Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI


BELAJAR IPA SMP KELAS VII

Proposal Penelitian
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh :

SITI NURHASIDAH
NIM 150384205057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Agus 2013:18).

Di dalam buku Pembelajaran Akselerasi karangan Iif Khoiru Ahmadi (2011:6) ,

dkk terdapat opini Meir yang menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah

pembelajaran di sekolah yang antara lain adalah:

1. Materi ajar yang tidak bermakna

2. Belajar hanya berisi ceramah yang membosankan.

3. Guru hanya menyuapi (spoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang

bersifat superficial

4. Proses belajar bukan merupakan proses yang menyenangkan tapi malah

menakutkan.

Dalam pengalaman, penulis pun masih sering menjumpai beberapa

sekolah yang terdapat guru-guru yang masih menerapkan cara-cara

konvensional dalam belajar termasuk di sekolah SMPN 6 Tanjung pinang tempat

penulis melakukan observasi. Sedangkan dewasa ini siswa dituntut aktif dalam

pembelajaran, guru harus bersikap variatif dalam melaksanakan proses KBM agar

siswa tidak merasa jenuh dan pencapain tujuan pelajaran juga tidak menyentuh pada

ranah kognitif saja, melainkan juga kepada afektif dan psikomotorik.

Selain itu, seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan


teknologi semakin canggih, maka secara otomatis pola pikir masyarakat

berkembang dalam setiap aspek. Sehingga berpengaruh pula terhadap dunia

pendidikan karena dengan berkembangnya pola pikir masyarakat itu, dituntut

untuk adanya inovasi dalam bidang pendidikan, tidak tradisional lagi, yaitu

melaksanakan pembelajaran hanya dengan ceramah yang merupakan metode

dari zaman dahulu sampai sekarang. Inovasi yang disebutkan itu tidak terlepas

dari peran guru untuk melakukan inovasi cara belajar di kelas.

Seorang guru merupakan salah satu pemegang kendali generasi

bangsa, untuk itu guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang mampu mengembangkan suatu potensi yang terdapat di dalam diri

anak bangsa.

Selain itu juga, salah satu faktor yang ada di luar siswa adalah guru

profesional yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode

yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi

pelajaran, sehingga menghasilkan capaian yang lebik baik. Dalam penggunaan

metode pembelajaran harus bervariasi sehingga siswa tidak bosan dalam

pembelajaran. Penggunaan metode dalam pembelajaran juga tidak boleh

monoton. Dalam proses KBM kadang dijumpai guru yang tidak

mengindahkan metode pembelajaran dalam pelaksanaannya. Guru tidak

sistematis dalam menyampaikan materi sehingga siswa kurang mampu

menyerap materi secara maksimal. Pemilihan metode berkaitan langsung

dengan usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan

situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara

optimal. Dan selain itu, guru juga sebagai pendidik, yang tidak hanya berperan

sebagai
pengajar yang transfer of knowledge, tetapi juga pendidik yang transfer of

values. Dalam penelitian di sini yaitu dengan metode discovery learning ini

fokus penelitian saya adalah kepada prestasi belajar siswa, akan tetapi sangat

diharapkan juga dapat menyentuh nilai pendidikannya bukan hanya

pengetahuan pendidikannya saja. Dalam penulisan ini, tujuan pendidikan yang akan

diteliti itu memang dalam ranah kognitif atau yang biasa disebut hasil belajar atau

nilai belajar. Karena hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah

melakukan

kegiatan Belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seseorang siswa untuk

mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang sudah diajarkan. siswa.5

Dan menurut Gunarso (2011:57) mengartikan bahwa hasil belajar

adalah suatu hasil yang dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya baik

berupa angka maupun huruf serta tindakan.

Oleh karena itu, penulis menganggap kirannya penting pula untuk

meneliti hasil belajar dari segi penilaian berupa angka atau nilai tes, karena

walau bagaimanapun penilaian ini juga merupakan hal sangat yang penting

dalam pembelajaran di sekolah, penelitian ini penulis beri judul “Penerapan

Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Meningkatkan Prestasi

Belajar IPA SMP Kelas VII”

B. Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, serta harapan penulis yang

dengan menggunakan model Discovery Learning dalam proses KBM

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari sebelumnya,

maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:


a. Penggunaan metode pembelajaran dengan ceramah kurang memotivasi siswa

untuk belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi prestasi belajar siswa.

b. Model Discovery Learning dalam mata pelajaran IPA masih kurang

penerapannya

c. Faktor dari luar diri yang mempengaruhi hasil belajar siswa salah satunya

adalah pemilihan strategi pembelajaran dan proses pembelajaran yang

dilaksanakan.

2. Pembatasan Masalah

Dan dari identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

pembahasan yang akan dikaji, yaitu:

a. Menyangkut bagaimana proses perencanaan, dan bagaimana penerapannya

serta apa saja hambatan dalam penggunaan model discovery learning pada

mata pelajaran IPA sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Para Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas VII di SMPN 6 Tanjungpinang

c. Materi pelajaran IPA yang akan diteliti adalah materi Kelas VII

mengenai “Klasifikasi Makhluk Hidup”

C. Rumusan Masalah

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran

discovery learning pada pembelajaran IPA siswa kelas VII di SMPN 6

Tanjungpinang.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dari hasil penelitian ini, dapat didapat manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi IPA


b. Dengan penerapan metode ini diharapkan mampu membuat siswa lebih aktif

dalam proses pembelajaran.

c. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari yang sebelumnya

2. Bagi guru

a. Dapat memacu para guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas pengelolaan

kelas dalam proses pembelajaran

b. Membuat para guru untuk senantiasa mencipatakan suasana belajar yang aktif,

kreatif, dan menyenangkan.

c. Dapat menjadi referensi sekaligus solusi bagi para guru yang sedang

mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Dapat memajukan dan meningkatkan prestasi dan mutu sekolah.

Serta dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan pemikiran yang

dapat dijadikan bahan perbandingan atau acuan bagi sekolah atau

lembaga-lembaga lain dalam mengembangkan segala hal yang berkaitan

dengan pendidikan khususnya dalam pengajaran dan keguruan.


BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar

a. Pengertian dan Tujuan Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

pengalaman atau latihan (Alisuf 2011:55). Selain itu juga belajar dapat diartikan

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatakan proses kognitif (Muhibin 2012:92-93). Dalam definisi lain

menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya (Slameto 2013:23).

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyeluruh, yang

berbeda dari tingkah laku sebelumnya melalui usaha nyata, dan

perubahan itu cenderung menetap atau tidak mudah hilang. Perubahan

tingkah laku yang dimaksud menyeluruh itu adalah perubahan mulai

dari pengetahuan atapun sikap nyatanya. Sehingga dengan kata lain,

apabila seseorang yang belajar dan tidak mengalami perubahan dari


segi pengetahuan ataupun sikapnya maka dapat dikatakan orang itu

tidak belajar.

Dari definisi belajar, belajar itu merupakan suatu usaha nyata

yang menimbulkan perubahan, dengannya dapat dipastikan bahwa belajar itu

memiliki tujuan. Dalam buku Psikologi Pendidikan Bapak

Drs. Alisuf Sabri dipaparkan beberapa tujuan dari belajar menurut

Taksonomi Bloom, bahwa pencapaian pada ranah yuang mencakup

kognitif (Pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor

(keterampilan).

Menurut winarno Surachmad, tujuan belaajr di sekolah itu ditujukan untuk

mencapai (Sabri 2012:34)

1) Pengumpulan pengetahuan

2) Penanaman konsep dan kecekatan.keterampilan

3) Pembentukan sikap dan perbuatan

b. Ciri-Ciri Belajar

Dari pengertian yang telah penulis paparkan sebelumnya, belajar

adalah merupakan suatu kegiatan dan suatu kegiatan itu dapat

diidentifikasikan dengan ciri – ciri sebagai berikut (Sabri 2012:35)

1) Suatu kegiatan atau aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

yang belajar baik aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkan kemampuan baru yang

berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan,

3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja)


c. Pengertian Prestasi Belajar

Satu hal penting dalam rangkaian proses belajar mengajar

adalah mengetahui seberapa jauh kemajuan atau prestasi peserta

didik. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu Prestasi

dan belajar. Meskipun demikian kedua kata tersebut saling

berhubungan antara satu dengan yang lain. Beberapa ahli sepakat

bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan. Hasil yang dimaksud adalah

hasil yang memiliki ukuran atau nilai. Berikut ini merupakan

pendapat para ahli dalam memahami kata prestasi yaitu:

1) WJS Poerdarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah

dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).

2) Masud Khasan Abu Qodar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil

pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

3) Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberi pengertian prestasi adalah

penilaian pendidikan tentang perkembangan kemajuan murid yang berkenaan

dengan penguasaan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum (Nelly

2011:49).

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai

dari suatu kegiatan berupa penilaian terhadap proses yang telah

dilalui. Dimana di dalam pendidikan, prestasi merupakan hasil dari

pemahaman yang didapat serta penguasaan nilai-nilai yang terdapat

dalam kurikulum. Sehingga prestasi dapat diukur dengan nilai yang

didapat dari pengadaan tes maupun evaluasi belajar.


Sedangkan definisi belajar sebagaimana yang telah dijelaskan di

atas, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh perubahan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik

sebagai hasil dari pengalaman seseorang berinteraksi dengan

lingkungannya.

Prestasi belajar secara umum berarti suatu hasil yang dicapai

dengan perubahan tingkah laku yaitu melalui proses membandingkan

pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang diamati oleh siswa

dalam bentuk angka yang bersangkutan dan hasil evaluasi dari

berbagai aspek pendidikan baik aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kata prestasi

pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas.

Sedangkan belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan

yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yaitu perubahan

tingkah laku. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan prilaku individu sebagai

hasil dari aktivitas belajar.

d. Aspek-aspek yang mempengaruhi prestasi belajar

Belajar sebagai suatu aktivitas tidak terlepas dari berbagai faktor

yang mempengaruhi proses aktivitas tersebut. Faktor-faktor ini akan

menunjang berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai

hasil yang optimal. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh

dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) yaitu faktor

fisiologis dan faktor psikologis. Dan faktor yang datang dari luar diri siswa

yaitu faktor sosial dan non sosial.


1) Faktor Internal

a) Faktor Fisiologis : Faktor fisiologis mempunyai pengaruh yang

besar terhadap prestasi belajar siswa, sekurang-kurangnya terdapat

dua faktor yang masuk kedalam faktor fisiologis ini, yaitu:

Pertama, Kesehatan. Sehat berarti baik seluruh anggota badan

beserta bagian- bagiannya bebas dari penyakit. Dalam proses

belajar, siswa akan merasa terganggu jika kesehatannya terganggu,

sehingga dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya, dan

mengurangi semangatnya untuk belajar. Karena itu pemeliharaan

kesehatan sangatlah penting bagi setiap orang baik jasmani maupun

rohani agar badan tetap kuat, fikiran selalu segar dan fokus serta

bersemangat dalam belajarnya. Kedua, Cacat Tubuh. Cacat tubuh

adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai anggota tubuh atau badan, misalnya buta, tuli

lumpuh dan lain sebagainya. Cacat tubuh sangat mempengaruhi

prestasi belajar, karena apabila salah satu anggota badan dalam keaadan

lemah atau kurang baik, maka segala yang diajarkan olehguru tidak akan

diterina dengan baik pula.

b) Faktor Psikologis : Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan

maupun yang dapat diperoleh seperti minat, bakat, intelegensi,

motivasi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,

ingatan berfikir dan kemampuan dasar bahan pengetahuan (bahan

appersepsi) yang dimilikinya (Masutro 2014:19)

Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil

belajar. Seperti dikemukakan Clark “bahwa hasil belajar siswa di


sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan” (Nana 2010:39).

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Sosial : Faktor sosial adalah faktor yang menyangkut

hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi

sosial. Yang termasuk kedalam faktor ini adalah keluarga,

lingkungan sekolah, teman bermain dan masyarakat.

b) Faktor non Sosial : Faktor non sosial dapat diartikan sebagai faktor

lingkungan yang bukan sosial, antara lain lingkungan alam dan

lingkungan fisik seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas

belajar, dan buku-buku sumber lainnya (Masutro 2014:20).

Dengan demikian, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa dapat disimpulkan menjadi dua faktor secara

garis besar, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa dan faktor

yang datang dari luar diri siswa. Faktor-faktor tersebut sebagian

besarnya menunjang prestasi belajar siswa, tetapi adakalanya dapat

menghambat prestasi belajar siswa.

e. Indikator Prestasi Belajar

Idealnya pengungkapan hasil belajar meliputi segenap ranah

psikologi yang mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman

dan

proses belajar siswa.. akan tetapi pengungkapan perubahan tingkah laku

dari seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa (afektif), sangat sulit untuk
diraba, hal ini di sebabkan karena perubahan hasil belajar itu ada yang

bersifat intangible (tak dapat diraba). Adapun yang dapat dijadikan kunci

pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar peserta didik

sebagaimana yang dijelaskan di atas adalah dengan cara mengetahui

indikator-indikator yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak

diukur atau diungkapkan (Muhibin 2012:34) Selanjutnya agar

pemahaman akan penjelasan di atas mengenai indikator prestasi belajar

lebih mendalam dan memudahkan kita dalam menggunakan alat dan kiat

evaluasi, maka berikut ini disajikan sebuah tabel panjang, terkait dengan

jenis, indikator dan cara evaluasi belajar (Muhibin 2012:112).

Tabel 1.1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi
Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi
A. Ranah Kognitif

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukan; 1. Tes Lisan

2. Dapat membandingkan; 2. Tes tertulis

3. Dapat menghubungkan, 3. Observasi

2. Ingatan 1. Dapat Menyebutkan 1. Tes Lisan

2. dapat menunjukkan 2. Tertulis

kembali

3. Pemahaman 1. Dapat Menjelaskan 1. Tes Lisan

2. Dapat Mendefinisikan 2. Tes Tertulis

dengan bahasa sendiri

4. Aplikasi/penerapa 1. dapat memberikan 1. tes tertulis

n contoh 2. pemberian

2. dapat menggunakan tugas

secara tepat 1. tes tertulis

1. dapat menguraikan 2. pemberian


5. Analisis 2. dapat mengklasifikasikan tugas

1. tes tertulis

6. Sintesis 1. dapat menghubungkan

materi-materi 2. tes lisan

2. dapat menyimpulkan
B. Ranah Afektif

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap 1. tes tertulis

penerima 2. tes skala sikap

2. menunjukkan sikap 3.observasi

menolak

2. Sambutan 1. kesedian berpartisipasi 1. tes tertulis

2. kesedian memanfaatkan 2. tes skala sikap

3. observasi

3. Apresiasi 1. menganggap penting dan 1. tes skala sikap

bermanfaat 2. pemberian

2. menganggap indah dan tugas

harmonis 3. observasi

3. mengagumi
C. Ranah Psikomotor

Kecakapan expresi Kefasihan melafalkan Tes lisan

verbal

2. Model Discovery Learning

a. Model Pembelajaran

Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang

digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal. Agar pembelajaran IPA dapat

diserap dengan baik oleh siswa, selain diperlukan strategi pembelajaran, guru

juga perlu memiliki metode dan model pembelajaran yang dipandang tepat dan
sesuai dengan kondisi siswa. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah

metode pembelajaran. Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola

interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut srtrategi,

pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas. Sedanglkan metode

pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat

umum. Arends menyatakan “The tern teaching models refers to a

particular approach to instruction that includes its goals, syntax,

environment, and managemeny system” (Trianto 2011:22). Yang artinya, istilah

model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan dan sistem pengelolaannya.

Adapun sukamto, dkk mengemukakan maksud dari model

pembelajaran adalah: “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar (Trianto 2011:22). Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,metode atau prosedur.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh

strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah (Junaedi 2013:20).

1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

(tujuan pembelajaran akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil


4) Lingkungan belajar diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Model pembelajaran memiliki tahapan-tahapan yang harus

diperhatikan. Tahapan-tahapan berikut antara lain.

1) Sintaks/pentahapan, merupakan penjelasan pengoperasian model.

2) Sistem sosial, bagaimana penjelasan tentang peranan guru dan

pembelajaran.

3) Prinsip-prinsip reaksi, menjelaskan bagaimana sebaiknya guru bersikap

dan berespon terhadap aktivitas siswa.

4) Sistem pendukung, menjelaskan hal-hal yang diperlukan sebagai

kelengkapan model diluar manusia.

Model-model pembelajaran mempunya empat ciri khusus yang

membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut

adalah sebagai berikut (Junaedi 2013:11)

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai)

3) Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut

dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan

agar tujuan belajar terseut dapat tercapai.

Dari pembelajaran diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur yang sistematis dalam menggorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentudan berfungsi sebagai


pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi istilah model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada metode

pembelajaran.

Model pembelajaran yang baik memiliki ciri – ciri sebagai

berikut:

1) Valid, yaitu model pembelajaran berhubungan dengan rasional teoritik

dan memiliki konsistensi internal.

2) Praktis, apa yang dikembangkan memang benar – benar diterapkan.

3) Efektif, yaitu model pembelajaran harus memberi hasil sesuai

dengan yang diharapkan.

b. Pengertian dan Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning

Model discovery learning dapat diartikan sebagai cara

penyajian pelajaran yang memberi pelajaran kepada peserta didik

untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Idrus 2014:8).

Model discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing,

para siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan

jawabannya. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap

ditemukan sendiri oleh siswa.

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran

yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model

ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting

terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif

dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran berbasis penemuan atau

discovery learning adalah metode belajar yang mengatur pengajaran sedemikian


rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum

diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan

sendiri (Agus 2013:100). Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan

atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat

menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses

mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan

pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

menarik kesimpulam dan sebagainya untuk menemukan beberapa

konsep atau prinsip. Metode Discovery diartikan sebagai prosedur mengajar

yang

mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek sebelum

sampai pada generalisasi. Makanya anak harus berperan aktif dalam

belajar. Peran aktif anak dalam belajar ini diterapkan melalui

penemuan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,

menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan

lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan

belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba

memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di

transfer dalam kehidupan bermasyarakat. Metode mempunyai andil yang cukup

besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat

dimiliki anak didik akan ditentukan oleh relevasian penggunaan suatu metode

yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat
dicapai dengan penggunaaan metode yang tepat, sesuai dengan

standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu tujuan.

Penggunaan model discovery learning guru berusaha untuk

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.

Sehingga model discovery learning ini memiliki tujuan sebagai

berikut (Idrus 2014:86):

(a) teknik ini mampu membantu siswa untuk menegmbangkan,


memperbanyak kesiapan serta, penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif/pengenalan siswa, (b) siswa memperoleh
pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut, (c) dapat meningkatkan kegairan belajar para siswa.

c. Karakteristik Strategi Pembelajaran Active Learning Model Discovery

Learning

Pembelajaran Aktif memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam

mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan

serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar.

Pengalaman siswa lebih diutamakan.

2) Guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru

bukan satu-satunya sumber belajar. Guru merupakan salah

satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa

agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri

melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam

dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat

suatu karya.

3) Tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar

mengejar standar akademis. Selain pencapaian standar akademis,


kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan

seimbang.

4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas

siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai

konsep-konsep dengan mantap.

5) Penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan

kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar

siswa (Muchlisin 2015:389).

Dalam model Discovery Learning itu sendiri, siswa dibiarkan

menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya

membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian potensi

siswa dapat diberdayakan, dan dapat belajar mandiri. Siswa tidak lagi

sebagai penerima pengetahuan, dan guru dapat berperan sebagai

motivator, pengarah, dan pemberi stimulus.

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian dilakukan oleh Istianah dengan judul “Upaya

peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menerapkan

metode Discovery Learning 2013”, menunjukan bahwa hasil belajar siswa dengan

metode ddiscovery learning, menunjukan bahwa pembelajaran dengan

menerapkan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini terlihat dari perolehan tes hasil belajar

setiap siklusnya. Perolehan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai nilai

rata-rata 71,67 dengan persentase ketuntasan 57,15% karena dari 21 siswa

yang memperoleh nilai dibawah KKM (70) ada 9 siswa. Sedangkan pada

siklus II nilai rata-rata yang diperolehmencapai 86,67 dengan persentase


ketuntasan 100%. Hal ini berarti seluruh siswa nilainya sudah sesuai dengan

KKM yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil belajar siklus I dan II, maka

hipotesis tindakan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa metode

discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian juga dilakukan oleh Asrori dengan judul “pengaruh metode

Discovery Learning terhadap hasil belajar Fisika siswa pada konsep suhu dan

kalor di SMA Negri 4 Pandeglang Banten” 2012, dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh metode Discovery Learning terhadap hasil belajar fisika

siswa pada konsep suhu dan kalor. Hal tersebut terlihat pada hasil posttest

pada kedua kelompok dengan rata-rata untuk kelompok eksperimen sbesar

67,3 dan kelompok control sebesar 61,9. Hal ini terlihat pula pada hasil

pengujian hipotesis melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05 didapat hasil thitung >

t-tabel yaitu 2,21 > 2,002 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan

hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal tersebut juga didukung dengan hasil

lembar angket mengenai respon siswa terhadap penerapan metode

pembelajaran, dimana kedua kelompok memberi respon yang positif, baik

kelompok control dengan rata-rata persentase sebesar 75%.

Selanjutnya adalah Hesti Nurhayati (2011) dengan judul penelitiannya

“Pembelajaran dengan metode Discovery Terbimbing dalam meningkatkan

hasil belajar Kimia siswa pada konsep Bahasan Asam Basa, dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan

metode discovery terbimbing dengan metode ceramah dalam meningkatkan

hasil belajar siswa.

C. Hipotesis
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah sebelumnya, serta hasil

penelitian-penelitian yang berhubungan yang pernah ada, penulis dapat

mengambil kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa dengan diterapkannya

model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai