Anda di halaman 1dari 199

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir

selalu terjadi pada setiap wanita. Adapun beberapa ketidak nyamanan

dalam kehamilan pada ibu berbeda–beda setiap trimester, pada ibu

hamil trimester tiga keluhan yang sering timbul salah satunya sesak

nafas, nyeri peru bawah, gangguan tidur, mudah lelah dan sering buang

air kecil, tetapi jika tidak tertangani dengan baik maka bisa

menimbulkan masalah yang dapat membahayakan kehamilan. (Husin

Farid, 2015)

Kehamilan didefinisikan sebagai suatu periode pertumbuhan dan

perkembangan hasil konsepsi yang umumnya dihitung menurut HPHT

berdasarkan rumus Naegele atau hari pertama menstruasi, yang

belangsung sekitar 280 hari atau 40 minggu dan berakhir pada usia

kehamilan 37 minggu - 42 minggu dengan permulaan persalinan

(F.Gary Cunningham & dkk, 2013).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasi konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu

1
sendiri) yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Preses ini

dimulai dengan adanya kontraksi persalinan senjati, yang ditandai

dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan

kelahiran plasenta. Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi

kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk

diingat bahwa persalinan adalah suatu proses yang normal (Saifuddin P.

d., 2014)

Bayi baru lahir Menurut Depkes RI (2015) adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan 37 minggu - 42 minggu dengan berat badan

lahir 2.500-4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan

tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6

minggu.

Masa neonatus adapah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu

(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi yang berumur 0 (baru

lahir) sampai dengan usia 1 bulan setelah kelahiran.

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau

melawan, sedangkan “konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur (sel

wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan

kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

2
kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang

dengan sel sperma.

Kehamilan, persalinan, nifas maupun bayi baru lahir

merupakan suatu proses fisiologis dimana terjadinya angka kematian

ibu dan bayi sebagai indicator keberhasilan pelayanan kesehatan.

Sehingga di lakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan secara komprehensif untuk

menghasilkan pelayanan yang berkualitas ( Asih Setyorini, Yuniarti

Risna Dewi. 2017 ).

Asuhan kebidanan meliputi Kehamilan dan persalinan adalah

peristiwa yang alamiah atau natural bagi perempuan. Meskipun

alamiah, kehamilan, persalinan dan masa setelah persalinan dapat

terjadi adanya suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan

penanganan lebih lanjut (Bobak, 2015)

Agar proses proses yang alamiah ini berjalan dengan lancar dan

tidak berkembang menjadi patologis diperlukan upaya sejak dini

dengan memantau kesehatan ibu yang berkesinambungan dan

berkualitas serta melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur

kepetugas kesehatan, melakukan kunjungan minimal 4x pada trimester

pertama minimal kali (usia kehamilan 0-12 minggu). Pada trimester

kedua minimal 1 kali (usia kehamilan 12-28 minggu), Pada trimester

3
ketiga minimal 4 kali (usia kehamilan 28 minggu-lahir) . (Kemenkes,

2015)

Menurut World Health Organization (WHO), kematian maternal

ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah

berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya

kehamilan dan tindakan yang di lakukan untuk mengakhiri kehamilan.

Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya

mempunyai dua sebab pokok yaitu, masih kurangnya pengetahuan

mengenai sebab-sebab dan penanggulangan komplikasi-komplikasi

penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas. Kurangnya pengertian

dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, dan kurang

meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi ibu hamil ( Yulistiana

Evayanti, 2015).

Data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Profinsi

Sulawesi Selatan tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat 50

per 100.000 kelahiran hidup (0,50%). Angkah tersebut lebih rendah dari

Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2014 sebelumnya mencapai 59

per 100.000 kelahiran hidup (0,59%), sedangkan pada tahun 2016

Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat 54 per 100.000 kelahiran hidup

(0,54%), penyebab langsung kematian ibu di Profinsi Sulawesi Selatan

di sebabkan karena perdarahan ( 54), hipertensi (6), infeksi (6), abortus

4
(4), partus lama (6), dan lain-lain(24) ( Profil Dinkes Sulawesi Selatan,

2016 ).

Data yang diperoleh dari Puskesmas Benteng tahun 2017 jumlah

kematian neonatal 0 orang, dan bayi 0 orang, jumlah kunjungan ibu

hamil 476 orang, persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan

426 orang, dan bukan tenaga kesehatan 0 orang. Pada tahun 2018

kematian neonatal 0 orang, bayi 0 orang, ibu nifas 0 orang, kematian

janin dalam rahim (KJDR) 0 orang, persalinan yang di tolong oleh

tenaga kesehatan yaitu 449 orang, dan yang bukan tenaga kesehatan 0

orang, dan ibu hamil sebanyak 487 orang, dalam upaya mempercepat

penurunan kematian, Kementrian Kesehatan menekankan pada

ketersediaan pelayanan kesehatan bagi ibu di masyarakat. Oleh sebab

itu, kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di perlukan asuhan

yang berkesinambungan dan berkualitas oleh petugas kesehatan, serta

melakukan pemeriksaan secara teraturpada masa kehamilan.

B. RumusanMasalah

Kehamilan, persalinan, dan masa nifas adalah suatu kondisi

yang normal bagi suatu perempuan di seluruh dunia ini, namun

memerlukan pengawasan supaya tidak berubah menjadi tidak normal.

Kematian ibu bisa terjadi sebagai akibat keterlambatan dan di perlukan

asuhan kebidanan yang komprehensif, sehingga dengan demikian

5
rumusan masalah adalah “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada NY

“J” di Puskesmas Benteng Kecamatan Benteng Kabupaten Kepulauan

Selayar Tahun 2019.

C. TujuanPenulisan

1. Tujuan umum

Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL,

neonates dan KB pada Ny”J” di Puskesmas Benteng Kecamatan

Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Dilaksanakannya asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

2019.

b. Dilaksanakannya asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

2019.

c. Dilaksanakannya asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

2019.

6
d. Dilaksanakannya asuhan kebidanan BBL pada Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

2019.

e. Dilaksanakannya asuhan kebidanan Neonatus pada Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

2019.

f. Dilaksanakannya asuhan kebidanan KB pada Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun

2019.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Sebagai penambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

terhadap masa kehamilan, persalinan, nifas, BBL, Neonatus dan KB

secara normal di Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar

Tahun 2019.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Ibu

Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif dari

masa kehamilan, bersalin, nifas, BBL, Neonatus, dan KB.

7
b. Bagi Puskesmas Benteng

Dapat menjadikan bahan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan dalam Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan bagaimana

cara penanganan yang benar dalam asuhan kebidanan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatusdan KB.

c. BagiPeneliti

Dapat menjadikan pengalaman berharga dalam upaya

memperluas wawasan dalam rangka penerapan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah di Program

DIII Kebidanan.

E. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus, dan KB.

2. Tempat

Puskesmas Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar

3. Waktu

Dilaksanakan pada bulan April s/d Juli Tahun 2019

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Kehamilan Trimester III

a. Pengertian Kehamilan Trimester III

Kehamilan adalah penyatuan antara spermatozoa dan

ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi, jika di

hitung pada saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlansung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan

dalam menurut kelender internasional (Prawiraharjdo, 2018)

Kehamilan trimester III adalah masa kehamilan yang

berlangsung selama 15 minggu yaitu pada minggu ke-13 sampai

minggu ke 27. Kehamilan trimester III merupakan kehamilan

akhir bulan atau kehamilan yang memasuki bulan ke-7 sampai

usia 9 bulan atau 28 minggu sampai 42 minggu.

b. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi ibu hamil trimester III

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam

rongga pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan

9
menyentuh dinding abdomen, terus tumbuh hingga

menyentuh bagian organ dalam termasuk usus dan hati,

pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi ke arh

kanan, dekstrorotasi ini di sebabkan oleh adanya

rektosigmoid di daerah kiri pelvis.

b) Serviks uteri

Pada saat kehamilan mendekati aterm terjadi penurunan

lebih laju dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya

menurun secara nyata dari keadaan yang relative dilusi

dalam keadaan menyebar. Proses perbaikan serviks

terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan

yang berkutnya akan terulang.

c) Vagina dan Vulva

Dinding vagina banyak mengalami perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada

waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan

mukosa, mengendorkan jaringan ikat, dan hipertrofi sel

otot polos.

d) Ovarium

Sampai kehamilan 16 minggu masih terdapat

korpus luteum graviditas dengan diameter 3 cm yang

10
memproduksi estrogen dan progestrogen .Lebih dari 16

minggu plasenta sudah terbentuk dan korpus luteum

mengecil, sehingga produksi estrogen dan progesterondi

gantikan oleh plasenta.

Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak

berfungsi lagi karena telah digantikkan oleh plasenta

yang telah terbentuk.

2) Sistem Payudara

Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mammae

membuat ukuran payudara semakin membesar, pada

kehamilan 32 minggu terdapat cairan berwarna putih yang

encer hingga anak lahir cairan terus bertambah dan berubah

menjadi kental dan berwarna agak kekuningan yang biasa di

sebut kolostrum.

3) Sistem kekebalan

Kadar imunoglobulin tidak berubah pada kehamilan.

Kadar anti bodi IgG ibu spesifik memiliki kepentingan

khusus karena kemampuan melintasi plasenta. IgG adalah

komponen utama dari imunoglobulin janin in utero dan

periode neonatal dini. IgG adalah satu-satunya

imunoglobulin yang menembus plasenta.

11
4) Sistem Perkemihan

Trimester 1 kehamilan kandung kemih tertekan

uterus yang mulai membesar, akibatnya ibu sering kencing.

Trimester II kehamilan dimana uterus telah keluar dari

rongga pelvis gejala sering kencing tidak di jumpai

lagi.Trimester III, bila kepala janin mulai turun ke PAP,

keluhan sering kencing timbul lagi kareha kandung kemih

tertekan.

5) Sistem Pencernaan

Pada trimester III ibu hamil biasanya mengalami

konstipasi karena terjadinya peningkatan hormon

progesterone. Selain itu perut biasanya kembung karna

adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut

yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran

pencernaan, usus besar, kearah atah dan lateral.

6) Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak terjadi perubahan

pada sistem muskuloskeletal. Bersamaan dengan

membesarnya ukuran uterus menyebabkan perubahan yang

drastis pada kurva tulang belakang yang biasanya menjaedi

salah satu ciri pada ibu hamil. Lordosis progreseif

12
merupakan gambaran karakteristik pasda kehamilan normal.

Mobilitas sendi sakro iliaka, sakro kogsigeal, sendi pubis

bertambah besar dan menyebabkan rasa tidak nyaman di

bagian bawah punggung khususnya pada ahir kehamilan

mengakibatkan rasa pegal, mati rasa dan lemah di alami

pada anggota bada bagian atas.

7) Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat 30% pada minggu ke 10

kehamilan. Tekanan darah akan turun selama 24 minggu

pertama kehamilan akibat terjadi penurunan dalam periver

vaskuler resistance yang di sebabkan oleh pengaruh

peregangan otot halus oleh progesteron. Hipertrofi atau di

latasi ringan jantung mungkin di sebabkan oleh peningkatan

volume darah dan curah jantung.

8) Sistem Integume

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulatin

hormone (MSH) dari lobus hipofisis anterior dan pengaruh

kelenjar suprarenalis . Hiperpigmentasi terjadi pada striae

gravidarum livide atau alba, areola mammae,papilla

13
mammae, linea nigra, pipi (cloasma gravidarum) akan

menghilang saat persalinan.

9) Sistem Pernapasan

Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat

memenuhi kebutuhan O2 karena pembesaran uterus

terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan

kebutuhan oksigen meningkat +20% untuk metabolisme

janin. Oleh karena diafragmanya tidak dapat bergerak bebas

menyebabkan bagian thorax juga melebar ke sisi luas.

Dorongan rahim yang membesar terjadi desakan

diafragma.Terjadi desakan rahim dan kebutuhan o2

meningkat ibu hamil akan bernapas lebih cepat 20-25% dari

biasanya.

10) Metabolisme dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Basal metabolik rate (BMR) meningkat 15%-20%

untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan asi

yang di temukan pada triwulan terakhir. Kalori di butuhkan

terutama dari pembakaran hidrat arang khususnya

kehamilan 20 mg ke atas. Protein di perlukan untuk

perkembangan badan, alat kandungan, mammae, janin.

14
Protein di simpan untuk persiapan laktasi . Ibu hamil sering

haus, nafsu makan besar, sering kencing di pengaruhi oleh

Hormon Somatomammotropin, peningkatan plasma insulin

dan hormon adrenal. Kebutuhan mineral ibu yaitu kalsium

30 gr/hari, fosfor rata-rata 2 gr/hari, zat besi 800mg/30-50

mg sehari, dan air mineral 8 gelas/hari. Peningkatan berat

badan ibu di sebabkan oleh hasil konsepsi .Berat badan

wanita hamil naik 6,5-16,5 kg, rata-rata 12,5 kg, terutama 20

minggu terakhir.

c. Perubahan anatomi dan adaptasi psikologi ibu hamil trimester

III

Pada kehamilan trimester III (periode penantian dengan

penuh kewaspadaan).

Trimester III seringkali di sebut periode menunggu

dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan

membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan

ibu terhadap bayinya.

Pada trimester III terjadi perubahan psikologis

diantaranya :

1) Rasa tidak nyaman

15
2) Takut akan rasa sakit

3) Khwatir terhadap bayinya

4) Libido menurun

5) Sensitive terhadap apapun

d. Kebutuhan dasar ibu hamil trimester III

1). Kebutuhan fisik ibu hamil trimester III

a. kebutuhan oksigen

Perang oksigen yang sangat penting bagi kehidupan

menjadikan oksigen perhatian khusus pada ibu

hamil. Hal ini di karenakan ibu hamil harus lebih

ketat memperhatikan segala sesuatu yang di

komsumsinya agar tidak mengganggu dan merusak

kondisi janin pada pada ibuhamil, kebutuhan oksigen

meningkat dari 500 mL menjadi 700 ml dan ini

relative sama dari trimester I,II dan III.

b. nutrisi

Kebutuhan nutrisi ibu hamil adalah seperti protein,

energy,vitamin,mineral,oksigen dan lain- lain.

Tujuannya adalah mengenal atau mengubah pola

kebiasaan makan dan menetapkan kenaikan berat

badan sesuai anjuran.kenaikan berat badan wanita

16
hamil berkisar antara 6,5 sampai 16 kg selama

kehamilan

c. personal hygiene

Kebersihan ibu hamil harus di perhatikan karna peruban

sistem metabolism mengakibatkan meningkatan

pengeluaran keringat. Keringat yang menempel dikulit

meningkatkan kelembapan kulit dan memungkinkan

menjadi tempat mikro organisme jika tidak di bersiakan (

dengan mandi ), ibu hamil sangat mudah terkenah penyakit

kulit

d. pakaian

Pakaian yang di gunakan ibu haml harus nyaman , mudah

menyerap keringat, mudah di cuci, tanpa sabuk atau pita

yang menekan bagian perut atau pergelangan tangan .

Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang berakibat

langsung terhadap kesejatraan ibu dan janin , namun perlu

kiranya jika tetap dipetimbangkan beberapa aspek

kenyamanan dalam berpakaiaan. Pakaian dan

perlengkapannya yang kurang tepat akan menyebabkan

ketidak nyamanan yang akan mengganggu fisik dan

psikologis

17
e. eliminasi

Masah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahakan

cukup lancer. Untu, memperlancar dan mengurangi infeksi

kandung kemih,ibu hamil perlu banyak minum dan

menjaga kebersihan sekitar kelaming . perubahan hormonal

mempengaruhi aktivitas usus halus dan usus besar sehinga

ibu hamil ering mengalami optipasi.

f. hubungan sexsual

Salah satu kebutuhan biologis manusia adalah kebutuhan

untuk melakukan hubungan sexsual. Perubahan lain yang

dapat terjadi aktivitas sex adalah pada masa hamil. Keingana

berhubungan sexsual pada waktu hamil sebagisn besar tidak

berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan

dengan hrmon estrogen.

g. mobilisasi

Ibu hamil boleh melakukan kegiatsan atau aktivitas fisik

biasa selama tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat

melakukan pekerjaan seperti menyapu, mesak dan

mengepel. Semua pekerjaan itu harus sesuai dengan

kemampuan wanita tersubut sehingga ia mempungai cukup

waktu istirhat .

18
h. senam hamil

Secara umum , tujuan utama persianpan fisik dari senam

hamil adalah mengurangi terjadinya berat badan baiy lahir

renda dan mengurangi terjadinya persalinan prematur hal

Yng perlu di perhatiakan untuk melakukan senam hamil

adalah sebai berikut :

1) Kehamilan normal yang di mulai pada umur

kehamilan 5 bulan

2) di utamakan kehamilan pertama atau pada kehamilan

berikutnya yang menjalani kesakitan persalinan atau

melahirkan anak premature pada persalinan

sebelumnya

3) latihan harus secara teratur dalam suasana yang

tenang

4) berpakaian cukup longgar

5) menggunakan kasur atau matras

c. istirahat dan tidur

Wanita harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan

, tetapi tidsak boleh di gunanakan sebagai alas an untuk

menghindari pekerjaan yang tidak di sukainya. Wanit

hamil harus juga menghindari posisi duduk dan berdiri

dalam waktu yang sangat lama. Ibu hamil harus

19
mempertimbangkan pola istirahat dan tidur yang

mendukung kesehatan sendiri , maupun kesehatan

bayinya.tidur malam ± sekitar 8 jam dan istihat atau tidur

siang± 2 jam

d. persiapan persalinan dan laktasi

Payudarah adalah sumber ASI yang merupakan utama bagi

bayi , yang perlu di perhatikan dalam persiapan laktasi

adalah :

1) bra harus sesuai dengan pembesaran payudara yang

sifatnya menyokong dari bawah bukan menekan dari

depan.

2) sebaiknya ibu hamil masuk dalam kelas bimbingan

persiapan menyusui

3) penyuluhan tengtang keunggulan ASI, perawatan bayi,

gizi ibu hamil dan menyusui, dan keluarga berencana.

2). Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III

a`) dukungan keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat di

butuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama

dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali

hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman

20
dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang- orang

terdekat.

b.) dukungan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan dapat memberikan peranannya

melalui dukungan aktif yaitu dalam kelas antenatal dan

dukungan pasif yaitu dengan memberikan kesempatan

kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk

berkonsultasi.

Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan

yang ada di sekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu :

bapak, kakak dan pengunjung.

c.) rasa aman dan nyaman selama hamil

Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan

bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang

diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat

hubungan antara ayah anak dan suami istri.dukungan yang

diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih renang dan

nyaman dalam kehamilannya .hal ini akan memberikan

kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh

suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan

21
kehamilan, memenuhi keinginang ibu hamil yang ngidam,

mengingatkan minum tablet besih, maupun membantu ibu

melakukan kegiantang rumah tangga selama ibu hamil.

Walaupun suami melakukan hal kecil namun hal itu

mempunyai makna yang tinggi dalam meningkatkan

keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik.

d.) persianpan menjadi orangtua .

kehamilang dan peran sebagai orangtua dapat

dianggap sebagai masa transisi atau peralihan. terlihat

adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahirang dan

peran yang baru , serta ketidakkepastian yang terjadi sampai

peran yang baru ini dapat di satukan dengan anggota

kueluarga yang baru.

e.) persiapan sibling./ Saudara kandung

Sibling rivalry adalah rasa persaingan antara saudara

kandung akibat kelahirang anak berikutnya .sibling rivalry

ditunjutkan dengan penolakang terhadap kelahiran adiknya,

menangis. Menarik diri dari lingkungannya , menjauh dari

ibunya,atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Usia

dan tinkat perkembangan anak memengaruhi respons

mereka .oleh karenah itu, persiapan harus dilakukan untuk

22
memenuhi kebutuhan siap anak. Persiapan bagi anak

mengcankup pengjelasan yang dilihat dan di dengar. Cara

untuk mengatasih terjadinya antarlain;

(1) menjelaskan pada anak tentang posisinya

(2) melibatkan anak dalam pesiapan kelahirang adiknya

(3) mengajak anak berkomunukasih dengan calon bayi

yang ada dalam kandungan ibunya

(4) mengenalkan anak dengan profil bayi

e. Keluhan yang muncul pada ibu hamil trimester III

1) Ketidaknyamanan payudara

Penyebab :

a) Stimulasi hormonal yang menyebabkan

pigmentasi

b) Adanya peningkatan pembentukan pembuluh

darah

Cara mengatasi :

a) Gunakan bra yang menyangga besar dan berat

payudara

b) Pakai bantalan yang dapat menyerap

pengeluaran kolustrum

c) Ganti segera jika kotor, bersihkan dengan air

hangat dan jaga agar tetap kering.

23
2) Peningkatan frekuensi urinasi

Penyebab :

Berkurangnya kapasitas kandung kemih akibat

penekanan Rahim.

Cara mengatasi :

a) Kosongkan kandung kemih secara teratur

b) Batasi minum pada malam hari

c) Pakai pembalut wanita, ganti segera jika basah

d) Perbanyak minum pada siang hari

e) Batasi minum kopi dan minuman bersoda

3) Rasa lemah dan mudah lelah

Penyebab :

a) Peningkatan metabolisme

b) Peningkatan hormonal estrogen, progesterone,

relaksin dan HCG

Cara mengatasi :

a) Istirahat sesuai kebutuhan

b) Komsusmsi menu seimbang untuk mencegah

anemia

c) Hindari istirahat yang berlebihan

24
4) Keputihan

Penyebab :

a) Peningkatan pelepasan epitel vagina akibat

peningkatan pembentukan sel

b) Peningkatan produksi lender akibat stimulasi

hormonal pada leher Rahim

Cara mengatasi :

a) Jangan membilas bagian dalam vagina

b) Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

c) Memakai pakaian dalam dengan bahan katun

yang mudah menyerap

d) Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan

buah dan sayur

e) Kenakan pembalut wanita

f) Jaga kebersihan alat kelamin

g) Segera laporkan ke tenaga kesehatan jika terjadi

gatal, bau busuk, atau perubahan sifat dan warna.

5) Hemoroid

Cara mengatasi :

a) Hindari konstipasi

25
b) Makan makanan yang berserat dan banyak

minum

c) Gunakan kompres es atau air hangat

d) Secara perlahan masukan kembali anus setiap

selesai BAB

6) Sesak nafas

Cara mengatasi :

a) Dorong ibu agar secara sengaja mengatur laju

dan dalamnya pernapasan pada kecepatan

normal

b) Merentangkan tangan di atas kepala serta

menarik napas panjang

c) Mendorong postur tubuh yang baik dan

melakukan pernapasan interkosta

f. Tanda bahaya kehamilan trimester III

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 28

minggu, perdarahan antepartum dapat berasal dari

kelainan plasenta atau perdarahan yang belum jelas

sebabnya.

26
a. Plasenta previa

Plasenta previa adalah keadaan ketika plasenta

terletak di tempat yang tidak normal, yakni di

segmen bawah uterus sehingga menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

b. Solutio plasenta

Solusio plasenta adalah peristiwa terlepasnya

plasenta dari tempatnya yang normal sebelum

anak lahir. Penyebab terjadinya solusio plasenta

antara lain trauma, tali pusat pendek, hipertensi

menahun, usia yang telah tua, dan multiparitas

tinggi.

2) Sakit kepala menetap

Sakit kepala bisa terjadi pada saat kehamilan dan

seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal

dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu

masalah yang serius dalam kehamilan adalah sakit

kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan

istirahat. Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan

jika tidak ditangani dapat menyebabkan kejang

maternal, stroke, dan bahkan kematian.

27
3) Penglihatan kabur

Penglihatan kabur atau berbayang dapat di

sebabkan oleh sakit kepala yang hebat sehingga terjadi

oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak

yang memengaruhi sistem saraf pusat yang dapat

menimbulkan kelainan serebral dan gangguan

penglihatan.

