Anda di halaman 1dari 38

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI

METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN MEDIA BENDA


KONKRET PADA PESERTA DIDIK KELAS IV
SDN KESILIR 04 WULUHAN

Oleh :
WIWIT DIANAWATI
NIM : 858881275

ABSTRAK
Salah satu alasan yang penulis temukan adalah siswa sering menemukan
beberapa siswa yang acuh dan tidak mau bertanya kepada guru dan teman yang
lebih mengerti dan sering merasa bosan atau bosan, sehingga tidak dapat
menyerap materi yang diajarkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
hasil belajar IPA materi stilistika melalui metode demonstrasi menggunakan
benda konkret pada siswa kelas IV SDN Kesilir 0 Wuluhan. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN Kesilir 0 Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2021/2022. Jumlah siswa sedikitnya 29 siswa,
13 laki-laki dan 16 perempuan. Peningkatan pembelajaran terjadi selama 2
periode. Penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa melebihi KKM untuk
setiap siklusnya yaitu. Siklus I sebanyak 20,68 persen dan Siklus II sebanyak
93,10 persen.

Kata kunci : Hasil belajar, metode demonstrasi, media benda konkret

i
BAB I
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan berkembangnya teknologi serta ilmu pengetahuan,
mengharuskan perkembangan keberhasilan peserta didik dalam pengetahuan dan
teknologi. IPA merupakan bidang study di sekolah yang didalamnya ada ilmu
pengetahuan dan teknologi. IPA merupakan awal bagi peserta didik untuk
mengenal lingkungan alam sekitarnya.
Pembelajaran IPA sangat berperan penting untuk perkembangan kemajuan
teknologi. Keberhasilan dari pembelajaran IPA ditunjukkan dengan kemampuan
peserta didik menerima materi dan keahlian guru saat menyampaikan materi.
Setiap peserta didik mempunyai keberagaman keahlian. Sehingga sebagai seorang
guru dituntut harus mempunyai keahlian yang beragan agar peserta didik bisa
menyerap materi dengan baik.
Beberapa cara yang bisa diterapkan saat menyampaikan materi antara lain:
menggunakan metode, strategi, dan media yang bisa menambah ketertarikan
peserta didik. Pembelajaran dengan metode ekspositori hanyalah menyalurkan
ilmu dari pendidik kepada peserta didik di dalam satu tempat dengan satu arah.
Peserta didik sebagai pendengar wajib memahami materi yang telah disalurkan
pendidik untuk dapat mengerjakan soal evaluasi.
Dengan menggunakan metode demontrasi, kegiatan belajar pada sisa akan
lebih mudah dipahami. Untuk mendukung metode demonstrasi salah satunya bisa
menggunakan media dalam pembelajaran. Media merupakan alat yang membantu
guru menyampaikan informasi atau materi kepada siswa. Guru dapat
menggunakan media yang ada di lingkungan siswanya, atau guru dapat
menggunakan pengalaman siswa untuk menciptakan pengalaman belajar yang
menarik bagi siswa.
Media benda konkret merupakan media yang paling mudah ditemui dan
digunakan, karena kita dapat langsung menggunakannya. Benda-benda konkret
bisa kita jumpai di sekitar kita misalnya kertas, kapur, kelereng, buku, pensil,

42
meja, sepatu, batu, plastisin, kursi dan lain-lain. Benda konkret ini membantu
pengalaman nyata anak didik supaya bisa mendapatkan nilai yang lebih baik.

1. Identifikasi Masalah
Dalam pembelajaran, hasil belajar merupakan bagian terpenting.
Sudjana (2008: 3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar
peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan pada program study Ilmu
Pengetahuan Alam berada kurang dari 70. Pada 29 peserta didik, ada 18
peserta didik mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan yang mendapatkan
nilai di atas KKM hanya 11 peserta didik. Data tersebut berasal dari rapor
penilaian tengah semester yang dilakukan oleh guru pada awal semester tahun
pelajaran 2022/2023.

2. Analisis Masalah
Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan beberapa sebab
yang salah satunya ketidakterlibatan peserta didik saat kegiatan belajar
mengajar yang mengakibatkan peserta didik kurang bisa mencerna pelajaran
yang dijelaskan oleh guru. Ditambah lagi peserta didik kurang minat saat
guru menjelaskan materi dengan metode konvensional.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka peneliti
menerapkan metode demonstrasi untuk mengatasi masalah tersebut. Penulis
berharap pembelajaran materi stilistika melalui metode model dapat
membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga tujuan
yang diharapkan guru adalah hasil belajar IPA tentang gaya dapat meningkat
dari sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik

43
melaksanakan Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Materi Gaya Melalui Metode Demonstrasi Menggunakan Media Benda
Konkret Pada Peserta didik Kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana cara siswa kelas 4 SDN
Kesilir 04 Wuluhan meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya melalui
metode demonstrasi menggunakan benda konkret?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA materi stilistika
melalui metode demonstrasi dengan menggunakan media benda konkret pada
peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Bagi Peserta didik
a. Meningkatkan minat peserta didik dalam mempelajari IPA
b. Meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari ilmu gaya.
c. Mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dan memuaskan.
2. Bagi Pendidik
a. Memberikan keuntungan kepada guru dalam penciptaan strategi
pengajaran yang mendongkrak motivasi belajar siswa.
b. Sebagai informasi bagi guru untuk digunakan dalam meningkatkan
kualitas hasil dan proses pembelajaran.

3. Bagi kepala sekolah


a. sebagai sarana pendorong guru untuk meningkatkan standar pengajaran.
b. Sebagai bahan pertimbangan peningkatan nilai KKM;

44
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan mutu sekolah
4. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan referensi untuk membantu memperkuat
landasan teori yang dibutuhkan untuk penelitian.

