Anda di halaman 1dari 29

KARYA ILMIAH

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV


MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET
DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI
STRUKTUR DAUN DAN FUNGSINYA DI UPT SDN 60
KEPULAUAN SELAYAR KECAMATAN BENTENG
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Oleh:

MUH.RIFAL
NIM.837991471
rifalkmp2018@gmail.com

ABSTRAK

Muh.Rifal (2020. 1). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas IV pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dengan materi Struktur Daun dan Fungsinya
Melalui Media Benda Konkret Di UPT SDN 60 Kepulauan Selayar Kecamatan Benteng .
PKP, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan media benda konkret
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil refleksi yang rendah diperoleh rata-rata
hasil belajar siswa jauh dibawah standar KKM yang ditetapkan disekolah. Subjek
penelitian ini adalah kelas IV dengan jumlah siswa 20 orang. Data yang dikumpulkan
adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data dari hasil tes formatif
pada setiap siklus. Sedangkan data kualitatif berupa hasil observasi pada tiap siklus
pembelajaran. Hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata 68,15% dengan kategori
Sedang. Pada siklus II setelah dilakukan berbagai perbaikan, rata-rata nilai meningkat
signifikan menjadi 89,5% dengan kategori tinggi. Sehingga siklus kedua ini merupakan
siklus terakhir. Penelitian ini juga membuktikan bahwa penggunaan media benda
konkret sangat tepat diterapkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena
hasil perbaikan yang dilakukan dalam pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam menguasai materi Struktur daun dan fungsinya.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Media Benda Konkret.

1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai seorang guru tentu saja menginginkan siswanya mendapatkan
hasil belajar yang maksimal dari kegiatan belajar mengajar di sekolah
seperti yang di ungkapkan Gagne (2007:14) ada lima kategori hasil
belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif,
sikap dan keterampilan. Sudjana, (1990:22) mengungkapkan tiga tujuan
pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi
hasil belajar tercermin dari kognitif menyangkut kecerdasan atau
intelektualitasnya, seperti pengetahuan yang dikuasai maupun cara
berpikir, afektif menyangkut aspek perasaan dan emosi, dan psikomotorik
mencakup kemampuan yang menyangkut ketrampilan fisik dalam
mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) pada jenjang pendidikan dasar dimaksudkan
untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah
yang kritis, kreatif dan mandiri.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 menetapkan
bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai
oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap satuan pendidikan.
Pelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang
mencakup materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan target
ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode, media atau alat peraga dan

2
strategi belajar yang tepat. Guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan selain dengan penggunaan metode dan
strategi yang tepat, guru juga harus mampu memahami karakteristik siswa
dan memberikan rangsangan ke pada siswa agar bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Dari hasil tes awal yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam materi struktur daun dan fungsinya diperoleh hasil belajar yang
kurang memuaskan, yaitu dari 20 siswa kelas IV, yang mengalami
ketidaktuntasan belajar sebanyak 12 siswa (60%) sisanya 8 siswa (40%)
mengalami ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata kelas 68,15%
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas IV
UPT SDN 60 Kepulauan Selayar belum mengalami ketuntasan belajar.
Pembelajaran di kelas belum memanfaatkan secara maksimal berbagai
faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar.
Dengan adanya proses pembelajaran menggunakan media benda
konkret, maka diharapkan siswa kelas IV UPT SDN 60 Kepulauan Selayar
dapat meningkatkan kemampuannya untuk menjelaskan dan mendeskripsikan
materi Struktur daun dan fungsinya serta meningkatkan Hasil dan prestasi
belajar serta ketuntasan belajar minimal Ilmu Pengetahuan Alam.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, ditemukan fakta
bahwa siswa kelas IV UPT SDN 60 Kepulauan Selayar tergolong lemah
dalam menyerap materi Ilmu Pengetahuan Alam tentang struktur daun
dan fungsinya yang telah diberikan. Hanya 40% siswa yang mampu
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Sebagian siswa
pasif hanya ada beberapa siswa saja yang terkesan cepat tanggap dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Ada dua hal yang menjadi penyebab kegagalan tersebut, antara
lain :
a. Siswa kurang memahami materi struktur daun dan Fungsinya ;

3
b. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang fokus
memperhatikan penjelasan dari guru;
c. Metode yang digunakan guru kurang menarik bagi siswa.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis melakukan
diskusi dengan supervisor 2 dalam upaya mengatasi masalah tersebut.
Dari hasil analisis ditemukan penyebab terjadinya masalah tersebut antara
lain:
a. Saat menyajikan materi, guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah, sehingga siswa terkesan hanya pasif mendengarkan
informasi dari guru
b. Pada saat guru mengajar, guru tidak memberikan contoh berupa
media benda konkret untuk menvisualisasikan contoh Struktur
daun dan fungsinya.
3. Alternatif Dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis masalah, ditemukan alternatif
pemecahan masalah atau alternatif tindakan perbaikan yang mungkin
untuk dilakukan, yaitu “Penggunaan Media Benda Konkret Pada Siswa
Kelas IV UPT SDN 60 Kepulauan Selayar Kecamatan Benteng”.
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan usulan alternatif pemecahan masalah tersebut,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah dengan penggunaan media Benda Konkret dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada materi Struktur Daun dan Fungsinya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV UPT SDN 60 Kepulauan Selayar
Kecamatan Benteng?’
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran/Kegiatan Pengembangan
Sesuai peranan guru sebagai motivator, guru harus dapat
membangkitkan minat siswa karena minat sebagai motivasi yang
mempengaruhi dalam belajar, berfikir dan berprestasi (Krapp, Hidi, Reminger,

4
Prudrich dan Schrurk 1996). Dalam hal ini, tujuan penelitian dilakukan
adalah:
a. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV UPT SDN 60 Kepulauan
Selayar melalui penggunaan media benda konkret.
b. Mendeskripsikan media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran/Kegiatan Pengembangan
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan
kompetensi siswa di sekolah
c. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, kesenangan dalam diri siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran di kelas.
d. Memberikan bekal kecakapan berfikir ilmiah melalui keterlibatan siswa
dalam kegiatan penelitian perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.
2. Bagi Guru
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
b. Guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara
profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
d. Guru akan merasa lebih percaya diri.

3. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
b. Sekolah memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran.

5
BAB II
Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
IPA merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam” yang
merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural
berarti alamiah atau berhubungan dengan alam. Science berarti ilmu
pengetahuan. Jadi menurut asal katanya, IPA berarti ilmu tentang alam atau
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di alam (Srini M. Iskandar,
1996:2).
IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam
semesta dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992:3). Menurut Nash
1963 (dalam Hendro Darmodjo, 1992:3) IPA adalah cara atau metode untuk
mengamati alam yang sifatnya analisis, lengkap, cermat serta
menghubungkan antara fenomena alam yang satu dengan fenomena alam
yang lainnya. Sedangkan menurut Powler (dalam Winaputra, 1992:122) IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan
yang sistematis yang tersusun secara teratur dan berlaku umum berupa
kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
IPA sering disebut juga dengan sains. Sains merupakan terjemahan
dari kata science yang berarti masalah kealaman (nature). Sains adalah
pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam (Usman
Samatowa, 2010:19). Sains adalah pengetahuan yang kebenarannya sudah
diujicobakan secara empiris melalui metode ilmiah (Uus Toharrudin, Sri
Hendrawati 2011:26). Sains merupakan cara penyelidikan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang alam semesta menggunakan metode
pengamatan dan hipotesis yang telah teruji (Uus Toharrudin, Sri Hendrawati
2011:27).
Berdasarkan pengertian-pengertian IPA/sains di atas dapat
disimpulkan bahwa pada hakikatnya IPA terdiri atas 3 unsur utama. Ketiga