4) Bengkak di wajah dan tangan

Oedema adalah penimbunan cairan yang

berlebihan dalam jaringan tubuh, dan dapat di ketahui

dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari

tangan, dan muka. Edema yang ringan sering di temukan

pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti

untuk penemuan pre-eklamsia. Edema yang

mengkwatirkan ialah edema yang muncul tiba-tiba dan

cenderung meluas.

5) Keluar cairan per-vaginam

Keluar cairan berupa air dari vagina setelah

kehamilan 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini

jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan

28
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun

kehamilan aterm.

g. Tinjauan antenatal cere

Pelayanan kesehatan ibu tidak dapat di pisahkan dengan

pelayanan persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Yang berkualitas

mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilatif

yang bertujuan untuk memenuhi hak pada setiap ibu hamil

berhak memperoleh pelayanan yang berkualitas sehingga

menjalani kehamilan dengan sehat bersalin dengan selamat dan

dapat melahirkan bayi yang sehat.

1) Sasaran pelayanan

Untuk mendapatkan pelayanan yang terpadu, ibu

hamil di harapkan melakukan kontak dengan pelayanan

kesehatan minimal 8 kali selama kehamilan. Kontak 8 kali

di lakukan sebagai berikut:

a. Dua kali pada trimester I yaitu sebelum usia kehamilan

14 minggu.

b. Dua kali pada trimester II selama umur kehamilan 14

sampai 28 minggu.

c. Empat kali pada trimester III selama kehamilan 28

sampai 36 minggu dan setelah umur kehamilan 36

minggu.

29
2) Jenis pelayanan

Pelayanan antenatal terpadu di berikan oleh tenaga

kesehatan yang kompoten, yaitu dokter, bidan dan

perawatan terlatih dengan ketentuan yang berlaku.

Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:

3) Anamnesis

a) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat

kehamilan penyakit ibu

b) Menanyakan keluhan yang dirasakan ibu

c) Menanyakan tanda bahaya yang terkait dengan masalah

kehamilan yang mungkin diderita ibu

d) Menanyakan status imunisasi tetanus toksoid, tablet Fe

dan obat-obatan yang di komsumsi

e) Menanyakan riwat IMS

f) Menanyakan pola mkan ibu sebelum hamil dan selama

hamil

g) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan, seperti

penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping,

pendonor darah, transportasi dan persiapan biaya

persalinan.

30
4 ) Pemeriksaan

Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu

meliputi pemeriksaan keadaan umum ibu (fisik) dan

psikologis ibu, pemeriksaan laboratorium/penunjang (Hb,

Protein, urin, dan reduksi).

5) Komunikasi, informasi, dan edukatif (KIE), yang efektif,

Materi KIE yang efektif dalam pelayanan antenatal terpadu

meliputi:

(1) Persiapan persalian

(2) Inisiasi menyusui dini (IMD)

(3) Asi ekslusif

(4) KB pascasalin dan

(5) Masalah gizi dan penyakit.

h. Konsep SOAP pada ibu hamil

1) Data subjektif merupakan data yang berhubungan atau

masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien

mengenai kekhwatiran dan keluhan yang di catat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan

langsung dengan diagnosis.

2) Data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil

analisa dan fisik klien, hasil lab, dan tes diagnostik lain

yang di rumuskan dalam data focus untuk mendukung

31
assessment. Pada ibu hamil data di peroleh dari

observasi seperti ,

a) Pemeriksaan fisik umum, meliputi :

(1) Keadaan umum : baik, lemah

(2) Kesadaran : composmentis, apatis,

samnolen, spoor, delirium, semi koma,

koma.

(3) TTV : TD : 110/70 – 130/90

mmHg

RR: 16-24 x/menit

N : 60-100 x/menit

S : 36,5 – 37,5 ℃

(4) BB : kenaikan BB trimester

III normalnya yaitu 5,5 kg. total kenaikan

BB selama hamil yaitu 11-12 kg.

(5) TB : > 145 cm

(6) LILA : > 23,5 cm

(7) IMT : 20-24,5

b) Pemeriksaan fisik khusus, meliputi :

(1) Leopold I : untuk menentukan TFU dan

bagian apa yang teraba pada fundus

32
(2) Leopold II : untuk menentukan letak

punggung janin

(3) Leopold III: untuk menentukan bagian

bawah janin dan memastikan sudah

masuk PAP atau masih BAP.

(4) Leopold IV: untuk menentukan bagian

terbawah janin sudah seberapa jauh

masuk PAP.

(5) DJJ : 120-160 x/menit

(6) TBJ : memastikan TBJ sesuai usia

kehamilan, dengan melihat adanya resiko

BBLR atau tidak.

c) Pemeriksaan penunjang

Hasil USG, pemeriksaan darah lengkap,

pemeriksaan urin.

3) Analisa data

Diagnose kebidanan :

“diagnose ditegakkan berdasarkan pengkajian data yang

diperoleh : G…P…A… Uk.. minggu dengan ….

33
4) Penatalaksanaan merupakan suatu tindakan yang

dilakukan terhadap klien dan telah di rencanakan

sebelumnnya dan di evaluasi secara mendetail. Seperti :

a) Menjaga kebersihan diri terutama organ

genetalia esterna dengan cara membasuhnya

menggunakan air bersih.

b) Membersihkan dan mengeringkan alat genetalia

saat selesai BAB dan BAK dengan menggunakan

tissue bersih dan kering.

c) Mengganti pakaian setiap kali lembab untuk

menghindari bertumpuknya kuman-kuman atau

mikroorganisme yang menimbulkan suatu

penyakit

d) Menjaga nutrisi dengan gizi seimbang, makan

makanan yang banyak mengandung protein,

kalsium, karborhidrat dll.

e) Istirahat yang cukup agar tubuh bisa rileks

kembali saat beraktivitas

f) Melakukan senam hamil di pagi hari agar tubuh

menjadi bugar.

34
i. Asuhan kehamilan

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, Tenaga

kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai

standar (10T)

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pengukuran tinggi badan cukup satu kali, bila

tinggi badan dibawah 145 cm, maka faktor resiko

panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara

normal. Penimbangan berat badan setiap kali periksa,

sejak bulan ke empat pertambahan berat badan paling

sedikit 1 kg/bulan.

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg, ada faktor resiko hipertensi (tekanan darah

tinggi) dalam kehamilan.

3) Nilai status gizi(ukur lingkar lengan atas/lila)

Bila dibawah 23,5 cm menunjukkan ibu hamil

menderita kurang energi kronis (KEK) dan beresiko

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

35
4) Ukur tinggi fundus utrerus

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap

kali kunjungan Antenatal untuk mendeteksi

pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan, Pengukuran menggunakan menggunakan

pita penukuran setelah kehamilan 24 minggu.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan

kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan

ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut

jantung janin kurang dari 120 kali permenit atau lebih

dari 160 kali permenit menunjkkan adanya tanda gawat

janin.

6) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian

imunisasi TT

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorium,

ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat

kontak pertama diperlukan mendapatkan suntikan

tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk

mencegah tetanus pada ibu dan bayi.

Tabel 1.2.Pemberian TT

36
Jadwal pemberian Selang waktu minimal

TT1 Saat kunjungan pertama

TT2 4 minggu setelah TT1

TT3 6 bulan setelah TT2

TT4 1 tahun setelah TT3

TT5 1 tahun setelah TT4

Sumber: Buku saku pedoman Bagi tenaga kesehatan,2013. Pelayanan

kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, bagian Asuhan

Antenatal,Jakarta ,halaman 29.

7) Beri tablet tambah darah(tablet besi)

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah

darah setiap hari minimal 90 tablet. Tablet tambah darah diminum

pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8) Pemeriksaa laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil

yaitu; golongan darah, hemoglobin darah,protein urine, dan

pemeriksaan fisik daerah edemis/epidemis (malaria, IMS, HIV,dll)

9) Tatalaksana/penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu

hamil harus di tangani sesuai standar dan kewenangan bidan.

37
10) Temu wicara (konseling)

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai

perawatan kehmilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan

dan inisiasi menyusu dini ( IMD ), nifas, perawatan bayi baru

lahir, ASI eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi pada

bayi.

2. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian persalinan

1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup

proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan

yang besar pada ibu untuk dapat melahirlan janinnya melalui

jalan lahir (Jannah N, 2015)

2) Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang

dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan

dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan

secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia

kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah

persalinan ibu maupun bayi berada di dalam kondisi sehat (Sari

EP dan rimandini KD, 2014).

38
b. Teori penyebab persalinan

1) Teori keregangan

a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregangkan dalam

batas tertentu.

b) Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

2) Teori penurunan progesterone

Progesteron merupakan hormon penting dalam menjaga

kehamilan tetap terjadi hingga masa persalinan yang di

tentukan. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, yang akan

menjadi pada usia hamil 28 minggu, dimana terjadi

penimbungan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu. Ketika hormon ini mengalami

penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapainya

tingkat penurunan progesteron tertentu (putri Ika,

Damayanti,dkk, 2014).

3) Teori oksitosin

Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak,

tetapi berlangsung lama dengan persiapan semakin

meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang

dikeluarkan oleh kelenjar hifofisis pars posterior. Distribusi

39
reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus uteri, ia

makin berkurang jumlahnya dalam segmen bawah rahim dan

praktis tidak banyak dijumpai pada serviks uteri.

Ketidakseimbangan estrogen dan progesteron akan

mempengaruhi perubahan sensitivitas otot rahim, sehingga

terjadi braxton hicks. Menurunyya konsentrasi progesteron

akibat tuanya umur kehamilan, akan menyebabkan oksiotosin

meningkat, sehingga persalinan dapat dimulai.

4) Teori rangsangan estrogen

Estrogen merupakan hormon yang dominan saat hamil

selain progesteron. Hormon ini berguna meningkatkan

sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan ransangan

dari luar seperti ransangan oksitosin, ransangan prostaglandin

dan ransangan mekanis. Hal ini mungkin disebabkan karena

peningkatan konsentrasi antin myocin dan adenosin tripospat

(ATP).

5) Teori plasenta sudah tua

Meurut teori ini, plasenta yang menjadi tua dapat

menyebabkan menurunya kadar progesteron dan estrogen yang

dapat menyebabkan kekejangan pembuluh darah pada

vilichorialis di plasenta, sehingga menyebabakan kontraksi pada

rahim.

40
6) Teori tekanan serviks

Fetus yang berpresentasi baik dapat meransang saraf

sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi dalamnya

mengakibatkan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.

7) Teori penurunan kadar prostaglandin

Progesteron merupakan hormon penting dalam

kehamilan. Hormon ini meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu, dikeluarkan oleh desidua. Progesteron memiliki fungsi

menurunkan kontraktilitas dengan cara meningkatkan potensi

membran istirahat pada sel miometrium sehingga menstabilkan

kontraksi berkurang, uterus dan tenang (Jannah, Askeb II

Persalinan Berbasis Kompetensi, 2015).

c. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi persalinan

Perubahan fisiologis yang terjadi pada persalinan kala I, kala

II, kala III dan kala IV adalah :

1) Kala I

Persalinan Kala I dimulai dari munculnya kontraksi

persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara

progresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap

(Rohani dkk, 2014).

41
Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan

terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan untuk

mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara

klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat

menginterpretasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan

penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal

atau tidak selama kala I (Kuswanti dan Melina, 2013).

Menurut Kuswanti dan Melina, 2013 Perubahan fisiologis pada

kala I meliputi:

a) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat dalam kontraksi selama

kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar

10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg.

Diantara kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti

sebelum masuk persalinan, sehingga untuk memastikan

tekanan darah yang sesungguhnya diperlukan pengukuran di

antara kontraksi/diluar kontraksi. Jika ibu dalam keadaan

sangat takut, mungkin rasa takut itulah yang menyebabkan

kenaikan tekanan darah, sehingga diperlukan asuhan yang

mndukung yang dapat menimbulkan ibu rileks.

42
b) Perubahan Metabolisme

Selama persalinan metabolisme karbohidrat naik secara

perlahan. Kenaikan ini sebagian disebabkan oleh kecemasan

serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme

yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,

denyut nadi, pernapasan, kardiak output dan kehilanga

cairan.

c) Perubahan Suhu Badan

Selama persalinan suhu badan akan sedikit meningkat,

suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera turun

setelah kelahiran. Kenaikan dianggap normal jika tidak

melebihi 0,5-10. Suhu badan yang naik sedikit merupakan

keadaan yang wajar, tetapi bila keadaan ini berlangsung

lama, kenaikan ini mengindikasikan adanya dehidrasi.

d) Perubahan Denyut Jantung

Denyut jantung di antara kontraksi sedikit lebih tinggi

dibanding selama periode persalinan atau sebelum masuk

persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam

metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung

yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal,

meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk

mengidentifikasi adanya infeksi.

43
e) Pernapasan

Pernapasan terjadi sedikit kenaikan dibanding dengan

sebelum persalinan, kenaikan pernapasan ini dapat

disebabkaan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta

penggunaan teknik pernapasan yang tidak benar. Untuk itu

diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernapasan

(untuk menghindari hiperventilasi) yang telah ditandai oleh

adanya perasaan pusing.

f) Perubahan Renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal ini

disebabkan oleh kardiak output yang meningkat, serta

karena filtrasi glomelurus serta aliran plasma ke renal.

Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi telentang, yang

mempunyai efek mengurangi aliran urine selama kehamilan.

Kandung kemih harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang

bertujuan agar tidak mnghambat penurunan bagian terendah

janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari

retensi urine setelah melahirkan. Protein dalam urine (+1)

selama persalinan merupakan hal yang wajar, tetapi protein

urine (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini lebih

sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau

pada kasus pre eklamsi.

44
g) Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastric serta penyerapan

makanan padat berkurang, yang akan menyebabkan

pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan

menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat

menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu

dianjurkan tidak makan terlalu banyak atau minum

berlebihan, tetapi makan dan minum semaunya untuk

mempertahankan energi dan hidrasi.

h) Perubahan Hematologis

Hb akan meningkat 1,2 gr/100ml selama persalinan dan

kembali ke tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah

persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama

persalinan, waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat

tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel darah putih

akan mmeningkat secara progresif selama kala I persalinan

sebesar 5000 s/d 15000 WBC sampai dengan akhir

pembukaan lengkap. Gula darah akan turun selama

persalinan dan akan turun secara mencolok pada persalinan

yang mengalami penyulit atau pesalinan lama, hal ini

disebabkan karena kegiatan uterus dan otot-otot kerangka

tubuh.

45
i) Perubahan Endokrin

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan

dimana terjadi penurunan kadar progesteron dan

peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin.

j) Perubahan Integumen

Adaptasi sistem integumen khususnya distensibilitas

yang besar pada introitus vagina yang terbuka. Derajat

distensibilitas bervariasi pada ibu yang melahirkan.

Walaupun tanpa episiotomi atau laserasi, robekan kecil pada

kulit sekitar introitus vagina mungkin terjadi.

k) Perubahan Muskuloskeletal

Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan

asam basa, cairan tubuh, dan darah sehingga menambah

terjadinya kram pada kaki. Sistem muskuloskeletal

mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihsan,

proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu

menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri

punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi

janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi

pada masa aterm.

46
l) Sistem Reproduksi

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada

otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang

menyebabkan keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus

dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah, fundus uteri

bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin ke bawah,

sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti

tarikan dari segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan

serviks menjadi lembek dan membuka. Kerja sama antara

uterus bagian bawah dan uterus bagian atas disebut polaritas.

2) Kala II

Menurut Kuswanti dan Melina, 2013 perubahan

fisiologis pada kala II meliputi :

a) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding

Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai

sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri,

merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus.

Kontraksi ini dikendalikan oleh saraf intrinsik, tidak

disadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik

frekuensi maupun lama kontraksi.

47
Pemeriksaan kontraksi uterus meliputi :

(1) Frekuensi

Frekuensi dihitung dari awal timbulnya kontraksi

sampai muncul kontraksi berikutnya.

(2) Durasi/lama

Pada saat memeriksa durasi perlu diperhatikan

bahwa cara pemeriksaan kontraksi uterus dilakukan

dengan palpasi perut.

(3) Intensitas/kuat lemah

Hasil pemeriksaaan yang disimpulkan tidak

dapat diambil dari seberapa reaksi nyeri ibu bersalin

pada saat kontraksi. Intensitas dapat diperiksa

dengan cara jari-jari tangan ditekan pada perut, bisa

atau tidak uterus ditekan. Pada kontraksi yang lemah

akan mudah sekali dilakukan tetapi pada kontraksi

yang kuat hal itu tidak mudah dilakukan. Kontraksi

uterus yang paling kuat pada fase konntraksi puncak

tidak akan melebihi 40 mmHg.

b) Uterus

Terjadi perbedaan pada bagian uterus, yaitu :

(1) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila

dilakukan palpasi akan teraba keras saat kontraksi

48
(2) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks,

merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal

ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah

uterus

(3) Batas antara segman atas dan segmen bawah uterus

membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada

keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan

membentuk cincin retraksi patologis yang

dinamakan cincin bandl.

(4) Perubahan bentuk : bentuk uterus menjadi oval yang

disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang

semula membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus

bertambah panjang 5-10 cm.

3) Kala III

Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya

plasenta dan uri. Persalinan kala III disebut juga kala uri.

Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan

volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan

ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat

perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengketan

menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah,

maka plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian

49
lepas dari dinding uterus atau ke dalam vagina. Kala III ini

tidak kalah pentingnya dengan kala I dan kala II.

Kelalaian dalam memimpin kala III dapat

mengakibatkan kematian karena perdarahan. Rata-rata lama

kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun

multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding

depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat

jarang terdapat pada fundus uteri (Kuswanti dan Melina,

2013).

Menurut Kuswanti dan Melina, 2013 dalam

kelahiran plasenta, didapat 2 tingkat atau fase yaitu :

a) Pelepasan plasenta

Setelah bayi lahir, uterus masih mengadakan kontraksi

yang mengakibatkan penciutan kavum uteri, tempat

implantasi plasenta. Hal ini mengakibatkan plasenta

lepas dari tempat implantasinya.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

(1) Perubahan bentuk uterus

Bentuk uterus yang semula discoid menjadi

globuler (bundar) akibat dari kontraksi uterus.

50
(2) Semburan darah tiba-tiba

Semburan darah ini disebabkan karena

penyumbat retroplasenter pecah saat plasenta

lepas.

(3) Tali pusat memanjang

Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke

segmen uterus yang lebih bawah atau rongga

vagina.

(4) Perubahan posisi uterus

Setelah plasenta lepas dan menempati segmen

bawah rahim, maka uterus muncul pada rongga

abdomen (uterus naik di dalam abdomen).

b) Pengeluaran plasenta

Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah

rahim, kemudian melalui servik, vagina dan dikeluarkan

ke introitus vagina.

4) Kala IV

Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir.

Dalam kala IV ini, penderita masih membutuhkan

pengawasan yang intensif karena perdarahan. Pada keadaan

ini atonia uteri masih mengancam. Oleh karena itu, kala IV

51
penderita belum boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak

boleh ditinggalkan bidan (Rohani dkk, 2014).

d. Perubahan anatomi dan adaptasi psikologi persalinan

Menurut Purwoastuti dan Walyani, 2015 Perubahan

psikologis yang dialami oleh ibu bersalin adalah:

1) Perasaan tidak enak

2) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

3) Sering memikirkan persalinan apakah berjalan normal

4) Menganggap persalinan sebagai percobaan

5) Khawatir akan sikap penolong persalinan, khawatir akan

keadaan bayinya

6) Cemas akan perannya sebagai ibu.

e. Kebutuhan dasar dalam persalinan

1) Ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan

menurut Lesser & Keane ialah:

a) Asuhan fisik dan psikologis

b) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

c) Pengurangan rasa sakit

d) Penerimaaan atas sikap dan perilakunya

e) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang

aman.

52
2) Sedangkan Sumarah (2008) mengkategorikan kebutuhan ibu

dalam proses persalinan meliputi :

a) Kebutuhan fisiologis

(1) Oksigen.

(2) Makan dan minum.

(3) Istirahat selama tidak ada his.

(4) Kebersihan badan terutama genetalia.

(5) Buang air kecil dan buang air besar.

(6) Pertolongan persalinan yang terstandar.

(7) Penjahitan perineum bila perlu.

b) Kebutuhan rasa aman

(1) Memilih tempat dan penolong persalinan.

(2) Informasi tentang proses persalinan atau tindakan yang

akan dilakukan.

(3) Posisi tidur yang dikehendaki ibu.

(4) Pendampingan oleh keluarga.

(5) Pantauan selama persalinan.

(6) Intervensi yang diperlukan.

c) Kebutuhan dicintai dan mencintai

(1) Pendampingan oleh suami/keluarga.

(2) Kontak fisik (memberi sentuhan ringan)

(3) Masase untuk mengurangi rasa sakit.

53
(4) Berbicara dengan suara yang lembut dan sopan.

d) Kebutuhan harga diri

(1) Merawat bayi sendiri dan menetekinya.

(2) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu.

(3) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati.

(4) Informasi bila akan melakukan tindakan.

(5) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif

yang ibu lakukan.

e) Kebutuhan aktualisasi diri

(1) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan.

(2) Memilih pendamping selama persalinan.

(3) Bounding and attachment

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Power

Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong

janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi :

a) His ( kontraksi uterus )

Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot otot polos

rahim bekera dengan baik dan sempurna .Sifat his yang

baik ialah kontraksi simetris ,fundus dominan

,terkoordinasi,dan relaksasi. Pembagian his dan sifatnya :

54
(1) His pendahuluan : his tidak kuat ,datangnya tidak teratur

,menyebabkan keluarnya lendir darah atau bloody show

(2) His pembukaan (kala 1):menyebabkan pembukaan

serviks ,semakin kuat ,teratur dan sakit

(3) His pengeluaran (kala 2): untuk mengeluarkan janin

,sangat kuat, teratur, simetris ,terkoordinasi .

(4) His pelepasan plasenta (kala 3):kontraksi sedang untuk

melepaskan dan melahirka plasenta

(5) His pengiring (kala 4):kontraksi lemah ,masih sedikit

nyeri ,terjadi pengecilan dalam beberapa jam atau hari

b) Hal hal yang harus di perhatikan pada his saat melekukan

obeservasi :

(1) Frekunsi his :jumlah his dalam waktu tertentu ,biasanya

per menit per 10 menit

(2) Intensitas his :kekuatan his (adekuat atau lemah)

(3) Durasi (lama his ):lamanya setiap his berlangsung dan di

tentukan dalam detik ,misalnya 50 detik

(4) Interval his : jarak antara his yang satu dengan his

berikutnya ,his datan tiapa 2-3 menit .

2) Passage

Passage atau jalan lahir di bagi menjadi 2 .

a) Bagian keras yaitu Tulang panggul

55
Tulang panggul terdiri dari empat buah tulang terdiri dari :

(1) Dua os coxae (tulang pangkal paha )

Os ilium (tulang usus) terdiri dari : crista iliaca

,spina iliaca anterior superior (SIAS) dan spina

iliaca posterior superior (SIPS) ,spina iliaca

posterior inferior (SIPI),spina iliaca anterior

inferor (SIAI),incisura ischiadi mayor ,linea

inominata,corpus os ilii.

(2) Os pubis (tulang kemaluan ) terdiri dari :foramen

obtutarium,ramus superior ossis pubis,ramus

inferior ossis pubis ,lineailliopectinea ,corpus

pubis,tuber culum pubicum,arcus pubis ,simfibis

pubis .