45
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar


Guru dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, disebutkan
bahwa "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserla didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah". Peran guru sangat penting
dalam dunia pendidikan karena selain berperan dalam mentransfer ilmu
kepada siswa (knowledge transfer), guru juga dituntut untuk memberikan
pendidikan karakter dan memberikan contoh yang baik kepada siswa
(knowledge transfer). nilai). Oleh karena itu, tampaknya menjadi guru yang
baik tidak cukup hanya berdasarkan penguasaan materi atau pengetahuan
yang diajarkan. Sebab, dalam konteks pembelajaran, buku ajar dan buku ajar
hanyalah rangsangan bagi guru untuk memberikan tindakan yang mendorong
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk dapat menghadapi dan mengajar siswa dengan latar belakang
yang berbeda, kepribadian yang berbeda, dan tingkat perkembangan yang
berbeda, guru harus memahami kemampuan dasar, motivasi, latar belakang
akademik, sosial, dan ekonomi yang dimiliki siswa. Kesiapan guru mengenal
karakteristik peserta didik dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator dan akan mendorong
suksesnya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan (Setiawan dkk., 2021).
Dalam praktik belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di
lingkungan sekolah dasar sering dijumpai ketidaksesuaian dengan kondisi,
situasi, dan kebutuhan peserta didik. Penggunaan model, strategi, metode dan
media yang selalu sama. Bahkan pada umumnya pembelajaran yang
dilakukan guru tanpa menggunakan media (Nurhasanah dkk., 2014).
Sehingga pada Sebagian besar mata pelajaran yang diajarkan oleh guru

46
membuat peserta didik kurang termotivasi dan kurang bersemangat mengikuti
proses pembelajaran. Setiap pembelajaran selalu didominasi oleh keaktifan
guru sedangkan peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran.
Menurut Desmita (2012), Anak-anak usia sekolah memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda.
Mereka lebih senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam
kelompok dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Oleh karena itu, guru harus membangun proses pembelajaran yang
menghubungkan permainan dengan kurikulum. Kemudian guru juga dapat
mencoba untuk menggerakkan anak atau bergerak. Anak-anak juga diajarkan
bagaimana bekerja atau belajar dalam kelompok, dan guru memberikan
kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
siswa sekolah dasar adalah suka bergerak, bermain, mencoba hal baru, suka
bekerja dalam kelompok, dan suka melakukan sesuatu secara langsung. Siswa
SD sangat mudah menerima pengetahuan baru yang diberikan oleh gurunya.
Dalam hal ini siswa perlu dibimbing agar potensinya dapat berkembang
secara luas. Tidak hanya itu, guru juga harus berperan dalam pengembangan
pembelajaran karena guru adalah panutan bagi siswa untuk ditiru.

B. Hasil Belajar
Dalam proses penyelenggaraan belajar-mengajar dapat terlihat
perubahan-perubahan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan yang dimaksud berupa hasil belajar siswa. Hasil belajar
adalah perubahan kognitif, emosional, dan psikomotorik yang dialami siswa
sebagai akibat dari kegiatan belajar.
Secara sederhana, yang di maksud dengan hasil belajar peserta didik
adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Karena belajar itu merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

47
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi (Putri, dkk. 2019).
Hasil belajar seorang siswa dapat dikatakan berhasil jika siswa
tersebut mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran berbasis hasil
meliputi pemahaman konseptual, keterampilan proses, dan sikap. Sesuai
pendapat Susanto (2016) yang membagi hasil belajar sebagai berikut:
a. Pemahaman konsep
Pemahaman konseptual adalah kemampuan siswa untuk menerima,
mengasimilasi, dan memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru, serta
sejauh mana siswa memahami apa yang telah mereka baca, lihat, lihat,
dan rasakan.
b. Keterampilan proses
Keterampilan proses adalah kemampuan menggunakan pikiran,
penalaran, dan tindakan untuk mencapai hasil tertentu. Dalam melatih
keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan sikap kreativitas,
kerja sama, tanggung jawab, dan disiplin.
c. Sikap
Dalam hubungannya dengan hasil belajar peserta didik, sikap lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep.
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Susanto
(2016), membagi faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dalam diri peserta
didik yang berpengaruh pada kemampuan belajarnya. Misalnya
kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, sikap, kebiasaan belajar,
fisik dan mental.
b. Faktor eksternal, merupakan faktor yang bersumber dari luar diri peserta
didik yang berpengaruh pada hasil belajarnya. Misalnya: keluarga,
sekolah dan masyarakat.

C. Ilmu Pengetahuan Alam

48
IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia. Mata Pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang
selama ini di anggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari
jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Kemampuan siswa untuk
berpikir kritis belum ditingkatkan dengan proses pembelajaran saat ini. IPA
adalah pengetahuan khusus dengan melakukan observasi, eksperimen,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya saling berkaitan
antara cara yang satu dengan yang lain. IPA berhubungan dengan mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses menemukan, mencari tahu dan cara
mengerjakan atau melakukan penemuan dan membantu peserta didik untuk
memahami alam sekitar secara mendalam (Anggraini, 2016).
Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas hanya berfokus pada
kapasitas siswa dalam menghafal informasi. Otak siswa hanya dipaksa untuk
mengingat dan menyimpan berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahaminya atau menerapkannya pada situasi dunia nyata. Kondisi ini juga
terjadi dalam pengajaran sains, menunjukkan bahwa pengajaran sains sekolah
dasar sebagian besar masih dilakukan dengan cara konvensional.
Menurut Purwanti & Latifah (2019), IPA adalah usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan. Menurut Susanto (2016), hakikat
pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam
Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : ilmu pengetahuan alam sebagai
produk, proses, dan sikap. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu
kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk
konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis.
Bentuk IPA sebagai produk, antara lain : fakta-fakta, prinsip, hukum, dan
teori-teori IPA. Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk

49
menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan
kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dan menemukan
fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuwan. Ketiga, ilmu
pengetahuan sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam
pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus di miliki oleh
seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil
penelitiannya.
Menurut Nureva (2017), IPA merupakan pelajaran yang memiliki
proses pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, memiliki
banyak kegiatan jika dilakukan sesuai dengan pembelajaran IPA yang
sebenarnya. Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan
Nasional Standar Pendidikan (BNSP), dimaksudkan untuk:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan materi Gaya sebagai materi
yang akan dinilai. Kebanyakan orang menganggap gaya sebagai dorongan
atau tarikan. Gaya diterapkan pada suatu benda ketika ditarik atau didorong.
Anda memerlukan banyak energi untuk melakukan suatu gaya. Meskipun

50
gaya tidak terlihat, pengaruhnya dapat dirasakan. Ada beberapa gaya kuat
dan lemah. Gaya yang diperlukan sebanding dengan gaya yang diterapkan.
Perangkat yang dikenal sebagai dinamometer dapat digunakan untuk
mengukur jumlah gaya. Newton (N) mewakili satuan gaya. Gerak dan
bentuk benda dapat diubah oleh gaya .

Macam – macam Gaya antara lain :


1) Gaya otot
Gaya yang dihasilkan oleh otot disebut gaya otot. Seseorang mendorong
meja, kuda menarik gerobak, dan tangan mengangkat buku, misalnya.
2) Gaya Magnet
Gaya yang dihasilkan magnet disebut gaya magnet. Benda logam akan
tertarik pada magnet. Magnesia, tempat orang Yunani menemukan sifat
magnet batuan yang dapat menarik logam, seperti magnet pada pintu lemari
es, besi pengumpul sampah, dan penutup kotak pensil. , dari sinilah kata
"magnet" berasal.
3) Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang timbul karena pengikisan dua benda. Gaya
yang mencegah suatu benda untuk terus bergerak disebut gaya gesek.
Kekasaran permukaan halus benda yang bergesekan berpengaruh pada
besarnya gaya gesekan. gaya gesek.Gaya gesek lebih kecil pada
permukaan yang lebih licin atau halus.Gaya gesek meningkat dengan
kekasaran permukaan.Misalnya, karet rem bergesekan dengan tepi seperti
dayung, amplas dengan kayu, dan ban kendaraan dengan permukaan
jalan .
4) Gaya Pegas
Gaya yang dihasilkan oleh benda elastis atau lentur dikenal sebagai gaya
pegas. Pegas, tali busur, dan tali untuk ketapel, misalnya.
5) Gaya Gravitasi
Gaya tarik yang berasal dari pusat bumi disebut gravitasi. Semua
benda, baik yang hidup maupun yang tidak hidup, ditarik ke arah pusat

51
bumi oleh gaya gravitasi. Semua benda di Bumi memiliki berat karena
tarikan gravitasi bumi. Istilah " gravitasi" mengacu pada gaya yang
diberikan suatu benda ke arah pusat bumi. Contoh: buah masak jatuh ke
tanah dan terjun payung dari pohon adalah contohnya. Tarikan gravitasi
bumi menyebabkan benda bergerak dan akhirnya jatuh ke tanah.
Semakin dekat benda ke tanah, jatuhnya akan semakin cepat. Efek
gravitasi pada objek berlanjut setelah mencapai tanah, menjaganya tetap
di tempatnya. Semua benda, hidup dan mati, akan melayang di angkasa
karena tidak ada gravitasi.
Gaya dapat menyebabkan benda bergerak, gaya dapat menambah
kecepatan benda, dan gaya dapat mengurangi kecepatan benda. Gaya
dapat menyebabkan kedudukan benda berubah atau gaya dapat
menyebabkan benda yang tadinya diam menjadi bergerak.
1) Gaya Menggerakkan Benda Diam
Gaya yang diberikan pada benda diam akan menyebabkan benda
tersebut bergerak. Menendang bola, misalnya, akan mengangkatnya ke
udara. Mendorong lemari akan menyebabkannya bergerak. Jika kita
mengayuh sepeda, sepeda akan berjalan .Jika kita melemparnya, dia
akan bergerak.
2) Gaya membuat benda bergerak diam
Contoh benda bergerak antara lain kelereng yang menggelinding,
sepeda yang dikayuh, dan sepeda motor. Jika diberi gaya, benda yang
bergerak dapat berhenti. Jika sepeda direm maka akan berhenti
bergerak. Jika sepeda motor direm , kelereng akan berhenti bergerak.
Jika kita memegang kelereng dengan tangan atau kaki, kelereng akan
berhenti menggelinding. Untuk menghentikan sepeda motor dan
sepeda, gaya digunakan untuk menghentikan kelereng. Selain itu,
memegang kelereng dengan tangan memberikan gaya, yang dapat
menyebabkan benda bergerak menjadi diam
3) Gaya Mengubah Kecepatan Benda

52
Jika kita amati, kecepatan mobil yang bergerak tidak akan sama.
Kita bisa melihatnya pada spidometer. Gerak mobil terkadang cepat dan
terkadang lambat. Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak
gasnya, akibatnya mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada
mobil yang lain didepannya, pengemudi akan menginjak rem.
Akibatnya, laju mobil akan melambat. Injakan gas dan injakan rem
termasuk bentuk gaya. Oleh karena itu, gaya dapat mempengaruhi
kecepatan benda.

4) Gaya mengubah gerak benda


Sepeda dapat dibelokkan ke segala arah yang diinginkan selain
berjalan lurus. Kita cukup memutar setang jika ingin sepeda
bergerak ke arah yang berbeda. Akibatnya, arah sepeda akan
bergeser. Begitu pula berlaku untuk pemain bola.Bola tidak hanya
bergerak satu arah.Namun, gerak bola tidak bisa begitu saja
mengubah arah.Pemain bola harus mengubah arah gerak
bola.Dengan menyundul atau menendang bola, Anda mencapai
ini.Bentuk gaya adalah memutar sepeda dan bola. Akibatnya, gaya
memiliki kemampuan untuk mengubah arah gerak benda.
5) Gaya Mengubah Bentuk Benda
Karet gelang yang semula berbentuk lingkaran hingga ditarik,
berubah bentuk saat mengalami gaya. Kayu yang awalnya berbentuk
seperti batang kayu dapat dibentuk menjadi berbagai macam bentuk.
Mobil mainan, patung, meja, kursi, dan barang lainnya berlimpah
ruah .Bentuk gaya termasuk tarikan karet gelang dan ukiran
kayu.Dengan demikian, ditunjukkan bahwa gaya dapat mengubah
bentuk suatu benda.
6) Gaya Mempengaruhi Keadaan Benda di dalam Air
Di dalam air terdapat suatu gaya yang disebut gaya vertikal. Benda
di permukaan mengapung akibat gaya ini. Gaya tekanan ke atas akan
diterapkan pada benda yang masuk ke dalam air, menyebabkan benda

53
tersebut muncul kembali di permukaan. Kita berenang di atas permukaan
air. permukaan air daripada dasar kolam karena hal ini. Namun, luas
permukaan benda berdampak pada gaya tekanan ke atas. Benda yang lebar
mengalami gaya ke atas yang cukup besar. Akibatnya benda akan
tenggelam. Ketika dibuang ke air, batu tenggelam karenanya. Hal ini
disebabkan kecilnya luas permukaan batuan. Kondisi benda di dalam air
dipengaruhi oleh gaya tarik vertikal dan berat benda.Jika gaya tekan ke
atas lebih besar dari berat benda, maka benda akan terapung.
a) Benda akan terapung jika gaya ke atas sama dengan beratnya.
b) Benda akan tenggelam jika gaya ke atas lebih kecil dari beratnya.
D. Metode Demonstrasi
Demonstrasi berarti pertunjukan atau peragaan. Dalam pembelajaran,
menggunakan metode demonstrasi dilakukan dengan menunjukan sesuatu
proses yang berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan
baik oleh guru maupun orang luar yang diundang ke kelas. Proses yang
didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya (Kudisiah, 2018).
Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan
atau prosedur yang dilakukan. Metode demonstrasi merupakan metode
mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara
langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya
secara proses. Melalui metode demonstrasi, guru memperlihatkan suatu
proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan
pengetahuan yang sudah di terima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada
cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah (Masitoh dkk,
2019).
Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada peserta didik.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan
oleh guru atau peserta didik itu sendiri. Peran penggunaan metode

54
demonstrasi mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan
oleh pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses
belajar hendaknya dipilih metode yang benar-benar efektif dan efisien atau
merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan
pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari peserta didik.
Menurut Sanjaya (2010), metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertujukan kepada
peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi
tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran peserta didik hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi
demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Menurut Winata (2016), kelebihan metode demonstrasi antara lain :
1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari,
sebab peserta didik disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran
yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab peserta didik tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan anatara teori dan kenyataan.
Dengan demikian peserta didik akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.
Sedangkan kelemahan dari Metode Demonstrasi yaitu :
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab
tanpa persiapan yang memadai demonstrasi yang memadai demonstrasi
bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan
yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

55
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode demonstrasi
dengan cara mendemonstrasikan, memperagakan dan mempertunjukkan
kepada peserta didik tentang macam-macam gaya. Penulis juga meminta
beberapa peserta didik untuk mempraktekkan di depan kelas tentang
pengaruh gaya terhadap suatu benda.

E. Media Benda Konkret


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah yang
secara harfiah berarti “tengah”, perantara atau pengantara. menurut Gerlach
secara umum media (pembelajaran) itu meliputi orang, bahan, peralatan atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sependapat dengan
Gerlach, Gagne juga menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
berbagai komponen yang ada dalam lingkungan peserta didik yang dapat
merangsangnya untuk belajar (Sanjaya, 2012).
Fungsi utama media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakan oleh guru. Levie Lentz mengemukakan empat fungsi media
pengajaran, yaitu:
a. Fungsi Atensi, yaitu menarik perhatian peserta didik untuk
berkonsentrasi pada isi pelajaran yang ditampilkan
b. Fungsi Afektif, yaitu media dapat menggugah emosi dan sikap peserta
didik, dan peserta didik dapat menikmati pembelajaran
c. Fungsi Kognitif, yaitu media memperlancar pencapaian tujuan untuk
memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di
dalamnya
d. Fungsi Kompensatoris, yaitu media mengakomodasi peserta didik yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks/verbal (Supardi, 2017).

56
Media pada intinya yaitu sarana untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi dan memudahkan peserta didik dalam memahami
materi yang disampaikan guru. Penggunaan media dalam pembelajaran bisa
diciptakan oleh peserta didik maupun guru dengan bahan seadanya, misal
dengan menggunakan barang-barang bekas, barang yang ada di sekitar
lingkungan sekolah maupun menggunakan lingkungan itu sendiri sebagai
media pembelajaran.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konkret yaitu
nyata, benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, dapat diraba, dsb). Jadi,
media konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju tercapainya
tujuan yang diharapkan. Selain itu, definisi lain dari media benda Konkret
adalah objek yang sesungguhnya yang akan memberikan rangsangan yang
amat penting bagi peserta didik dalam mempelajari berbagai hal, terutama
yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu (Riyana dkk, 2020).
Media konkret merupakan alat bantu yang paling mudah
penggunaannya karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung
menggunakannya. Benda-benda konkret itu sendiri dapat diperoleh di
sekitar kita misalnya batu, daun kering, kelereng, buku, pensil, meja, sepatu,
kaos kaki, sapu tangan, sendok, piring, dan lain-lain. Anak-anak akan
mendapatkan banyak informasi dengan adanya interaksi dengan obyek
nyata dan menarik, sehingga pemahaman anak akan lebih mudah terbentuk.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
benda konkret ini merupakan benda atau media sebenarnya yang membantu
pengalaman nyata peserta didik. Pengalaman nyata atau pengalaman
langsung adalah pengalaman yang diperoleh peserta didik sebagai hasil dari
aktivitas sendiri. Peserta didik mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu
yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Peserta didik berhubungan
langsung dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan

57
perantara. Karena pengalaman langsung inilah maka ada kecenderungan
hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tinggi.
Kelebihan dan kelemahan media benda Konkret antara lain :
a. Kelebihan media benda konkret:
1) membangkitkan gagasan atau konsep konseptual sehingga
mengurangi kesalahpahaman siswa terhadapnya;
2) menumbuhkan minat siswa terhadap materi pelajaran
3) memberikan pengalaman dunia nyata yang mendorong aktivitas
diri siswa
4) mengembangkan cara berpikir yang berkelanjutan; dan
5) memberikan pengalaman yang sulit diperoleh melalui materi
lain dan membuat proses pembelajaran menjadi kaya dan
bervariasi.
b. Kelemahan benda konkret
1) Ada risiko yang terkait dengan membawa siswa ke berbagai lokasi di
luar sekolah, seperti kecelakaan, dan
2) biaya yang terkait dengan perolehan berbagai benda beton tinggi dan
dapat menyebabkan kerusakan saat digunakan (Khoiri, 2014).
Kelemahan di atas dapat diatasi dengan cara menggunakan media
benda Konkret yang ada di sekitar sekolah untuk dapat dijadikan sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran, dan disesuaikan dengan materi
pembelajaran serta tetap berusaha membawa benda nyata ke dalam kelas
yang berguna untuk menjelaskan materi dalam kelas. Dari uraian tersebut
dapat ditegaskan bahwa penggunaan media Konkret atau nyata pada saat
proses pembelajaran berlangsung akan lebih baik daripada hanya
berceramah atau menggunakan metode konvensional saja. Karena dengan
adanya media pembelajaran dapat membantu untuk memperjelas maksud
yang kita sampaikan dan merangsang peserta didik untuk belajar. Sehingga,
dengan penggunaan media benda Konkret tersebut peserta didik menjadi
lebih giat lagi dalam belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi
yang sama tentang konsep yang dipelajari.

58
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan benda konkret yang ada
di sekitar lingkungan sekolah dan mudah untuk ditemukan oleh peserta
didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat dengan mudah menyerap
materi karena sudah mengenal benda-benda yang digunakan dalam
pembelajaran ini. Benda-benda Konkret tersebut antara lain meja, kursi,
bola, plastisin, kotak kapur, dan ketapel.

F. Penelitian Tindakan Kelas


Hardjodipuro mengatakan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru
untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik
tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK mendorong guru untuk berani
bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi
mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya
secara professional (Yusuf, 2021). Menurut O’Brien (dalam Mulyatiningsih,
2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika
sekelompok orang (peserta didik) diidentifikasi permasalahannya, kemudian
peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya.
Menurut Kusumah (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan
cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Penelitian
tindakan kelas (PTK) mempunyai peranan penting dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran. Terdapat tiga unsur dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Sehingga secara
sederhana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai suatu
tindakan penelitian yang dilakukan di dalam suatu lingkungan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif

59
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang
dilaksanakan oleh guru yang diharapkan dampaknya tidak ada lagi
permasalahan di dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Pada akhirnya
proses belajar peserta didik diharapkan akan berjalan lebih baik dan guru
mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang lebih baik, sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya serta tujuan dari
pembelajaran bisa tercapai.
Dalam Penelitian ini peneliti memutuskan untuk memilih judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Materi Gaya Melalui Metode
Demonstrasi Menggunakan Media Benda Konkret Pada Peserta Didik Kelas
IV SDN Kesilir 04 Wuluhan”. Pemilihan judul ini disebabkan karena hasil
belajar peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan pada pembelajaran
IPA dalam Penilaian Tengah Semester yang dilakukan oleh guru pada awal
semester genap tahun pelajaran 2022/2023 sebagian besar peserta didik
mendapat nilai di bawah KKM 70. Dari 29 peserta didik kelas IV SDN
Kesilir 04 Wuluhan, 18 peserta didik mendapat nilai di bawah KKM,
sedangkan yang mendapatkan nilai di atas KKM hanya 11 peserta didik.

60
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu penelitian, Pihak yang Membantu


Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Desa
Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2022/2023.
Jumlah peserta didik sebanyak 29 peserta didik, 13 orang laki-laki dan 16
orang perempuan. Dengan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada
pokok bahasan Gaya.
Penelitian dilaksanakan mulai pada 7 Oktober 2022 sampai dengan 10
Oktober 2022. Yang terdiri dari penyusun proposal, menyusun instrumen,
mengumpulkan data di lapangan, menganalisis data, pembahasan hasil
analisis dan terakhir adalah menyusun hasil penelitian perbaikan
pembelajaran, jadwal perbaikan pembelajaran selengkapnya disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No Mata Pelajaran Siklus Hari/Tanggal
1 IPA Siklus I Kamis, 7 Oktober 2022
2 IPA Siklus II Senin, 10 Oktober 2022
Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
pihak lain, yaitu :
1. Bapak Seger Efendi,S.Ag,M.Pd selaku tutor pembimbing Mata Kuliah
PKP sekaligus Supervisor 1
2. Ibu Indahyani, S.Pd selaku Kepala SDN Kesilir 04.
3. Ibu Faridah Mariana, S.Pd selaku teman sejawat penulis di SDN Kesilir 04
dan Supervisor 2.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Karakteristik Peserta didik


Perbaikan pembelajaran ini disusun dengan menerapkan model
penelitian tindakan kelas oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Model penelitian
tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart terdiri atas tiga tahapan

61
penting yang harus dilaksanakan yakni perencanaan (plan), tindakan (act)
dan pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Bagan model perbaikan
pembelajaran yang digunakan sebagai berikut.

Gambar 3.1. Model PTK oleh Kemmis & Mc. Taggart (2002:278)

Berdasarkan Model penelitian Tidakan Kelas oleh Kemmis & Mc.


Taggart, penjelasan siklus I dan II sebagai berikut:
1. Siklus I
Perbaikan pembelajaran dimulai dari siklus I dengan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang diantaranya buku
paket kelas IV mata pelajaran IPAS, dan lembar kerja peserta didik.
b. Tindakan

62
Perbaikan tindakan direncanakan pada hari Jumat tanggal 7
Oktober 2022. Tindakan yang dilakukan adalah membagi kegiatan
pembelajaran menjadi 3 bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Adapun kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Memberikan salam dan mengajak semua peserta didik untuk
berdoa bersama-sama sesuai agamanya masing-masing.
2) Mengisi daftar hadir kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
3) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai Gaya.
2) Peserta didik diarahkan untuk melakukan pengamatan terhadap
contoh gambar berbagai bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap
benda.
3) Peserta didik mengisi lembar pengamatan yang disediakan
4) Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang materi
bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap benda.
Kegiatan Akhir
1) Guru dan peserta didik membuat kesimpulan hasil belajar.
2) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar hari ini.
3) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
c. Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan terhadap guru dan peserta didik pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Untuk pengamatan guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran digunakan lembar
Alat Penailaian Kemampuan Guru (APKG). APKG 1 berkenaan dengan
penelitian perencanaan pembelajaran (RPP) sedangkan APKG 2
berkenaan dengan penelitian pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan

63
kedua hal tersebut dilakukan oleh teman sejawat penulis SDN Kesilir
04 yakni Ibu Faridah Mariana, S.Pd.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi ini, penulis melakukan analisis data terhadap
semua data yang didapatkan selama pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Hasil yang didapatkan pada kegiatan ini dijadikan
sumber bagi tindakan selanjutnya, yaitu dalam rangka memperbaiki,
menyempurnakan dan meninggalkan kebiasaan yang kurang baik dalam
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan
pemahaman peserta didik dalam pembelajaran.
2. Siklus II
Perbaikan pembelajaran selanjutnya adalah siklus II. Siklus II
merupakan kegiatan perbaikan pembelajaran dari siklus I yang telah di
observasi. Adapun kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, penulis mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang diantaranya yaitu:
buku paket kelas IV mata pelajaran IPAS, benda konkret di sekitar
kelas dan lembar kerja peserta didik.
b. Tindakan
Perbaikan tindakan direncanakan pada hari Senin, 10 Oktober
2022. Tindakan yang dilakukan adalah membagi kegiatan pembelajaran
menjadi 3 bagian yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Adapun kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut:
Kegiatan Awal
1) Memberikan salam dan mengajak semua peserta didik untuk
berdoa bersama-sama sesuai agamanya masing-masing.
2) Mengisi daftar hadir kelas, menyiapkan fasilitas dan sumber
belajar.
3) Mengadakan apersepsi dengan tanya jawab yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas.

64
4) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
1) Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai Gaya.
2) Peserta didik diarahkan untuk melakukan demonstrasi secara
langsung tentang berbagai bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap
benda menggunakan benda di sekitar kelas.
3) Peserta didik mengisi lembar pengamatan yang disediakan
4) Guru dan peserta didik melakukan tanya jawab tentang materi
bentuk gaya dan pengaruhnya terhadap benda.
Kegiatan Akhir
1) Guru dan peserta didik membuat kesimpulan.
2) Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar hari ini.
3) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam
c. Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan terhadap guru dan juga peserta didik pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk pengamatan guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran digunakan lembar
Alat Penailaian Kemampuan Guru (APKG). APKG 1 berkenaan dengan
penelitian perencanaan pembelajaran (RPP) sedangkan APKG 2
berkenaan dengan penelitian pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan
kedua hal tersebut dilakukan oleh teman sejawat penulis SDN Kesilir
04 yakni Ibu Faridah Mariana, S.Pd. Kegiatan observasi ini dilakukan
dengan tujuan memperoleh penilaian dan perbaikan dari kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus II.
d. Refleksi
Setelah melakukan observasi dan tes yang diolah, dapat
diperoleh data yang dapat dianalisis untuk menjawab rumusan masalah
yang menjadi fokus penelitian penulis.

C. Teknik Analisis Data

65
Dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan dua jenis data, yaitu :
1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar peserta didik) yang dianalisis secara
deskriptif. Dalam hal ini penulis menggunakanan analisis statistik
deskriptif, berupa nilai rata-rata. Ketuntasan belajar setiap indikator yang
merupakan penjabaran dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-
100%. Menurut Rahayu (2019) kriteria ideal ketuntasan untuk masing-
masing indikator adalah 75%.
2. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
memberikan gambaran tentang ekspresi peserta didik tingkat pemahaman
terhadap suatu mata pelajaran dan dianalisis secara kualitatif..
Teknik Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan
peneliti antara lain :
1. Tes, dipergunakan untuk mendapatkan data hasil belajar peserta didik.
2. Observasi, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
peserta didik dalam pembelajaran dan implementasi pembelajaran
dengan menerapkan metode demonstrasi menggunakan media benda
konkret
3. Diskusi antara guru dan supervisor 2 untuk refleksi hasil siklus penelitian
tindakan kelas.
Alat Pengumpulan Data Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan
peneliti antara lain :
1. Tes, menggunakan 25 butir soal untuk mengukur hasil belajar peserta
didik.
2. Observasi, menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar IPA.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Nilai keberhasilan peserta didik berdasarkan tes akhir siklus dikatakan
meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat sudah mencapai
KKM dengan kriteria 75% dari total peserta didik dalam kelas.
2. Aktivitas belajar peserta didik dikatakan meningkat apabila dalam proses
pembelajaran terlihat adanya peningkatan keaktifan peserta didik.

66
3. Prosentase hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus
1 ke siklus berikutnya dengan Kriteria ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar 70.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dari hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru bersama
dengan teman sejawat diperoleh bahwa hasil belajar peserta didik
mengalami peningkatan setiap siklus. Hal ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini. 80 75.58
70
60
50.89
50
40 37.86

30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.1. Nilai Rata-Rata Peserta didik Selama Perbaikan


Pembelajaran
Dari gambar 4.1 di atas terlihat bahwa melalui penerapan media
pembelajaran menggunakan benda konkret dalam demonstrasi serta latihan
soal-soal yang cukup terhadap peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 yang
sudah dilaksanakan oleh guru, maka diperoleh nilai rata-rata hasil belajar
peserta didik meningkat. Dari proses perbaikan pembelajaran mulai dari
siklus I sampai siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat, yakni
mencapai 75,58. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pemahaman dan penguasaan materi oleh peserta didik.
Adapun persentase peningkatan Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang
dilakukan selama perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil tes tertulis

67
terhadap 29 orang peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 (nilai evaluasi
terlampir) adalah sebagai berikut.

100
89.65
90
80
70
60
presentase

50
40
30 20.68
20 10.34
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.2. Persentase Kenaikan Ketuntasan Belajar Peserta didik

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa pada siklus I dari 29 peserta didik, 20,68 %
peserta didik sudah mencapai KKM yakni memperoleh nilai 70 keatas
sedangkan yang belum berhasil mencapai nilai nilai 70 sebanyak 79,32%.
Tetapi jumlah peserta didik yang mencapai KKM meningkat tinggi pada siklus
II, yakni 93,10%. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran guru sudah
melibatkan peserta didik secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik dengan cepat memahami materi yang diberikan. Guru
juga lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang konkret kepada peserta
didik.
Berikut ini adalah hasil observasi terhadap 29 peserta didik kelas IV SDN
Kesilir 04 yang aktif dalam pembelajaran pada saat perbaikan pembelajaran
berlangsung.

68
100
89.25
90
80
70
60

persentase
51.72
50 41.37
40
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.3 Persentase Keaktifan Peserta didik dalam Proses Pembelajar


Gambar di atas menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan
yang signifikan terhadap keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, yakni
89,25% peserta didik bisa menjawab benar dan aktif dalam tanya jawab dengan
guru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi peserta didik untuk
melakukan tanya jawab dan aktif dalam pembelajaran mengalami peningkatan
yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil tes tertulis yang diberikan guru pada siklus I, masih ada
peserta didik yang belum menguasai materi dengan baik yaitu sebanyak 23
orang atau 79,32 %. Hasil yang lebih baik dapat dilihat pada siklus II dimana
dari 29 peserta didik terdapat 3 peserta didik yang belum bisa mencapai nilai
70 atau sebesar 10,35%. Sedangkan peserta didik sudah tuntas dalam belajar
atau sebesar 89,65%. Dengan kata lain, nilai rata-rata yang diperoleh peserta
didik pada mata pelajaran normal hanya 37,86. Namun pada siklus I diperoleh
nilai 50,89 dan pada siklus II diperoleh nilai 75,58. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa terdapat peningkatan nilai yang lebih baik pada siklus II.
Perkembangan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan benda konkret melalui metode demonstrasi dapat disajikan
dalam tabel dan grafik perolehan nilai rata-rata kelas.
Tabel. 4.1 Nilai terendah, Nilai tertinggi dan rata-rata kelas
Perolehan Nilai Peserta
No Catatan Prestasi Pra Siklus didik
Siklus I Siklus II
1. Nilai terendah 32 24 60

69
2. Nilai tertinggi 78 76 92
3. Nilai rata-rata kelas 37.86 50.89 75.58

100 92
90
78 76 75.58
80
70
60
60
50.89
50
37.86
40 32
30 24
20
10
0
Prasiklus Siklus I Siklus II

Nilai teredah Nilai tertinggi Nilai rata-rata

Gambar 4.4 Perolehan nilai per siklus


Dari aspek sikap peserta didik dalam memahami materi maupun kegiatan
pembelajaran juga terdapat perubahan karena pembelajaran melalui
pengalaman kongkrit memudahkan peserta didik dalam memahami materi
yang diberikan dan soal-soal latihan juga diberikan secara merata/bergilir
menjadikan peserta didik lebih berani. Pemberian kesempatan kepada peserta
didik untuk mengoreksi dan mengomentari hasil pekerjaaan temannya juga
dapat merangsang keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Adapun dari
segi aktivitas peserta didik dalam belajar juga mengalami peningkatan dan
prestasi belajar peserta didik pun menjadi semakin lebih baik. Peserta didik
semakin aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru dan tugas-tugas yang
diberikan dapat dikerjakan dengan benar.
Hasil refleksi dan observasi menunjukkan bahwa pada siklus I dalam diri
peserta didik tumbuh kemampuan untuk menemukan suatu cara dalam
menyelesaikan masalah. Masalah yang terjadi pada siklus I adalah kurangnya
keseriusan anak-anak dalam mengerjakan LKS, karena metode demonstrasi
dengan benda konkret ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Masalah
pada siklus I ini diperbaiki pada siklus II dengan cara mengkondisikan proses

70
demonstrasi secara lebih maksimal dengan melibatkan teman sejawat. Pada
siklus II, peserta didik lebih teratur karena mereka terlibat secara langsung
dalam pembelajaran, yakni guru lebih melibatkan peserta didik dalam proses
demonstrasi. Pengetahuan itu akan lebih tersimpan lama di ingatannya.
Berdasarkan data observasi peneliti maupun data kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan
media benda konkret melalui metode demontrasi dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik dan keaktifan mereka dalam proses belajar.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penulis menggunakan beberapa penelitian sebagai referensi untuk
memperkaya bahan penelitian penulis. Yang pertama adalah skripsi yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Konkret terhadap Hasil Belajar
Peserta didik pada Mata Pelajaran Matematika Kelas II SDN Babelan Kota 06
Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi”. Skripsi ini memiliki kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yakni terdapat pada media.
Media yang digunakan pada penelitian adalah media konkret. Dari hasil
penelitian ini dapat diketahui bahwasanya rata-rata hasil belajar dengan
menggunakan media konkret saat pretest mendapatkan nilai minimum 24
sedangkan postest mendapatkan nilai minimum 56. Sedangkan rata-rata hasil
belajar tanpa menggunakan media konkret pada saat pretest mendapatkan
nilai minimum 24 dan saat postest mendapatkan nilai minimum 36.
Penelitian selanjutnya adalah skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik Pada Materi Sifat-sifat Cahaya Melalui Metode
Demonstrasi di Kelas V SDN 5 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo”. Dari penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan yaitu hasil
penelitian menunjukan hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Hal ini terlihat pada pembelajaran siklus I diperoleh data dari 34 orang
peserta didik. Peserta didik yang yang tuntas ada 21 orang peserta didik atau
61.77%. Sedangkan pada siklus II meningkat dimana peserta didik yang
sudah tuntas menjadi 31orang peserta didik atau 91.18%.

71
Dari hasil penelitian terdahulu di atas, terdapat kesimpulan yang sama
dengan hasil penelitian penulis. Hal ini dilhat dari perolehan nilai rata-rata
yang diperoleh peserta didik pada perbaikan pembelajaran dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik. Berdasarkan hasil analisis
data, pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pra
siklus. Akan tetapi, persentase kenaikan peserta didik tersebut masih belum
memuaskan hanya 13,03% dari 29 peserta didik. Hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain:
 Penjelasan guru yang masih monoton,
 Guru tidak memanfaatkan alat peraga dengan maksimal, hanya
menggunakan buku paket Tema 9,
 Pengelolaan kelas kurang sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan,
 Guru tidak mengaitkan materi dengan lingkungan belajar peserta didik,
 Guru kurang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Untuk memperbaiki hal-hal tersebut, maka pada siklus II dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
 Melibatkan peserta didik secara langsung dalam melakukan demonstrasi
dengan benda konkret yang ada disekitar peserta didik,
 Mengadakan tanya jawab untuk membahas materi pelajaran.
 Menggunakan media pembelajaran yang ada disekitar peserta didik dengan
maksimal,
Hal ini disebabkan karena penggunaan benda konkret/media pembelajaran
melalui metode pembelajaran demonstrasi sangat berperan dalam pencapaian
tujuan pembelajaran yang direncanakan guru. Belajar akan lebih bermakna
jika anak mengalami secara langsung apa yang dipelajarinya dan bisa
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di sekitar
peserta didik. Peserta didik dapat menghubungkan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan nyata mereka.
Pada proses perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Setelah dilakukan siklus II dengan

72
menggunakan media secara lebih maksimal dan penggunaan metode
demonstrasi dalam pembelajaran, peserta didik dapat memahami pelajaran
dengan mencapai KKM sebesar 89,65% dari 29 peserta didik mampu
memahami pelajaran dan mencapai KKM.
Dari hasil observasi juga ditemukan adanya peningkatan keaktifan peserta
didik yang signifikan pada siklus II. Hal ini disebabkan pada pembelajaran
menggunakan benda konkret melalui metode demostrasi, peserta didik diberi
kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya sendiri yang pada akhirnya
memotivasi mereka untuk aktif dalam pembelajaran. Guru juga bisa
mengelola kelas dengan lebih baik karena dapat menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara lebih maksimal.

