleh pengtahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan
beraksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang dipekuat. Senada dengan pendapat
Gagne di atas, Hamalik (2002: 54-55) mengetengahkan beberapa prinsip dalam belajar
sebagai berikut.
1) Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan dan perilaku
siswa.
2) Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.
3) Belajar dilaksanakan dengan latihan daya- daya, membentuk hubungan asosiasi, dan
melalui penguatan.
4) Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, bersifat kritis, dan
reorganisasi pengalaman.
5) Belajar membutuhkan bimbingan baik secara langsung oleh guru maupun secara tak
langsung melalui bantuan pengalam pengganti.
6) Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri
individu.
7) Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan. dan

10
8) Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain. Dalyono (2005:49)
mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, yang mencakup perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan keterampilan, sehingga dalam konteks ini belajar
merupakan proses kegiatan manusia yang mendayagunakan seluruh potensi yang
dimiliki oleh individu, baik fisik maupun non fisik dalam rangka menjadikan dirinya
sebagai manusia yang utuh, seperti yang dicita-citakan dalam undang-undang. Dalam
proses belajar mengajar, peserta didik adalah subyek dan sekaligus sebagai obyek dari
kegiatan belajar. Oleh karena itu, inti dari proses belajar adalah kegiatan belajar
peserta didik, sehingga tidak heran berbagai teori dan orientasi pembelajaran lebih
ditekankan pada peserta didik. Hilgard dan Brower (Hamalik, 2002) mendefinisikan
belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktifitas, praktek, dan
pengalaman. Tentu saja yang melakukan praktek, beraktifitas dalam hal ini adalah
peserta didik yang dibimbing oleh guru. Thorndike (Sardiman, 2008: 33) mengatakan
dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera deangan impuls untuk
bertindak. Asosiasi yang demikian disebut connecting. Dengan perkataan lain,
bealajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan
reaksi.
Mengenai hubungan antara stimulus dan respon tersebut, Thorndike mengemukakan
beberapa prinsip sebagai berikut.
1) Law of effect. Hubungan stimulus dan respon akan beratambah erat kalau disertai
dengan perasaan senang atau puas, dan sebaliknya kurang erat atau bahkan bisa
lenyap kalau disertai perasaan tidak senang. Konsekuensi dari hukum ini bahwa
adanya usaha memotivasi, membesarkan hati, memuji sangat diperlukan dalam
kegiatan bealajar. Sedangkan hukuman akan kurang mendukung dalam usaha
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.
2) Law of multiple response. Dalam situasi problematis, kemungkinan besar respons
yang tepat itu tidak segera tampak, sehingga individu yang belajar haurs berulang kali
melakukan percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat. Proses inilah yang
dikemudian hari dalam belajar disebut trial and error.

11
3) Law of exercise atau law of use and disuse. Hubungan stimulus dan respons akan
bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang dan bahkan lenyap jika
jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh karena itu, menurut hukum ini dalam
belajar perlu banyak latihan dan ulangan serta pembiasaan.
4) Law of assimilation atau law of analogy. Menurut hukum ini seseorang dapat
menyesuaikan diri atau member respon yang sesuai dengan situasi sebelumnya. Jika
disimpulkan dari sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar seperti yang telah
diuraikan di atas, menurut Aunurrahman (2009:35) kita akan menemukan beberapa
ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut.
 Belajar menunjukkan suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja atau direncanakan.
 Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam hal ini
lingkungan dapat berupa manusia atau objek-objek lain yang memungkinkan
individu memperoleh pengalaman baru.
 Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Yang perlu diketahui,
tidak semua perubahan merupakan hasil belajar. Perubahan-perubahan yang
tidak termasuk hasil belajar, seperti perubahan karena mabuk, sakit dan lain-
lain. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar, seperti perubahan pada
aspek afektif, misalnya siswa santun dalam berbicara, bersikap jujur, pandai
berkomunikasi, jujur, semakin bertanggung jawab, dan perubahan
keamampuan berpikir.
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam suatu kegiatan apapun ada hal di mana seseorang terdorong dan tidaknya dalam
melakukan sesuatu. Tak terkecuali dalam kegiatan belajar. Seseorang kadang melakukan
belajar dengan sangat rajin dan kadang juga kita menemukan ada orang sangat malas
untuk melakukan kegiatan belajar. Fenomena tersebut tentu saja adalah suatu hal yang
lazim ditemukan karena memang dalam kegiatan belajar ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Secara umum ada dua faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam melakukan aktifitas belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam subjek
belajar (faktor internal) dan faktor yang bersumber dari luar subjek belajar (faktor
12
eksternal). Ahmadi dan Joko (2005) membedakan faktor internal menajadi dua, yaitu
kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologis adalah kondisi yang
berhubungan dengan fisik. Kondisi fisik yang tidak normal, misalnya kondisi badan yang
lemah, keadaan fisik yang cacat (fungsi mata dan pendengaran tidak berfungsi dengan
baik), kurang gizi, dan sebagainya akan menyebabkan proses dan hasil belajar tidak
maksimal. Seseorang yang kondisi fisiknya normal, misalnya tidak kekurangan gizi,
penglihatan, dan pendengarannya berfungsi dengan baik, dan kondisi fisik lainnya normal
akan sangat membantu keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Ini berarti bahwa
kondisi fisik seseorang yang akan belajar sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Sedangkan kondisi psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan
a. Minat,
b. Kecerdasan,
c. Motivasi,
d. Bakat, dan kemampuan kognitif, misalnya persepsi, ingatan, dan kemampuan
berpikir.
Faktor eksternal pun akan sangat menentukan tingkat dan pencapaian hasil belajar
seseorang. Beberapa yang termasuk faktor ekternal (lingkungan) tersebut sebagai
berikut.
1) Faktor keluarga. Situasi dan suasana kehidupan keluarga sangat berpengaruh pada
keberhasilan seseorang. Misalnya, pendidikan orangtua, keadaan ekonomi, rumah,
hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua,
sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang.
2) Faktor sekolah.
Secara tidak langsung keadaan sekolah seseorang tempat melaksanakan kegiatan
belajar jugat ikut mempengaruhi hasil belajar seseorang. Seperti gedung sekolah,
kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah siswa per kelas.

3) Faktor masyarakat
Apabila kondisi masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan
memiliki moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat menjadi
pemicu seseorang untuk melakukan belajar.
13
4) Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses
Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran
diinspirasi dan dilatarbelakangi oleh teori belajar naturalisme romantis dan teori
belajar kognitif gestalf (Syaiful, 2011). Pendekatan keterampilan proses
merupakan suatu pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai
daya dorong dalam mengarahkan kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses juga menekankan pada pertumbuhan dan
pengembangan keterampilan tertentu yang ada pada diri siswa agar mereka
mampu memproses informasi dan mampu menemukan hal-hal baru seperti fakta
dan konsep. Sejalan dengan hal di atas, Moedjiono, (1993:14) mengatakan bahwa
pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan dalam
pengembangan keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari
kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Dengan nada
yang berbeda Semiawan (Nasution, 2007:19-110) juga mengatakan bahwa
keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Pendekatan keterampilan proses adalah
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan ketrampilan proses
yang digunakan untuk mengungkap dan menemukan fakta dan konsep serta
menumbuhkan sikap dan nilai yang diperlukan oleh siswa. Proses pembelajaran
dengan pendekatan ini dimulai dari obyek nyata atau obyek yang sebenarnya
dengan menggunakan pengalaman langsung, sehingga siswa diharapkan terjun
dalam kegiatan belajar mengajar yang lebih realistis, dan siswa juga
diajak ,dilatih, dan dibiasakan melakukan observasi langsung dan membuat
kesimpulan sendiri. Conny, 1990 (Sanjaya, 2011) mengungkapkan bahwa
pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang
mengefektifkan siswa dengan cara mengembangkan keterampilan memproses
dalam memperoleh pengetahuan sehingga siswa akan menemukan,
14
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai
yang dituntut dalam tujuan pembelajaran. Beranjak dari beberapa pengertian yang
telah diuraikan di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa penerapan pendekatan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajara khususnya pada mata
pelajaran IPA sangat penting. Bagaimana tidak, dalam pendekatan keterampilan
proses siswa diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-
kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan
keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.
Dengan demikian siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-
konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa
sendiri. Proses ilmiah merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari IPA. Karena
objek kajian IPA adalah alam semesta yang dapat diindra oleh panca indra secara
langsung, sebab itu kajian IPA bersifat konkret. Misalnya ketika mempelajari
konsep tumbuh-tumbuhan seharusnya dipelajari secara langsung pada objeknya.
Sebagai suatu konsep tumbuh-tumbuhan merupakan konsep yang abstrak, tetapi
objeknya konkret seperti bunga mawar, rumput dan lain-lain. Sebagai suatu
pendekatan yang melibatkankan sikap ilmiah dalam kegiatannya, maka ada
beberapa kemampuan dasar yang akan dikembangkan dan yang harus dimengerti
dan dipahami dengan baik oleh siswa dalam pendekan ini. Beberapa kemampaun
dasar tersebut menurut Lutfiadi (2009:7) adalah
1) Keterampilan Mengobservasi;
2) Keterampilan Menghitung;
3) Keterampilan Mengukur;
4) Keterampilan Mengklasifikasi;
5) Keterampilan Mencari Hubungan Antara Ruang dan Waktu;
6) Keterampilan Membuat Hipotesis;
7) Keterampilan Merencanakan Penelitian atau Eksperimen;
8) Keterampilan Mengendalikan Verbal;
9) Keterampilan Menafsirkan Data;
10) Keterampilan Meramalkan;
11) Keterampilan Menerapkan; dan
15
12) Keterampilan Mengkomunikasikan.
Hal Yang Sama Juga Diutarakan oleh Darmojo dan Kaligis (1992:51) bahwa beberapa
keterampilan proses dalam pengajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut.
1) Keterampilan mengobservasi.
2) Keterampilan mengklarifikasi.
3) Keterampilan menginterpretasi.
4) Keterampilan memprediksi.
5) Keterampilan membuat hipotesis.
6) Keterampilan mengendalikan variabel.
7) Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian.
8) Keterampilan menyimpulkan atau inferensi.
9) Keterampilan menerapkan atau aplikasi.
Keterampilan mengkomunikasikan. Untuk mendapatkan gambaran secara singkat beberapa
keterampilan di atas dapat diperhatikan uraian di bawah ini.
1. Keterampilan mengobservasi.
Keterampilan mengobservasi merupakan keterampilan menggunakan semua alat
indera, seperti indera penglihatan, peraba, parasa, pencium, dan pendengaran untuk
memperoleh semua informasi dan data dari objek yang diobservasi. Yang termasuk
dalam keterampilan mengobservasi, seperti keterampilan membedakan, mengukur
dan menghitung.
2. Keterampilan mengklarifikasi.
Keterampilan mengklarifikasi adalah suatu keterampilan menggolongkan suatu objek
pengamatan berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik objek.
3. Keterampilan menginterpretasi.
Adalah suatu keterampilan untuk menafsirkan data-data dan informasi yang telah
diperoleh.
4. Keterampilan memprediksi.
Yaitu keterampilan untuk memperkirakan atau meramalkan suatu peristiwa atau
kejadian yang akan terjadi berdasarkan data-data atau informasi yang telah diperoleh
sebelumnya.
5. Keterampilan membuat hipotesis.
16
Hipotesis dapat diartikan sebagai praanggapan atau dugaan tentang kenyataan-
kenyataan yang belum dibuktikan yang dilakukan melalui proses pemikiran. Jadi,
keterampilan membuat hipotesis adalah keterampilan membuat dugaan tentang suatu
kejadian yang akan terjadi melalui proses pemikiran.
6. Keterampilan mengendalikan variabel.
Keterampilan mengendalikan variabel adalah kemampuan untuk mengisolasi variabel
yang tidak diteliti sehingga terjadi perbedaan pada hasil eksperimen dari variabel
yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian.
Suatu keterampilan dalam merumuskan masalah, membuat hipotesis, dan menguji
hipotesis.
8. Keterampilan menyimpulkan.
Suatu keterampilan dalam menarik suatu kesimpulan akhir dari seluruh proses yang
telah dilakukan.
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi.
Suatu keterampilan yang berupa kemampuan untuk mempergunakan konsep-konsep
yang bersifat abstrak atau pengetahuan yang diperoleh pada situasi lain atau situasi
baru.
10. Keterampilan mengkomunikasikan.
Yaitu suatu keterampilan untuk menyampaikan konsep-konsep atau yang telah
diperoleh kepada pihak lain baik secara lisan maupun tulisan. Pada tempat lain
(Syaiful, 2011:74) mengatakan untuk mengembangkan kemampuan dasar yang harus
dimiliki siswa dalam pendekatan keterampilan proses ada beberapa bentuk kegiatan
yang dapat dilakukan oleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bentuk-
bentuk kegiatan tersebut sebagai berikut.
1) Mengamati gejala yang timbul.
2) Mengklarifikasi sifat-sifat yang sama atau serupa.
3) Mengukur besaran-besaran yang bersangkutan.
4) Mencari hubungan antara konsep-konsep yang ada.
5) Mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah.
6) Memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
17
7) Meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi.
8) Berlatih menggunakan alat-alat ukur.
9) Melakukan percobaan
10) Mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data.
11) Berkomunikasi, dan
12) Mengenal adanya fariabel dan mengendalikan suatu fariabel.
Pentingnya penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar
diperkuat oleh Conny, 1990 (Sanjaya, 2011) yang mengemukakan bahwa penerapan
pendekatan keterampilan proses didasari dengan alasan sebagai berikut.
1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin
lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2) Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-
konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya
bersifat relatif.
4) Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

18
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek , Tempat dan waktu Penelitian


3.A.1. Subyek : Peserta Didik kelas III
3.A.2. Tempat : SD Inpres Dolupore
3.A.3. Waktu Penelitian
Prasiklus : 13 Oktober 2014
Siklus I : 15 Oktober 2014
Siklus II : 20 Oktoberl 2014
3.A.4. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
3.A.5. Materi Pembelajaran : Penggolongan Tumbuhan Berdasarkan
Akarnya(Bagian-bagian dan fungsi akar)
3.A.6. Karakteristik Peserta Didik :
- Peserta didik kelas IIIterdiri dari

laki-laki : 8 orang

Perempuan : 7 orang

- Orang tua pegawai : laki-laki : 2 orang


- Orang tua petani : laki-laki 7 orang
perempuan 5 orang
Orang tua sopir : laki-laki 1 orang
- Ada peserta didik yang kurang tenang dalam proses pembelajaran sedang
berlangsung satu orang
- Ada peserta didik yang tidak membawa alat tulis ke sekolah 4orang laki-
laki .
- Ada peserta didik yang sering terlambat ke sekolah 1 orang.
- Ada peserta didik yang malas mengerjakan tugas rumah
Kondisi riil ini bila tidak ditangani secara serius oleh guru dan semua pihak
yang terlibat , akan memberikan dampak yang negatif bagi peserta didik.

19
B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi Persiklus :
3.B.1. Siklus I (satu)
3.B.1.1. Rencana
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran terlebih dahulu dibuat rencana
proses pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melihat kembali rencana pembelajaran tahap pertama yamg telah dibuat dan
menganalisa sejumlah kelemahannya.
2. Membuat rencana perbaikan pembelajaran tahap I dengan perubahan utama
pada bagian metode dan media pembelajaran yang akan digunakan.
3. Menyiapkan alat peragaa dan media pembelajaran lain yang akan digunakan.
4. Mensimulasi alat peraga yang akan digunakan.
5. Menyiapkan LKS untuk setiap kelompok diskusi.
6. Menyiapkan instrumen penilaian.
7. Merencanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi.
8. Memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta didik agar lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
9. Merencanakan proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
dan media pembelajaran atau alat peraga yang relevan.
10. Meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat dengan cara berdiskusi dan
memberikan masukan untuk perbaikan RPP dan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran.

20
Adapun langkah-langkah perbaikan yang relevan dengan masalah adalah :
 Menyiapkan tumbuhan dengan akarnya.
 Guru membagikan LKS.
 Peserta didik berdiskusi dalam kelompok dengan beberapa pertanyaan
penuntun sebagai berikut:
a. Mengapa tumbuhan layu apabila akarnya dipotong?
b. Mengapa tumbuhan diberi pupuk pada bagian akarnya?
c. Apa kesimpulanmu?
 Pleno atau laporan dan pemajangan hasil diskusi.
 Membuat penilaian atau evaluasi terhadap hasil diskusi.
 Guru membuat rangkuman atau kesimpulan akhir.

3.B.1.2. Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dibuat dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan
dilaksanakan.
2. Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil
perbaikan,misalnya mengamati keaktifan peserta didik selama proses
pembelajaran,mengamati sikap peserta didik yang mengumpulkan tugas tepat
waktu,menganalisis persentase kehadiran serta memberikan penilaian kepada peserta
didik melalui tes formatif dan tes eksperimentasi atau percobaan.
3. Melakukan persiapan perbaikan bersama teman sejawat dan supervisor.
Teman sejawat yang dipercayakan sebagai pengamat dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini adalah :
Nama : Veronika Moo, S.Pd
NIP : 196507251994032006
Jabatan : Guru SDI Dolupore
Alamat : Dolupore – Kel. Mataloko – Kec. Golewa – Kabupaten Ngada

21
Tugas teman sejawat atau pengamat adalah :
- Berdiskusi dan memberi masukan untuk perbaikan RPP dengan menggunakan
APKG I plus.
- Mengamati dan memberi masukan untuk pelaksanaan perbaikan RPP dengan
menggunakan APKG 2 plus.
- Berdiskusi dan memberi masukan terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berdasarkan hasil pengamatan.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran :


 Kegiatan Awal (5 menit)
- Apersepsi
- Tanya jawab:
Apa Guna akar bagi tumbuhan?
 Kegiatan Inti (50 menit)
- Guru menyampaikan informasi awal tentang materi yang akan diajarkan.
- Peserta didk dibagi kedalam tiga kelompok.
- Peserta didik melakukan berdiskusi tentang manfaat dan fungsi akar bagi
tumbuhan.
- Guru membagikan LKS.
- Peserta didik berdiskusi dalam kelompok dengan beberapa pertanyaan
penuntun dalam LKS.
- Guru membimbing, mengamati dan mengadakan penilaian proses ketika
peserta didik berdemonstrasi dan berdiskusi.
- Pleno atau pelaporan dan pemajangan hasil diskusi.
- Membuat penilaian atau evaluasi terhadap hasil diskusi.
- Guru membuat rangkuman atau kesimpulan akhir.
 Kegiatan Akhir (15 menit)
22
Tes perbaikan pembelajaran dengan instrument berikut :
1. Dari hasil diskusi jelaskanbagian-bagian akar bagi tumbuhan!
2. Dari hasil diskusi jelaskan manfaat akar bagi tumbuhan!
3. Jelaskam cirri-ciri akar serabut!
4. Jelaskan cirri-ciri akar tunggang!
5. Mengapa tumbuhan apabila dicanut akarnya akan layu /mati?

3.B.1.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data


3.B.1.3.1. Pengamatan
 Peserta didik kelihatan bersemangat dalam proses pembelajaran meskipun tidak
semuanya aktif.
 Hanya 8 (enam) siswa yang mendapat kesempatan menjawab pertanyaan guru.
 Ada 7 peserta didik yang menjawab dengan benar pertanyaan guru.
 Pada saat pembentukan kelompok, suasana kelas menjadi ribut.
 Selama kegiatan diskusi dengan alat peraga, terjadi keributan kecil karena
semua peserta didik berebutan untuk mengamati tumbuhan.
3.B.1.3.2. Pengumpulan Data
 Ada 8 peserta didik yang tuntas dalam belajar.
 Yang belum tuntas adalah peserta didik yang kurang konsentrasi saat
pembelajaran, siswa yang daya ingatnya rendah.
 Ada siswa yang sering mengantuk, tidak memiliki alat tulis dan mempunyai
kemampuan daya ingatnya rendah.
3.B.1.3.3 Refleksi
Dalam kegiatan pembelajaran ini , dari hasil introspeksi diri sebagai penulis atau
pengamat ditemukan beberapa kekuatan dan kelemahan sebagai berikut:

a. Kekuatan :
- Menguasai kelas dan materi pembelajaran.
- Jumlah peserta didik yang tuntas belajar meningkat menjadi 68%.

23
- Peserta didik yang belum tuntas belajar (35 %) diberi kesempatan untuk
mempelajari kembali sampai mereka tuntas belajar.
- Kegiatan pembelajaran ini manjadi bahan umpan balik untuk guru dan
peserta didik.
- Mampu merencanakan program perbaikan pembelajaran dan
melaksanakannya dengan baik.

b. Kelemahan :
- Rumusan pertanyaan yang diberikan masih belum dipahami
semua peserta didik.
- Sebaran pertanyaan tidak merata.
- Guru masih mendominasi pembelajaran dengan ceramah yang
terlalu lama.
Kesimpulan :
Berdasarkan refleksi atas kegiatan diatas, maka perlu dilakukan tindakan
perbaikan pada siklus I dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebelum membentuk kelompok terlebih dahulu disampaikan syarat
misalnya siswa menghitung dari 1 sampai 3 dan menyebut nomor yang
sama menjadi satu kelompok.
2. Sebaran pertanyaan diusahakan lebih merata.
3. Rumusan pertanyaan disusun lebih sederhana.
4. Semua siswa diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi dan
menjawab pertanyaan.

24
3.B.2. Siklus Dua (II)
3.B.2.1. Rencana
Rencana yang dibuat pada siklus II adalah :
 Membuat RPP beserta skenario tindakan perbaikan pembelajaran yang
akan dilaksanakan berdasarkan analisa tentang kekuatan dan kelemahan
yang ditemukan pada siklus I.
 Menyiapkan alat peraga berupa tumbuhan yang mempunyai akar
 Melihat kembali pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik .
 Menyiapkan lembaran penilaian dan pengamatan yang sudah disepakati
bersama teman sejawat.
 Menyiapkan LKS untuk setiap kelompok diskusi.
 Menyiapkan tempat untuk diskusi bersama siswa.

Langkah-langkah perbaikan :
 Semua peserta didik melakukan diskusi secara serentak dengan alat peraga
agar lebih mudah memahami tentang jenis-jenis akar dan fungsinya
 Berdiskusi dalam kelompok berdasarkan pertanyaan penuntun dalam LKS.
 Melaporkan hasil diskusi.
 Guru membuat kesimpulan akhir
 Melaksanakan evaluasi siklus II.
3.B.2.2. Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dibuat dengan
langkah-langkah berikut:
- Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan
dilaksanakan.

25
- Menyiapkan fasilitas untuk kegiatan diskusi
- Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan
proses dan hasil perbaikan, misalnya mengamati keaktifan peserta didik
selama proses pembelajaran, mengamati sikap peserta didik ketika diberi
tugas, menganalisis pesera didik yang mengumpulkan tugas tepat waktu,
menganalisis kualitas penyelesaian tugas, menganalisis presentase kehadiran
serta memberikan penilaian kepada peserta didik melalui tes formatif.
- Menyiapakan analisa data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan.
- Melakukan persiapan pelaksanaan perbaikan bersama teman sejawat.
Teman sejawat yang dipercayakan sebagai pengamat dalm pelaksaan
perbaikan pembelajaran ini adalah :
Nama : Veronika Moo, S.Pd
NIP : 196507251994032006
Jabatan : Guru SDI Dolupore
Alamat : Dolupore, Kel. Mataloko, Kec. Golewa, Kab. Ngada
Tugas teman sejawat atau pengamat adalah :
 Berdiskusi dan memberi masukan untuk perbaikan RPP dengan
menggunakan APKG 1 plus.
 Mengamati dan member masukan untuk pelaksanaan perbaikan dengan
menggunakan APKG 2 plus.
 Berdiskusi dan memberi masukan terhadap pelaksanaan perbaikan
pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan.
3.B.2.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data
1.Pelaksanan pembelajaran dilakukan menggunakan tanaman yang
mempunyai akar tunggang dan serabut.
2. Data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
3. Data aktifitas siswa dilakukan pengamatan terhadap siswa selama
Pembelajaran berlangsung.
4.Data hasil belajar yang dilakukan dalam penelitiansetiap siklus dan
akhir dari keseluruhan siklus.

26
C. Tekhnik Analisa Data.
Dalam laporan perbaikan pembelajaran ini , penulis menggunakan analisa data primer
dan data sekunder. Di dalam data primer memuat tentang hasil evaluasi yang diikuti 15
peserta didik kelas III SDI Dolupore sebanyak dua kali evaluasi. Data sekunder
diperoleh dari hasil penilaian dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh
supervisor. Pengolahan data tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan nilai
peserta didik yang dirincikan sebagai berikut:
a. Siklus I:
Dalam siklus pertama dengan hasil pengamatan bahwa sebagian besar peserta didik
belum mampu menggolongkan tumbuhan berdasarkan akarnya(jenis-jenis dan
fungsi akar)
Beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut antara lain :
- Melakukan pengamatan secara langsung pada akar tanaman.
- Menjelaskan secara terperinci bagian akar dan fungsinya..
- Membuat kesimpulan dan evaluasi.
b. Siklus II:
Setelah melewati proses evaluasi pada siklus I ternyata masih ada peserta didik
yang memperoleh nilai di bawah (Kriteria Ketuntasan Minimal)
Dengan nilai ini menjadi perhatian guru dalam proses perbaikan pembelajaran
sekaligus solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan :
a. Melakukan bimbingan kepada siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM.
b. Memajukan pertanyaan dan memotivasi dengan pertanyaan yang merangsang
minat peserta didik.
c. Memberikan penguatan berupa pujian dan penghargaan.
d. Menyimpulkan materi dan melaksanakan evaluasi.

27
Tabel 4.a Nilai yang diperoleh pada Pra Siklus

No Nama Siswa Kode Nilai Aspek yang dinilai


.
1 Bernadus K Djawa BD 66 - Keseriusan dalam kegiatan
2 Petrus D Petu Pp 70 diskusi
3 Reynaldus L Djo RD 60 - Keaktifan dalam kegiatan
4 Dovan A.S.Wea Dw 40 diskusi
5 Emanuel A Lirong El 30 - Kerjasama dalam kegiatan
6 Ermelinda Watu EW 75 diskusi
7 Katarian Watu KW 40
8 Heribertus B.Nono HB 60
9 Lidwina C.Klara LK 80
10 Mara A,Bhubhu MB 60
11 Maria D.Nenu MN 72
12 Maria F,.Nou MF 80
13 Maria I.R.Bupu MIR 80
14 Reyginaldus ADaketi RA 70
15 Werner Sola WS 61
Jumlah 923
61
KKM 70%

KKM yang diperoleh pada kegiatan pembelajaran Pra Siklus adalah 61 %, yang
seharusnya 70 %.
Jadi jumlah peserta didik yang akan mengikuti kegiatan remedial adalah 8 orang

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Deskrisi Hasil Penelitian, Perbaikan, dan Pembelajaran


Dari hasil penelitian ini, maka nilai yang diperoleh peserta didik pada siklus pertama adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.b. Nilai yang diperoleh pada siklus pertama
Nama Siswa No Nilai Aspek yang dinilai
1 Bernadus K,Djawa BD 70 - Keaktifan peserta didik dalam
2 Petrus D.Petu PP 60 melakuksn diskusi
3 Reynaldus L.Djo RD 60 - Kemampuan peserta didik
4 Dovan A.S.Wea DW 60 dalam menjawab pertanyaan
5 Emanuel A.Lirong El 60 LKS
6 Ermelinda Watu EW 78 - Menggunakan media tumbuhan
7 Katarina Watu KW 68 dikotildan monokotil
8 Heribertus B.Nono HB 70
9 Lidwina C.Klara LK 70
10 Maria A.Bhubhu AB 60
11 Maria L.D.Nenu MN 60
12 Maria F .Nou MF 66
13 M.I.R.Bupu MIR 65
14 Reyginaldus A.Daketi RA 69
15 Werner Sola WS 60
JUMLAH 976
Rata-rata 65.0
KKM 70%

Hasil pengamatan dalam proses pembelajaran di SDI Dolupore pada siklus pertama ini
ditemukan beberapa peserta didik yang masih pasif yang dilakukan oleh (PP,RD,DW,EL,MI MF,

29
WS). Pada siklus pertama ini hasil yang diperoleh peserta didik ada yang belum mencapai
KKM.
4.b. Nilai yang diperoleh pada siklus kedua
Nama Siswa No Nilai Aspek yang dinilai
1 Bernadus K,Djawa BD 80 - Peserta didik mampu
2 Petrus D.Petu PP 78 menyimpulkan kegiatan
3 Reynaldus L.Djo RD 80 - Menjelaskan jenis-jenis akar
4 Dovan A.S.Wea DW 80 dan fungsinya
5 Emanuel A.Lirong El 90
6 Ermelinda Watu EW 87
7 Katarina Watu KW 80
8 Heribertus B.Nono HB 80
9 Lidwina C.Klara LK 86
10 Maria A.Bhubhu AB 75
11 Maria L.D.Nenu MN 80
12 Maria F .Nou MF 78
13 M.I.R.Bupu MIR 80
14 Reyginaldus A.Daketi RA 80
15 Werner Sola WS 80
JUMLAH 1214
Rata-rata 80.9
KKM 70%

Pada siklus kedua ini peserta didik yang masih pasif pada siklus pertama , sudah mengalami
perubahan yaitu nilai yang diperoleh sudah baik yakni mencapai nilai diatas KKM.

4.1.1 Penerapan Metode Pendekatan Ketermpilan Proses dalam Pembelajaran Sains.

30
Pemilihan metode mengajar sangat diperlukan dalam proses pembelajaran . Seorang guru
harus professional dalam menyajikan pelajaran sains dan guru harus mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang telah disusun terperinci dan lengkap. Guru harus mempunyai
motivasi yang tinggi untuk menentukan pencapaian tujuan belajar.
Pendekatan Ketermpilan Proses merupakan suatu penedekatan dalam kegiatan belajar
mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuam mental,fisik, dan sosial,yang
mendasar sebagai daya dorong dalam mengarahkan kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
siswa.
Pendekatan Ketermpilan Proses juga menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan
keterampilan tertentu yang ada pada diri siswa agar mereka mampu menemukan hal-hal baru
seperti fakta dan konsep.
Peserta didik diberi kesempatan untuk membahas dan memecahkan masalah serta
menjawab pertanyaan, sehingga keterlibatan peserta didik sangat dibutuhkan. Peserta didik
diberi kesempatan untuk melakukan pertunjukkan, mengikuti suatu proses, mengamati dan
menyimpulkan hasil diskusi serta mampu menemukan jawaban sendiri.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti masih banyak siswa yang harus
mendapat bimbinag khusus oleh oleh guru IPA.Dengan demikian peserta didik yang
mengalami kesulitan harus mendapat bimbingan khusus dari guru.