(3) Os sacrum ( tulang kelangkang) terdiri dari

:promontorium,foramen scralia anterior ,crista

scralis,vertebra sacralis,ala sacralis,vertebra

lumbalis

(4) Os coccygeus (tulang tungging) terdiri dari :

vertebra coccyges.

Ukuran menentukan berapa jauhnya bagian depan anak

turun ke dalam rongga panggul ,maka hodge telah menentukan

beberapa bidang khayalan dalam panggul .

56
(1) H I : sama dengan pintu atas panggul

(2) H II :sama dengan H I melalui pinggir bawah synphisis

(3) H III:sama dengan H I melalui spina isciadica

(4) H IV :sama dengan H I melalui ujung os coccyges

b) Bagian Lunak

Bagian lunak panggul terdiri dari otot-otot dan

ligamentum yang meliputi dinding panggul sbeelah dalam

dan menutupi panggul sebelah bawah. Yang menutupi

panggul dari bawah membentuk dasar panggul, disebut

diagfragma pelvis

3) Passenger

a) Janin

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa factor yakni kepala

janin, presentasi, leak, sikap, dan posisi janin. Karena

plasenta harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap

sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun

plasenta jarang menghambat proses persalinan normal

(Sumarah, 2010)

(1) Kepala Janin

57
Kepala janin adalah bagian yang terpenting

karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya

kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang

menentukan. Jika kepala dapat melalui jalan lahir,

bagian-bagiannya dapat menyusul dengan mudah.

Kepala bayi terdiri dari:

(a) Bagian muka, terdiri dari

 Tulang hidung (os nasale)

 Tulang pipi (os zygomatikum)

 Tulang rahang atas (os maxilare)

 Tulang rahang bawah (mandibulare)

(b) Bagian tengkorak

Bagian ini yang terpenting pada persalinan

karena biasanya bagian tengkoraklah yang

paling depan Yang membentuk bagian

tengkorak adalah :

 Tulang dahi (os frontale) 2 buah

 Tulang ubun ubun (os parietale) 2 buah

 Tulang pelipis (os temporale) 2 buah

 Ulang belakang kepala (os occipitale)

(c) Sutura

58
Sutura adalah sela-sela diantara tulang yang

ditutupi oleh membrane. Kegunaannya :

 Memungkinkan terjadinya maulage

 Dapat mengetahui posisi kepala janin

Macam-macam sutura:

 Sutura sagitalis: terletak diantara kedua os

parietal

 Sutura Coronalis : terleta antara os frontal

dan os parietal

 Sutura lamboidea : terletak antara os

occipital dan kedua os parietal

 Sutura frontalis : terletak os frontal kiri

kanan

(d) Fontanel/ubun-ubun

Merupakan pertemuan bberapa sutura yang

ditutupi oleh membrane fontanel terdiri dari dua

macam:

 Fontanel mayor/ubun esar/ fontanel anterior

merupakan pertemuan anatara sutura

59
sagitalis, sutura frontalis, sutura coronalis.

Berbentuk segi empat. Fontanel ini menutup

pada usia bai 18 bulan.

 Fontanel minor/ubun-ubun kecil/fontanel

superior erupakan pertemuan anatra sutura

sagitalis dan sutura lamboidea. Berbentuk

segitiga fontanel ini menutup pada usia bayi

6-8 minggu.

b) Letak Plasenta

Letak plasenta pada umunya pada korpus uteri bagian

depan atau belakang agak kea rah fundus uteri. Hal ini

fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih

luas , sehingga lbih banyak tempat berimplantasi

c) Bentuk dan ukuran plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter

15-20cm, tebal 2-3 cm dan beratnya ± 500 gram. Panjang

tali pusat 30-100 cm, terdiri dari :2 arteri dan 1 vena (arteri

mengandung darah kotor dan vena mengandung darah

bersih)

60
Biasanya plasenta akan terbentuk lengkap pada usia

kehamilan kira-kira 16 minggu, dimana ruang amnion telah

mengisi seluruh rongga rahim.

Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion

tertekan kea rah korion, anmun amnion hanya menempel

saja tidak sampai melekat pada korion.

4) Psikologis

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses

persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang

yang dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang

lebih lancer disbanding dengan ibu bersalin tanpa pendamping.

Ini menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak positif

bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh tehadap kelancaran

proses persalinan.

g. Tanda bahaya dalam persalinan

1) Pendarahan Lewat Jalan Lahir

Perdarahan menjelang persalinan dapat disebabkan oleh

berbagai hal, antara lain, mulai dari keguguran yang disengaja

karena tindakan nonmedis, kelainan letak ari-ari yang menutupi

jalan lahir (plasenta previa), lepasnya ari-ari yang disebut

solusio plasenta, hingga trauma fisik akibat kekerasan pada

daerah perut ibu.

61
2) Ibu Mengalami Kejang

Kejang selama kehamilan kemungkinan besar

disebabkan oleh preeklampsia. Preeklampsia adalah penyakit

tekanan darah tinggi pada kehamilan, yang disertai dengan

tanda-tanda kerusakan pada organ tubuh, misalnya pada mata,

hati, ginjal, dan lainnya. Terdapat gejala awal sebelum

terjadinya kejang, antara lain sakit kepala hebat, pandangan

kabur, mual-muntah, ataupun nyeri ulu hati.

3) Ibu Tidak Kuat Mengejan

Mengejan adalah salah satu hal penting yang menjadi

faktor kelancaran proses persalinan. Proses kelahiran akan

berlangsung aman jika ibu dapat mengejan dengan baik. Namun,

jika ibu tidak kuat mengejan, bayi akan berada di dalam tulang

panggul terlalu lama. Hal ini tentu saja akan membahayakan

bayi karena ketika lahir ia akan dalam kondisi lemas hingga

tidak menangis saat lahir.

Ibu yang tidak kuat mengejan biasanya disebabkan oleh

beberapa hal, di antaranya adalah usia ibu yang melahirkan di

atas 35 tahun dan malnutrisi selama kehamilan. Oleh karena itu,

Bunda sebaiknya memperhatikan asupan gizi selama kehamilan.

4) Air Ketuban Keruh dan Berbau

62
Air ketuban berfungsi melindungi bayi ketika ia dalam

kandungan. Air ketuban sendiri terdiri dari 99% air yang

membuatnya berwarna bening. Namun, ketika air ketuban sudah

berubah menjadi hijau keruh dan berbau, maka akan

membahayakan keselamatan bayi. Beberapa penyebab air

ketuban keruh:

a) Ketuban pecah dini.

Ketuban pecah dini, jika terjadi lebih dari 12 jam, maka

akan meningkatkan risiko terjadi infeksi pada air ketuban,

yang akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada

janinnya. Tanda-tandanya antara lain nyeri di rahim, dan

denyut nadi yang meningkat pada ibu dan janin, serta air

ketuban yang mengalir berbau tidak sedap.

b) Kehamilan melebihi batas waktu.

Air ketuban bercampur dengan mekonium yang

menyebabkan warnanya menjadi kekuningan, kehijauan,

atau kecokelatan. Mekonium merupakan kotoran yang

dikeluarkan bayi, dan merupakan salah satu tanda bahwa

bayi mengalami kekurangan oksigen di otak, sehingga

kotorannya keluar saat masih berada di dalam rahim.

c) Ibu Gelisah atau Mengalami Rasa Sakit yang Hebat

63
Supaya proses melahirkan dapat berjalan dengan lancar,

Bunda sebaiknya rileks. Umumnya, beberapa ibu merasakan

kegelisahan yang luar biasa saat melahirkan karena sugesti.

Akibatnya, rasa sakit yang timbul akan menjadi semakin

sakit. Namun, rasa sakit yang timbul–terutama dari daerah

vagina–akan dapat ibu lalui jika ibu merasa rileks dan

tenang. Akan lebih baik jika selama kehamilan, ibu

mengikuti kelas senam kehamilan, karena akan diajarkan

mengenai cara mengontrol pernapasan dan cara mengedan

yang benar pada saat persalinan.

h. Mekanisme persalinan

Pada akhir kala I, segmen uterus, serviks, dasar panggul, dan

pintu keluar vulva membentuk satu jalan lahir yang continue. Gaya

yang diperlukan untuk mengeluarkan janin berasal dari aktivitas

otot uterus dan dari otot abdomen sekunder dan diafragma yang

memperkuat kontraksi.

1) Ubun-ubun kecil depan: LOA.

LOA (Left Occipito Anterior = UUK kiri depan) adalah

presentasi kepala yang lazim. Sikapnya adalah fleksi, bagian

terendah janin bagian posterior vertex dan ubun-ubun kecil, dan

penunjuknya occiput (O).

64
Mekanisme persalinan seperti yang kita kenal sekarang

pertama kali di uraikan oleh Willian Smile pada abad ke

delapan-belas. Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian

diri dan lewatnya janin melalui panggul ibu. Ada enam gerakan

dengan overlapping. Uraian berikut adalah untuk kedudukan

UUK kiri depan.

2) Penurunan

Penurunan, yang meliputi engagement pada diameter

oblique kanan panggul, berlangsung terus selama persalinan

normal pada waktu janin melalui jalan lahir.

3) Fleksi

Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga bertambah

hingga ubun – ubun kecil lebih rendah dari ubun–ubun besar.

Keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran

kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir.

4) Putaran paksi dalam

Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah

pemekaran bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian

terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

simfisis.

5) Ekstensi

65
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sudah sampai

didasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.

Hal ini disebabkan oleh karena sumbu jalan lahir pada pintu

bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala

terjadi dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah dan

satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke

atas.

6) Restitusi

Pada waktu kepala mencapai dasar panggul maka bahu

memasuki panggul. Oleh karena itu panggul tetap berada pada

diameter obliqua sedangkan kepala berputar kedepan, maka

leher ikut berputar. Begitu kepala dilahirkan dan bebas dari

panggul maka leher berputar kembali dan kepala mengadakan

restitusi kembali 45 derajat .

7) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar ke arah

punggung anak utuh menghilangkan storsi pada leher yang

terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran

retribusi (putaran balasan). Selanjutnya putaran dilanjutkan

dengan belakang kepala berhadapan dengan tuber aschiadikum

sepihak (disisi kiri). Gerakan yang terakhir ini paksi luar yang

66
sebenarnya yang disebabkan karena ukuran bahu menempatkan

diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

8) Mekanisme bahu

Pada waktu kepala tampak di PBP, bahu memasuki PAP,

mereka engage pada diameter obliqua yang berlawanan

dengan kepala. Misalnya pada LOA kalau kepala engage

pada diameter obliqua kanan PAP maka bahu engage

pada diameter obligua kiri.

9) Kelahiran badan dan anggota

Setelah bahu dilahirkan maka bagian tubuh janin lainnya

lahir dengan hejan perut ibu tanpa mekanisme yang khusus dan

kesulitan.

10) Moulage

Pada LOA maka diameter suboccipitobregmatica

berkurang dan kepala menjadi lebih panjang pada diameter

verticomentalis

11) Lepasnya plasenta

Beberapa menit setelah bayi lahir maka kontraksi uterus

timbul lagi. Akibat kontraksi ini plasenta terlepas dari dinding

67
uterus. Selama proses pelepasan, darah menumpuk diantara

plasenta dan uterus. Kalau pelepasan sudah sempurna maka

darah dilepaskan dan mengalir keluar melalui vagina

12) Pengeluaran plasenta

Segera setelah plasenta dilepaskan, kontraksi uterus

mengeluarkan plasenta dari vagina. Dari sini plasenta dilahirkan

mengejan oleh pasien. Ada di kemukakan dua metode

pengeluran plasenta.

a) Pada metode Duncan tepi bawah plasenta keluar lebih

dahulu dengan permukaan maternal dan fetal tampak

bersama-sama, kemudian sisanya menyusul.

b) Pada metode schultze plasenta keluar seperti payung

yang dilipat, nyusul dibelakangnya.

c) Kontrol perdarahan

Setelah plasenta di lepaskan, retraksi

menyebabkan pemendekan serabut otot uterus yang

permanen. Ini menekan, memutar dan menutup

anteriolae dan venulae seperti ikatan yang hidup. Aliran

darah ketempat plasenta dengan efektif ditutup, dan

perdarahan dapat berhenti. Apabila uterus atonis dan

tidak retraksi sebagaimana mestinya setelah pelepasan

plasenta maka pembuluh-pembuluh darah tidak ditutup

68
dan mengkin terjadi perdarahan postpartum yang banyak

(Helen varney dalam kutipan mangkuji at el, 2015).

i. Asuhan persalinan

PersalinanAsuhan persalinan adalah asuhan yang diberikan

selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan

yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan

sayang bayi (Rohani dkk, 2014).

1) Asuhan kala I

a. Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu

b. Jika ibu tampak gelisah/kesakitan

c. Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di

tempat tidur.

d. sarankan untuk miring kiri.

e. Biarkan berjalan atau beraktivitas ringan sesuai

kesanggupannya.

f. Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau

membasuh muka ibu.

g. Ajari teknik bernapas.

h. Jaga privasi ibu gunakan tirai penutup dan tidak

menghadirkan orang lain tanpa seizin ibu

69
i. Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya

setelah buang air kecil/besar

j. Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan

panas pada bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 250C dan

semua pintu serta jendela harus tetap tertutup

k. Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi

l. Sarankan ibu berkemih sesering mungkin

m. Pantau kondisi ibu secara rutin dengan menggunakan

partograf

2) Asuhan persalinan kala II, III dan IV

Asuhan persalinan kala II, III, dan IV merupakan kelanjutan

data yang dikumpulkan dan di evaluasi selama kala I yang dijadikan

data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama

kala II, III, dan IV persalinan. Kala II persalinan dimulai ketika

pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dari keluarnya

bayi, kala III dari bayi lahir hingga plasenta lahir dan kala IV

dimulai dari lahirnya plasenta hingga 2 jam postpartum. Asuhan

Persalinan Normal (APN) merupakan asuhan yang diberikan secara

bersih dan aman selama persalinan berlangsung. Menurut Sarwono

(2014), APN terdiri dari 60 langkah yaitu :

a) Melihat tanda gejala kala dua

1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

70
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina

3) Perineum menonjol

4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

b) Menyiapkan persalinan

1) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin

10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali

pakai didalam partus set.

2) Menggunakan celemek plastik yang bersih

3) Melepaskan semua perhiasan, mencuci kedua

tangan dibawah air mengalir dan mengeringkan

tangan dengan handuk bersi

4) Memakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan

dalam

5) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik

c) Memastikan pembukaan lengkap

6) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan

menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi

air DTT

71
7) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan

bahwa pembukaan sudah lengkap. Bila selaput

ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap lakukan amniotomi

8) Mendekontaminasi sarung tangan dengan

mencelupkan kedalam larutan klorin 0,5% dan

kemudian melepaskannya keadaan terbalik. Mencuci

kedua tangan

9) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah

kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ

dalam batas normal

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

persalinan

10) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam

posisi yang nyaman sesuai keinginanya

11) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu untuk meneran. (pada saat ada his)

12) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

72
13) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm, Meletakkan handuk bersih di atas

perut ibu untuk mengeringkan bayi

14) Meletakkan kain yang bersih dengan lupatan 1/3

bagian bawah bokong ibu

15) Membuka partus set

16) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

f) Menolong kelahiran bayi

17) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-

6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan dan

tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran

18) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung

bayi

19) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi

20) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran

paksi luar secara spontan

g) Melahirkan bahu

21) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar

tempatkan kedua tangan di masing masing sisi muka

73
bayi (biparetal). Dengan lembut menarik kepala

kearah bawah untuk melahirkan bahu depan

(anterior) dan menarik kearah atas untuk melahirkan

bahu belakang (posterior)

22) Setelah kedua bahu dilahirkan, mengunakan lengan

bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat

dilahirkan

23) Setelah tubuh dari lengan lahir menyelusuri tangan

yang ada di atas, Memegang kedua mata kaki dengan

hati-hati membantu kelahiran bayi

h. Penanganana bayi baru lahir

24) Lakukan penilaian (selintas)

 Apakah bayi cukup bulan?

 Apakah bayi menangis kuat?

 Apakah bayi bergerak aktif?

25) Mengeringkan bayi bayi mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainya

26) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak

ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal)

74
27) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar

kontraksi uterus baik

28) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi suntik

oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan ibu

29) Setelah 2 menit pasca persalinan , jept tali pusat

dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm dari klem pertama

30) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

31) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak

kulit ibu dengan bayi (IMD)

i. Manejemen aktif Kala III

32) Pindahkan klem pada talipusat hingga berjarak 5-10

cm dari vulva

33) Letakkan satu tangan di atas kain ada perut ibu di tepi

atas syimpisis, tangan lain menegangkan tali pusat

34) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke

arah bawah sambil tangan lain mendorong uterus ke

75
arah belakang-atas (Dorso kranial) secara hati-hati

(untuk mencegah inversio uteri)

35) Lakukan penegangan dan dorong dorso kranial

hingga plasenta terlepas, minta ibu untuk menerang

sambil meregangkan tali pusat sejajar lantai

kemudian kearah atas

36) Setelah plasenta muncul di introitus vagina , lahirkan

plasenta dengan kedua tangan pegang dan putar

searah jarum jam lahirkan dan tempatkan plasentah

dalam kantong plastik

37) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir

lakukan massase uterus pada fundus ibu dengan

gerakan melingkar

n. Estimasi jumlah perdarahan

38) Periksa kedua sisi plasenta patikan selaput ketuban

lengkap dan utuh

39) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum

40) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

pendarahan pervagina

76
41) Celupkan sarung tangan kedalam laruran klorin 0,5%

kemudian cucu kedua tangan dibawah air mengalir

42) Evaluasi

43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan kandung

kemih kosong

44) Ajarkan ibu dan keluarga cara massase uterus dan menilai

kontraksi

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit)

48) Kebersihan dan keamanan

Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit)

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat

sampah yang sesuai

50) Bersihkan ibu dari sisa air ketubaban dan darah dengan air

DTT

51) Pastikan ibu merasa nyaman dan bantu ibu memakai

pakain yang bersih. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu

minum dan makan

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

77
53) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%

54) Cuci kedua tangan di bawah air mengalir dan keringkan

55) Pakai srung tangan untuk penatalaksanaan bayi baru lahir

56) Dalam waktu 1 jam berika salep mata dan vitamin k IM

paha kiri, setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru

lahir

57) Setelah satu jam pemberian vitamin k suntikkan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan

58) Lepas sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%

59) Cucu kedua tanagan dan keringkan

60) Dokumentasi dan Lengkapi partograf (Helen varney dalam

kutipan mangkuji at el, 2015)

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan

genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak

sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. Neonatus adalah bayi

baru lahir yang menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam uterus ke

kehidupan di luar uterus ( Tando, 2016 ).

Menurut Tando, 2016 ciri-ciri Bayi Baru Lahir :

1) Berat badan 2.500-4.000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

78
3) Lingkar dada 30-38 cm.

4) Lingkar kepala 33-35 cm.

5) Frekuensi jantung 120-160 x/menit.

6) Pernapasan ± 40-60 x/menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genitalia: pada perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora

; pada laki-laki, testis sudah turun, skrotum sudah ada.

11) Refleks isap dam menelan sudah terbentuk dengan baik.

12) Refleks moro atau gerak memeluk jika di kagetkan sudah baik.

b. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi bayi baru lahir

Menurut Muslihatun, 2012 adaptasi fisiologis yang terjadi pada bayi

baru lahir adalah

1) Sistem pernafasan

Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang

dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih

sehingga udara tertahan di dalam.

79
2) Suhu Tubuh

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh

dari bayi baru lahir ke lingkungannya.

a) Konduksi

Panas yang dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas

dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada

kecepatan dan suhu udara)

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek

yang mempunyai suhu berbeda).

d) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada

kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan

cara merubah cairan menjadi uap).

3) Metabolisme

80
Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.

Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan

karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.

Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam, pemenuhan

kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari

karbohidrat.

4) Peredaran darah

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan

anteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,

sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung

kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara

fungsional.

5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar

natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler

luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih

belum sebanyak orang dewasa.

c. Tanda bahaya pada bayi baru lahir

1) Bayi tidak mau menyusu

2) Kejang

3) Hipotermi

81
4) Bayi kurang bergerak

5) Sianosis

6) Demam tiba-tiba

7) Tidak BAB beberapa hari

8) Tali pusat berbau

d. Manajemen bayi baru lahir

1) Pengaturan suhu

a) Konduksi adalah kehilangan panas melalui benda-benda

padat yang berkontak dengan kulit bayi

b) Konveksi adalah pendinginan melalui aliran udara di sekitar

bayi

c) Evaporasi adalah kehilangan panas melalui penguapan air

melalui kulit bayi yang basah

d) Radiasi adalah melalui benda padat dekat bayi yang tidak

berkontak secara langsung dengan kulit bayi

2) Resusitasi bayi baru lahir

Resusitasi neonates tidak di lakukan pada semua bayi baru

lahir.akan tetapi penilaian untuk menentukan apakah bayi

memerlukan resusitasi yang harus dilakukan pada setiap bayi baru

lahir. Pengisapan lender mulut bayi, secara stimulasi bayi dengan

82
mengusap telapak kaki dan punggung bayi apabila dapat bernafas

dengan spontan perlu di lakukan resusitasi.

3) Inisiasi menyusui dini

Manfaat IMD bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik di bandingkan dengan

incubator, menjadi kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan

mencegah infeksi nosocomial.

4) Pengikatan dan pemotongan tali pusat

Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan

banyak dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi penelitian

menunjukkan kali ini tidak bermanfaat bagi ibu dan bayi, bahkan

dapat berbahaya bagi bayi. Penundaan pengikatan tali pusat

memberikan kesempatan bagi bayi terjadinya transfuse fetomaternal

sebanyak 20-50 % (rata-rata 21 % ) volume darah bayi.

5) Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam

minggu pertama secara alami mengurangi insiden infeksi pada bayi

baru lahir.

6) Pemberian salep mata

Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada bayi

dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti gonore

83
dan clamidiasis. Pemberian antibiotic profilaksis pada mata dapat

mencegah terjadinya konjugtivitis

7) Pemberian vit.k

Pemberian vitamin K baik secara intramuskuler maupun oral

terbukti menurunkan insiden perdarahan akibat defisiensi vit K

8) Pengukuran Berat dan panjang lahir

Bayi yang baru lahir harus di timbang dan diukur panjang badannya

untuk mengetahui keadaan fisik bayi.

9) Memandikan bayi

Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan tetapi

masih banyak kebiasaan yang dalam memandikan bayi, seperti

memandikan bayi segera setelah lahir yang dapat menyebabkan

hepotermia.

4. Konsep dasar neonates

a. Defenisi

Masa neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan 4

minggu (28 hari)sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur

0(baru lahir)sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus

84
adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-

28 hari.

b. Neonatus menurut masa gestasinya :

1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)

c. Neonatus menurut berat badan lahir :

1) Berat lahir rendah : < 2500 gram

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

3) Berat lahir lebih : > 4000 gram

d. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi

Gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk Kehamilan :

1) Nenonatuscukup/kurang/ lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan

(SMK/KMK/BMK). (Rizka Emy Fadillah, 2019)

e. Kebutuhan dasar neonatus

1) Minuman bayi

Pastikan bayi di berikan minuman ASI sesegera

mungkin setelah lahir( dalam waktu 30 menit-1 jam setelah

lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gisi yang di

85
perlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah di cerna dan

efisien, mencegah penyakit infeksi, KB (metode

amenorelaktasi),bnding ibu dan bayi.berikan ASI sedini

mungkin. jikaASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa,

biarkan bayi menisap payudarasebagai stimulasi keluarnya ASI.

Cadangan nutrisi pada bayi cukup bulan dapat sampai selama 4

hari pasca persalinan. Ajuran abu untuk menyusui tanpa di

jadwalkan siang malam (minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap

bayi mengginkan.

2) Eliminasi

a) Buang air kecil (BAK)

Baryi baru lahir harus dalam BAK dalam waktu 24

jam setelah lihir. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak

20-30 ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada

akhir minggu pertama.

b) Buang air besar (BAB)

Kororan yang di keluarkan oleh bayi baru lahir pada

hari-hari kehidupannya adalah berupa meconium. Warna

meconium adalah hijau kehitam-hitaman, lembut.

Meconium adalah ekskresi gastor intestinal bayi baru lahir

86
yang di akumulasikan dalam masa janin . meconium ini

keluar pertama kali waktu 24 jam setelah lahir dan di

kelurkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.

Warna veses bayi menjadi kining pada saat bayi

berumur 4-5 hari. Bayi yang di berikan ASI feses mendi

lebih lembut, berwarna kuning terang, dan tidak berbau.

Bayi yang di berikan susu formula feses cendrung berwarna

pucat dan agak berbau. Pemberian ASI cendrung membuat

frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering .pada hari ke 4-5

produksi ASI lebih banyak, apabila bayi di beri ASI maka

bayi akan BAB lima kali atau lebih sehari. Pada bayi yang

berumur 3-4 minggu, frekuensi BAB berkurang menjadi

satu kali dalam 2-3 hari.

3) Tidur

Memasuki bulan pertama kehidupannya, bayi baru lahir

menghabiskan waktunya unyuk tidur. Pada siang hari bayi

hanya 15% waktu untuk di gunakan bayi dalam keadaan terjaga,

yaitu untuk menangis, gerak motorik, sadar, dan mengantuk.

Sisa waktu 85% lainya di gunakan untuk tidur.

4) Kebersiaan kulit

Kulit bayi masih sangat sensitive terhadap kemungkinan

terjadinya infeksi. Verniks kaseose bermamfaat untuk

87
melindungi kulit sehingga jangan dibersikan saat memandikan

bayi.

5) Keamanan bayi

Untuk menghindari terjadinya kecelakan atau hal-hal

yang tidak di inginkan pada bayi, sebaiknya tidak membiarkan

bayi sendiri tanpa ada yang menunggu.

f. Kunjungan pada bayi ( neonatus )

1) KN 1 : 6-48 jam setelah bayi lahir.

a) Mempertahankan suhu tubuh bayi

b) Pemeriksaan fisik bayi

c) Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu :

(1) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah

hisapan,

(2) Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat > 60 x/m atau

menggunakan otot tambahan

(3) Letargi bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk

makan

(4) Warna kulit abnormal kulit biru (sianosis) atau kuning

(5) Suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin

(hipotermi),

(6) Tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa

88
(7) Ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja

selama 3 hari, muntah terus-menerus, perut

membengkak, tinja hijau tua dan darah berlendir, Mata

bengkak atau mengeluarkan cairan.

d) Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa tali pusat

dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain

bersih secara longgar.

e) Memberikan Imunisasi HB-0 dan vit K

2) KN 2 : hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.

a) Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering

b) Menjaga kebersihan bayi

c) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi

bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah

pemberian ASI

d) Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali

dalam 24 jam)

e) Menjaga keamanan bayi

f) Menjaga suhu tubuh bayi

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan

bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA

h) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

89
3) KN 3 : hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

a) Pemeriksaan fisik

b) Menjaga kebersihan bayi

c) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi baru

lahir

d) Memberikan ASIBayi harus disusukan minimal 10-15 kali

dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

e) Menjaga keamanan bayi

f) Menjaga suhu tubuh bayi

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan

ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan

perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan

Buku KIA

h) Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG

i) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

4. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian masa nifas

90
1) Masa Nifas atau masa puerperium adalah masa setelah

persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari ( Maritalia

Dewi, 2014 ).

2) Masa nifas adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6

minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi

secara perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum

hamil ( Ristiyaningsih, 2014 ).

b. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi masa nifas

1) Selama kehamilan, uterus berfungsi sebagai tempat tumbuh

dan berkembangnya hasil konsepsi. Pada akhir kehamilan

berat uterus dapat mencapai 1000 gram.berat uterus dalam

keadaan tidak hamil hanya sekitar 30 gram.perubahan berat

ini karena pengaruh peningkatan kadar hormone ekstrogen

dan progesterone selama hamil yang menyebabkan hipertropi

otot polos uterus. Satu minggu setelah persalinan berat uterus

menjadi sekitar 500 gram, dua minggu setelah persalinan

menjadi sekitar 300 dan menjadi 40 - 60 gram setelah enam

minggu persalinan.

2) Serviks

91
Serviks merupakan bagian besar dari uterus yang

bentukna menyempit sehingga disebut juga leher

rahim.selama kehamilan, serviks mengalami perubahan

karena pengaruh hormon ekstrogen.meningkatnya kadar

hormone ekstrogen pada saat hamil dan disertai dengan

hipervaskularisasi mengakibatkan konsistensi serviks

menjadi lunak.segera setelah janin dilahirkan, serviks

dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam

persalinan serviks hanya dapat dilewati 2 - 3 jari dan

setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1

jari.

3) Vulva

Vulva merupakan organ reproduksi eksterna, berbentuk

lonjong, bagian depan dibatasi oleh clitoris, bagian

belakang oleh perineum, bagian kanan dan kiri oleh labia

minora.sama halnya dengan vagina, vulva juga

mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi.beberapa hari

pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada

dalam keadaan kendur.setelah 3 minggu vulva akan

kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi

lebih menonjol.

92
4) Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga

uterus dengan tubuh bagian luar.selama proses persalinan

vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar,terutama pada saat melahirkan

bayi.beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut,vagina tetap berada dalam keadaan tidak hamil

dan rugae dalam vagina secara berangsur - angsur akan

muncul kembali.

5) Lochea

a) Lochea rubra

Timbul di hari 1 – 2 post partum,terdiri darah segar

bercampur sisa -sisa selaput ketuban, sel - sel desi

dua, verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.

b) Lochea sanguinolenta

Timbul pada hari 3 - 7 pst partum, berupa darah dan

lendir.

c) Lochea serosa

Berupa cairan yang agak kuning,timbul setelah 1

minggu post partum.

d) Lochea alba

93
Timbul setelah 2 minggu post partum dan hanya

merupakan cairan putih.

6) Payudara

Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak di

bawah kulit, di atas otot dada. setelah proses persalinan

selesai, pengaruh hormone ekstrogen dan progesterone

terhadap hipofisis mulai menghilang. Hipofisis mulai

mensekresi hormon kembali yang salah satu diantaranya

adalah lactogenic hormone atau hormone prolaktin.

7) Tanda - tanda vital

Tanda - tanda vital merupakan tanda - tanda penting pada

tubuh yang dapat berubah bila tubuh mengalami

gangguan atau masalah.Tanda - tanda vital yang sering

digunakan pada masalah kesehatan adalah nadi,

pernapasan, suhu, dan tekanan darah.

8) Hormon

Selama kehamilan mengalami peningkatan kadar

hormone ekstrogen dan progesterone. Sekitar 1 - 2

minggu sebelum partus dimulai, kadar hormone

ekstrogen dan progesteroneakan menurun.memasuki

trimester II kehamilan, mulai terjadi peningkatan

hormone prolaktin dan prostagladin. Hormon prolaktin

94
akan merangsang pembentukan air susu pada kelenjar

mammae dan prostaglandin memicu sekresi oksitosin

yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus.

9) Sistem peredaran darah ( cardio vaskuler )

Perubahan hormon selam hamil dapat menyebabkan

terjadinya hemodulusi sehingga kadar hemoglobin (Hb)

wanita hamil biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan

dengan wanita hamil. Selain itu, terdapat hubungan

sirkulasi ibu dengan sirkulasi janin melalui plasenta.

setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah

tersebut akan terputus sehingga volume darah ibu relative

akan meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan

mengakibatkan beban kerja jantung sedikit meningkat.

namun hal tersebut segera diatasi oleh system

homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi

berupa timbulnya hemokonsentrasi sehingga volime

darah akan kembali normal.biasanya ini terjadi sekitar 1

– 2 minggu setelah melahirkan.

10) Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi ( sectio

Caesarea ) biasany membutukan waktu sekitar 1 - 3 hari

agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapt kembali

95
normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebi

cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu

banyak pada saat proses melahirkan. Buang air besar (

BAB ) biasanya mengalami perubahan pada 1 - 3 hari

pertama postpartum.hal ini disebabkan terjadinya

penurunan tonus otot selam proses persalinan.

11) Sistem perkemihan

Perubahan hormonal pada masa hamil menyebabkan

peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar

hormone steroid setelah wanita melahirkan sebagian

menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa

post partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu

satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan waktu

sekitar 2 - 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan

dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan

sebelum hamil.

12) Sistem integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa

hiperpigmentasi pada wajah ( cloasma gravidarum ),

leher, mammae, dinding perut, dan beberapa lipatan sendi

karena pengaruh hormone,akan menghilang selama masa

nifas.

96
13) Sistem musculoskeletal

Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan

menjadi longgar,kendur dan melebar selama beberapa

minggu atau bahkan sampai beberapa bulan akibat

peregangan yang begitu lama selam hamil.ambulasi

dini,mobilisasi dan senam nifas sangat dianjurkan untuk

mengatasi hal tersebut ( Dewi Maritalia, 2014 ).

c. Perubahan anatomi dan adaptasi psikologi masa nifas

Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas berbeda antara

individu satu dengan yang lainnya.

1) Fase taking In

Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan.pada fase ini ciri - ciri yang bisa diperlihatkan

adalah :

a) Ibu nifas masih pasif dan sangat tergantung.

b) Fokus perhatian ibu adalh pada dirinya sendiri.

c) Ibu nifas lebih mengingat pengalaman melahirkan dan

persalinan yang dialami.

d) Kebutuhan tidur meningkat,sehingga diperlukan istirahat

yang cukup karena baru saja melalui proses persalinan

yang melelahkan.

97
e) Nafsu makan meningkat.

2) Taking hold

Fase taking hold berlangsung mulai hari ketiga

sampai kesepuluh masa nifas. Adapun ciri - ciri fase toking

hold antara lain :

a) Ibu nifas sudah bisa menikmati peran sebagai seorang

ibu.

b) Ibu nifas mulai belajar merawat bayi tetapi masih

membutuhkan orang lain untuk membantu.

c) Ibu nifas berkonsentrasi pada kemampuannya menerima

tanggungjawab terhadap perawatan bayi.

d) Ibu nifas merasa khawatir akan ketidakmampuan serta

tanggungjawab dalam merawat bayi.

e) Perasaan ibu nifas sangat sensitif sehingga mudah

tersinggung.

3) Letting go

Fase ini terjadi setelah hari kesepuluh masa nifas atau

pada ibu nifas sudah berada di rumah.pada fase ini ibu nifas

sudah bisa menikmati dan menyusaikan diri dengan

tanggungjawab peran barunya.selain itu keinginan untuk

merawat bayi secara mandiri serta bertanggungjawab

98
terhadap diri dan bayinya sudah meningkat ( Reni Yuli

Astutik, 2015 ).

d. Kebutuhan dasar masa nifas

1) Gizi

Gizi adalah nutrisi atau zat yang di perlukan oleh tubuh

untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada

masa nifas akan meningkat 25 % karena berguna untuk

proses penyembuhan setelah melahirkan dan untuk

memproduksi air susu yang cukup.

2) Ambulasi dini

Ambulasi dini merupakan kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing pasien beranjak dari tempat tidurnya dan

membimbing untuk berjalan. Menurut penelitian ambulasi

dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk , tidak

menyebebatkan perdarahan yang abnosmal,tidak

mempengaruhi proses penyembuhan luka episiotomy, dan

tidak memperbesar kemunkinan terjadinya prolapseuteri dan

retrofleksi .ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien

dengan penyakit anemia ,jantung paru-paru ,demam dan

keadaan lain dan masih membutuhkan istirahat.

3) Eliminas;BAB dan BAK

99
a) Buang air kecil / BAK

Dalam enam jam ibu nifas harus sudah bisa BAK

spontan.kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam

waktu 8 jam .urine dalam jumlah yang banyak akan

diproduksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan .

ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam

waktu 6 minggu.

b) Buang air besar / BAB

BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena enema

persalinan, diet cairan, obat-obatan analgesic, dan

perineum yang sangat sakit bila lebih dari tiga hari belum

BAB,ibu bisa diber-akan obat laksantia.Ambulasi

secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi

BAB. Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serta

sangat dianjurkan .

4) Kebersihan diri dan bayi

a) Kebersihan Diri

Hal yang perlu dilakukan untuk ibu nifas adalah :

(1) Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh

tubuh.

(2) Ajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air.

100
(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setiap

kali mandi ,BAB/BAK, atau paling tidak setiap

3-4 jam sekali.

(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan

sabun dan air sebelum menyentuh daerah

kelamin.

(5) Anjurkan ibu untuk tidak sering menyentuh luka

episiotomi dan laserasi.

(6) Pada ibu post section caersarea, luka dijaga agar

tetap bersih dan kering,ganti balutan setiap hari.

b) Kebersihan bayi

Hal yang perlu dijelaskan pada ibu nafis agar bayi tetap

terjaga kebersihannya:

(1) Memandinkan bayi setelah 6 jam untuk men-

cegah hipotermia

(2) Memandinkan bayi 2 kali sehari setiap pagi dan

sore.

(3) Mengganti pakaian bayi setiap habis mandi dan

setiap kali basah atau kotor karena BAB/BAK.

(4) Menjaga bonkong dan daerah kelamin bayi agar

selalu bersih dan kering.

101
(5) Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan

hangat karena ini adalah tempat tinggal bayi .

(6) Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar

selalu bersih.

e. Tanda bahaya pada masa nifas

Dalam masa nifas terdapat penyulit dan komplikasi,

berbagai komplikasi dapat di alami ibu masa nifas dan bila tidak

tertangani dengan baik akan memberi kontribusi yang cukup besar

terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) I Indonesia . beberapa

penyulit dan kompilikasi yang sering di alami ibu selama masa nifas

akan di bahas sebagai berikut.

1) infeksi nifas

infeksi nifas adalah peradangan yang terjadi pada organ

reproduksi yang di sebabkan oleh masuknya

mikroorganisme atau virus ke dalam organ reproduksi

tersebu dalam proseses persalinan dan masa nifas.

Macam macam infeksi nifas di antaranya ;

a) endometritis

Endometritis adalah peradangan atau infeksi yang

terjadi pada endometrium. Infeksi ini merupakan jenis

infeksi yang paling sering terjadi pada masa nifas.

b) Peritonitis

102
Peritonitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi

pada peritoneum, pada masa nifas peritonitis terjadi

akibat menyebarnya atau meluasnya infeksi yang terjadi

pada uterus melalui pembuluh limfe.

c) Mastitis

Mastitis adalah peradangan atau infeksi yang terjadi

pada payudara.

d) Thrombophlebitis

Merupakan penjalaran infeksi melalui vena, hal ini

terjadi pada masa nifas karena terbukanya vena-vena

selama proses persalinan sehingga memudahkan

masuknya mikroorganisme pathogen.

e) Infeksi luka perineum

Infeksi luka perineum merupakan infeksi yang terjadi

akibat masuknya mikroorganisme ke dalam luka

perineum.

2) Perdarahan post partum

a) Post partum dini atau post partum primer, perdarahan

post partum primer terjadi 24 jam pertama setelah bayi

lahir.

103
b) Post partum lanjut atau post partum sekunder,

perdarahan post partum sekunder terjadi setelah 24 jam

pertama sejak bayi lahir, penyebabnya yaitu :

(1) Atonia uteri

(2) Retensio plasenta

(3) Inversion uteri

(4) Robekan jalan lahir

(5) Adanya sisa-sisa plasenta dalam uterus

f. Asuhan kunjungan masa nifas

Paling sedikit 3 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan

untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah - masalah yang

terjadi.

1) Kunjungan 1 ( 6 – 8 jam setelah persalinan )

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus normal

b) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau

perdarahan

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,

dan istirahat.

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

104
f) Menjaga bayi tetap hangat dengan mencegah

hipotermia

2) Kunjungan II ( hari ke 4 sampai 28 setelah persalinan )

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal

b) Menilai adanya tanda-tanda demam

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan

dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat

dan merawat bayi sehari-hari

3) Kunjungan III ( kunjungan III hari ke 29 sampai 42 hari )

a) Permulaan hubungan seksual

b) Metode KB yang digunakan

c) Latihan pengencangan otot perut.

( Bahan Ajar Kesehatan Ibu dan Anak , 2016 ).

6. Konsep keluarga berencana

105
1) Pengertian keluarga berencana

Keluarga Berencana merupakan usaha suami-istri untuk

mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang

dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah

mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur

wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi

untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

2) Tujuan keluarga berencana

program keluarga berencana memilik tujuan :

a) Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya

masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kalahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertumbahan penduduk

b) Tujuan Khusus

Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan

kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak

kelahiran. (Walyani dan Endang, 2015).

c) Sasaran Keluarga Berencana:

106
(1) Sasaran langsung

Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan

untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara

penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.

(2) Sasaran Tidak Langsung

Pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan

kebijaksaan kependudukan terpadu dalam rangka

mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga

sejahtera.(Setiyaningrum dan Zulfa, 2014)

3) Jenis-jenis alat kontasepsi

Jenis kontrasepsi yang banyak digunakan di

Indonesia, yaitu;

a. Suntik

Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali.

Suntikan kontrasepsi mengandung hormon progesteron

yang menyerupai hormon progesteron yang diproduksi

oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus

menstruasi.

Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel

telur sehingga memberikan efek kontrasepsi

Keuntungan Dan Kerugian Alat Kontrasepsi Suntik

107
Keuntungan;

1) Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui.

2) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai

sebelum melakukan hubungan seksual.

3) Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu

mengatasi kram saat menstruasi.

Kerugian

1) Dapat memengaruhi siklus menstruasi.

2) Kekurangan suntik kontrasepsi/kb suntik dapat

menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa

wanita.

3) Tidak melindungi terhadappenyakit menular seksual

4) Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali

untuk mendapatkan suntikan berikutnya.

b. Metode Amenorea Laktasi (MAL

Lactational amnorrhea Method(LAM) adalah metode

kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu

Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja

tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.

Keuntungan Dan Kerugian Metode Amenorea Laktasi (MAL).

Keuntungan

108
1) Efektivitas tinggi (98% apabila digunakan selama enam

bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid

dan menyusui eksklusif)

2) Dapat segera dimulai setelah melahirkan

3) Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.

4) Tidak memerlukan perawatan medis.

5) Tidak menganggu senggama6.Mudah digunakan.

6) Tidak perlu biaya.

7) Tidak menimbulkan efek samping sistemik.

8) Tidak betentangan dengan budaya maupun agama.

Kerugian;

1) Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.

2) Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah

melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara

eksklusif

3) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk

Hepatitis B ataupun HIV/AIDS

4) Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.

5) Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara

esklisif.

c. Pil Kontrasepsi

109
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon

estrogen dan progesteron) ataupun hanya berisi progesteron

saja.Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya

ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim.

Keuntungan Dan Kerugian Pil Kontrasepsi

Keuntungan

1) Mengurangi risiko terkena kanker rahim dan kanker

endometrium.

2) Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi.

3) Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi.

4) Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat

ataupun hirsutism (rambuttumbuh menyerupai pria).

Kerugian;

1) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual.

2) Harus rutin diminum setiap hari.

3) Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting.

4) Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala,

depresi, letih, perubahan mood dan menurunnya nafsu

seksual.

5) Kekurangan untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan

memerlukan resep dokter untuk pembeliannya.

d. AKDR

110
Cara kerja ;

AKDR menimbulkan respons inflamasi dengan

penambahan jumlah leukosit yang merusak spermatozoa dan

ovum. Kemampuan hidup gamet dihalangi oleh perubahan

rahim dan cairan tuba.

Penggunaan AKDR;

Tembaga yang dapat dipasang 5 hari setelah perkiraan

tanggal ovulasi yang terdahulu, yaitu pada hari ke-19 dalam

siklus 28 hari, Beberapa wanita mungkin merasa tidak nyaman

selama pemasangan, yang harus dilakukan dengan teknik

aseptik. Bergantung pada tipe AKDR yang digunakan alat

kontrasepsi dapat dipasang selama 3-10 tahun atau bahkan lebih

lama. (Fraser Diane M, Cooper Margaret A, 2009)

e. KB Implan

Kontrasepsi implan adalah metode kontrasepsi yang

diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung

hormon progestin dengan masa kerja jangka pajang, dengan

dosis rendah dan reversibl untuk wanita (Speroff dan Darney,

2005).

Jenis-jenis kontrasepsi KB Implan

1) Norplant

111
Ini di pakai sejak tahun 1987. Terdiri atas enam batang

silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan

diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel

dan jangka kerjanya lima tahun.

2) Implanon

Ini terdiri atas satu batang putih lentur yang berisi hormon

progestin generasi ketiga, yang dimasukkan kedalam

inserter steril pakai (disposable), dengan panjang kira-kira

40 mm dan diameter 2 mm, terdiri atas suatu Ethylene Vinyl

Acetate (EVA) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel, dan

lama kerjanya tiga tahun.

3) Jadena dan indoplant

Ini terdiri atas dua batang yang diisi dengan 75 mg

levonorgestrel dengan jangka panjang tiga tahun.

4) Uniplant

Ini terdiri atas satu batang putih silastik dengan panjang 4

cm yang mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan

kecepatan pelepasan sebesar 100 ug perhari dengan jangka

waktu satu tahun.

5) Capronor

112
Ini terdiri atas satu kapsul biodegradable. Biodegradable Implan

melepaskan hormon progestin dari bahan pembawa atau pengankut

yang secara perlahan – lahan larut dalam jaringan tubuh. Kapsul ini

mengandung levonogestrel dan tediri atas polimer E-kaprolakton,

mempunyai diameter 0,24 cm terdiri atas dua ukuran dengan

panjang 2,5 cm mengadung 16 mg levonogestrel dan kapsul dengan

panjang 4 cm yang mengandug 26 mg levonogestrel dengan lama

kerjanya 12 sampai 18 bulan (Intan Kumalasari, 2015).

Kuuntungan dan kerugian alat kontra sepsi Implan:

Keuntungan

1) Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3

tahun

2) Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang

menyusui

3) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum

melakukan hubungan seksual.

Kerugian

1) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual

2) Dapat menyebabkan kanaikan berat badan pada beberapa wanita

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam pemasangan implan

113
a) Pastikan syarat dalam indikasi pemasangan implan pada klien

sudah terpenuhi sebelum melakukan tindakan pamasangan

implan

b) Jagah kesterilan alat dan bahan yang akan digunakan

c) Letakkan peralatan yang telah disiapkan pada tempat yang

terjangkau.

d) Melakukan pencegahan infeksi pada klien melalui tindakan

pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah pemasangan

implan.

e) Melakukan tindakan pemasangan implan dalam ruangan yang

sesuai standar.

f) Menggunakan sarung tangan steril

g) Melakukan teknik pembuangan sampah atau limbah bekas

pakai sesuai dengan prosedur (Intan Kumalasari, 2015)

4) Asuhan keluarga berencana

Aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga berencana

(KB). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam

memilih dan memutuskan kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan

pilihannya. Dalam melakukan konseling, khususnya bagi calon klien KB

yang baru, setidaknya diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan

kata kunci SATU TUJU.

Penerapan SATU TUJU (Walyani dan Purwoastuti tahun 2015)

114
Kata kunci SATU TUJU yaitu:

a. Sapa dan salam: SA

1) klien secara terbuka dan sopan

2) Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi klien-Bangun percaya diri

pasien

3) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang

dapat diperolehnya.

b. Tanya: T

1) Tanyakan informasi tentang dirinya

2) Bantu klien untuk berbicara pengalaman tentang KB dan kesehatan

reproduksi

3) Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan

c. Uraikan: U

1) Uraikan pada klien mengenai pilihannya

2) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan serta

jelaskan jenis yang lain

d. Bantu: TU

1) Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan

kebutuhannya

2) Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya

e. Jelaskan: J

115
1) Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya

2) Jelaskan bagaimana penggunaannya-Jelaskan manfaat ganda dari

kontrasepsi

f. Kunjungan ulang: U

1) Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau

permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan

6. Kewenangan Bidan

Dalam menangani kasus, seorang bidan di beri kewenangan sesuai

dengan keputusan menteri kesehatan Indonesia No 28 tahun 2017 tentang

izin dan penyelanggaraan praktik bidan, yang disebut dalam

a. Pasal 18 : dalam menjalankan praktik kebidanan, bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

1) Pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas

2) Pelayanan kesehatan anak, dan

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

b. Pasal 19 : pelayanan kesehatan ibu sebagai yang dimaksud dalam

pasal 18 huruf a di berikan pada masa sebelum hamil, masa

persalinan, masa nifas.

116
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud pada ayat

1 meliputi pelayanan :

a) Konseling pada masa sebelum hamil

b) Antenatal pada kehamilan normal

c) Ibu nifas normal

d) Konseling pada masa antara dua kehamilan

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

yang di maksud pada ayat (2) meliputi pelayanan:

a) Pertolongan persalinan normal

b) Penjahitan luka jalan tingkat 1 dan 2

3) Penanganan kegawatan darurat;

a) Memberikan tablet tambahan darah pada ibu hamil

b) Pemberian vitamin A

c) Penyuluhan dan konselin

d) Pemberian surat keterangan kehamilan dan

kelahiran.

Dalam melaksanakan otonomi, bidan diperlukan kompetensi-

kompetensi baik dari segi pengetahuan umum, keterampilan, dan perilaku

yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan

kesehatan secara profesional.

Menurut (Yulifah, Rita, dan Surachmindar,2010) Kompetensi tersebut

antara lain sebagai berikut:

117
a. Kompetensi ke-1

bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-

ilmu sosial, kesehatan masyarakat, dan etik yang membentuk dasar dari

asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi

baru lahir dan keluarganya.

b. Kompetensi ke-2

Bidan memberi asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang

tanggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh di masyarakat

dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,

perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua

c. Kompetenis ke-3

Bidan memberi asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,

pengobatan, atau rujukan dari komplikasi.

d. Kompetensi ke-4

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya

setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan

aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk

mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

e. Kompetensi ke-5

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu

tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

118
f. Kompetensi ke-6

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi

baru lahir sehat sampai dengan satu bulan.

g. Kompetensi ke-7

bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi

dan balita sehat (1 bulan sampai 5 tahun).

h. Kompetensi ke-8

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada

keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

i. Kompetensi ke-9

Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan

sistem reproduksi.

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai

dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan

kiat kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan

asuhan kebidanan.

Standar asuhan kebidanan bertujuan sebagai berikut:

a. Acuan dan landasan dalam melaksanakan tindakan kebijakan dalam

lingkuptanggung jawab bidan.

b. Mendukung terlaksanya asuhan kebidanan yang berkualitas.

119
c. Parameter tingkat kwalitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan

bidan.

d. Perlindungan hukum bagi bidan dan klien (Dr. Emi Nurjasmi, dkk,

2016).

Adapun standar asuhan kebidanan tersebut adalah:

a. Standar 9, Asuhan persalinan kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan sedang

berlangsung.

b. Standar 10, asuhan persalinan kala II yang aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap

sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi

setempat.

c. Standar 11, pengeluaran plasenta dan penegangan tali pusat

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk

membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap.

d. Standar 12, penanganan kala II dengan gawat janin melalui

episiotomy

120
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II

lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti penjahitan perineum.

121
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

Pada bab ini akan di uraikan hasil asuhan kebidanan pada Ny “ J “ yang

dimulai sejak kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan

sampai dengan keluarga berencana.

A. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

1. Kunjungan ANC Ke-1

Hari/Tanggal : Rabu / 12 juni 2019

Pukul : 09.00 wita

Tempat : Puskesmas Benteng

a. Identitas istri / suami

1) Nama : Ny J Nama : Tn J

2) Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun

3) Nikah : ± 15 tahun Nikah : ± 15 tahun

4) Suku : Selayar Suku : Islam

5) Agama : Islam Agama : Islam

6) Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

7) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : nelayan

8) Alamat : Matalalang Alamat : Matalalang

122
b. Prolog

Ibu sekarang hamil ke-3 dan tidak pernah keguguran, HPHT

05 oktober 2019 dan tafsiran persalinannyanyaitu tanggal 12 juli

2019, riwayat kehamilan pertama lahir spontan di rumah BBL(-)

Jenis kelamin laki-laki, riwayat kehamilan kedua lahir spontan di

puskesmas benteng, BBL 3700 gram jenis kelamin laki-laki, jarak

kehamilan lalu dengan sekarang ± 4 tahun. Sebelumnya ibu tidak

pernah menggunakan alat kontrasepsi, Pada kehamilan sekarang

pemeriksaan ANC sudah 8 kali, tujuh kali di Puskesmas Benteng dan

satu kali di rumah sakit, Berat badan ibu sebelum hami 65 kg, tinggi

badan 163,5 cm, LILA 31cm, Status imunisasi TT 4 yang didapatkan

pada tanggal 23 februari 2019. Ibu dan keluarga tidak ada yang

menderita penyakit jantung, asma, hipertensi dan tidak ada riwayat

alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan. Ibu selalu

mengkomsumsi tablet fe selama hamil. Hasil kunjungan ANC

terpadu 16 mei 2019 dengan hasil pemeriksaan Hemoglobin 10 gr%,

albumin ( - ) reduksi ( - ).

c. Data Subjektif

1) Ibu ingin memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal kunjungan

dengan tujuan untuk mengetahui keadaan ibu dan janinnya.

2) HPHT tanggal 05 oktober 2018

3) Ibu tidak pernah merasakan nyeri perut hebat selama hamil

123
4) Ibu tidak pernah mengalami perdarahan selama hamil

5) Ibu merasakan gerakan janinnya sejak usia kehamilan ± 5 bulan

6) Usia kehamilan ± 7 bulan

7) Ibu tidak pernah di operasi

d. Data Objektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Berat badan 74 kg

4) Tanda-tanda vital :

a) Tekanan darah : 110/80 mmHg

b) Suhu : 36,7 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

d) Pernapasan : 22 x/menit

5) Pemeriksaan fisik

a) Wajah

Inspeksi : ekspresi wajah tampak tenang.

Palpasi : tidak ada cloasma gravidarum dan tidak oedema

b) Mata

Inspeksi : kongjungtiva merah mudah, sclera putih.

c) Mulut

Inspeksi : tidak ada stomatitis dan tidak ada karies.

124
d) Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,vena jugularis

dan kelenjar limfe.

e) Payudara

Inspeksi : puting susu terbentuk, tidak ada benjolan dan tampak

hiperpigmentasi.

Palpasi :tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa saat di

tekan, belum ada pengeluaran ASI.

f) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas operasi, tampak linea nigra,

pemeriksaan leopold ;

(1) Leopold I : TFU pertengahan pst dan px( 32 cm)

dan teraba bokong.

(2) Leopold II : punggung kanan

(3) Leopold III : kepala

(4) Leopold IV : BAP

g) DJJ : denyut jantung janin terdengar jelas dan teratur pada

kuadran sisi kanan perut ibu dengan frekuensi 130 x/menit.

h) Ekstremitas atas bawah

(1) Ekstremitas atas

Palpasi : tidak ada odema

Inspeksi : kuku tidak pucat

125
(2) Ekstremitas bawah

Palpasi : tidak ada oedema dan tidak ada varises

Perkusi : reflex patella kiri dan kanan ( + )

e. Analisa Data

Diagnose :

GIII PII A0, Gestasi 35 minggu 5 hari, situs memanjang,punggung

kanan, bergerak atas panggul, presentase kepala, intra uteri, tunggal,

hidup, keadaan ibu dan janin baik.

Masalah kebidanan : -

f. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
09:05 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam batas
normal bahwa keadaan ibu dan janin baik.
; ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan yang di
dapatkan.
09:10 Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang
bernutrisi seperti sayur, ikan, dan buah buahan
; ibu bersedia makan makanan yang bernutrisi seperti
ikan, sayur dan buah-buahan.
09.14 Menganjurkan ibu untuk minum obat fe secara oral
dengan dosis 1x1 di malam hari setelah makan malam
atau saat ingin tidur malam dengan menggunakan air
putih saja
; ibu mau minum obat yang di berikan bidan selama
hamil
09.16 Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu 1-
2 jam pada siang hari dan pada malam hari minimal 7-
8 jam
; ibu bersedia mengatur pola istirahatnya.

126
09.18 Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya
mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, dan
keramas minimal 3-4 kali dalam seminggu
; ibu mandi 2 x dalam sehari, keramas 2-3 kali dalam
sehari, sikat gigi 2 kali sehari.
09. 20 Menganjurkan ibu untuk sering mengganti pakaiannya
terutama pakaian dalam (setiap kali lembab)
; ibu mengganti pakaian dalamnya setiap kali lembab.
09.23 Mengingatkan ibu tanda bahaya trimester III seperti
nyeri perut yang hebat, perdarahan pervagina , pecah
ketuban sebelum waktunya, sering pusing; ibu
mengerti dan sudah tau tanda bahaya dalam kehamilan
trimester 3
09..30 Menganjurkan pada ibu untuk menghindari hal-hal
yang bisa membahayakan ibu dan janinnya seperti
terkena asap rokok, ataupun ibu merokok, minum-
minuman beralkohol, minum obat tanpa resep dokter,
mengangkat beban yang berat
; ibu mengerti dan mau menghindari hal-hal yang bisa
membahayakan ibu dan janinnya.
09.35 Menganjurkan ibu untuk datang kembali tanggal 20
juni atau jika ada keluhan
; ibu bersedia datang kembali saat ada keluhan

6) Kunjungan ANC ke-2

Hari / Tanggal : Kamis / 20 juni 2019

Pukul : 09.00 wita

Tempat : Puskesmas Benteng

a. Data Subjektif

1) Ibu ingin memeriksakan kehamilannya sesuai dengan jadwal

kunjungan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan ibu dan

janinnya.

2) Ibu minum Obat fe dan obat ibu masih ada

127
3) Ibu mengeluh mual selama 2 hari dan 2 malam

4) Ibu tidak merasakan tanda bahaya trimester III

5) Ibu selalu menjaga kesbersihan dirinya sesuai dengan

anjuran yang di berikan

6) Ibu tidur siang selama 1 jam dan tidur malam ± 7 jam

7) Ibu makan makanan yang bernutrisi seperti sayur ( daun

kelor ), ikan dan buah ( buah pisang dan papaya ).

b. Data Objektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Tanda-tanda vital :

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,6 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

d) Pernapasan : 22 x/menit

4) BB sekarang : 74 kg

5) Pemeriksaan fisik khusus

a) Mata

Inspeksi : kongjuntiva merah muda dan sclera

putih

128
b) Abdomen

(1) Leopold I : TFU 3 jari di bawah px (34 cm)

Teraba bokong.

(2) Leopold II: Punggung kanan

(3) Leopold III: kepala

(4) Leopold IV: BDP ( 5/5 )

6) DJJ : denyut jantung janin terdengar jelas dan teratur pada

kuadran sisi kanan perut ibu dengan frekuensi 128 x/menit.

7) Ekstremitas atas bawah

(1) Ekstremitas atas

Palpasi : tidak ada odema

Inspeksi : kuku tidak pucat

(2) Ekstremitas bawah

Palpasi : tidak ada oedema dan tidak ada varises

c. Analisa Data

GIII PII A0, Gestasi 36 minggu 6 hari Situs memanjang,

punggung kanan bergerak dalam panggul, presentase kepala,

intra uteri, tunggal, hidup, keadaan ibu dan janin baik.

129
d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
09.05 Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang di
dapatkan
; ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil
pemeriksaan yang di dapatkan.
09.10 Menganjurkan ibu mengurangi makan makanan yang
memicu mual seperti makanan yang berlemak seperti
gorengan, makanan yang pedis, makanan yang
mengandung gas seperti ubi, buncis dan kol
; ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan yaitu
mengurangi makan makanan yang berlemak dan
lainnya.
09.12 Menganjurkan ibu untuk sering makan dalam porsi
sedikit
; ibu bersedia makan sedikit tapi sering
09.13 Menganjurkan pada ibu untuk makan biscuit di pagi
hari
; ibu bersedia makan biscuit di pagi hari atau di sela-
sela istirahat
09.15 Menganjurkan pada ibu untuk sikat gigi setelah makan
; ibu mau sikat sikat gigi setelah makan
09.18 Menganjurkan ibu untuk datang kembali tanggal 3 juli
atau jika ada keluhan
; ibu bersedia datang kembali

3) Kunjungan ANC ke- 3

Hari / Tanggal : Rabu 3 juli 2019

Pukul : 08.30 wita

Tempat : Puskesmas Benteng

a. Data Subjektif

1) Ibu ingin memeriksakan kehamilannya sesuai dengan jadwal

kunjungan

130
2) Ibu tidak merasakan mual lagi

3) Ibu makan biscuit setiap bangun di pagi hari

4) Ibu sikat gigi setelah makan

5) Ibu makan 2-3 kali sehari dengan porsi sedikit

6) Obat tablet fe ibu tinggal sedikit

b. Data Objektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Tanda-tanda vital :

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,6 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

d) Pernapasan : 22 x/menit

4) BB sekarang : 75 kg

5) Pemeriksaan fisik khusus

a) Mata

Inspeksi : kongjuntiva merah muda dan sclera putih

b) Abdomen

(1) Leopold I : TFU 2 jari di bawah px (34 cm),

teraba bokong.

(2) Leopold II : Punggung kanan

(3) Leopold III: kepala

131
(4) Leopold IV: BDP ( 5/5 )

6) DJJ : denyut jantung janin terdengar jelas dan teratur pada kuadran

sisi kanan perut ibu dengan frekuensi 128 x/menit.

7) Ekstremitas atas bawah

(1) Ekstremitas atas

Palpasi : tidak ada odema

Inspeksi : kuku tidak pucat

(2) Ekstremitas bawah

Palpasi : tidak ada oedema dan tidak ada varises

c. Analisa Data

GIII PII A0, Gestasi 38 minggu 5 hari Situs memanjang,punggung

kanan bergerak dalam panggul, presentase kepala, intra uteri,

tunggal, hidup, keadaan ibu dan janin baik.

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
08.45 Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang di
dapatkan
; ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan yang di
dapatkan
08.47 Mengingatkan kembali ibu untuk memperhatikan
gerakan janinnya minimal 10 kali dalam 24 jam
; gerakan janin sering dirasakan
08.48 Menganjurkan ibu untuk tidak tidur terlentang > dari
10 menit
; ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang
di lakukan.
08.50 Mengingatkan ibu untuk ikut kelas ibu hamil
; ibu selalu mengikuti kelas ibu hamil

132
08.55 Mengingatkan kembali tanda bahaya trimester 3
seperti gerakan janin kurang, sakit kepala yang
menetap, dan bengkak pada wajah,tangan dan kaki
; ibu mengerti dan sudah tau tanda bahaya kehamilan
trimester 3
08.58 Menganjurkan ibu untuk datang kembali tanggal 8 juli
2019 atau jika ada keluhan
; ibu bersedia kembali jika ada keluhan

4) Kunjungan ANC ke-4

Hari / Tanggal : senin / 08 juli

Pukul : 09.00 wita

Tempat : Puskesmas Benteng

a. Data Subjektif

1) Ibu ingin memeriksakan kehamilannya sesuai dengan jadwal

kunjungan

2) Ibu sering merasakan gerakan janinnya

3) Ibu tidak merasakan tanda bahaya kehamilan trimester III

4) Ibu tidur dengan posisi miring kiri / kanan di siang hari / malam

hari

5) Ibu mengikuti kelas ibu hamil.

b. Data Objektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Tanda-tanda vital :

133
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,6 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

d) Pernapasan : 22 x/menit

4) BB sekarang : 75 kg

5) Pemeriksaan fisik khusus

a) Mata

Inspeksi : kongjuntiva merah muda dan sclera

Putih.

b) Abdomen

(1) Leopold I : TFU 3 jari di bawah px (33 cm),

Teraba bokong.

(2) Leopold II: Punggung kanan

(3) Leopold III : kepala

(4) Leopold IV : BDP ( 5/5 )

6) DJJ : denyut jantung janin terdengar jelas dan teratur pada

kuadran sisi kanan perut ibu dengan frekuensi 138 x/menit.

7) Ekstremitas atas bawah

(1) Ekstremitas atas

Palpasi : tidak ada odema

Inspeksi : kuku tidak pucat

134
(2) Ekstremitas bawah

Palpasi : tidak ada oedema dan tidak ada varises

e. Analisa Data

GIII PII A0, gestasi 39 minggu 3 hari, situs memanjang,

punggung kanan, bergerak dalam panggul, presentase kepala,

intra uteri, tunggal, hidup, keadaan ibu dan janin baik

f. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
09.05 Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang di
dapatkan dalam batas normal
; ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan yang di
dapatkan.
09.10 Memberikan informasi tentang ASI esklusif
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan
bersedia menyusui bayinya sampai 6 bulan tanpa
makanan pendamping
09.13 Menganjurkan ibu untuk sering jalan-jalan di pagi hari
minimal 20 menit
; ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan
09.15 Memberikan konseling tentang jenis-jenis alat
kontrasepsi
; ibu mengerti dan memilih kontrasepsi suntik 3 bulan
09.18 Menganjurkan ibu untuk bersalin di fasilitas kesehatan
( puskesmas / rumah sakit )
; ibu telah menyetujui dan menandatangani lembar
persetujuan di buku KIA
09.20 Mengingatkan kembali tanda-tanda awal mulainya
persalinan seperti nyeri perut tembus kebelakang,
keluar lender bercampur darah.
; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
09.23 Mengingatkan ibu tentang persiapan persalinan seperti
baju bayi, sarung bayi, biaya persalinan, kendaraan
untuk ke faskes, pendonor dan pendamping persalinan
; ibu sudah mempersiapkan persiapan persalinan
09.24 Memberikan konseling tentang inisiasi menyusui dini

135
; ibu mengerti dengan penjelasan
09.25 Menganjurkan ibu untuk datang kembali jika ada
keluhan
; ibu bersedia datang kembali

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

1. Pendokumentasian kala I

Tanggal : 09 juli 2019

Jam : 09.45 wita

Tempat : Puskesmas Benteng kepulauan selayar

Oleh : Nur Suciani Linda

a. Data subjektif

1) Ibu masuk puskesmas dengan keluhan nyeri perut tembus ke

belakang di rasakan sejak pukul 07.00 wita.

2) Pelepasan lendir dan darah dirasakan sejak pukul 09.00 wita.

3) Sifat keluhan hilang timbul.

4) Usaha untuk mengatasi keluhan yaitu dengan berjalan-jalan.

5) Ibu makan 1 porsi nasi dan minum ± 100 cc sebelum ke

puskesmas.

6) Sebelum ke puskesmas ibu sudah BAB 1 kali dan BAK 2 kali.

b. Data objektif

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

136
3) Tanggal TP : 12 juli 2019

4) TTV

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,6 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

d) Pernapasan : 22 x/menit

5) Pemeriksaan khusus

Palpasi Abdomen :

a) Leopold I : 3 jari bawah px, TFU 32 cm,

b) Leopold II : PUKA

c) Leopold III : Kepala

d) Leopold IV : BDP ( 5/5 )

e) Pemeriksaan DJJ

Denyut jantung janin terdengar jelas dan teratur pada

kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 128

x/menit.

f) His : 2 kali dalam 10 menit durasi 20-25 detik

6) Pemeriksaan dalam

( VT 1 ) jam : 10.00 wita

a) Vulva / vagina : tidak ada kelainan

b) Porsio : tebal

c) Pembukaan : 1 cm

137
d) Ketuban : utuh

e) Presentasi : kepala, UUK

f) Penurunan : Hodge I

g) Penumbungan : tidak ada

h) Molase : tidak ada

i) Kesan panggul : normal

j) Pelepasan : lendir bercampur darah

c. Analisa data

GIIIPIIA0, gestasi 39 minggu 4 hari dengan inpartu kala I fase laten

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
09.45 Menyambut ibu dan mempersilakan masuk
; ibu merasa senang dengan perlakuan bidan
09.55 Melakukan pemeriksaan TTV, his dan DJJ
1) TTV : TD : 110/70 mmHg
S : 36,5
N : 76 x/menit
P : 20 x/menit
2) His : 2x dalam 10 menit durasi 20-25 detik
3) DJJ : 130 x/menit
10.00 Melakukan pemeriksaan dalam
a) Vulva / vagina : tidak ada kelainan
b) Porsio : tebal
c) Pembukaan : 1 cm
d) Ketuban : utuh
e) Presentasi : kepala, UUK
f) Penurunan : Hodge I
g) Penumbungan : tidak ada
h) Molase : tidak ada
i) Kesan panggul : normal
j) Pelepasan : lendir bercampur darah
10.05 Mengfasilitasi ibu untuk berjalan-jalan

138
; ibu bersedia melakukan anjuran yang di lakukan
10.10 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
; ibu makan nasi 1 porsi dan teh kotak 150 cc
10.12 Menemani ibu bercerita di dalam ruangan
; ibu merasa senang telah di temani
10.15 Mengajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada his
; ibu mengikuti gerakan yang di lakukan
10.18 Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang di rasakan
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
10.22 Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri
; ibu tidur dengan posisi miring kiri
10.25 Memberikan dukungan dan support pada ibu
menjelang persalinannya
; ibu merasa senang di beri dukungan dan support
10.27 Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemih.
; ibu telah mengosongkan kandung kemih.
10.30 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
1) His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
2) DJJ : 128 x/menit
10.35 Mengingatkan kembali ibu untuk makan dan minum
; ibu minum air putih 2 gelas
10.38 Membantu ibu untuk jalan-jalan di sekitar puskesmas
; ibu merasa senang telah di temani
10.40 Menganjurkan ibu untuk istirahat ketika lelah
; ibu istirahat saat lelah
10.43 Menganjurkan ibu untuk tidur siang
; ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan
10.47 Mengingatkan ibu untuk tidur miring kiri
; ibu tidur miring kiri
10.53 Mengingatkan ibu untuk berjalan-jalan
; ibu bersedia jalan-jalan
10.56 Mengingatkan ibu untuk relaksasi saat ada his
; ibu melakukan anjuran yang di berikan
11.00 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
DJJ : 128 x/menit
11.05 Mengfasilitasi ibu untuk makan dan minum di sela-sela
his.
; ibu makan ½ porsi nasi dan minum the kotak 150 cc.
11.30 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik

139
DJJ : 128 x/menit
11.38 Menyampaikan kepada ibu bahwa detak jantung janin
dalam batas normal.
; ibu dan suami mengetahui hasil pemeriksaan dan
senang mengetahuinya.
11.46 Menfasilitasi ibu untuk berjalan-jalan saat tidak ada
kontraksi.
; ibu berjalan pada saat tidak ada kontraksi yang
ditemani oleh suami.
11.53 Mengfasilitasi ibu cara tehnik relaksasi yaitu dengan
cara menarik nafas lewat hidung lalu hembuskan
melalui mulut.
; ibu mengikuti gerakan yang di ajarkan dan dilakukan
setiap kali kontraksi.
12.00 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
DJJ : 128 x/menit
12.15 Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemih.
; ibu telah mengosongkan kandung kemih
12.30 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
DJJ : 128 x/menit
12 48 Mengfasilitasi ibu untuk memilih posisi yang nyaman.
; ibu memilih posisi miring kiri
13.00 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
DJJ : 128 x/menit
13. 15 Mengfasilitasi ibu makan dan minum
; ibu makan 1 porsi nasi dan minum air putih 2 gelas
13.30 Melakukan pemeriksaan his dan DJJ
His : 2-3 x dalam 10 menit durasi 25-30 detik
DJJ : 128 x/menit
14.00 Melakukan Pemeriksaan dalam
a) Vulva / vagina : tidak ada kelainan
b) Porsio : tebal
c) Pembukaan : 3 cm
d) Ketuban : utuh
e) Presentasi : kepala, UUK
f) Penurunan : Hodge I
g) Penumbungan : tidak ada
h) Molase : tidak ada

140
i) Kesan panggul : normal
j) Pelepasan : lendir bercampur darah
14.15 Memeriksa TTV
TD : 110/70 mmHg
S : 36,5
N : 76 x/menit
P : 20 x/menit

14.30 Menyampaikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan


bahwa pembukaan sudah maju ( 3 cm ) dan keadaan
janin baik.
; ibu dan suami mengetahui hasil pemeriksaan dan
senang mengetahuinya.

2. kala I fase aktif

a. Data objektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital :

a) TD : 110/70 mmHg

b) N : 72 x/menit

c) S : 36,6 ℃

d) N : 80 x/menit

4) 130 x/menit

5) His 4 x 10 menit durasi 40-45 detik

6) Pemeriksaan dalam pukul 18.00 wita

a) Vulva / vagina : tidak ada kelainan

b) Porsio : lunak, tipis

141
c) Pembukaan : 5 cm

d) Ketuban : utuh

e) Presentasi : kepala

f) B. terendah : ubun-ubun kecil ( lintang kiri )

g) Penurunan : Hodge II

h) Penumbungan : tidak ada

i) Molase : tidak ada

j) Kesan panggul : normal

k) Pelepasan : lender bercampur darah

b. Penatalaksanaan

jam Pelaksanaan
16.20 Menyampaikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu dan janin baik.
; ibu dan suami mengetahui hasil pemeriksaan dan
senang mengetahuinya.
16.30 Menfasilitasi ibu untuk berjalan-jalan saat tidak ada
kontraksi.
; ibu berjalan pada saat tidak ada kontraksi yang
ditemani oleh suami.
16.45 Menganjurkan ibu untuk mandi agar tubuh jadi rileks
kembali
; ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan
17.00 Mengfasilitasi ibu cara tehnik relaksasi yaitu dengan
cara menarik nafas lewat hidung lalu hembuskan
melalui mulut.
; ibu mengikuti gerakan yang di ajarkan dan dilakukan
setiap kali kontraksi.
17.30 Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemih.
; ibu telah mengosongkan kandung kemih.
18.00 Melakukan pemeriksaan dalam
a) Vulva / vagina : tidak ada kelainan

142
b) Porsio : lunak, tipis
c) Pembukaan : 5 cm
d) Ketuban : utuh
e) Presentasi : kepala
f) B. terendah : ubun-ubun kecil
g) Penurunan : Hodge II
h) Penumbungan : tidak ada
i) Molase : tidak ada
j) Kesan panggul : normal
Pelepasan : lender bercampur darah
18.30 Memantau TTV
TD : 110/70 mmHg
S : 36,5
N : 76 x/menit
P : 20 x/menit

19.00 Melakukan observasi his dan DJJ.


1) DJJ : 128 x/menit
2) His : 2 x 10 menit durasi 20-25 detik
19.30 Melakukan observasi his dan DJJ.
1) DJJ : 139 x/menit
2) His : 3 x 10 menit durasi 35-40 detik
19.35 Memberitahu ibu untuk tidak takut menghadapi
persalinnya
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
19.40 Mengingatkan kembali ibu untuk istirahat
; ibu istirahat di sela-sela his
19.46 Mengingatkan ibu untuk makan dan minum
; ibu sudah makan dan minum
20.00 Melakukan observasi his dan DJJ.
DJJ : 126 x/menit
His : 4 x 10 menit durasi 40 detik
20.30 Memantau his perut ibu
; his 3-4 x dalam 10 menit durasi 40 detik
20.48 Memantau DJJ
; 130 x/menit
21.00 Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya
; ibu sudah buang air kecil
21`30 Pemeriksaan dalam pukul 21.30 wita
Vulva / vagina : tidak ada kelainan
Porsio : lunak, tipis

143
Pembukaan : 7 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
B. terendah : ubun-ubun kecil
Penurunan : Hodge II
Penumbungan : tidak ada
Molase : tidak ada
Kesan panggul : normal
Pelepasan : lender bercampur darah
21.40 Melakukan pemeriksaan TTV
TD : 110/80 mmHg
S : 36,7
N : 78 x/menit
P : 20 x/menit
22.56 Menyampaikan kepada ibu dan suami tentang hasil
pemeriksaan bahwa pembukaan sudah maju(7 cm), dan
keadaan ibu dan janin baik
; ibu dan suami merasa senang dengan hasil
pemeriksaan.
22.58 Mengingatkan ibu untuk tetap melakukan tehnik
relaksasi apabila ibu merasakan his
; ibu melakukan tehnik relaksasi jika merasakan his
23.05 Mengfasilitasi ibu untuk memilih posisi yang
membuatnya nyaman
; ibu miring kiri
23.10 Mempersiapkan partus set, pakaian ibu, pakaian bayi
dan alat resusitasi
23.15 Melakukan observasi his dan DJJ
1) His : 5x 10 menit durasi 40-45 detik
2) DJJ : 130 x/menit
23.20 Melihat tanda gejala kala II :
1) Ekspresi ibu meringis
2) Ibu tampak ingin meneran
3) Ibu merasa ingin BAB
4) Ada tekanan pada anus
5) Perineum menonjol
6) Vulva dan spinter ani membuka
23.25 Ketuban pecah dan warna jernih
23.30 Pemeriksaan dalam :
1) Vulva / vagina : tidak ada kelainan
2) Porsio : melesap
3) Pembukaan : 10 cm

144
4) Ketuban : jernih
5) Presentasi : kepala
6) B. terendah : uuk berada didepan simpisis
7) Penurunan : Hodge IV
8) Penumbungan : tidak ada
9) Molase : tidak ada
10) Kesan panggul : normal
11) Pelepasan : lender bercampur darah

2. Pendokumentasian Kala II

a. Data subjektif

1) Ibu merasa ingin buang air besar

2) Sakit semakin sering dan tembus kebelakang

b. Data objektif

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Ekspresi ibu tampak meneran kuat

4) Ketuban pecah pukul 23.25 wita

c. Analisa data

Perlangsungan kala II

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
23.40 Memakai celemek bersih
23.43 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air
bersih yang nengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering.
23.46 Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan

145
23.50 Memasukkan oxitosyn 10 iu dari spoit dengan
menggunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT
23.52 Membersihkan vulva dan perineum dengan kasa steril
dan air DTT
23.55 Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan DTT
kedalam larutan clorin 0,5 % secara terbalik
00.05 Memberitahu ibu dan suami bahwa pembukaan sudah
lengkap ( 10 cm )
; ibu dan suami merasa senang dengan hasil
pemeriksaan.
00.07 Meminta suami untuk membantu menyiapkan posisi
ibu
; suami siap membantu dalam proses kelahiran bayi
00.08 Meneran aktif mengikuti dorongan dalam
00.09 Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu ( untuk
mengeringkan tubuh bayi )
00.11 Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu
00.12 Membuka tutup partus set
00.13 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
00.14 Saat tampak kepala bayi dengan diameter 5 cm embuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan kiri
menahan belakang kepala bayi agar tetap fleksi dan
membantu lahirnya kepala bayi
; kepala bayi lahir dengan posisi dagu berada di depan
anus
00.15 Periksa kemungkinan lilitan tali pusat
; tidak ada lilitan tali pusat
00.16 Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
; kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
00.18 Memegang kepala bayi secara bipariental kemudian
melakukan estraksi kebawah untuk melahirkan bahu
depan dan di lanjutkan estraksi ke atas untuk
melahirkan bahu belakang
00.20 Tangan kanan menyangga kepala dan bahu belakang
sedangkan tangan kanan menelusuri siku lengan
sebelah atas bayi, punggung, dan tungkai kemudian
menjepit kedua kaki bayi

146
; bayi lahir pukul 00.20 wita dengan jenis kelamin laki-
laki, segera menangis, tonus otot aktif dan warna kulit
kemerahan.

3. perlangsungan kala III

a. Data subjektif

Perut ibu masih mules.

b. Data objektif

1) Bayi lahir pukul 00.20 wita

2) Jenis kelamin laki-laki

c. Analisa data

Perlangsungan kala III

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
00.26 Mengecek tinggi fundus uterus untuk memastikan hanya
satu bayi lahir ( hamil tunggal ) dan bukan kehamilan
ganda
; tfu setinggi pusat dan tidak terdapat bagian-bagian janin
00.27 Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oxytosin
; ibu bersedia di suntik
Melakukan penyuntikan oksitosin 10 IU secara
intramuskuler di 1/3 distal lateral paha
00.28 Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5 cm dari
vulva
00.28 Meletakkan tangan kiri di atas kain pada perut bagian
bawah ibu untuk mendeteksi kontraksi dan tangan kanan
melakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi,
tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain
mendorong uterus ke arah belakang-atas (Dorso kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri)

147
00.29 Saat plasenta terlepas dari dinding uterus regangkan tali
pusat dengan mengikuti poros jalan lahir dan menarik
dengan lembut searah lantai sampai plasenta muncul di
intraitus vagina

00.30 Melahirkan plasenta dengan kedua telapak tangan, pegang


dan putar searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin
sampai plasenta lahir seluruhnya
; plasenta lahir pukul 00.30 wita

00.31 Melakukan massase uterus secara teratur dan lembut


; uterus berkontraksi dengan baik dan teraba bundar dan
keras

00.33 Memeriksa plasenta


; plasenta lahir lengkap, tidak ada kotiledon tertinggal dan
selaput ketuban utuh

4. perlangsungan kala IV

a. Data subjektif

Ibu merasakan badannya masih lemas dan nyeri perut bagian

bawah.

b. Data objektif

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kesadaran composmentis

3) Plasenta lahir lengkap pukul 00.30

4) Uterus teraba keras dan bundar

148
a. Analisa data

Perlangsungan Kala IV

b. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
00.35 Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum
; tidak terjadi laserasi pada vagina dan perineum
00.37 Memastikan uterus berkontraksi dan kandung kemih
ksosong
; uterus teraba bundar dan keras, kandung kemih
kosong
00.39 Mengajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan
massase uterus dan memeriksakan kontraksi uterus
; suami memperagakan cara massase fundus uteri
searah jarum jam
00.40 Mencelupkan tangan yang memakai sarung tangan
DTT ke dalam larutan clorin 0,5 % dan melepaskan
sarung tangan secara terbalik serta merendam dalam
larutan clorin tersebut selama 10 menit.
00.42 Mencuci kedua tangan dengan sabun di bawah air
mengalir kemudian mengeringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering
00.43 Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
; perdarahan ± 200 cc
00.45 Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, kontrkasi
uterus,TFU :
1) TD : 100/70 mmHg
2) N : 78 x/menit
3) S : 36,7 ℃
4) P : 22 x/menit
5) TFU : 1 jari bawah pusat
6) Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.
00.50 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan clorin untuk untuk dekontaminasi di rendam
selam 10 menit
00.52 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai
00.57 Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh
menggunakan air DTT

149
01.02 Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
clorin 0,5 %
01.04 Memastikan ibu merasa nyaman dan meminta keluarga
untuk memberi makan dan minum
; ibu makan roti dan minum air putih
01.05 Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
clorin 0,5 % dan melepas sarung tangan secara terbalik
dan rendam selama 10 menit.
01.07 Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir lalu
di keringkan dengan handuk bersih dan kering
01.45 Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi
uterus, TFU :
1) TD : 110/70 mmHg
2) N : 78 x/menit
3) S : 36,7 ℃
4) P : 22 x/menit
5) TFU : 1 jari bawah pusat
6) Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.
01.47 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
; ibu makan ½ porsi nasi dan minum air putih ± 200 cc
01.49 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin
; ibu sedang menysui bayinya
02.04 Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi
uterus, TFU :
7) TD : 110/70 mmHg
8) N : 76x/menit
9) S : 36,6 ℃
10) P : 20 x/menit
11) TFU : 1 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.
02.06 Menganjurkan ibu untuk istirahat
; ibu berbaring di atas tempat tidur
02.38 Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi
uterus, TFU :
1) TD : 110/70 mmHg
2) N : 78x/menit
3) S : 36,7 ℃
4) P : 20 x/menit
5) TFU : 1 jari bawah pusat
6) Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.

150
02.40 Memberikan ibu terapi obat asam mefenamat 3 x 1,
tablet fe 1 x 1 dan vitamin A 1 x 1 di minum secara
rutin
; ibu telah meminumnya
03.10 Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi
uterus, TFU :
1) TD : 110/70 mmHg
2) N : 78x/menit
3) S : 36,7 ℃
4) P : 20 x/menit
5) TFU : 1 jari bawah pusat
6) Kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.

C. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Tanggal : 10 Juli 2019

Tempat : Puskesmas Benteng

Jam : 02.30 wita

Oleh : Nur suciani linda

a. Data Objektif

a. Bayi cukup bulan

b. segera menangis

c. kulit kemerah-merahan

d. tonus otot bergerak aktif.

b. Analisa Data

Bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan

151
c. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
00.22 Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan
dengan handuk kering dan bersih lalu mengganti
sarung bayi dengan sarung yang kering dan bersih
00.24 Menjepit tali pusat dengan klem 2 cm dari pusat bayi
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah yang akan
mendorong isi tali pusat kearah ibu, lalu klem tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
00.25 Memotong tali pusat dengan satu tangan memegang
tali pusat yang telah di jepit untuk melindungi perut
bayi dan gunting tali pusat di antara klem tersebut
00.26 Menfasilitasi bayi untuk IMD dengan meletakkan bayi
tengkurap di atas dada ibu untuk kontak kulit secara
langsung, meluruskan bahu bayi sehingga dada bayi
menempel di dada ibu, kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
susu atau aerolla mammae ibu.
01.09 Memantau keadaan bayi dengan memastikan bayi
bernafas di atas dada ibu
; bayi dalam keadaan baik, dan bernafas di atas dada
ibu
01.10 Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir :
1) Pemeriksaan antropometri
a) Berat badan bayi : 3000 gram
b) Panjang badan : 48 cm
c) Lingkar kepala : 33 cm
d) Lingkar dada : 31 cm
e) Lingkar lengan : 10 cm
2) Pemriksaan TTV
a) S : 36,5 °C
b) FJ : 136 x/menit
c) P : 48 x/menit
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala : tulang kepala tidak tumpang tindih,
tidak ada che-pal hematoma maupun caput
succedaneum.
b) Mata : tidak ada tanda-tanda infeksi
c) Hidung: simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung.

152
d) Mulut : tidak ada labioskisis maupun labio
palatoskisis.
e) Telinga: simetris, daun telinga sejajar dengan
mata.
f) Dada : pernapasan normal, tidak ada retraksi
pada dada.
g) Abdomen : tali pusat bersih terbungkus dengan
kasa steril.
h) Genitalia : terdapat penis dan lubang penis,
scrotum sudah turun dan terdapat lubang anus
i) Ekstremitas : pergerakan aktif, jari-jari
lengkap.
4) Pemeriksaan refleks :
a) Refleks rooting :(+)
b) Refleks suckling :(+)
c) Refleks swallowing : ( + )
d) Refleks moro :(+)
e) Refleks babinsky :(+)
01.20 Memberikan salep mata profilaksis infeksi dan vit K
0,5 ml di berikan secara IM pada paha bagian kiri
01.23 Memakaikan baju bayi, lalu bayi di bedong dengan
kain bersih dan kering, kemudian bayi di berikan pada
ibunya
01.25 Melepas sarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5 %
secara terbalik dan rendam selama 10 menit
01.27 Mecuci kedua tangan dengan sabun di bawah air
mengalir kemudian mengeringkan dengan kain kering
dan bersih
01.28 Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan
bayi dan menyusui bayinya sesering mungkin
; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
01.30 Memberikan imunisasi hepatitis B di paha kanan
bawah lateral secara IM

153
D. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

1. Kunjungan ke -1

Tanggal : 12 juli 2019

Jam : 08.30 wita

Tempat : Puskesmas Benteng kepulauan selayar

Oleh : Nur Suciani Linda

a. Data subjektif

1) Ibu tidak ada keluhan apapun

2) Pengeluaran kolostrum

3) Ibu belum BAB

4) Ibu BAK 2-3 kali sehari

5) Pengeluaran lochea rubra

6) Ganti pembalut 2-3 kali sehari

b. Data objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,6 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

154
d) Pernapasan : 22 x/menit

4. TFU : 2 jari bawah pusat

5. Kontraksi : normal, uterus teraba bundar dan keras

6. Kandung kemih : kosong

7. Lochea : rubra

c. Analisa data

PIIIA0, post partum hari ke-2

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
08.30 Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
dalam batas normal
; ibu dan suami merasa senang dengan hasil
pemeriksaan yang di dapatkan.
08.33 Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas
seperti demam berhari-hari, payudara bengkak, merah
disertai rasa nyeri, keluar cairan berbau dari jalan lahir
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan dan
tau tanda bahaya masa nifas
08.35 Memberitahu ibu untuk makan makanan yang bergizi
seperti nasi, sayuran, telur, daging, dan buah serta
minum air putih 8 gelas/hari
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
08.37 Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
dan selalu untuk mengganti pembalut tiap kali penuh
; ibu mengganti pembalut setiap kali penuh
08.40 Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
payudaranya
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
08.42 Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar
; ibu mengerti dan telah melakukannya dengan baik.
08.44 Memberitahu ibu akan di lakukan kunjungan ulang
dirumah
; ibu mengerti dan bersedia di kunjungi

155
2. Kunjungan ke-2

Tanggal : 20 juli 2019

Jam : 09.30 wita

Tempat : Rumah pasien

Oleh : Nur Suciani Linda

a) Data subjektif

1) Ibu tidak merasakan keluhan apapun

2) ASI keluar lancar dan bayi sering menyusu

3) BAK ± 5x/hari

4) BAB 3/minggu, konsistensi lembek

5) Ibu tidak merasakan tanda bahaya masa nifas

6) Nafsu makan baik

7) Ibu minum 7-8 gelas/hari

b) Data objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,6 ℃

c) Nadi : 78 x/menit

156
d) Pernapasan : 22 x/menit

4. TFU : uterus sudah tidak teraba

5. Kandung kemih : kosong

6. Lochea : serosa

c) Analisa Data

PIII A0, Post Partum hari ke-10

d) Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
09 : 35 Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
; ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan kondisinya saat
ini
09 : 40 Menganjurkan ibu jangan takut pada saat BAB
;ibu mengerti dan melakukan apa yang dianjurkan
09.45 Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
; ibu bersedia melakukan anjuran yang dilakukan
09.50 Memberikan konseling tentang pentingnya menkonsumsi
makanan yang bernutrisi seperti buiah pepaya, sayuran
dan ikan.
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
09.55 Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga kebersihan
diri terutama organ genetalia karena dapat menyebabkan
infeksi pada luka jahitan perineum
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
10.00 Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan
rumah pada tanggal 9 agustus 2019,tetapi apa bila ada
keluhan ibu datang ke pelayanan kesehatan,
;ibu mengerti dan bersedia diadakan kunjungan rumah
serta akan datang kepasilitas kesehatan jika ada keluhan

157
3. Asuhan Neonatus

1. Kunjungan Neonatus Ke-1

Tanggal : 12 Juli 2019

Tempatr : Puskesmas Benteng

Jam : 10 : 00 wita

Oleh : Nur suciani linda

a. Data Subjektif

1) Keadaan bayi dalam kondisi sehat

2) Bayi dimandi setiap pagi jam 08:00 wita

3) Bayi hanya mengkonsumsi ASI

4) BAK ± 5 kali dalam 24 jam warna kuning jernih

5) BAB ± 2/hari warna kuning konsistensi lembek.

b. Data Objektif

1) Keadaan umum bayi baik

2) Gerak : Aktif

3) BB : 3000 gram

4) S : 37°C

5) RR : 48x/menit

6) FJ : 128 x/menit

158
Pemeriksaan fisik khusus :

1) Kulit : Tidak ikterus, tidak sianosis

2) Mata : sclera tidak ikterus

3) Hidung : Bersih dan tidak ada cuping hidung

4) Dada : Pergerakan nafas normal,

5) Abdomen : Tali pusat masih basah, tidak ada infeksi

Tidak ada pendarahan

6) Ekstremitas : pergerakan aktif, simetris, tidak sianosis

tidak ada kelainan

c. Analisa Data

Neonatus usia 2 hari

d. Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan
10 : 15 Memberitahu pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang
dilakukan pada bayinya
;Ibu merasa senang terhadap hasil pemeriksaan yang
dilakukan pada bayinya, bayi dalam keadaan sehat
10 : 20 Memberitahu ibu cara merawat tali pusat bayi dengan
benar
; ibu mengerti cara perawatan tali pusat
10 : 25 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin
; ibu menyusui bayinya sesering mungkin
10 : 30 Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
bayi seperti, menggantikan popok atau baju yang
dipakai bayi jika basah dengan popok atau kain yang
bersih
;ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan

159
10.34 Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir seperti
bayi tidak mau menyusu, tali pusat kemerahan dan
bernanah serta berbau, demam tinggi
;ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
10.36 Memberitahu pada ibu akan di kunjungi tanggal 16
juli 2019
; ibu bersedia di kunjungi

2. Kunjungan Neonatus Ke-2

Tanggal : 16 Juli 2019

Jam : 12 : 05 wita

Oleh : Nur suciani linda

Tempat : Rumah pasien

a. Data Subjektif

a. Ibu menjaga kebersihan tali pusat bayi

b. Bayi menyusu kuat

c. Tali pusat sudah kering dan sudah terlepas

d. Tidak ada yang dirasakan tanda-tanda bahaya pada bayi

e. Bayi tidur siang ± 6 jam dan tidur malam ± 9 jam

f. Bayi mandi 2 kali sehari

b. Data Objektif

1) Gerak : Aktif

2) Warna kulit : Kemerahan, tidak ikterus

3) S : 36,6°C

4) RR : 42x/menit

160
5) Abdomen : Tali pusat masih basah, tidak ada

infeksi, tidak ada pendarahan

6) BB sekarang : 3200 gram

d. Analisa Data

Neonatus usia 6 hari

e. Penatalaksanaan

jam penatalaksanaan
12 :10 Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan pada ibu bahwa keadaan bayinya
sehat
;ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan
12 : 15 Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga
kehangatan bayi sehingga bayi tidak hipotermi
; ibu mengerti dengan penjelasannya
12 : 20 Mengingantkan kembali kepada ibu untuk menjaga
kebersihan tali pusat bayi dan tidak memberikan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan
; ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan
12.23 Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesring
mungkin
; ibu menyusui bayinya sesering mungkin
12 :25 Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan
ulang pada tanggal 09 agustus 2019
;ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang

161
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Tanggal : 16 Juli 2019

Jam : 08.30 wita

Oleh : Nur suciani linda

Tempat : Puskesmas Benteng

a. Data Subjektif

Ibu ingin memakai KB suntik 3 bulan

b. Data Objektif

1) Keadaan umum baik

2) Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg

N : 82 x/menit

S : 36ºc

P : 20 x/menit

c. Analisa Data

P1II A0 dengan akseptor KB suntik 3 bulan

d. Penatalaksanaan

Jam penatalaksanaan
09 : 20 Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaanya
; ibu mengatakan senang dengan hasil pemeriksaanya
09 : 25 Menjelaskan kembali tentang keuntungan dari KB suntik 3
bulan yaitu dapat digunakan oleh ibu yang menyusui.,
Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum
melakukan hubungan seksual, Darah menstruasi menjadi

162
lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat
menstruasi
; ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan
09.26 Menjelaskan kerugian dari suntik 3 bulan yaitu Dapat
memengaruhi siklus menstruasi, Kekurangan suntik
kontrasepsi/kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat
badan pada beberapa wanita, Tidak melindungi terhadap
penyakit menular seksual, Harus mengunjungi
dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan
suntikan berikutnya
; ibu mengerti dan tetap mau menggunakan alat
kontrasepsi suntuk 3 bulan.
09.28 Memberitahu ibu efek samping dari suntik 3 bulan yaitu
terdapat bercak-bercak darah
; ibu mengerti dan tetap mau suntik 3 bulan
09 : 30 Menginformasikan pada ibu untuk datang sewaktu-watu
jika ada keluhan
; ibu mengerti dan bersedia datang kembali
09 : 35 Memberikan jadwal/kartu kontrol ulang pada tanggal 16
oktober 2019
; ibu mengerti dan bersedia datang kembali

163
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai kesesuaian antara teori dan

kenyataan yaitu fakta yang terjadi pada klien dari hasil asuhan kebidanan secara

berkesinambungan (Continuity of Care) yang telah dilaksanakan, dan teori

yang mendukung antara fakta dengan kenyataan serta ditambahkan opini yang

luas dari penulis sebagai pendamping klien yang telah melaksanakan asuhan

pada Ny “J” GIII PII A0, UK 35 minggu 5 hari dengan kehamilan normal.

A. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester III

Pembahasan yang pertama yang akan dibahas adalah tentang

pemeriksaan Antenatal Care yang telah dilakukan kepada Ny”J” dengan

kehamilan normal di Puskesmas Benteng kepulauan selayar. Berikut akan

disajikan data-data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang

Antenatal Care. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan Antenatal Care

maka, dapat diperoleh data pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel ANC Ny “J” di

Puskesmas Benteng

164
12 20 02 03
Tanggal
Juni Juni Mei Juni Ket
ANC
2019 2019 2019 2019
UK 35mgg 36mgg 38mgg 39mgg Usia ibu 29
5 hari 6 hari 5 hari 3 hari tahun
Anamnesa Kontrol Mual-mual Kontrol Kontrol Gerakan janin
ANC ANC ANC dirasakan
pertama pada
Usia
Kehamilan 20
minggu
TD 110/70 90/60 110/70 110/70
mmHg mmHg mmHg mmHg
BB 74 Kg 73 Kg 75 Kg 75 Kg Sebelum hamil
65 Kg
TFU 32 cm 34 cm 34 cm 33 cm
Terapi Fe, B.com, Fe, B1, SF, Calk Fe, Calk,
Calk Calk B.com
Nasihat Istirahat Minum Istirahat Jalan di
teratur dan susu dan yang pagi hari,
makan makan cukup makan
sayuran sayuran,ma persiapka bernutrisi
kan biscuit P4k
Sumber : Buku KIA

1. Data Subyektif

a. Umur

Berdasarkan fakta umur Ny “J” 29 tahun. Menurut (Media Wineka , 2018),

usia reproduksi yang baik yaitu pada usia 18-35 tahun, wanita pada usia 29

tahun merupakan kondisi yang sangat matang untuk bisa memproduksi

embrio dalam Rahim sehingga tidak membahayakan ibu dan janin.

Berdasarkan hal diatas, umur Ny “J” termasuk usia yang cukup untuk

melakukan reproduksi.

b. Kontrol ANC

165
Pada kasus ini Ny “J” pada TM I : 1 kali, TM II : 4 kali, TM III : 5

kali. Menurut penulis kontrol ANC Ny “J” lebih dari standar yang telah

ditentukan, karena Ny “J” selalu ingin mengetahui keadaan kehamilannya

dan janinnya. ANC sangat penting dan wajib dilakukan oleh ibu hamil,

karena dalam pemeriksaan tersebut dilakukan pemantauan secara

menyeluruh baik mengenai kondisi ibu maupun janin yang sedang

dikandungnya.

Berdasarkan teori (Sarwono, 2014), kunjungan ANC meliputi: TM

I minimal 1 kali, TM II minimal 1 kali, TM III minimal 2 kali dengan

pemeriksaan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin dan

bahkan penyakit atau kelainan diharapkan dapat dilakukan penanganan

secara dini. Berdasarkan hal diatas, jarak kontrol ANC Ny “J” dalam

keadaan normal dilihat dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Ny “J”.

c. Keluhan selama trimester III

Pada usia kehamilan 36 minggu 5 hari, Ny “J” mengeluh mual.yang

di sebabkan karena respon emosional ibu terhadap kehamilan dank arena

adanya peningkatan hormone HCG. Berdasarkan hal diatas fisik Ny “J”

masih dalam keadaan normal, kehamilan berjalan dengan fisiologis.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan umum

1) Tekanan Darah

166
Berdasarkan fakta tekanan darah Ny “J” pada UK 35 minggu 5 hari-39

minggu 3 hari yaitu 110/70 mmHg. Menurut penulis tekanan darah Ny

“j” dalam batas normal. Hal ini, sesuai dengan teori (Kemenkes RI,

2016), tekanan darah dalam batas normal yaitu 100/70-120/80 mmHg,

tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.

Berdasarkan hal diatas, tekanan darah Ny “J” masih dalam batas

normal.

2) Berat Badan

Berdasarkan fakta berat badan Ny “” sebelum hamil yaitu 65

kg, dan pada akhir kehamilan meningkat menjadi 75 kg, terjadi

penambahan berat badan sebanyak 10 kg. Menurut penulis

penambahan berat badan ibu masih dalam keadaan normal, karena dari

hasil IMT/BMI ibu sebelum hamil yaitu 22,0 seharusnya penambahan

berat badan yang dianjurkan selama hamil yaitu 11,5-16 kg. Menurut

(F.Gary Cunningham & dkk, 2013), sebelum hamil IMT 18,5 sampai

24,9 merupakan IMT normal dan adapun penambahan berat badan

sesuai dengan IMT normal yang dianjurkan yaitu 11,5-16 kg.

3) LILA

Berdasarkan fakta ukuran LILA Ny “J” 30 cm. Menurut penulis

pengukuran LILA sangat penting karena dari hasil pengukuran tersebut

kita bisa melihat ststus gizi ibu hamil baik atau tidak. LILA ibu dalam

batas normal, jadi gizi ibu sudah terpenuhi dan sudah tidak

167
dikhawatirkan lagi ibu kekurangan gizi, apabila LILA ibu dalam

kurang dari batas normal maka ibu akan mengalami KEK yang akan

berdampak pada bayinya yaitu BBLR. Menurut (Kemenkes RI 2016),

LILA normal ≥ 23,5 cm. Berdasarkan hal diatas maka ukuran LILA Ny

“J” masih dalam batas normal.

4) Abdomen

Pada Ny “J” ukuran TFU menurut Leopold saat UK 35-36 minggu

pertengahan pusat-processus xipoideus, 38-39 minggu 2 jari bawah

processus xipoideus. Menurut penulis ukuran TFU setiap ibu memang

berbeda sesuai dengan bentuk perut dan ketebalan dinding perut namun

dengan rumus yang sudah ada dapat dengan mudah mengukur TFU ibu

hamil. Manurut (Walyani, 2015), usia kehamilan 35-36 minggu:

fundus uteri terletak kira-kira 3 jari. Berdasarkan hal diatas maka

pemeriksaan TFU Ny “J” masih dalam batas normal.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang terjadi pada Ny “J” saat hamil trimester III yaitu,

muka tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih, palpebra tidak

oedema, mammae tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal,

puting susu menonjol/terbentuk, colostrum belum keluar, pada abdomen

ibu terjadi pembesaran membujur. Menurut penulis, perubahan tersebut

merupakan perubahan fisiologis yang dialami oleh setiap ibu hamil

meskipun tiap-tiap ibu hamil memiliki perubahan yang berbeda-beda.

168
Pemeriksaan fisik untuk ibu hamil harus dilakukan karena dengan

pemeriksaan fisik sedini mungkin kita bisa menyimpulkan ada atau

tidaknya tanda bahaya dan resiko yang mungkin terjadi. Hal ini fisiologis

menurut (Cunningham & Dkk, Obstertri Williams, 2013), dimana

perubahan yang terjadi pada trimester III didapatkan tidak ada oedema

pada muka, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis, puting susu

menonjol dan terjadi pembesaran membujur pada abdomen, hal ini tidak

menunjukkan tanda-tanda terjadinya patologis kehamilan. Berdasarkan hal

diatas pemeriksaan fisik pada Ny “J” dalam batas normal.

c. Pemeriksaan (khusus) Penunjang

1) Pemeriksaan darah (Hb)

Hasil pemeriksaan Hb Ny “J” 10 g%, menurut penulis, haemoglobin

sangat berpengaruh langsung terhadap ibu dan janin karena untuk

mengetahui jumlah sel darah merah ibu hamil, agar kadar haemoglobin

tetap stabil dapat dilakukan dengan cara beristirahat yang cukup, serta

makan-makanan yang bergizi, kadar haemoglobin yang rendah pada

ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang berdampak bagi ibu dan

bayi serta bisa terjadi perdarahan pada masa nifas dan BBLR. Menurut

penulis, kadar haemoglobin yang normal adalah 11-14g%.

Berdasarkan pernyataan diatas tidak terdapat kesenjangan antara fakta

dan teori dan kadar haemoglobin Ny “J” masih dalam batas normal

169
2) Pemeriksaan urine albumin

Hasil pemeriksaan urine albumin Ny “J” selama kehamilan normal

(-) menurut penulis pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui tinggi

atau rendahnya kadar protein dalam urin yang menjadi salah satu tanda

dari diagnosa pre-eklampsi, pada ibu hamil sebaiknya urine albumin

hasilnya negatif, karena jika hasilnya positif maka dapat menjadi

masalah pada kesehatan seperti bisa menyebabkan terjadinya

preeklamsia yanga akan menyebabkan terjadinya kejang pada masa

kehamilan, perdarahan pada masa nifas, BBLR, bahkan bisa

menyebabkan kematian pada ibu. pemeriksaan urin albumin normal

bila hasilnya negatif (urine tidak keruh). Berdasarkan pernyataan diatas

tidak terdapat kesenjangan antara fakta dan teori.

3) Pemeriksaan urine reduksi

Sesuai dengan data yang diperoleh dari pemeriksaan pasien hasil

pemeriksaan urine reduksi Ny “J” adalah negatif. Menurut penulis, hal

ini fisiologis karena hasil dari pemeriksaan urine reduksi sebaiknya

adalah negatif. Tujuan dari pemeriksaan urine reduksi yaitu untuk

mendiagnostik apakah ibu mengalami positif kenaikan gula darah atau

tidak didalam urine, karena jika dalam pemeriksaan ditemukan

hasilnya positif maka bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan ibu

yaitu bisa terjadi preeklamsia menurut, pemeriksaan urine dikatakan

normal jika hasilnya negatif (warna biru sedikit kehijau-hijauan dan

170
sedikit keruh). Berdasarkan pernyataan diatas tidak terdapat

kesenjangan antara fakta dan teori.

3. Analisa Data

Berdasarkan fakta analisa data pada Ny “J” adalah GIII PII A0

usia kehamilan 35 minggu 5 hari dengan kehamilan normal. Menurut

penulis, dalam memberikan asuhan pada Ny “J” kehamilan berjalan

normal tidak mengalami komplikasi atau keadaan ibu dan janin dalam

keadaan sehat tidak ada gangguan.

4. Penatalaksanaan

Asuhan pada masa hamil penulis melakukan penatalaksanaan

pada Ny “J” sebagaimana asuhan yang diberikan untuk kehamilan

normal karena tidak ditemukannya masalah, asuhan yang diberikan

yaitu seperti KIE tentang bagaimana cara mengatasi mual, tanda bahaya

ibu hamil, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan, keluhan pada

ibu hamil seperti kenceng-kenceng, dan sebagainya, kolaborasi dengan

pemberian suplemen serta kontrol ulang. Menurut penulis hal ini

merupakan keluhan yang fisiologis. Menurut (Sarwono, 2014), asuhan

yang diberikan untuk kehamilan normal diantaranya KIE tentang

keluhan pada ibu hamil seperti kenceng-kenceng, dan sebagainya, tanda

bahaya ibu hamil, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan,

kolaborasi pemberian suplemen, dan kontrol ulang. Berdasarkan hal

171
diatas, penatalaksanaan kehamilan pada Ny “J” sudah sesuai dengan

keluhan yang dialami.

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Pada pembahasan yang kedua, akan dijelaskan tentang kesesuaian teori dan

kenyataan pada Intranatal Care. Berikut akan disajikan data-data yang

mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang Intranatal Care. Dalam

pembahasan yang berkaitan dengan Intranatal Care maka dapat diperoleh data

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel INC Ny “J” di

Puskesmas Benteng kabupaten kepulauan selayar

KALA
KALA I KALA IV
INC Tgl/ KALA II III
Ket 10.00 00.40
Keluhan Jam 23.30 wita 00.30
wita wita
wita

Ibu 10 VT 1 cm, VT:vulva Lama kala Lama Lama kala

mengeluh juli Eff 15 %, dan vagina II ± 1 kala III ± IV ± 1 jam,

nyeri perut 2019 presentasei tidak ada jam/40 10 menit, perdarahan

tembus 09.45 kepala, kelainan menit, bayi plasenta 200cc,

kebelakang, wita ketuban (tidak lahir lahir Observasi

disertai (+),UUK, teraba belakang lengkap 1 jam PP:

pengeluaran molase (-), benjolan kepala spontan, TD:100/70

lendir dan Hodge I abnormal) pukul: kotiledon mmHg,

darah ada lendir, 00.20 wita, utuh. N: 80x/i

172
pembukaa jenis S: 36,8°C

n: 1 cm, kelamin RR: 20x/i

presentasi laki-laki, TFU:1 jari

kepala, segera bawah

ketuban menangis, pusat,

(+), UUK, gerakan kontraksi

molase (-), aktif, uterus

Hodge I warna kulit baik,

kemerahan kandung

. kemih

kosong.

Sumber data primer

Berdasarkan fakta diatas, dapat diperoleh analisa sebagai berikut:

1. Data Subjektif

a. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan Ny “J” nyeri perut tembus kebelakang dan keluar

lendir sejak 09 juli 2019 pukul 07.30 wita. Menurut penulis keluhan ini

adalah keluhan yang fisiologis pada ibu bersalin. keluhan yang dirasakan

ibu bersalin yaitu dimulai dengan adanya his yang dipengaruhi oleh

hormone esterogen dan progesterone. Selanjutnya keluar lendir darah yang

terjadi karena adanya pembuluh darah yang pecah akibat pendataran dan

pembukaan servik, serta adanya pengeluaran cairan, hal ini dikarenakan

ketuban telah pecah, sebagian ketuban pecah menjelang pembukaan

173
lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung

dalam waktu 24 jam. Berdasarkan hal biatas keadaan fisik Ny “J” masih

dalam keadaan normal. Persalinan berjalan dengan fisiologis.

2. Data Objektif

Pada fakta, diperoleh data pada Ny “J” muka tidak oedema,

konjungtiva merah muda, sklera putih, mukosa bibir lembab, payudara

bersih, puting susu terbenam, kolostrum sudah keluar, tidak ada bendungan

/ massa yang abnormal, pemeriksaan abdomen, meliputi:

a. TFU: 3 jari dibawah Processus Xypoideus (33 cm). Bagian fundus

teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong). Bagian

kanan perut ibu teraba panjang, keras seperti papan (PU-KA),

disisi/bagian kanan perut ibu teraba bagian terkecil janin,

dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting

(presentasi kepala), kepala sudah masuk PAP 5/5.

b. Kontraksi : 2x dalam 10 menit durasi 20-25 detik.

c. DJJ : 130x/menit

d. Genitalia : tidak odema, tidak ada varises, keluar lendir. VT

(dilakukan Pukul : 10.00 wita) pembukaan 1 cm, Efficement: 20%,

ketuban: utuh (+), Hodge: I Menurut penulis pemeriksaan yang

dilakukan masih dalam batas normal dan fisiologis.

174
3. Analisa Data

Analisa data pada Ny “J” adalah PIII A0 UK 39 minggu 3 hari, dengan

persalinan normal. Menurut penulis proses persalinan pada ibu yang hamil

cukup bulan, dengan presentasi belekang kepala, yang berlangsung dalam

waktu 24 jam dan tidak menimbulkan komplikasi baik ibu maupun janin. Yang

diawali dengan terjadinya kontraksi atau mules yang datang secara teratur

setiap 10-15 menit, keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir dengan 4

tahapan yaitu kala 1, kala 2, kala 3 dan kala 4.

Menurut (Eka Puspita, 2014), persalinan normal adalah proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan untuk

hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan

bantuan atau tampah bantuan (kekuatan ibu sendiri).

4. Penatalaksanaan

a. Kala I

Berdasarkan fakta, persalinan kala I fase laten pada Ny “J” berlangsung

selama 8 jam (10.00-18.00). Pada kala ini pasien mendapatkan asuhan

pemenuhan nutrisi, mobilisasi dan relaksasi. Menurut penulis hal ini

fisiologis, karena merupakan kemajuan persalinan yang bagus. Batas

pembukaan persalinan untuk primigravida yaitu 10-12 jam dan pada

multigravida 8-10 jam dan telah mendapatkan asuhan yang sesuai.

Menurut (varney, 2007) persalinan kala I berlangsung antara pembukaan

175
0-10 cm. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu

kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk

primigravida sekitar 12 jam sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1

cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Pada partograf Ny “J”

tidak melewati garis waspada, ibu diberikan makan dan minum serta tehnik

relaksasi, pada ibu bersalin kekuatan dipengaruhi oleh asupan nutrisi

sebelum persalinan. Berdasarkan hal diatas tidak ada kesenjangan antara

teori, opini dan fakta. Dengan penatalaksanaan KIE nutrisi, mengajari

mobilisasi dan relaksasi.

b. Kala II

Berdasarkan fakta, persalinan kala II Ny “J” berlangsung selama 40 menit

(23.30-00.20 wita ), tidak ada penyulit selama proses persalinan pasien

mendapatkan asuhan bimbingan meneran, pertolongan persalinan dan

IMD. Menurut penulis hal ini fisiologis karena partograf tidak melewati

garis waspada. Menurut (Yuli Aspiani, 2017), kala II dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2

jam pada primigravida dan multigravida 1 jam. Menurut (APN, 2016) pada

kala II diberikan asuhan bimbingan meneran, pertolongan persalinan dan

IMD untuk mempercepat berlangsungnya proses persalinan.

176
c. Kala III

Berdasarkan fakta, persalinan kala III pada Ny “J” berlangsung selama 10

menit (00.20-00.30 wita), tidak ada penyulit pasien mendapatkan asuhan

penyuntikan oksitosin, PTT dan masase. Menurut penulis hal ini fisiologis

dalam kala III karena tidak ada penyulit atau masalah yang menyertai.

Menurut (Wagiyo dan Putrono, 2016), kala III dimulai segera setelah bayi

lahir sampai lahirnya plasenta,, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

dengan asuhan manajemen aktif kala III. Berdasarkan hal diatas, tidak

dijumpai tidak dijumpai kesenjangan antara fakta, opini dan teori, dengan

penatalaksanaan penyuntikan oksitosin, PTT dan masase.

d. Kala IV

Berdasarkan fakta persalinan kala IV Ny “J” berlangsung selama 2 jam

yaitu dari jam ( 00.40-2.40 ) wita, perdarahan 200 cc, tidak ada komplikasi

dan di lakukan IMD. Menurut (Yuli Aspiani, 2017), kala IV dimulai dari

lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus

dilakukan pada kala IV adalah: tingkat kesadaran klien, pemeriksaan

tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan, kontraksi

uterus, TFU, terjadinya perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya

tidak melebihi 400-500 cc. Berdasarkan pernyataan di atas tidak terdapat

kesenjangan antara fakta dan teori.

177
C. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Pada pembahasan ketiga ini dijelaskan tentang kesesuaian teori dan

fakta pada PNC (Post Natal Care). Berikut akan disajikan data-data yang

mendukung untuk dibahas dalam pembahasan yang berkaitan dengan PNC

(Post Natal Care), maka dapat diperoleh pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel PNC Ny “J” di

Puskesmas Benteng kecamatan kepulauan selayar

Tanggal PNC 12 Juli 2019 20 Juli 2019


Post partum
2 hari 10 hari
(hari ke)
Anamnesa Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Eliminasi BAK ± 3x/hari BAK ± 4-5x/hari
Warna kuning warnah kuning
jernih, belum BAB. jernih, BAB 2-3x
seminggu
Tekanan Darah 100/70 mmHg 110/70 mmHg
Laktasi Kolostrum sudah ASI lancar,
keluar
TFU TFU teraba 2 jari TFU tidak teraba
Involusi dibawah pusat
Lochea Lochea rubra Lochea serosa
Sumber : Buku KIA

1. Data Subjektif

a. Keluhan

Berdasarkan fakta, pada 2 hari post partum Ny “J” tidak merasakan

keluhan apapun, pada 10 post partum ASI ibu sudah lancer, tidak ada

178
keluhan apapun dan belum menstruasi. Masa nifas yang dijalani Ny “J”

berjalan secara normal, tanpa ada masalah infeksi selama masa nifas.

Berdasarkan pernyataan diatas tidak terdapat kesenjangan antara fakta

dan teori.

b. Eliminasi

Berdasarkan fakta pada hari ke-2 post partum, BAB pada 10 hari post

partum. Menurut penulis hal ini merupakan proses eliminasi Ny “J”

berjalan dengan normal karena pada 2 hari post partum Ny “J” sudah

bisa BAK dan pada 10 hari post partum Ny “J” sudah bisa BAB dengan

konsistensi keras ini kemungkinan disebabkan karena sudah ± 10 feses

tidak dikeluarkan karena Ny “J” merasa takut untuk BAB. Dalam hal

ini ibu dianjurkan untuk makan makanan yang banyak mengandung

serat seperti buah dan sayur, agar BAB ibu bisa lancar setiap harinya

dan juga disarankan untuk minum air putih 7-8 gelas per hari. Menurut

(Ambarwati dan Wulandari, 2010) , klien BAK dalam waktu 6 jam post

partum, bila 8 jam post partum belum BAK, dirangsang dengan air

mengalir, kompres hangat dan lain-lain, bila tidak bisa dilakukan

kateterisasi. BAB dapat kembali normal dengan melakukan diet tinggi

serat, peningkatan asupan cairan dan ambulasi awal. Normalnya ibu

sudah BAB sampai pada 6 hari post partum. Berdasarkan hal diatas

proses eleminasi Ny “J” berjalan dengan normal.

179
2. Data Obyektif

a. Laktasi

Berdasarkan fakta hari ke-2 post partum kolostrum Ny “J” sudah keluar,

puting susu terbentuk, tidak bendungan. Pada hari ke 10 ASI lancer dan

tidak ada kelainan pada payudara. Menurut penulis, sesering mungkin

bayi menyusu semakin baik untuk merangsang produksi ASI serta

reproduksi ibu akan cepat kembali/pulih seperti sebelum hamil. selama

kehamilan hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveoli dan duktus laktiferus didalam payudara, serta

merangsang produksi kolostrum. Cairan pertama yang peroleh bayi dari

ibunya sesudah dilahirkan adalah colostrum, yang mengandung

campuran yang kaya akan protein, mineral dan antibodi dari pada ASI

yang telah “matur”, ASI mulai ada kira-kira pada hari ke 3 atau 4 setelah

kelahiran bayi dan colostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira

15 hari sesudah bayi lahir. Berdasarkan pernyataan diatas tidak ada

kesenjangan antara teori dan fakta.

b. Involusi

1) TFU

Berdasarkan fakta Ny “J” pada 2 hari post partum TFU teraba 2 jari

dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochea rubra. Pada hari ke 10

post partum TFU sudah tidak teraba, kontraksi uterus baik, lochea

serosa, kontraksi uterus baik. Pada hari ke 30 post partum TFU tidak

180
teraba, lochea alba. Menurut (Sulistyawati, 2009), TFU menurut

masa involusi bayi lahir setinggi pusat, plasenta lahir 2 jari dibawah

pusat, 1 minggu pertengahan pusat symphisis, 2 minggu tidak teraba

diatas symphisis, 6 minggu bertambah kecil, 8 minggu sebesar

normal (tidak teraba). Berdasarkan hal diatas ukuran TFU Ny “J”

dalam batas normal, masa nifas berjalan dengan normal.

2) Lochea

Berdasarkan fakta pada Ny “J”, pada 2 hari post partum lochea rubra,

pada 10 hari post partum lochea serosa dan pada 30 hari post partum

lochea alba. Menurut penulis, proses involusi berdasarkan lochea pada

Ny “J” berjalan fisiologis. Menurut (Rukyah, dkk 2010) , bahwa lochea

rubra berwarna merah berlangsung pada hari pertama sampai hari ke 3

post partum. Loche sanguinolenta warnanya merah kecoklatan dan

berlendir terjadi pada hari ke 4-7 hari post partum, lochea serosa

berwarna kuning kecoklatan berlangsung pada hari ke 8-14 hari post

partum, lochea alba mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati yang berlangsung

selama 2-6 minggu post partum. Berdasarkan pernyataan diatas tidak

terdapat kesenjangan antara fakta dan teori.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny “J” adalah PIII A0 dengan post partumnormal

menurut penulis, nifas normal adalah nifas yang berlangsung selama 6

181
minggu tanpa ada keluhan dan penyulit pada masa nifas sehingga nifas

berjalan secara normal. menurut (Sulistyawati, 2009), nifas normal

yaitu masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang ditandai dengan ibu tidak

ada keluhan, ASI keluar lancar, perdarahan dalam batas normal dan

kontraksi baik. Berdasarkan pernyataan diatas tidak ada kesengjangan

antara teori dan fakta.

4. Penatalaksanaan

Penulis melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan masa nifas pada

Ny “J“ sebagaimana untuk ibu nifas normal, karena tidak di temukannya

masalah Seperti melakukan observasi pengeluaran pervaginam, tinggi

fundus uteri dan proses laktasi, memberikan KIE tentang tanda bahaya,

ASI eksklusif, nutrisi, menurut penulis, dengan diberikan implementasi

yang sesuai dengan asuhan pada ibu nifas dapat mencegah terjadinya

tanda bahaya masa nifas seperti demam, perdarahan, lochea berbau dan

bendungan ASI. Selain itu juga memberikan dampak yang positif bagi

ibu dan bayi seperti mengajari ibu bagaimana cara menyusui yang

benar, perawatan payudara, menjaga personal hyigiene, melakukan

perawatan bayi sehari-hari serta memberikan konseling tentang KB agar

ibu merasa mantap dan nyaman sebelum manggunakan alat kontrasepsi.

Menurut (Sulistyawati, 2009), seperti melakukan observasi pengeluaran

pervaginam, tinggi fundus uteri dan proses laktasi, memberikan KIE

182
tentang tanda bahaya nifas, ASI eksklusif dan nutrisi serta kontrol

ulang. Berdasarkan pernyataan diatas tidak ada kesengjangan antara

fakta dan teori.

D. Asuhan Kebidanan pada BBL (Bayi Baru Lahir)

Pada pembahasan yang keempat, akan dijelaskan tentang kesesuaian antara

teori dan kenyataan asuhan kebidanan pada BBL. Berikut akan disajikan data-data

yang mendukung untuk dibahas dala pembahasan tentang asuhan kebidanan pada

BBL. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada BBL,

maka dapat diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel BBL Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar

Asuhan BBL 10 juli 2019 Nilai

Jam 01.05

Penilaian 01.10 wita Segera menangis, warnah kulit kemerahan,

Awal cukup bulan dan tonus otot bergerak aktif

Apgar Score 01.15 8/10

Inj. Vit K 01.28 wita Sudah diberikan

Salep mata 01.26 wita Sudah diberikan

BB 01.17 wita 3000 gram

PB 01.20 wita 48 cm

Lingkar kepala 01.22 wita 33 cm

Lingkar dada 01.24 wita 31 cm

183
Lila 01.25 wita 10 cm

Inj. HB0 01.29 wita Sudah diberikan

BAK 1 kali hari ini warna kuning jernih

BAB Keluar meconium

Sumber : partograf

Pada usia 1 jam bayi sudah BAK 1 kali warna kuning jernih, dan BAB 1 kali

warna hitam.

1. Data Subyektif

a. Eliminasi

Berdasarkan fakta, pada usia 1 jam bayi Ny “J” sudah BAB warna hitam

kehijauan (mekonium). Menurut peneliti, hal ini menunjukkan keadaan

fisiologis, mekonium adalah feses pertama bayi, hal ini bagus karena

menandakan sistem pencernaan bayi baru lahir sedang melakukan tuganya,

mengeluarkan zat sisa pada tubuh bayi. Normalnya feses ini akan

dikeluarkan bayi setelah lahir, kira-kira 24 jam pertama setelah kelahiran.

Menurut (Vivian, 2010), proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24

jam pertama setelah bayi lahir. Feses bayi baru lahir berwarna hijau

kehitaman, konsistensi mekonium lebih kental dan lengket. Feses bayi

yang keluar akan berubah warna menjadi kubing setelah beberapa hari bayi

lahir (3-5 hari setelah lahir). Berdasarkan hal diatas proses eliminasi pada

bayi Ny “J” berjalan dengan normal.

184
b. Nutrisi

Berdasarkan fakta, bayi Ny “J” sudah menyusu pada saat dilakukan IMD

setelah kelahiran. Menurut penulis, saat bayi lahir langsung diberi ASI

yang bertujuan untuk memenuhi asupan nutrisi bayi agar terpenuhi.

Pemberian ASI Eksklusif sedini mungkin sangat penting bagi tumbuh

kembang bayi, mudah dicerna dan efisien, mencegah infeksi, dan bisa

menjadi alat kontrasepsi alamiah (amenore laktasi). Menurut (Sondkh

2013), anjuran ibu memberikan ASI Dini (dalam 30 menit-1 jam setelah

lahir) dan Eksklusif. Prosedur pemberian ASI dijadwal siang malam

(minimal 8 kali dalam 24 jam) dan setiap bayi menginginkan. Berdasarkan

hal diatas nutrisi yang diberikan oleh Ny “J” sudah cukup.

2. Data Objektif

a. Tanda-tanda vital

Berdasarkan fakta, tanda-tanda vital bayi Ny “J” pada saat pemberian

asuhan kebidanan yaitu: denyut jantung : 136x/menit, pernapasan :

48x/menit, suhu : 36,6°C. Menurut penulis, hasil pemeriksaan tanda-tanda

vital pada bayi Ny “J” adalah normal. Pemeriksaan tanda-tanda vital bayi

sangat mutlak dilakukan karena dari pemeriksaan tersebut kita bisa

mengetahui apakah keadaan bayi sehat atau timbul tanda bahaya bayi baru

lahir seperti hipotermi, asfiksia, dan yang lainnya, jika keadaan bayi tidak

sehat maka perluh dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut karena bisa

menyebabkan tumbuh kembang bayi menjadi tidak optimal. Menurut

185
(Muslihatun, 2010), suhu bayi normal adalah antara 36,5°C-37,5°C,

pernapasan bayi normal 30-60x/menit, denyut jantung normal bayi antara

100-160x/menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160x/menit

dalam jangka waktu yang pendek, beberapa kali dalam satu hari selama

beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress.

Berdasarkan hal diatas tanda-tanda vital pada bayi baru lahir pada Ny “J”

dalam batas normal.

b. Antropometri

Berat badan lahir bayi Ny “J” 3000 gram, panjang badan 48 cm, lingkar

dada 34 cm, lingkar kepala 33 cm, SOB : 30 cm, SMB : 32 cm, MO : 35

cm. Menurut penulis pemeriksaan antropometri pada bayi Ny “J” sangat

normal, dilihat dari BB bayi yang 3000 gram dan panjang badan 48 cm.

Hal ini fisiologis sesuai dengan teori (Vivian, 2010), pengukuran

antropometri, minimal meliputi BB (2.500-4000 gram), PB (45-50 cm), LK

(33-35 cm). Panjang badan bayi Ny “J” 48 cm, hal ini fisiologis sesuai

sesuai dengan pendapat (Vivian, 2010), panjang badan neonatus cukup

bulan 45 sampai 54 cm. Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik bayi baru

lahir pada bayi Ny “J” masih dalam batas normal.

c. Lingkar dada

Lingkar dada bayi Ny “J” 33 cm. Menurut penulis hal ini fisiologis sesuai

dengan pendapat vivian (2010), panjang lingkar dada 32-34 cm,

186
berdasarkan hal diatas, ukuran lingkar dada bayi dalam batas normal atau

fisiologis.

d. Pemeriksaan fisik

Pada bayi Ny “J”, warna kulit merah muda, tidak ada kelainan pada

anggota tubuh, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat, anus ada, tidak ada

kelainan pada ekstremitas. Menurut penulis, pemeriksaan fisik pada BBL

sangat penting karena dengan melakukan pemeriksaan kita bisa

menyimpulkan resiko atau komplikasi yang menyertai, selain itu bisa

mencegah terjadinya tanda bahaya bayi. Menurut (Kemenkes, 2010),

prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir meliputi,

penerangan yang cukup dan hangat untuk bayi, memeriksa secara

sistematis head to toe (kepala, muka, klavikula, lengan, tangan, dada,

abdomen, tungkai kaki, spinal dan genitalia), mengidentifikasi warna dan

mekonium bayi. Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik bayi baru lahir

pada bayi Ny “J” baik dalam batas normal. Berdasarkan pernyataan diatas

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta.

3. Analisa Data

Analisa data pada bayi Ny “J” adalah bayi baru lahir usia 1 jam fisiologis.

Menurut penulis bayi baru lahir normal fisiologis adalah bayi baru lahir aterm,

berat badan lahir normal dan tidak ada kelainan bawaan yang menyertai.

Menurut (Saminem), diagnose asuhan kebidanan pada BBL fisiologis yaitu,

BBL usia 1 jam keadaan normal.

187
Berdasarkan hal tersebut, tidak ditemukan kesenjangan antara fakta, opini dan

teori, karena hal tersebut sesuai dengan teori diagnosa asuhan kebidanan BBL.

4. Penatalaksanaan

Pada asuhan bayi baru lahir, penulis melakukan penatalaksanaan pada bayi Ny

“J” sebagaimana asuhan yang diberikan untuk BBL normal karena tidak

ditemukan masalah selama kunjungan. Asuhan yang diberikan yaitu

memberikan KIE, seperti KIE tentang menjaga agar tubuh bayi tetap dalam

keadaan hangat, imunisasi, ASI eksklusif dan perawatan bayi sehari-hari, KIE

diberikan secara bertahap agar ibu lebih mudah dalam memahami penjelasan

yang diberikan, imunisasi, kontrol ulang. Menurut penulis penatalaksanaan ini

merupakan fisiologis. Menurut (Muslihatum, 2010), penatalaksanaan BBL

fisiologis, meliputi KIE tentang imunisasi, ASI eksklusif dan perawatan bayi

sehari-hari. KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih mudah dalam

memahami penjelasan yang telah diberikan, mengenai imunisasi dan kontrol

ulang. Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan BBL Ny “J” sudah sesuai

dengan asuhan bayi baru lahir normal, dan tidak ada kesenjangan antara teori

dan fakta.

E. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Pada pembahasan kelima ini akan dijelaskan tentang kesesuaian teori

dan fakta asuhan kebidanan pada neonatus. Berikut ini akan disajikan data-data

yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhan kebidanan

188
pada neonatus. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan

pada neonatus, maka dapat diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel Neonatus Ny “J” di

Puskesmas Benteng Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar

Tgl. Kunjungan 12 Juli 2019 16 Juni 2019 11 agustus 2019

Neonatus

ASI Ya Ya Ya

BAK BAK ± 4-5 kali dalam BAK ± 5-6 kali dalam BAK ± 7 kali

24 jam, warnah 24 jam warnag kuning dalam 24 jam

kuning jernih jernih warna kuning

jernih

BAB BAB 1x/hari BAB 2x/hari warna BAB 2x/hari

Kuning kehijauan, kuning, konsistensi warna kuning,

konsistensi lembek lembek konsistensi

lembek

BB 3000 gram BB 3100 gram BB3400

Ikterus Tidak Tidak Tidak

Tali pusat Belum lepas Sudah lepas Sudah lepas

Sumber : Buku KIA

1. Data Subyektif

a. Eliminasi

Berdasarkan fakta, pada usia 6 jam bayi Ny “J” sudah BAK, 4 kali

warna kuning jernih, dan BAB 1 kali warna hitam. Menurut penulis hal ini

189
fisiologis, sesuai dengan teori (Walyani, 2015), proses pengeluaran

defekasi dan urin terjadi selama 24 jam pertama setelah bayi lahir adalah

20-300 cc/24 jam atau 1-2 cc/kg BB/jam/8 kali/hari. Berdasarkan hal diatas

proses eliminasi pada bayi Ny “J” berjalan normal.

b. Nutrisi

Berdasarkan fakta, bayi Ny “J” sudah menyusui pada saat dilakukan IMD.

Menurut penulis hal ini fisiologis karena nutrisi ASI sangat penting untuk

mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi, menurut (Walyani, 2015),

setelah lahir bayi segera disusukan pada ibunya. Pada bayi usia 1 hari,

membutuhkan 5-7 ml atau satu sendok makan ASI sekali minum, dan

diberikan dengan jarak sekitar 2 jam. Kebutuhan ASI memang baru sedikit,

karena ukuran lambung bayi pada usia ini hanya sebesar biji kemiri. Bayi

usia 3 hari, membutuhkan 22-27 ml ASI sekali minum yang diberikan 8-

12 kali sehari atau hampir satu gelas takar air untuk satu hari. Pada usia ini

lambung berkembang menjadi sebesar buah ceri atau anggur berkurang

sedang. Bayi usia 1 minggu, membutuhkan ASI 45-60 ml dalam 1x minum,

dan dapat menghabiskan 400-600 ml ASI atau satu setengah gelas hingga

dua setengah gelad takar air dalam 1 hari. Bayi usia 1 bulan, membutuhkan

ASI 80-150 ml dalam 1x minum, dan diberikan 8 hingga 12 kali dalam 1

hari, dengan jeda 1,5 jam sampai 2 jam pada siang dan pada malam hari

dijeda selama 3 jam. Berdasarkan hal diatas nutrisi yang diberikan pada

bayi Ny “J” hanya ASI saja.

190
2. Data Obyektif

a. Tanda-tanda vital

Berdasarkan fakta, tanda-tanda vital bayi Ny “J” dalam batas normal.

Menurut penulis, pemeriksaan tanda-tanda vital bayi sangat mutlak untuk

dilakukan karena dari pemeriksaan tersebut kita bisa mengetahui apakah

keadaan bayi dalam keadaan sehat atau timbul tanda bahaya pada bayi baru

lahir seperti hipotermi, asfiksia, dan sebagainya. Tanda-tanda vital harus

dipantau setiap melakukan kunjungan neonatus, karena untuk mengetahui

perkembangan berat badan bayi, panjang badan, lingkar kepala serta

pemeriksaan refleks juga dilakukan untuk mengetahui apakah bayi tumbuh

dengan optimal. Menurut (Walyani, 2015) suhu bayi normal adalah antara

36,5°C-37,5°C, laju nafas normal neonatus berkisar antara 40-60 x/menit

dan nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180x/menit. Berdasarkan hal

diatas pemeriksaan tanda-tanda vital pada bayi Ny “J” telah dilakukan.

b. Pemeriksaan fisik

Pada bayi Ny “J” warna kulit selama kunjungan rumah merah muda, tidak

ada kelainan pada anggota tubuh, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali

pusat, anus ada, tidak ada kelainan pada ekstremitas tidak ada ruam pada

genitalia dan lipatan hal ini disebabkan karena ibu sering mengganti popok.

Menurut penulis pemeriksaan fisik pada neonatus sangat penting karena

dengan melakukan pemeriksaan kita bisa menyimpulkan resiko atau

komplikasi yang menyertai, selain itu bisa mencegah terjadinya tanda

191
bahaya pada bayi, bayi yang mengalami kelainan dapat disebabkan karena

kurangnya nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu. Menurut (Walyani, 2015)

warna kulit bayi harus berwarnah merah muda yang bersih, tidak ada

kelainan pada anggota tubuh, dan tidak tanda-tanda infeksi tali pusat.

Berdasarkan hal diatas pemeriksaan fisik pada bayi Ny “J” masih dalam

batas normal.

3. Analisa Data

Analisa data pada Ny “J” adalah neonatus aterm usia 1 hari fisiologis. Menurut

penulis, neonatus fisiologis adalah neonatus yang lahir aterm/cukup bulan dan

selama bayi maupun neonatus tidak terjadi komplikasi. Menurut (Padila ,

2010), neonatus normal mulai dari usia 0-28 hari.

4. Penatalaksanaan

Pada asuhan neonatus, penulis melakukan penatalaksanaan pada bayi Ny “J”

sebagaimana untuk asuhan neonatus normal karena tidak ditemukan adanya

masalah selama kunjungan. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE,

seperti KIE tentang tanda bahaya neonatus, imunisasi, ASI Eksklusif,

perawatan bayi sehari-hari, dan sebagainya. KIE diberikan secara bertahap

agar ibu lebih mudah memahami penjelasan yang diberikan, imunisasi, kontrol

ulang. Menurut (Walyani, 2015) penatalaksanaan pada neonatus fisiologis,

meliputi KIE tanda bahaya neonatus, imunisasi, ASI Eksklusif, perawatan bayi

sehari-hari dan sebagainya. KIE diberikan secara bertahap agar ibu lebih

mudah dalam memahami penjelasan yang diberikan, imunisasi dan kontrol

192
ulang. Berdasarkan hal diatas penatalaksanaan bayi pada Ny “J” sudah sesuai

dengan asuhan neonatus.

F. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana

Pada pembahasan yang keenam akan dijelaskan tentang kesesuaian teori

dan fakta asuhan kebidanan pada keluarga berencana. Berikut ini akan disajikan

data-data yang mendukung untuk dibahas dalam pembahasan tentang asuhan

kebidanan pada keluarga berencana. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan

asuhan kebidanan pada keluarga berencana, maka dapat diperoleh data sebagai

berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Subyektif dan Obyektif dari Variabel KB Ny “J” di

Puskesmas Benteng.

Tanggal kunjungan KB 12 juli 2019 16 Juli 2019

Subyektif Ibu memilih alat kontrasepsi Ibu akseptor KB suntik

suntik 3 bulan 3 bulan

Tensi 110/70 mmHg 100/70 mmHg

Haid Belum haid Belum haid

Sumber : Kunjungan rumah

1. Data Subyektif

Berdasarkan fakta pada hari pertama post partum Ny” J” tidak ada keluhan dan

ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut penulis, keadaan ibu dalam

193
batas normal, serta keinginan ibu untuk memilih KB suntik 3 bulan adalah hal

yang paling efektif karena alat kontrasepsi tersebut tidak menganggu prosuksi

ASI ibu. Menurut (Sulistyawati, 2013) KB suntik 3 bulan cocok untuk ibu nifas

karena salah satu keuntungannya yaitu tidak mempengaruhi ASI. Berdasarkan

pernyataan di atas tidak terdapat kesengjangan antara fakta dan teori.

2. Data Obyektif

Berdasarkan pemeriksaan Ny” J” dengan akseptor KB suntik 3 bulan. Menurut

penulis, keadaan ibu dalam batas normal salah satunya tekanan darah 110/70

mmHg, serta keinginan ibu untuk memilih KB suntik 3 bulan adalah hal yang

paling efektif karena alat kontrasepsi tersebut tidak menganggu prosuksi ASI

ibu. Menurut (Sulistyawati, 2013) KB suntik 3 bulan cocok untuk ibu nifas

karena salah satu keuntungannya yaitu tidak mempengaruhi ASI. Berdasarkan

pernyataan di atas tidak terdapat kesengjangan antara fakta dan teori.

3. Analisa Data

Berdasarkan fakta dan analisa Ny” J” dengan akseptor KB suntik 3 bulan.

Menurut penulis, KB suntik 3 bulan sangat tinggi efektifitasnya karena tidak

menganggu ASI dan hubungan seksual. Menurut (Sulistyawati, 2013) KB

suntik 3 bulan cocok untuk ibu nifas karena salah satu keuntungannya yaitu

tidak mempengaruhi ASI. Berdasarkan pernyataan di atas tidak terdapat

kesengjangan antara fakta dan teori.

194
4. Penatalaksanaan

Pada asuhan kebidanan untuk akseptor KB suntik 3 bulan, penulis melakukan

penatalaksanaan pada Ny”J” dengan akseptor KB suntik 3 bulan, ibu diberikan

KIE tentang efek samping, keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan.

Menurut (Sulistyawati, 2010) penatalaksanaan pada akseptor KB suntik 3 bulan

meliputi KIE tentang keuntungan dan kerugian KB suntik 3 bulan . berdasarkan

pernyataan diatas tidak terdapat kesengjangan antara fakta dan teori.

195
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “J” telah dilakukan selama

kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari usia kehamilan 35 minggu, bersalin,

BBL, neonatus, nifas sampai dengan Keluarga Berencana (KB), sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen

Asuhan Kebidanan Komprehensif dan didokumentasikan dalam bentuk data

Subyektif, data Obyektif, Analisa data dan Penatalaksanaan (SOAP).

1. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Kehamilan Ny J” GIII PII A0

Kehamilan Normal . Tidak terjadi komplikasi sampai akhir masa kehamilan

dan ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan.

2. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada persalinan Ny “J” PIII A0 fisiologi,

Tidak terjadi komplikasi pada kala I, kala II, kala III, kala IV dan ditangani

dengan baik oleh tenaga kesehatan.

3. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Masa Nifas Ny “J” P3A0 Fisiologi,

dan ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan.

4. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Bayi Baru Lahir Ny “J” fisiologis.

Tidak ada komplikasi atau penyulit yang menyertai.

5. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Neonatus Ny “J” fisiologis. Tidak

terjadi komplikasi atau penyulit yang menyertai.

196
6. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Keluarga Berencana dengan KB

KB suntik 3 bulan. Tidak terjadi komplikasi atau penyulit yang menyertai.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan penulis selanjutnya dapat meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan

secara Continuity Of, serta dapat membedakan kesenjangan antara lahan

praktik dan teori dalam penerapan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

dengan kehamilan normal.

2. Bagi Klien

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan

wawasan bagi para ibu hamil tentang bagaimana cara mencegah dan

penanganan yang tepat serta mengetahui secara dini resiko atau bahaya

pada ibu hamil.

3. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas Benteng )

Diharapkan bagi para bidan agar dapat menerapkan asuhan

kebidanan Continuity Of Care dengan tepat dalam melakukan pelayanan

kebidanan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan

anak serta dapat meningkatkan pelayanan yang berkualitas bagi kesehatan

masyarakat.

197
4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Institusi untuk meningkatkan praktek pembelajaran

mahasiswa yang lebih efektif dan efisien dalam mengaplikasikan ilmu yang

didapat dari kampus seperti kegiatan pengabdian masyarakat serta selain

menambah asuhan kebidanannya mahasiswa juga mampu meningkatkan

ilmu enterpreuner dilapangan.

198
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, I. (2015). Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan

Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba

Medika.

199

Anda mungkin juga menyukai