73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan
hasil belajar IPA materi gaya melalui metode demonstrasi menggunakan
media benda konkret pada peserta didik kelas IV SDN Kesilir 04 Wuluhan
adalah dengan cara :
1. Pertama, guru melakukan pembukaan dalam mengawali pembelajaran
seperti biasa yaitu dengan salam, mengecek kehadiran peserta didik,
melakukan apersepsi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran dan
manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
2. Kedua, guru menjelaskan materi dan peserta didik diarahkan untuk
melakukan demonstrasi secara langsung tentang berbagai bentuk gaya
dan pengaruhnya terhadap benda menggunakan benda di sekitar kelas
dengan dibantu oleh guru.
3. Ketiga, guru melakukan kegiatan penutup yaitu dengan tanya jawab
tentang materi, evaluasi atau pemberian pekerjaan rumah.
B. Saran Tindak Lanjut
Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA sebagai berikut:
1. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan objek nyata
melalui metode demonstrasi dalam mengajar IPA pokok bahasan Gaya di
kelas IV SD agar prestasi belajar peserta didik dapat meningkat.
2. Berikan motivasi untuk menarik perhatian peserta didik sehingga peserta
didik lebih fokus terhadap pelajaran yang diberikan.
3. Kaitkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan pengalaman konkret
peserta didik agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
4. Libatkan peserta didik secara lebih aktif dalam setiap proses pembelajaran
melalui penerapan metode demonstrasi.
5. Lakukan refleksi diri setiap akhir pembelajaran untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran.

74
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. (2016). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Prenadamedia Group

ANDRIANTO, A. (2013). Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi


sifat-sifat cahaya melalui metode demonstrasi di kelas V SDN 5 Telaga
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, 1(151409486).

Anggraini, R. (2016). PENGARUH PENERAPAN MEDIA GAMBAR


FOTOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIKPADA
MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH
TARBIYAH ISLAMIYAH PALEMBANG (Doctoral dissertation, UIN
RADEN FATAH PALEMBANG).

Blupur, F. (2021). Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Ipa Peserta didik Kelas VI pada Materi Gaya dan Gerak di SDI
Habiratin. Indonesian Journal of Intellectual Publication, 1(3), 238-242.

Desmita, (2012) Psikologi Perkembangan Peserta Didik,(Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya), hlm. 8

Dinata, R. A. (2014). Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar


Terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Peserta didik Kelas XI Di
SMK Swasta Parulian 2 MEDAN Tahun Ajaran 2013/2014 (Doctoral
dissertation, UNIMED).

Khoiri, M. (2014, November). Pemahaman peserta didik pada konsep segiempat


berdasarkan teori van Hiele. In Prosiding Seminar Nasional Matematika,
Universitas Jember (Vol. 19).

75
Kunandar (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pers

Kurniawan, Deni. 2017. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, Dan


Penilaian). Bandung: Alfabeta

KUDISIAH, H. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Materi Gaya


Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Peserta didik Kelas IV SDN
Bedus Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 4(2), 195-202.

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h.162.

MAULIDAH, I. (2015). PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM


PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI MI MA’ARIF NU PENARUBAN
KECAMATAN BUKATEJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN
PELAJARAN 2014/2015 (Doctoral dissertation, IAIN Purwokerto).

Mulyatiningsih, E. (2011). Riset terapan bidang pendidikan dan teknik”.


Yogyakarta: UNY Press.

Nureva, Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Mind


Mapping dan Picture Mapping Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Peserta
didik Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Terampil, Vol. 4 No. 2, Oktober
2017, h. 158

76
Nurhasanah, dkk. 2014. Pengembangan Media Kijank (komik indonesia jawa)
Pembelajaran bahasa jawa kelas 5 Sekolah Dasar.
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jp2sd/article/view/2798/3467 diakses
pada tanggal 16 Mei 2022

Purwanti, S., & Latifah, S. (2019, August). Metode Quantum Teaching dalam
Pembelajaran IPA untuk Menumbuhkan Minat Belajar Sains Peserta didik
Sekolah Dasar. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAGELARAN
PENDIDIKAN DASAR NASIONAL (PPDN) 2019 (Vol. 1, No. 1, pp. 278-
282).

Putri, N. E., Nirwana, H., & Syahniar, S. (2019). Hubungan kondisi lingkungan
keluarga dengan hasil belajar peserta didik sekolah menengah atas. JPGI
(Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 3(2), 98-102.

Rahayu, L. D., & Kusuma, A. B. (2019). Peran pendidikan matematika di era


globalisasi. Prosiding Sendika, 5(1).

Riyana, S., Retnasari, L., & Supriyadi, A. (2020). Penggunaan Benda Konkret
sebagai Media untuk Meningkatkan Keterampilan Menghitung pada
Pembelajaran Tematik Peserta didik Kelas 1 Sekolah Dasar. Prosiding
Pendidikan Profresi Guru, 1623-1629.

Setiawan,dkk. (2021). Menjadi Pendidik Profesional (Vol. 1). umsu press.

Supardi, K. (2017). Media Visual dan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. JIPD


(Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar), 1(2), 160-171.

Winda Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,


(Jakarta,Kencana, 2010), h.152.

77
Winda Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pernada
Media Group, 2012), hlm.57

Yuliana, N. D., & Budianti, Y. (2015). Pengaruh penggunaan media konkret


terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika kelas
II Sekolah Dasar Negeri Babelan Kota 06 Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi. PEDAGOGIK (JURNAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR), 3(1),
34-40.

Yusuf, D. (2021). UPAYA GURU MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


PESERTA DIDIK MELALUI STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE
SHARING DAN MEDIA AUDIO VISUAL. Prosiding Pendidikan
Profesi Guru Agama Islam (PPGAI), 1(1), 2385-2392.

78

Anda mungkin juga menyukai