6
unsur tersebut yaitu produk, proses ilmiah, dan pemupukan sikap. IPA bukan
hanya pengetahuan tentang alam yang disajikan dalam bentuk fakta, konsep,
prinsip atau hukum (IPA sebagai produk), tetapi sekaligus cara atau metode
untuk mengetahui dan memahami gejala-gejala alam(IPA sebagai proses
ilmiah) serta upaya pemupukan sikap ilmiah (IPA sebagai sikap).
A. Media Benda Konkret
1. Pengertian Metode
Menurut Ibrahim dan Nana Syaodih (2003: 119), menyatakan
bahwa “media benda konkret adalah objek yang sesungguhnya yang akan
memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari
berbagai hal, terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan
tertentu.” Pengertian media benda konkret juga dapat diartikan alat peraga
seperti yang dikemukakan oleh Subari (1994:95), bahwa “alat peraga
adalah alat yang digunakan oleh pengajar untuk mewujudkan atau
mendemonstrasikan bahan pengajaran guna memberikan pengertian atau
gambaran yang sangat jelas tentang pelajaran yang diberikan.”
Selanjutnya Subari juga menjelaskan bahwa ditinjau dari sifatnya
alat peraga dibedakan menjadi tiga, yaitu: alat-alat peraga yang asli, alat-
alat peraga dari benda pengganti, alat-alat yang terbuat dari benda abstrak.
Berdasarkan tiga macam alat peraga yang disebutkan, masing-masing
mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Pengertian yang berkaitan
dengan media benda konkret yaitu alat peraga yang asli, dimana menurut
Subari “alat-alat peraga yang asli maksudnya adalah benda-benda yang
digunakan untuk alat peraga itu benda yang sebenarnya.”
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa Benda Konkret ini merupakan benda yang
sebenarnya, benda/media yang membantu pengalaman nyata peserta didik.
Media benda konkret memiliki fungsi selain untuk memberi pengalaman
nyata dalam kehidupan siswa juga berfungsi untuk menarik minat belajar
siswa.

7
2. Manfaat Media Benda Konkret
Secara rinci berikut manfaat dari media konkret
a. Memudahkan siswa dalam membangun struktur kognitif dalam
membentuk konsep.
b. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar sesuai
dengan program yang sudah ditetapkan.
c. Mengefektifkan proses pembelajaran
d. Meningkatkan interaksi komponen pembelajaran

3. Kelebihan Media Benda Konkret


a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (tahu kata-
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya)
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
c. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif siswa
d. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

4. Kekurangan Media Benda Konkret


Dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:176),
kelemahan media benda konkrit antara lain: memerlukan tambahan
anggaran biaya pendidikan, memerlukan ruang dan tempat yang
memadai jika media tersebut berukuran besar, apabila media yang
diperlukan sulit didapat ditempat tersebut, maka akan menghambat
proses pembelajaran, baik guru atau siswa harus mampu menggunakan
media pembelajaran tersebut.
Namun dari kelemahan penggunaan media benda konkret
tersebut diatas, tidak akan mengurangi manfaat atau memberikan dampak
kerugian yang begitu besar terhadap proses pembelajaran.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Media Konkret

8
 Guru menunjukan media benda konkret berupa daun dan gambar
daun
 Siswa diminta mengamati benda-benda tersebut
 Siswa diminta menyebutkan nama benda-benda konkret
 Guru menjelaskan berbagai macam benda-benda konkret tersebut.
 Siswa diminta mengamati benda-benda di dalam kelas, adakah
diantara benda-benda tersebut yang termasuk kedalam jenis benda
konkret.
 Guru memberi penguatan.

B. Hasil Belajar
Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar seseorang sering tidak
langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk
memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun
demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam setiap tingkah lakunya. Hasil belajar menurut Bloom
(Suharsimi Arikunto, 2005:76) dibagi dalam 3 (tiga) ranah yakni :
a. Ranah kognitif: kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan
penalaran.
b. Ranah psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan
melibatkan anggota badan; kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.
c. Ranah afektif: berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
Berdasarkan definisi diatas maka hasil belajar merupakan perubahan
kemampuan pada manusia sebagai hasil dari proses belajar sehingga
bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif, afektif, dan
psikomotor setelah siswa melakukan pengalaman belajar.

9
BAB III
Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV dengan jumlah siswa 20
orang bertempat di UPT SDN 60 Kepulauan Selayar yang terletak di Jl.
Dr.Sam Ratulangi No.8 Benteng ,Kelurahan Benteng Selatan ,Kecamatan
Benteng ,Kabupaten Kepulauan Selayar, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel jadwal di bawah ini:
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No. Mata Pelajaran Siklus Tanggal Waktu

1. Ilmu Pengetahuan 1 18 April Pkl. 10.00 WITA


Alam 2020

2. Ilmu Pengetahuan 2 25 April Pkl. 10.00 WITA


Alam 2020

. Jumlah siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 20


orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3. 2
Daftar Nama Siswa Kelas IV

No Nama Siswa Jenis Kelamin

1 Ahmad Rafi L

2 Ahman Sari Ashar L

3 Anugrah L

4 Muhammad Ikhlazul L

10
5 Muhammad Yusra L

6 Nabil Muzzhoffar L

7 Nur Ikhsan Fajar L

8 Rapli L

9 Firdaus L

10 Muh.Rahmat L

11 Andi Fajar Setiawan L

12 Alya Nur Syifa P

13 Andi Dwi Arianti Hardi P

14 Andi Pitra P

15 Aziizah Caesar Milan P

16 Fitriani P

17 Iftitah Nailah Tasyriq P

18 Nina Vixiaggi P

19 Nur Salsyabila Syamsir P

20 Wafidah Ainul Husna P

2. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan Pengembangan


Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui
langkah siklus sebanyak dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting),
Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting). (Suharsini Arikunto,
2006).
1) Perencanaan
a. Menyusun jadwal mengajar
b. Membuat perangkat pembelajaran

11
c. Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
d. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam
kegiatan pembelajaran
e. Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan

2) Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi :
a. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang dicapai.
b. Guru memotivasi siswa
c. Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan
d. Guru bersama teman sejawat mengamati proses pembelajaran yang
sedang berlangsung dan guru memberikan bimbingan pada siswa.
e. Siswa diminta mengamati benda konkret yang ada di depan kelas lalu
salah satu siswa mempresentasikan hasil pengamatannya dan
memberikan kesempatan pada siswa lain untuk menanggapinya.
f. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
g. Guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus.
h. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 70 dan rata-rata nilai yang
kurang dari ketentuan minimal, maka dilakukan perbaikan dan yang
sudah tuntas diberikan tambahan sebagai pengayaan.

3) Pengamatan/Pengumpulan Data
Peneliti bekerja sama dengan guru (teman sejawat) yaitu seorang
guru dari UPT SDN 60 Kepulauan Selayar, yang bertugas mengamati
selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan ini
dituangkan dalam catatan lapangan yang telah dipersiapkan.

12
a. Lembar Pengamatan 1 adalah data skunder (data yang berasal dari
selain subjek) yang digunakan untuk menilai kinerja guru dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.2 Lembar Pengamatan 1 pada Siklus 1

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4

1 Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran

Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan


2
karakteristik siswa)

3 Pengorganisasian materi (sistematis, logis)

4 Pemilihan sumber/media pembelajaran

Kejelasan skenario pembelajaran (kegiatan awal,


5
inti, penutup)

Kesesuaian teknik strategi dengan tujuan


6
pembelajaran

Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman


7
penskoran)

Jumlah Skor

Persentase Kinerja Guru

Keterangan :

13
1 = tidak baik; 2 = kurang baik; 3 = baik; 4 = sangat baik;

b. Lembar pengamatan 2 adalah data skunder (data yang berasal dari


selain subjek) yang digunakan untuk menilai kinerja guru dalam
pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 3.3 Lembar Pengamatan 2 pada Siklus 1 dan 2

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4

I PRA PEMBELAJARAN

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan


1
motivasi

Dengan metode tanya jawab guru membahas


2
pengetahuan prasyarat tentang struktur daun

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

Guru mrnyajikan ide baru dan perluasan konsep


1
IPA terlebih dahulu

Siswa diberitahu tujuan pembelajaran yang


2
memiliki antisipasi tentang sasaran pelajaran

3 Penggunaan media pembelajaran

4 Guru memberikan penguatan

III PENUTUP PEMBELAJARAN

1 Menyimpulkan hasil pembelajaran

2 Guru memberikan PR

14
Jumlah Skor

Persentase

c. Lembar Pengamatan 3 adalah data primer yang digunakan untuk


menilai motivasi belajar siswa pada setiap siklus. Dengan motivasi
yang tinggi diharapkan prestasi merekapun juga tinggi.
Tabel 3.4 Lembar Pengamatan 3 pada siklus 1 dan 2

Skor
No Aspek yang Dinilai
1 2 3 4

1 Memperhatikan penjelasan guru

2 Bertanya kepada guru

3 Mencatat/menyalin/menulis hasil

4 Mengerjakan LKS

5 Menjawab/menanggapi pertanyaan

7 Mengerjakan soal-soal latihan

Jumlah Skor

Persentase

4) Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami
dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dan catatan
lapangan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi,
serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi,
sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus I, pelaksanaannya terdiri dari empat tahap
pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam

15
proses kegiatan pembelajaran siklus I ini telah banyak ditemukan
kelemahan-kelemahan dan di sini diadakan perbaikan.
Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I
dan pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan :
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam proses
kegiatan pembelajaran siklus II ini telah banyak dilakukan
penyempurnaan-penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan pada siklus I,
sehingga diharapkan hasil pembelajaran bisa meningkat.
Setelah dilakukan uji kompetensi pada siklus 2 ini ternyata
hasilnya sudah mencapai target yang diinginkan Dengan demikian
penelitian diberhentikan pada siklus 2 ini karena sudah memenuhi target
KKM.

3.Teknik Analisis Data


Analisis data pada penilaian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif deskriptif. Analisis data secara kualitatif berlangsung selama
peneliti berada di lokasi penelitian hingga akhir pengumpulan data.
Adapun untuk keperluan analisis kualitatif akan digunakan teknik
kategorisasi dengan skala 5 berdasarkan teknik kategorisasi standar yang
ditetapkan oleh guru kelas dan pihak sekolah yaitu :
Tabel 3. 3
Standar Penilaian Hasil Penelitian
No Interval Nilai Kategori
.
1. 0 – 30 Sangat Rendah
2. 31 – 50 Rendah
3. 51 – 70 Sedang
4. 71 – 90 Tinggi
5. 91 - 100 Sangat Tinggi

16
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
1. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan
Pengembangan
1. Hasil Siklus I
Pada proses perbaikan pembelajaran siklus I, kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tingkatan siklus I dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyusun lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi
kegiatan belajar siswa, dapat dilihat pada lampiran.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
yang akan diajarkan sesuai dengan kompetensi Dasar menjelaskan
hubungan Struktur Daun Tumbuhan dan Fungsinya .
3. Menyusun soal tes evaluasi berupa tes tertulis, hasil tes tertulis ini di
gunakan untuk mengetahui nilai rata rata hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tes terlihat ada beberapa siswa yang masih
bekerjasama dengan temannya, kemudian peneliti menegurnya agar
menyelesaikan tes secara individu atau tidak boleh bekerjasama dengan
ketentuan sekolah bahwa di katakan tuntas jika memperoleh nilai 70.

17
Skor peningkatan hasil belajar pada siklus I dapat di lihat dari tabel
berikut:
Table 4.2

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Penilaian
NO NAMA SISWA Keterangan
Siklus 1

1 Ahmad Rafi 80 Tuntas

2 Ahman Sari Ashar 55 Tidak Tuntas

3 Anugrah 65 Tidak Tuntas

4 Muhammad Ikhlazul 88 Tuntas

5 Muhammad Yusra 50 Tidak Tuntas

6 Nabil Muzzhoffar 85 Tuntas

7 Nur Ikhsan Fajar 60 Tidak Tuntas

8 Rapli 55 Tidak Tuntas

9 Firdaus 65 Tidak Tuntas

10 Muh.Rahmat 80 Tuntas

11 Andi Fajar Setiawan 60 Tidak Tuntas

12 Alya Nur Syifa 65 Tidak Tuntas

Andi Dwi Arianti 80 Tuntas


13
Hardi

14 Andi Pitra 50 Tidak Tuntas

15 Aziizah Caesar Milan 85 Tuntas

16 Fitriani 50 Tidak Tuntas

17 Iftitah Nailah Tasyriq 65 Tidak Tuntas

18 Nina Vixiaggi 55 Tidak Tuntas

Nur Salsyabila
19 85 Tuntas
Syamsir

18
20 Wafidah Ainul Husna 85 Tuntas

Jumlah 1.363

Rata rata 68,15

Pada tabel di atas penulis menjelaskan bahwa nilai Pada


evaluasi hasil belajar siklus I terdapat 12 siswa yang masih rendah
nilainya dan 8 siswa sudah mencapai ketuntasan belajar, dalam hal ini
evaluasi pada siklus I masih ada sebagian besar siswa yang mengalami
ketidaktuntasan belajar. Nilai rata-rata dari 20 siswa adalah 68,15
berdasarkan hasil tes siklus I, siswa yang tuntas 8 orang dan yang
belum tuntas 12 orang .

c. Observasi
Kegiatan obsevasi dibantu oleh teman sejawat menggunakan
lembar observasi.hal ini didukung oleh hasil wawancara dan catatan
lapangan diperoleh data sebagai berikut:
1. Pada siklus I hanya ada 8 siswa yang berani bertanya,dan hanya 5
orang siswa yang berani menjawab secara perorangan selebihnya
dijawab hanya secara klasikal saja.
2. Guru belum memahami betul langkah-langkah menggunakan media
benda konkret sehingga kegiatan tidak terarah dan tidak sesuai
skenario pembelajaran.
3. Waktu dalam pembelajaran perlu diefektifkan lagi.
4. Ketika guru menyampaikan materi siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru.
5. Pelaksanaan tes belum berjalan dengan baik hal ini di tunjukan
dengan masih banyak yang bekerjasama atau mencontek pada saat
mengerjakan tes
d. Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi pembelajaran pada
siklus 1, kegiatan ini difokuskan pada masalah yang muncul selama

19
pelaksanaan tindakan pada siklus 1 masih banyak kekurangan antara
lain:
1. Penginformasian tujuan pembelajaran yang kurang sehingga siswa
tidak jelas arah dari pembelajaran yang sedang dilakukan.
2. Kurangnya pemahaman guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret.
3. Siswa masih banyak yang tidak memperhatikan guru saat
menjelaskan materi pembelajaran.
Dari kekurangan-kekurangan tersebut maka perlu dilakukan
untuk tindakan berikutnya, yaitu :

1. Peneliti menginformasikan tujuan pembelajaran lebih jelas lagi.


2. Guru harus lebih baik lagi membimbing siswa dengan menggunakan
media benda konkret.
3. Menegaskan kepada siswa agar pada saat guru menjelaskan materi
dengan baik.

2. Hasil Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan yang di lakukan selama pembelajaran siklus I
hampir sama dengan sikls II merupakan hasil akhir belajar siswa agar
mendapatkan hasil yang maksimal dan akhir pembelajaran siklus II,
adapun yang dilakukan persiapan antara lain sebagai berikut:
1. Menyusun lembar observasi, yang terdiri dari lembar observasi
kegiatan belajar siswa, dan obsevasi kegiatan guru dapat dilihat pada
lampiran.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Menyusun soal tes evaluasi berupa tes tertulis, hasil tes tertulis ini di
gunakan untuk mengetahui nilai rata rata hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

20
Pelaksanaan pada siklus II di laksanakan selama 1 kali
pertemuan, Data perolehan hasil belajar siswa ada peningkatan pada
siklus II dalam pembelajaran terakhir, karena disini peneliti hanya
menggunakan II siklus pada mata pelajaran IPA.

Table 4.3

Hasil Belajar siswa Pada Siklus II

Penilaian
NO NAMA SISWA Keterangan
Siklus II

1 Ahmad Rafi 90 Tuntas

2 Ahman Sari Ashar 85 Tuntas

3 Anugrah 85 Tuntas

4 Muhammad Ikhlazul 100 Tuntas

5 Muhammad Yusra 80 Tuntas

6 Nabil Muzzhoffar 90 Tuntas

7 Nur Ikhsan Fajar 80 Tuntas

8 Rapli 90 Tuntas

9 Firdaus 90 Tuntas

10 Muh.Rahmat 100 Tuntas

11 Andi Fajar Setiawan 85 Tuntas

12 Alya Nur Syifa 90 Tuntas

Andi Dwi Arianti 90


13 Tuntas
Hardi

14 Andi Pitra 85 Tuntas

15 Aziizah Caesar Milan 95 Tuntas

16 Fitriani 85 Tuntas

21
17 Iftitah Nailah Tasyriq 90 Tuntas

18 Nina Vixiaggi 90 Tuntas

19 Nur Salsyabila Syamsir 95 Tuntas

20 Wafidah Ainul Husna 95 Tuntas

Jumlah 1.790

Rata rata 89,5

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa nilai rata-rata tes mengalami


peningkatan, hal ini disebabkan karena pemahaman dan pengetahuan
yang semakin bertambah. Pada siklus II 100% telah mencapai nilai
ketuntasan belajar, selain itu kita juga bisa melihat perbandingan antara
siklus I dan siklus II pada tabel dan Grafik dibawah ini:

Tabel 4.4

Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II

Penilaian
NO NAMA SISWA
Siklus 1 Siklus II

1 Ahmad Rafi 80 90

2 Ahman Sari Ashar 55 85

3 Anugrah 65 85

4 Muhammad Ikhlazul 88 100

5 Muhammad Yusra 50 80

6 Nabil Muzzhoffar 85 90

7 Nur Ikhsan Fajar 60 80

8 Rapli 55 90

9 Firdaus 65 90

22
10 Muh.Rahmat 80 100

11 Andi Fajar Setiawan 60 85

12 Alya Nur Syifa 65 90

13 Andi Dwi Arianti Hardi 80 90

14 Andi Pitra 50 85

15 Aziizah Caesar Milan 85 95

16 Fitriani 50 85

17 Iftitah Nailah Tasyriq 65 90

18 Nina Vixiaggi 55 90

19 Nur Salsyabila Syamsir 85 95

20 Wafidah Ainul Husna 85 95

Jumlah 1.363 1.790

Rata rata 68,15 89,5

Jika di gambarkan dalam bentuk grafik maka akan terlihat seperti


di bawah ini:

Grafik. 4.2

Grafik Perbandingan siklus I dan Siklus II

23
25

20

15

10

0
Siklus I Siklus II

Berdasarkan perolehan data dapat dilihat bahwa ada peningkatan


ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II, pada siklus 1 hanya
ada 8 siswa yang mengalami ketuntasan belajar dan pada siklus II kembali
meningkat menjadi 20 siswa.

c. Observasi 
1. Pada siklus II siswa terlihat aktif dalam belajar dengan menggunakan
media benda konkret.
2. Siswa terlihat tidak kaku lagi dalam melakukan kerja kelompok serta
telihat antusias dalam dalam menjawab setiap pertanyaan yang di
berikan oleh temannya.
d. Refleksi
1. Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran
yang belum diketahui baik terhadap teman atau gurunya.
2. Siswa menjawab pertanyaan guru secara klasikal sudah berkurang,
siswa sudah berani menjawab perorangan.

24
3. Ketika guru menjelaskan siswa memperhatikan dengan baik. Sehingga
materi Struktur daun dan fungsinya dapat dipahami oleh siswa.
4. Guru sudah memahami langkah-langkah media benda konkret sehingga
kegiatan siswa sudah terarah sesuai dengan tujuan perbaikan
pembelajaran.
5. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran sudah efektif sesuai dengan
skenario pembelajaran.
6. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi Struktur Daun dan
Fungsinya meningkat.

2. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran /Kegiatan


Pengembangan.
Berdasarkan hasil penelitian Perbaikan Pembelajaran di atas, menunjukan
bahwa hasil belajar pada pembelajaran IPA dengan menggunakan media
benda konkret mulai dari siklus I sampai dengan siklus II terlihat ada
peningkatan dalam hasil belajar siswa pada materi Struktur daun dan
fungsinya dikelas IV. Peningkatan hasil belajar siswa selama
berlangsungnya pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret,
dapat dilihat pada data hasil tes evaluasi siswa yang sudah di lakukan pada
penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Rata-Rata Hasil Belajar

Kegiatan Rata-Rata

Siklus I 68,15

Siklus II 89,5

Jadi, dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dari setiap
siklusnya karena KKM disekolah hanya 70, maka target sudah tercapai dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA juga meningkat.

25
Pada siklus I terlihat bahwa persentase hasil belajar siswa mencapai 68,15%. hal
ini menunjukan bahwa siswa belum sepenuhnya mencapai ketuntasan belajar.
Sedangkan pada siklus II telah mengalami peningkatan rata-rata kelas mencapai
89,5%, hal ini menunjukan ada peningkatan rata-rata kelas pada siklus II di
sebabkan adanya peningkatan motivasi siswa dalam belajar. Peningkatan tersebut
menandakan adanya peningkatan hasil belajar pada materi Struktur Daun Dan
Fungsinya mata pelajaran IPA. Walaupun pada dasarnya media benda konkret
bukan satu satunya media yang bisa di gunakan pada mata pelajaran IPA, akan
tetapi pada hal ini kenyataannya dapat membantu siswa dalam memahami materi
pada mata pelajaran IPA. Namun, hal tersebut juga perlu didukung dengan adanya
kemauan dari para siswa untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam dengan lebih
giat lagi agar motivasi siswa tentang materi yang di pelajari diharapkan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa melalui media benda konkret


pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Struktur Daun dan Fungsinya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV. Semua itu terlihat dari adanya
ketuntasan belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Nilai rata-rata siswa untuk
setiap siklusnya dapat dilihat pada grafik berikut:

26
100
89.5
90
80
70 68.15

60
50
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II

Grafik 4.3 Nilai Rata-Rata Siklus I dan Siklus II

3.
4.
5.
6.

27
BAB V
Simpulan dan Saran Tindak Lanjut

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya
dapat disimpulkan: Melalui penggunaan media benda konkret dapat
meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV UPT SDN 60 Kepulauan Selayar
pada Mata Pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari siklus 1 hanya ada 8 siswa yang
hasil belajarnya tuntas dan pada siklus II meningkat menjadi 20 siswa. Hal ini
dikarenakan guru mampu menguasai langkah-langkah dalam menggunakan
media benda konkret.

B. Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Penggunaan Media benda konkret sebaiknya disesuaikan dengan materi
pembelajaran dan gunakan yang sudah dikenal siswa agar lebih mudah
diingat.
2. Lakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami materi
yang sudah di ajarkan.
3. Penataan kelas yang variatif membuat kegiatan pembelajaran menjadi
komunikatif.
4. Guru diharapkan terus mengikuti perkembangan dunia pendidikan
sehingga dapat meningkatkan kualitas sebagai tenaga pendidik.
5. Penggunaan Media benda konkret perlu dilakukan secara konsisten
sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

28
Daftar Pustaka

(2003)Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Gagne. (2003). Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Hamalik, Oemar. (1994). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Joni, Raka. (2008). Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Pendidikan Guru.
Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Darmodjo Hendro ,(1992:3).Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Winataputra, ( 1992:122).Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Iskandar,Srini M( 1996:2). Peristiwa-peristiwa di alam
Arikunto, Suharsimi (2005:76). Hasil belajar menurut Bloom
Ibrahim dan Syaodih Nana (2003: 119), Pengetian “media benda konkret “
Nasution. (1995). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Permendiknas (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas.
Rahadi. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Soelarko. (1980). Audio Visual. Bandung : Bina Cipta.
Suprijono. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

29

Anda mungkin juga menyukai