Sebagai motivator guru harus memahami pikiran memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan kemampuannya.
Peserta didik yang pasif disebabkan karena kurangnya daya serap dari peserta didik itu sendiri
serta kurangnya perhatian pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru harus merefleksikan pengalaman pembelajaran berdasarka criteria penilaian
sehingga apa yang menjadi kelemahan atau kekurangan dapat dicari solusinya agar peneliti
dapat memperbaiki dan dan untuk menjadi kemajuan atau kelebihan dapat bdipertahankan.
4.1.2.Prestasi belajar peserta didik
Prestasi belajar peserta didik diperoleh hasil kerja keras siswa juga mendapat bimbingan
yang yang terus menerus yang dilakukan guru. Keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar. Berdasarkan pengamatan dengan

31
mengunakan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar anak agar anak lebih
mudah mengingat dengan alat peraga secara langsung akar tumbuhan monokoti dan dikotil.

1.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan ini peneliti membagi menjadi dua bagian yang akan dibahas
berdasarkan pada pertemuan di lapangan dan teori pad bab III sebagai berikut :
a) Metode yang digunakan untuk peningkatan hasil belajar
b) Keefektifan pembelajaran
Kefektifan pembelajaran adalah ukuran suatu pembelajaran.
Indikator kefektifan pembelajaran dalam penelitian ini adalah aktifitas siswa,
kemampuan guru mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap
pembelajaran dan ketuntasan belajar secara klasikal.
a. Aktifitas murid
Berdasarkan pengamatan di lapangan murid sangat antusias mengikuti
pelajaran dengan menggunakan pendekata keterampilan proses dan
menyelesaikan soal-soal latihan.
Murid juga tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak relevan dalam
mengikuti pelajaran.hal ini terbukti dengan adanya perhatian yang
serius pada saat menggunakan alat peraga yang disiapkan peneliti.
b. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Penilaian yang diberikan oleh pengamat I da II pada lembaran
pembelajaran menunjukan bahwa peneliti dalam mengelola
pembelajaran dikatakan efektif.
c. Ketuntasan hasil belajar
d. Dari data hasil tes yang diperoleh pada siklus I pertemuan pertama
terlihat bahwa Respon murid terhadap pembelajaran
Dari kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
keterampilan proses terlihat bahwa siswa sangat aktif dan antusias
berdasarkan hasil respon siswa

32
BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat mengambil kesimpulan bahwa adanya
perbedaan prestasi belajar yang diperoleh murid dalam pembelajaran IPA sebelum
melakukan tindakan dan sesudah melakukan tindakan, hal ini dapat dibuktikan pada tes
murid yang telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum melakukan
tindakan.
Pada penelitian ini peneliti melakukan pra siklus dan siklus I dengan tujuan untuk
melihat ketuntasan murid baik secara individual maupun secara klasikal. Dalam
penelitian ini terjadi peningkatan prestasi belajar dilihat dari pererolehan nilai antara pra
siklus dan siklus yang terus terjadi peningkatan pada setiap siswa.
Dengan demikian bahwa dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA di SD dapat meningkatkan prestasi belajar serta kreatip dan antusias
Belajar siswa Sekolah Dasar.

V.2 SARAN
Oleh sebab itu penulis menyarankan bahwa dalam pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar sering menggunakan pendekatan keterampilan proses,dari hasil yang dilakukan
oleh peneliti menunjukan perubahan atau perbedaan sebelum melakukan tindakan dan
setelah melakukan tindakan.Pembelajaran dengan menggunakan media dapat
meningkatkan semangat siswa juga meningkatkan keberanian dalam melaporkan
hasildiskusi,meningkatkan kerja sama.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 1998. Evaluasi Instruksional Prinsip dan Prosedur. Bandung : CV Karya
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta: Rineka
Cipta.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
University Press
Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center
(MLC)
Lie, Anita. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Martinis Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Melvin K. Silberman. 2004. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktiv. Bandung:
Nusamedia
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana.
Slavin, Robert. 1994. Cooperatif Learning. (Terjemahan Agus Susanto). Boston University
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Umaedi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat P5endidikan Lanjutan Pertama.

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai