Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadikan manusia mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan sebuah upaya sadar dan terencana

untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia yang memiliki kecerdasan,

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, berakhlak mulia

dan keterampilan untuk meengembangkan kemampuan dan potensi diri. Tujuan

dari pendidikan menjadikan manusia berbeda dengan makhluk ciptaan Allah

lainnya. Manusia diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya dan dianugerahi akal

oleh Allah. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan akal untuk

kepentingan dirinya, kepentingan orang lain dan kepentingan berbangsa dan

bernegara. Inti dari pendidikan yaitu memanusiakan manusia.

Menurut marimba, dalam Tafsir pendidikan merupakan bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani

anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama (Tafsir, 2014: 46). Abdul

Fattah Jalal mengungkapkan tujuan dari pendidikan islam adalah terwujudnya

manusia sebagai hamba Allah. Tujuan itu adalah untuk semua manusia. Jadi,

menurut Islam pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadikan

manusia yang menghambakan diri atau selalu beribadah kepada Allah.

Sudah jelas bahwa peran pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan

manusia yang akan membawa manusia menuju kearah taqwa dan perdamaian baik

dalam kehidupan di dunia yang hidup berdampingan dengan makhluk lain,


2

maupun menjadi hamba Allah yang bertaqwa dan selalu beriman kepada Allah.

Tidak hanya pendidikan secara umum saja yang penting, namun Pendidikan

Agama Islam disekolah tidak kalah penting terutama disekolah –sekolah umum.

Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu mata pelajaran wajib bagi

seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Pendidikan Agama Islam dalam sistem

pendidikan nasional memiliki peran yang sangat penting karena melalui mata

pelajaran Pendidikan Agam Islam inilah siswa dapat mengetahui agama Islam

lebih jauh. Karena memiliki peran penting, maka dari itu perlu dilakukan inovasi

dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berperan aktif dalam proses

belajar mengajar di mana siswa akan merasa senang dan tidak merasa bosan

dalam penyampaian materi pembelajaran secara maksimal dan siswa dapat

memahami materi diberikan.

Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa peserta didik kurang

termotivasi untuk belajar agama karena proses pembelajaran yang kurang inovasi

dan hanya menggunakan metode pembelajaran yang monoton. Perserta didik

kurang tertarik dan termotovasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga

materi kurang dipahami oleh peserta didik.

Untuk menumbuhkan semangat motivasi peserta didik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, harus ada pembelajaran yang aktif, kreatif, menarik dan

tidak membosankan. Peneliti memilih untuk menerapkan metode Demonstrasi

yaitu cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan

kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang

dipelajari baik dalam bentuk tiruan maupun sebenarnya yang dipertunjukan oleh
3

guru atau sumber lain yang ahli dalam proses dalam topik pembahasan (Mulyani

Sumantri dalam Roetiyah 2001: 82)

Fathurrohman P. (2007:98) mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode

demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan

cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu seperti :

a. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proeses, atau prosedur keterampilan –

keterampilan fisik dan motorik.

b. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para

siswa secara bersama-sama.

c. Mengkonkritkan informasi yang disajikan kepada siswa.

Dengan kata lain, metode demonstrasi dapat membantu siswa dalam

mengatasi kesulitan belajar dan pemahaman pelajaran yang diajarkan oleh guru

Guru merupakan komponen dalam belajar mengajar dan berinteraksi langsung

dengan siswa. Guru mempunyai peranan sangat penting terhadap terciptanya

proses pembelajaran yang dapatmengantarkan siswa ketujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan. Selama ini dalam pelaksaan pembelajaran di sekolah masih

banyak guru yang mendesain siswauntuk menghafal seperangkat fakta yang

diberikan oleh guru. Seolah-olah guru sebagai sumber utama pengetahuan.

Aktivitas belajar siswa yang rendah seringkali juga menyebabkan pemahaman dan

pengusaan materi pembelajran menjadi berkurang. Jika halini dibiarkan terjadi

terus menerus maka tidak bisa dipungkiri akan berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Kerana kurangnya aktivitas belajar maka hasil belajar juga menjadi kurang

bahkan bisa menjadi rendah.


4

Dalam hal ini sebenarnya para guru dituntut untuk memiliki kemampuan

untuk memilih dan mendesain program dan metode mengajar sehingga bisa

diterapkan menjadi system pembelajaran efektif. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar,

maka guru hendaknya merencanakan proses pembelajaran yang menuntut siswa

banyak melakukan aktivitas belajar sehingga mampu dalam mempelajari suatu

pelajaran dan tercermin dari hasil belajarnya.

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Salah

satu cara untuk membangkitkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran, guru sebagai tenaga pendidik perlu mencari atau mengganti metode

pembelajaran yang tepat untuk itu perlu dipilih metode pembelajaran yang tepat

dan menarik aktivitas siswa.

Banyak metode pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran PAI. Dari

hasil pengamatan sejauh ini di SMA Negeri 15 Tebo diperoleh bahwa rata-rata

hasil belajar PAI kelas XI MIPA pada mata pelajaran PAI masih tergolong rendah

karena rata-rata siswa belum mencapai taraf ketuntasan yaitu kurang dari KBM 73

sehingga, masih diperlukan perbaikan.

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran PAI

dalam pembelajarannya harus menarik. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar

dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Maka diperlukan metode

pembelajaran interaktif dimana guru perlu menerapkan berbagai metode. Dan

salah satu caranya adalah pembelajaran dengan menggunakan metode


5

demonstrasi. Dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat berfikir, memecahkan

masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan

keterampilan yang dimilikinya. Selain itu siswa akan merasa senang dan berani

untuk mengungkapkan pendapatnya kepada anggota kelompoknya.

Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “Penerapan Metode Demontrasi

Dalam Meningkatkan Hasil belajar Materi Pelaksanaan Pengurusan

Jenazah Pada Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 15 Tebo Tahun Pelajaran

2019/2020”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah Bagaimana keefektifan penerapan metode Demostrasi dalam meningkatkan

hasil belajar PAI pada siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 15 Tebo semester I

tahun pelajaran 2019/2020.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya

metode demontrasi dalam pembelajaran terhadap siswa kelas XI MIPA SMA

Negeri 15 Tebo Tebo tahun pelajaran 2019/2020.

2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI

melalui penerapan metode demontrasi pada siswa kelas XI MIPA SMA Negeri

15 Tebo Tebo tahun pelajaran 2019/2020.


6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis

dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi atau rujukan

penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan teori

pembelajaran melalui metode demonstrasi.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar

Pendidikan Agama Islam.

2. Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam mengajar dan

meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama

Islam.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang

dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan

Agama Islam.
7

E. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas

merupakan percermatan dalam bentuk tindakan kelas yang senagaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan

(Suyadi,2010:18).

Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan kelas

mengenai Penerapan Metode Demontrasi Dalam Meningkatkan Hasil belajar Materi

Pelaksanaan Pengurusan Jenazah Pada Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 15 Tebo.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan

bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang

lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)

refleksi. (Arikunto & Suharsimi, 2010: 16).

Gambar 1. Bagan tahapan siklus I dan siklus II.


8

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 15

Tebo Semester I tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 siswa, terdiri

dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

3. Langkah-langkah Penelitian

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model

dan penjelasan masing-masing tahap adalah sebagai berikut (Arikunto dkk,

2007: 16).

1) Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Merencanakan materi pembelajaran PAI tentang Pengurusan Jenazah.

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Menyusun lembar pengamatan aktivitas peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Menyiapkan tes dengan materi tentang Pengurusan Jenazah,

memandikan jenazah menggunakan metode Demonstrasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan tindakan yang mengacu pada

skenario Metode Demonstrasi adapun kegiatannya:

1) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan

tugas-tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan

jelas.
9

2) Guru menyajikan materi pembelajaran.

3) Guru melaksanakan tindakan yang tertera dalam RPP menggunakan

metode Demonstrasi

4) Guru memotivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas.

5) Guru memberikan tes pada peserta didik untuk dapat diketahui

keberhasilan pembelajaran pada siklus I.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung

untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik dengan metode

demonstrasi, serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam menerapkan

pembelajaran yang sedang berlangsung.

d. Refleksi

Data-data yang diperoleh dari observasi dikumpulkan, dianalisis oleh

peneliti dengan mitra penelitian sebagai dasar untuk membuat perencanaan

pembelajaran siklus II.

2) Siklus II

Setelah melakukan evaluasi I, maka peneliti melakukan tindakan II. Pada

siklus II ini merupakan perbaikan siklus I yang didasarkan atas hasil refleksi

siklus I.

Adapun pelaksanaannya yaitu:

a. Perencanaan Tindakan

1) Mengidentifikasi masalah/hambatan yang muncul ketika pembelajaran

berlangsung pada siklus I.


10

2) Menyusun perencanaan pembelajaran.

3) Peneliti menyiapkan lembar pengamatan yang meliputi lembar

pengamatan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

4) Menyiapkan format evaluasi yang berupa tes yang diberikan pada

akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan

tugas-tugas yang harus dilaksanakan siswa secara singkat dan jelas.

2) Guru menyampaikan materi pembelajaran.

3) Guru melaksanakan tindakan yang tertera dalam RPP menggunakan

metode Demonstrasi.

4) Guru memotivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas.

5) Guru memberikan tes pada peserta didik untuk dapat diketahui

keberhasilan pembelajaran pada pertemuan siklus II.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk

mengetahui aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, apakah ada

peningkatan dari siklus sebelumnya.

d. Refleksi

Semua data dari observasi tindakan dikumpulkan dan dianalisis. Setelah

akhir dari siklus yang terakhir diharapkan Metode Demonstrasi ini dapat

meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik dalam pembelajaran

PAI dalam materi pengurusan jenazah khususnya mengkafani jenazah.


11

4. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas

perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

a) Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang

digunakan dalam proses belajar mengajar. Perangkat pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), LKPD, buku paket dan soal tes.

b) Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik (lebih cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah. Instrumen merupakan salah satu perangkat yang digunakan dalam

mencari jawaban pada suatu penelitian. Adapun instrumen yang digunakan

sebagai berikut.

(1)Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Alat untuk mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Data aktivitas siswa ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas siswa selama pembelajaran pada setiap pertemuan. Data

observasi di isi dengan menuliskan kode atau nomor kegiatan aktivitas

siswa dengan petunjuk yang tertera pada lembar tersebut.


12

(2)Soal Tes

Instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

soal uraian dan soal pilihan ganda yang disusun berdasarkan indikator-

indikator. Soal yang divalidasi terdiri dari soal Pre-test, soal tes siklus I,

Soal tes siklus II.

5. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang akurat, penulis menggunakan

beberapa metode pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan agar metode yang

satu dengan yang lain saling melengkapi.

Adapun metode yang penulis gunakan adalah:

a. Metode Observasi

Metode observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti langsung

terjun ke lokasi penelitian untuk mengadakan pengamatan dan guna

mendapatkan data yang diperlukan.

Metode observasi ini untuk mengumpulkan data dengan cara Mengamati

aktivitas peserta didik pada siklus awal sampai siklus akhir yang meliputi

minat, perhatian, dan partisipasi.

b. Metode Tes

Penulis mengadakan tes yaitu pre-tes dan post-tes dalam setiap siklus yang

harus dikerjakan oleh peserta didik. Metode tes bertujuan untuk mengukur

prestasi peserta didik.


13

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam

sebuah penelitian karena pada tahap ini, setelah data terkumpul secara

keseluruhan tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Tahap ini penting

karena pada tahap ini hasil penelitian dirumuskan. Data yang telah terkumpul

selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik. Tahap-tahap analisis data

adalah sebagai berikut:

a) Analisis Aktifitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar pengamatan yang diisi

selama proses pembelajaran berlangsung. Data ini dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase:

P = f / N x 100%

Keterangan :
P= Angka Persentase
f= Frekuensi aktivitas siswa
N = Jumlah aktifitas keseluruhan

Tabel Skor rata-rata aktivitas siswa

Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Kategori


0% ≤ TKS< 60% Tidak Baik
60% ≤ TKS< 70% Kurang Baik
70% ≤ TKS< 80% Cukup
80% ≤ TKS< 90% Baik
90% ≤ TKS< 100% Sangat Baik

Ket :
TKS = Tingkat Kemampuan Siswa.
14

b) Analisis Hasil Belajar Siswa

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan

hasil belajar melalui penerapan metode demontrasi, dianalis menggunakan

klasifikasi penelitian yaitu dengan menentukan skor pada setiap indikator

sesuai dengan pedoman penskoran yang telah ditetapkan yaitu menghitung

presentase rata-rata tiap indikator untuk mengetahui ketuntasan klasikal dan

daya serap klasikal dari setiap indikator dengan menggunakan rumus

berikut:

KS = NT / N x 100%

Keterangan :
KS = Ketuntasan Klasikal
NT = Jumlah Siswa Yang Tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhan

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika

proposi jawaban benar siswa ≥ 67% dan suatu kelas dinyatakan tuntas

(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 80% siswa tuntas

belajarnya.
15

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori

1. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas merupakan pengembangan dari penelitian

tindakan. Penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan

untuk mencari penyelesaian terhadap masalah sosial. Pada awalnya, penelitian

tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang

pekerjaan tertentu, dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang

pendidikan, kesehatan, maupun pengelolaan sumberdaya manusia. Salah satu

contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan ialah mengajar di kelas,

menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian,

yang menjadi subjek penelitian adalah situasi di kelas atau individu siswa dalam

kelas. Para guru dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke

tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya (Legiman, 2015).

Menurut Elliot (dalam Triyono, 2018) PTK adalah kajian tentang situasi

sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya.

Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1988)

yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif

yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan

penalaran dan keadilan praktik-praktik tertentu maupun terhadap situasi tempat

dilakukan praktik-praktik tersebut.


16

Menurut (Legiman, 2015) PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan

penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti

kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang

lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan

tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu,

terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut:

1. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan

siswa dalam berbagai tindakan.

2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan

pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid

guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang

terjadi.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan

dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik

pembelajaran).

Penelitian tindakan diawali dengan kajian terhadap suatu masalah secara

sistematis. Hasil kajian ini dijadikan dasar untuk menyusun suatu rencana kerja

(tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya

adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil

observasi dan evaluasi digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa

yang terjadi pada saat pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan

landasan untuk menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.


17

Gambar 2. Siklus Kegiatan PTK

Berdasarkan gambar diatas, langkah-langkah pokok yang ditempuh pada

siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut: (1) Penetapan

fokus permasalahan, (2) Perencanaan tindakan, (3) Pelaksanaan tindakan, (4)

Pengumpulan data (pengamatan/observasi), (5) Refleksi (analisis, dan

interpretasi), (6) Perencanaan tindak lanjut.

2. Metode Demontrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode panyajian pelajaran dengan

memeragakan dan menunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau

benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Terlepas dari

metode penyajian tidak terlepas dari penjelasan guru. Walau dalam metode

demonstrasi siswa hanya sekedar memperhatikan. (Nasih A. M., & Kholid L.

K.,2009:49)
18

Menurut Drajat (dalam Huda M., 2013: 233) metode demonstrasi

merupakan metode yang menggunakan peragaan untuk memperjelas atau

pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada

peserta lain. Demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang efektif, karena

peserta didik dapat mengetahui secara langsung penerapan materi tersebut

dalam kehidupan sehari-hari Metode pembelajaran demonstrasi adalah cara

penyajian pembelajaran dengan meragakan dan mempertunjukkan suatu

proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk

sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang yang dipertunjukkan oleh guru

atau sumber belajar lain di depan seluruh siswa

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap

pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk

pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati guru

selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun penggunaan metode

demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara

mengatur atau menyusun sesuatu misalnya dalam materi PAI tata cara

tayamum, tata cara sholat baik fardu, sunnah, dan sebagainya.

2. Langkah-langkah Peggunaan Metode Demonstrasi

Langkah-langkah dalam penggunaan metode demonstrasi antara lain:

a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta

didik untuk berfikir, misalnya melaui pertanyaan-pertayaan yang

mengandung teka teki sehingga mendorong peserta didik untuk tertarik

memperhatikan demonstrai.
19

b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan.

c) Yakin bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi dengan

memperhatikan seluruh reaksi peserta didik.

d) Berika kesempatan pada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih

lanjut sesuai dengan apa yag dilihat dari proses demonstrasi itu.

Berikut adalah cara mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi adalah dengan memberikan tugas-tugas

tertentu yang ada kaitannya dengan metode demonstrasi dan proses pencapaian

tujuan pembelajaran. Hal ini untuk meyakinkan apakah peserta didik

memahami proses demonstrasi atau tidak. Selain memberikan tugas yang

relevan. Ada baiknya guru dan peserta didik melakukan evaluasi bersama

tentang jalannya demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. Penggunaan

metode demonstrasi sangat menunjang proses interaksi mengajar belajar

dikelas. Keuntungan yang diperoleh ialah: dengan demonstrasi perhatian siswa

lebih terpusatkan pada pelajaran yag sedang diberikan, kesalahan-kesalahan

yang terjadi bila pelajaran diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan

contoh kongkrit. Sehingga yang diterima oleh siswa lebih mendalam dan

tinggal lebih lama dalam jiwanya. Jadi dengan metode demonstrasi itu siswa

dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat

mengembangkan kecakapannya walaupun demikian kita masih melihat juga

kelemahan pada metode ini.


20

3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu:

a) Kelebihan Metode Demonstrasi

1. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret, sehingga

menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)

2. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari

3. Proses pengajaran lebih menarik

4. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.

b) Kekurangan Metode Demonstrasi

1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa

ditunjang dengan hal itu pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif.

2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu

tersedia dengan baik.

Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang

disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa

mengambil waktu atau jam pelajaran lain. Sehingga kita perlu

mengkombinasikan dengan metode lain sehingga dapat saling melengkapi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode

demonstrasi adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyajikan

pembelajaran kepada siswa dengan memperagakan atau menunjukkan secara

langsung dengan menggunakan alat bantu yang sebenarnya atau tiruan,

biasanya metode demonstrasi diikuti dengan eksperimen.


21

3. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Menurut

Gagne dan Bringgs hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki

siswa sebagai akibat perbuatan belajar yang dapat diamati melalui penampilan

siswa.19 Sedangkan menurut Dimyati hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari punjak proses belajar.20 Hasil belajar juga

merupakan perubahan tingkah laku siswa setelah melalui proses pembelajaran.

Semua perubahan dari proses pembelajaran merupakan suatu hasil belajar dan

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.21

Maka dari uraian dia atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan – kemampuan yang di miliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

2) Pengkatagorian Ranah Hasil Belajar

Berdasarkan teori teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara kognitif, afektif dan psikomotorik.

a) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.


22

b) Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai, ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, manjawab atau reaksi, menilai organisasi dan

karakteristik dalam satu nilai atau kompleks nilai.

c) Ranah psikomotorik

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda – benda, koordinasi

neuromusculer (menghubungkan, mengamati).

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Aktifitas belajar merupakan inti dari kegiatan disekolah, sebab semua

aktifitas belajar dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi

setiap siswa. Slameto menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi

aktifitas belajar diantaranya:

a) Faktor internal

• Faktor jasmaniah meliputi: faktor kesehatan atau cacat tubuh.

• Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,

kematangan dan kesiapan.

• Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan fisik, jasmani dan batin atau rohani.

b) Faktor eksternal

1. Faktor keluarga, meliputi: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan latar belakang

kebudayaan.

2. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru

dengan siswa, disiplin sekolah dan keadaan gedung.


23

3. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media

massa dan teman bergaul.

Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,

peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan metode mind

mapping. Pelaksanaan metode mind mapping ini menuntut keterlibatan siswa

secara aktif dalam pembelajaran tema ekosistem.

4. Penyelenggaraan Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab Janazah yang berarti tubuh mayat.

Kata jenazah bila ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa arab dan menjadi

turunan dari isim mashdar yang diambil dari fi‟il madhi janaza-yajnizu-janazatan

wa jinazatan. Bila huruf jim dibaca fathah (janazatan,kata ini berarti orang yang

telah meninggal dunia. Namun bila huruf jimnya dibaca kasrah, maka kata ini

berarti orang yang mengantuk.

Lebih jauh, jenazah menurut Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S.,

mengartikan jenazah sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan dalam

usungan dan hendak dibawa ke kubur untuk dimakamkan. Jadi, secara umum kata

jenazah memiliki arti tubuh mayat orang yang sudah meninggal (Kamus bahasa

Indonesia Arab).

1. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan

dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang

yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur
24

ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada

seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang

maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan

kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah

SAW, yaitu:

‫ﷲ ﯾ َ ْﺒ َﻌﺜُ ُﻪ ﯾ َ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﺎ َﻣ ِﺔ ُﻣﻠَ ِ ّﺒﯿ ًﺎ‬


َ ‫ا ْﻏ ِﺴﻠُ ْﻮ ُﻩ ِﺑ َﻤﺎ ٍء َو ِﺳﺪْ ٍر َو َﻛ ِّﻔ&ُ ْﻮ ُﻩ ِ ْﰲ ﺛَ ْﻮﺑ َ ْﯿ ِﻪ َو َﻻ ُ َﲣ ِّﻤ ُﺮ ْوا َر َﺳ ُﻪ ﻓَﺎن‬
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan

jenazah yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Orang yang utama memandikan jenazah

Untuk mayat laki-laki hukumnya fardhu kifayah. Berdasarkan hadits

dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:

Artinya : “ Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba ia terjatuh dari hewan
tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.
Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain, jangan beri minyak
wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah”
(HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206)
25

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki

adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga

terdekat, muhrimnya dan istrinya.

a. Untuk mayat perempuan Orang yang utama memandikan mayat

perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita

serta suaminya.

b. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan Untuk mayat anak laki-

laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat

anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.

c. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup

semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau

sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup

hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat

tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang

dari mereka dengan memakai lapis tangan.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang artinya:

“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada

perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-

perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu

ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak

mendapat air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi).


26

2) Syarat bagi orang yang memandikan jenazah

a. Muslim, berakal, dan baligh

b. Berniat memandikan jenazah

c. Jujur dan sholeh

d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan

memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu

menutupi aib si mayat.

3) Mayat yang wajib untuk dimandikan

a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir

b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah

meninggal tidak dimandikan

c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d. Bukan mayat yang mati syahid.

4) Tata cara memandikan jenazah

Berikut beberapa cara memandikan jenazah orang muslim, yaitu:

1. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu

segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

2. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup

3. Air secukupnya.

4. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian. Sarung tangan untuk

memandikan.

5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil. Kain basahan, handuk, dll.


27

6. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat

utamanya tidak kelihatan.

7. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.

8. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.

9. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan

tekan perutnya perlahan-lahan.

10. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.

11. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut

jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian wudhukan.

12. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh

jenazah.

13. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir

dicampur dengan wangi-wangian.

14. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok

anggota tubuhnya.

15. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh

tubuhnya itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa

kali.

16. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai

badannya, wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah

diatas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan

membuang najis itu saja.


28

17. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga

tidak membasahi kain kafannya.

18. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak

mengandung alkohol.

2. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan

sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum

mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.

Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut:

Artinya: “Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka

hendaklah memperbagus kafannya” (HR. Muslim no. 943).

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:

1) Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan

menutupi seluruh tubuh mayat.

2) Kain kafan hendaknya berwarna putih.

3) Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi

mayat perempuan 5 lapis.

4) Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani

jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

5) Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.


29

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:

a) Untuk mayat laki-laki

(1) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih

lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

(2) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan

diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangiwangian.

(3) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang

mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

(4) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung

lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi

selembar dengan cara yang lembut

(5) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain

kafan tiga atau lima ikatan.

(6) Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka

tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup

dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain

kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa

saja yang ada.

b) Untuk mayat perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain putih, yang

terdiri dari

(1) Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

(2) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.


30

(3) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

(4) Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

(5) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

(1) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masingmasing

bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan

tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi

dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

(2) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran

dengan kapas.

(3) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

(4) Pakaikan sarung. Lalu Pakaikan baju kurung.

(5) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

(6) Pakaikan kerudung.

(7) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan

kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

(8) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

3. Menshalatkan Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah

fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :
31

Artinya: “Tidaklah seorang Muslim meninggal,lalu dishalatkan oleh kaum

muslimin yang jumlahnya mencapai seratus orang, semuanya

mendo’akan untuknya, niscaya mereka bisa memberikan syafa’at

untuk si mayit”. (HR. Muslim no.947).

Rukun sholat jenazah ada 7 (tujuh) perkara yaitu:

1) Berdiri betul

2) Berniat

3) Takbir 4 kali

4) Mambaca surat al-fatihah

5) Sholawat atas nabi

6) Do’a bagi si mayat

7) Salam

Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut


a) Niat shalat jenazah

Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT.

Sebelum shalat jenazah dilakukan hendaknya berwudhu dan menutup aurat.

Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam berdiri sejajar dengan kepala si

mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam berdiri di tengah-tengah

sejajar pusat si mayat.

Adapun niat shalat mayat laki-laki adalah:

‫ﺎ ﻟٰﻰ‬‫ﻌ‬‫ ﺗ‬‫ﻠﻪ‬‫ ﻟ‬‫ﻳﺔ‬‫ﻔﹶﺎ‬‫ ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﺽ‬‫ ﻓﹶﺮ‬‫ﺍﺕ‬‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺒﹺﻴ‬‫ ﺗ‬‫ﻊ‬‫ﺑ‬‫ ﺍﹶﺭ‬‫ﺖ‬‫ﻴ‬‫ﻠٰﻰ ﻫٰﺬﹶﺍ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱢﻲ‬‫ﺍﹸﺻ‬
Artinya: "sengaja aku sembahyang atas ini mayat empat takbir fardhu

kifayah karna Allah ta’ala."


32

Untuk mayat perempuan yaitu:

‫ﺎ ﻟٰﻰ‬‫ﻌ‬‫ ﺗ‬‫ﻠﻪ‬‫ ﻟ‬‫ﻳﺔ‬‫ﻔﹶﺎ‬‫ ﺍﻟﹾﻜ‬‫ﺽ‬‫ ﻓﹶﺮ‬‫ﺍﺕ‬‫ﺮ‬‫ﻜﹾﺒﹺﻴ‬‫ ﺗ‬‫ﻊ‬‫ﺑ‬‫ ﺍﹶﺭ‬‫ﺔ‬‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻩ‬‫ﻠٰﻰ ﻫٰﺬ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱢﻲ‬‫ﺍﹸﺻ‬
Artinya: "sengaja aku sembahyang atas ini mayat empat takbir fardhu

kifayah karna Allah ta’ala."

b) Cara Pelaksaan Sholat Jenazah

(1) Takbir pertama ( ‫) ﷲ ﺍﻛﺒﺮ‬ membaca surat Al-Fatihah.

(2) Takbir kedua ( ‫) ﷲ ﺍﻛﺒﺮ‬ membaca Shalawat atas Nabi

( ‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﻧ‬‫ﺪ‬‫ﻴ‬‫ﻠٰﻰ ﺳ‬‫ﻞﱢ ﻋ‬‫ ﺻ‬‫ﻢ‬‫ ) ﺍﹶﻟﻠﻬ‬sampai akhir.


(3) Takbir ketiga ( ‫) ﷲ ﺍﻛﺒﺮ‬ membaca do’a untuk mayat.

,﴾‫َﺎ ِﻓ ِﻪ ﴿ﻫَﺎ﴾ َواﻋ ُْﻒ َﻋ ْﻨ ٗﻪ ﴿ﻫَﺎ‬9‫َا>ﻠﻬُﻢ ا ْﻏ ِﻔ ْﺮ َ ٗ; ﴿ﻫَﺎ﴾ َو ْار َ ْﲪ ٗﻪ ﴿ﻫَﺎ﴾ َو‬


‫ ﻟْ َﻤﺎ ِء َواﻟْ َ َﱪ ِد‬Gِ ﴾‫ َ َٗ@ ﴿ﻫَﺎ﴾ َو ْﻏ ِﺴ ْ ٗ@ ﴿ﻫَﺎ‬A‫ُ ُﺰ ْو َ ٗ; ﴿ﻫَﺎ﴾ َو َو ِّﺳ ْﻊ َﻣ ْﺪ‬D ‫َواَ ْﻛ ِﺮ ْم‬
ْ ‫ﻰ‬T‫ ﯾُﻨَﻘ‬Uَ َ H‫َوﻧ َ ِﻘّ ِﻪ ﴿ﻫَﺎ﴾ ِﻣ َﻦ اﻟْﺨ ََﻄ َﺎ‬
﴾‫ َ ِﺲ َو ِﻗ ِﻪ ﴿ﻫَﺎ‬OP‫اﻟﺜﻮ ُب ْ َاﻻﺑْ َﯿ ُﺾ ِﻣ َﻦ ا‬
‫َ َﺬ ِاب اﻟﻨ ِﺎر‬9‫ﻨَ ُﺔ اﻟْ َﻘ ْ ِﱪ َو‬Wْ ‫ِﻓ‬
(4) Takbir keempat ( ‫) ﷲ ﺍﻛﺒﺮ‬ membaca do’a ini:

﴾‫ﻨﺎ ﺑ َ ْﻌﺪَ ٗﻩ ﴿ﻫَﺎ﴾ َوا ْﻏ ِﻔ ْﺮﻟَﻨَﺎ َو َ;ٗ﴿ﻫَﺎ‬Wِ ‫َا> ٰﻠ ّﻬُﻢ َﻻ َ ْﲢ ِﺮ ْﻣ&َﺎ َا ْﺟ َﺮ ٗﻩ ﴿ﻫَﺎ﴾ َو َﻻ ﺗَ ْﻔ‬
‫ ْ^ َﻦ َا َﻣ&ُ ْﻮ َرﺑﻨَﺎ‬aِ >ِ ‫ ّ ًﻼ‬cِ ‫ َو َﻻ َ ْﲡ َﻌ ْﻞ ِ ْﰲ ﻗُﻠُ ْﻮ ِﺑﻨَﺎ‬,‫ ْ ِﻻﯾْ َﻤ ِﺎن‬Gِ َ\‫ﺎا_ ْ^ َﻦ َﺳ] َﺒ ُﻘ ْﻮ‬ِ َ‫َو ِ ِﻻﺧ َْﻮا ِﻧﻨ‬
‫ِا َﻧﻚ َر ُؤ ٌف َر ِﺣ ْ ٌﲓ‬
33

CATATAN: Jika mayat itu kanak-kanak laki-laki, maka dibaca do’a ini:

‫َا> ٰﻠ ّﻬُﻢ ْاﺟ َﻌ ْ ٗ@ ﴿ﻫَﺎ﴾ ﻓَ َﺮ ًﻃﺎ ِ َﻻﺑ َ َﻮﯾْ ِﻪ َو َﺳﻠَ ًﻔﺎ َو ُذﺧ ًْﺮا َو ِﻋ َﻈ ًﺔ َوا ْﻋ ِﺘ َﺒ ًﺎرا َو َﺷ ِﻔ ْ ًﻌﺎ‬
Jika mayat kanak-kanak itu perempuan, maka bacaan ( ‫) ُﻪ‬ diganti

dengan ( ‫) ﻫَﺎ‬ , seperti : ‫ﺍَﺟْ َﻌ ْﻠﻪٗ =< ﺍَﺟْ َﻌ ْﻠ َﻬﺎ‬

(5) Salam (.‫ﻭ‬.‫ﻭ‬ ‫) ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ‬

4. Menguburkan Jenazah

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di

panggul di atas pundak dari keempat sudut usungan. Disunnahkan

menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi

para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping

kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi. Para

pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.

Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari

jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar. Lubang kubur

yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq.

Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain

kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-

Albani dalam Wahid S. A., hal. 145)


34

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus

di dasar kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya

(membentuk huruf U memanjang). Jenazah siap untuk dikubur. Allahul

musta‟an. Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke

liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara

perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah

mengucapkan: “Bismillahi Wa ‘Ala Millati Rasulillahi” (Dengan menyebut

Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah SAW).” ketika menurunkan

jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan

jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas talitalinya

selain tali kepala dan kedua kaki. Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah

ataupun batu di bawah kepalanya, sebab tidak ada dalil shahih yang

menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit

meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah

dijelaskan.

Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain

kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu

bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping). Lalu sela-sela batu

bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi sesuatu yang
35

masuk sekaligus untuk menguatkannya. Disunnahkan bagi para pengiring

untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah

diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW.

Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.

Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak

dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah

bentuk makam Rasulullah SAW (HR. Bukhari).

Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan

diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi SAW (dalam masalah ini

terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, dalam “Irwa’ul Ghalil” II/206).

Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula

menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan,

menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam

menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena

ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka

disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti

sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan

secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri. Sesungguhnya mayit bisa

mendapatkan manfaat dari doa mereka. Wallahu a’lam bish-shawab.


36

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil beberapa hikmah, antara lain:

a. Memperoleh pahala yang besar.

b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama muslim

c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan

belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati

dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga

apabila salah seorang manusia meninggal dunia, harus dihormati dan diurus

dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

B. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian terkait

penerapan Metode Demonstrasi antara lain:

1) Penelitian oleh Nur Kholis Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga Tahun

2017 dengan judul “Pelaksanaan Metode Demonstrasi dalam Mata Pelajaran

Fiqih Materi Shalat Pada Siswa Kelas VII MTS Nurul Huda Bayubiru

Kabupaten Semarang”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

penulis susun yaitu sama-sama menggunakan metode pembelajaran

demonstrasi. Perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu mata pelajaran

Fiqih tentang materi Shalat, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis

adalah mata pelajaran PAI materi Pengurusan Jenazah kelas XI SMA.


37

2) Penelitian oleh Sukitri dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Fiqih Materi

Shalat Jenazah Dengan Metode Audiovisual Pada Siswa Kelas VII MTS

Sudirman Getasan”. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu

sama-sama menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dan pada materi

Shalat jenazah. Perbedan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada

objek penelitian yaitu pada mata pelajaran Fiqih, sedangkan penelitian yang

dilakukan penulis adalah mata pelajaran PAI materi Pengurusan Jenazah

3) Penelitian oleh Dhuka M. N., Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang Tahun 2010 dengan judul

“Penerapan Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Bidang Studi Fikih Dalam

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTS Tarbiyatul

Mubtadiin Wilalung Kec. Gajah Kab.Demak Tahun Ajaran 2009/2010”.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu sama-sama

menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dan sama-sama menggunakan

metode Demonstrasi. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang disusun oleh

penulis yaitu terletak pada lokasi penelitian serta materi pembelajaran yaitu

Pengurusan Jenazah.

Jadi, persamaan penelitian penulis dengan ketiga penelitian tersebut yaitu

sama-sama menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dan sama-sama

menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Perbedaan antara penelitian

yang dilakukan penulis dengan penelitian-penelitian tersebut yaitu terletak

pada lokasi penelitian, objek penelitian dan materi pembelajaran.


38

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 15 Tebo yang terletak di Jl.

Yogyakarta Desa Sekutur Jaya, Kecsmatan Serai Serumpun, Kabupaten Tebo,

JAMBI. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur pada tanggal 2

September 2019 sampai dengan 30 September 2019.

B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas XI MIPA Semester

Ganjil SMA Negeri 15 Tebo Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 26 siswa

yaitu 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

C. Profil Sekolah

Gambaran Umum SMA Negeri 15 Tebo

1. Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah SMA Negeri 15 TEBO


2. NPSN / N.S.S 10505852 / 301.10.08.11.015
3. Status Sekolah Sekolah Negeri
4.. Alamat Sekolah Jalan Yogyakarta Desa Sekutur Jaya,
Kec. Serai Serumpun, Kabupaten
Tebo
5. SK Pendirian
Nomor 217/DIKBUDPORA/2010
Tanggal 03 Mei 2010
6. Nama Kepala Sekolah Junaldi, SE, M.M
7. NIP 1971001 200701 1 004
39

8. Komite Sekolah :
Nama Ishak
9. Kategori Sekolah RSSN
10. Tahun Didirikan 2008/2009
11. Kepemilikan/Tanah/Bangunan Milik Pemerintah
12. Luas Tanah / Status 22.940 M2 / Hak Pakai
13. Luas Bangunan 767 M2

14. Akreditasi B

15. Nomor SK Akreditasi 268/BAP-S/M/IX/Jbi/2016

2. Sejarah Singkat SMA Negeri 15 Tebo

SMA Negeri 15 Tebo yang sebelumnya bernama SMA Negeri 15

Kabupaten Tebo merupakan Sekolah Menengah Atas satu-satunya yang ada di

kecamatan Serai Serumpun, yang beralamat di Jl. Yogyakarta, Desa Sekutur

Jaya, Kecamatan Serai Serumpun, Kabupaten Tebo, Jambi.

Pada awal berdirinya, SMA Negeri 15 Kabupaten Tebo yang belum

memiliki gedung sendiri, menumpang di Gedung SMPN 23 Kabupaten Tebo

yang lokasinya berada diseberang jalan lokasi sekolah saat ini. SMA Negeri 15

Kabupaten Tebo berdiri sejak tanggal 1 Juli 2008, dan diresmikan pada Tahun

2010 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tebo, nomor : 217

/DIKBUDPORA/2010 tanggal 3 Mei 2010. Dimulai sejak awal berdirinya

sampai pertengahan tahun 2009, proses KBM masih dilaksanakan di Gedung

SMP N 23 Kabupaten Tebo.

Namun dalam proses itu, upaya Pemerintah Kabupaten Tebo untuk

membangun Gedung SMAN 15 Kabupaten Tebo terus diganangkan, sehingga


40

pembangunan Gedung Sekolah Baru selesai pada tahun 2009 dan mulai

digunakan sejak pertengahan tahun 2009 (tahun ajaran baru). Di lokasi yang

baru itulah, tepatnya di jalan Yogyakarta RT 01 Desa Sekutur Jaya, Gedung

SMA Negeri 15 Kabupaten Tebo berdiri hingga saat ini, dan berubah namanya

menjadi SMA Negeri 15 Tebo dikarenakan perpindahan/peralihan kewenangan

dari Pemerintah Kabupaten menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi pada

tahun 2017 dibawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.

Awal mulanya, SMA Negeri 15 Tebo di pimpin oleh Bapak Salim Sati,

S.Pd selaku Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dibantu para Guru bersama-sama

berjuang merintis dan memajukan sekolah agar dapat mendidik anak-anak

khususnya di kecamatan Serai serumpun. Dibandingkan dengan tahun pertama

berdiri, SMA Negeri 15 Tebo berangsur mulai mengalami perubahan-

perubahan kearah yang lebih baik. Dimana pada saat pertama berdiri hanya

membuka 2 kelas dengan 40 siswa, dan sekarang memiliki 6 kelas dengan 137

siswa yang terbagi dalam program/ peminatan IPA dan IPS. SMAN 15 Tebo

terus berbenah dibawah kepemimpinan kepala sekolah yang telah beberapa kali

mengalami pergantian sebagai berikut :

1. Bapak Salim Sati, S.Pd (Kepala Sekolah Pertama), periode 2008-2009

2. Bapak Sumardi, S.Pd, periode 2009-2010

3. Bapak Syafri, S.Pd, periode 2010-2012

4. Bapak M. Fran Sutoyo, S.Pd, periode Juli-Desember 2012

5. Bapak As'ari, S.Pd, periode 2013-2014

6. Bapak Junaldi, SE,MM , periode 2015 hingga sekarang.


41

3. Keadaan Guru, Tata Usaha, dan Siswa

Tabel 3.1 Keadaan Guru

No Nama Jabatan Keterangan


1 Junaldi, SE, M.M Kepala Sekolah PNS
2 Pariyanto, S.Pd.I Guru PAI PNS
3 Wawan Adi Wijaya, S.Pd Guru Kimia PNS
4 Lucyana Wilys, S.Pd Guru B. Inggris PNS
5 Sri Septia Peni, S.Pd Guru Kimia PNS
6 Melvika Anggraini, S.Pd Guru Fisika CPNS
7 Imron Rosidi, S.Pd Guru TIK GTT
8 Alfatimah, S.Pd.I Guru Fisika GTT
9 Zulia, S.Pd Guru Matematika GTT
10 Yunaidi, S.Pd Guru Geografi GTT
11 Ekin Lestari, S.Pd Guru PPKn GTT
12 Hariono, S.Pd Guru B. Indonesia GTT
13 Rini Andriyani, S.Pd Guru Biologi GTT
14 Lia Indriati, S. Pd.I Guru PAI GTT
15 Muhammad Rasidi, S.Pd.I Guru B. Arab GTT
16 Supriyono, S.E Guru Ekonomi GTT

Tabel 3.2 Keadaan Tenaga Kependidikan


No Nama Pendidikan Jabatan Keterangan
1 Malim Bandaharo, S.Si S1 Tata Usaha PTT
2 Uliyah SMA Tata Usaha PTT
3 Ellyn Wahyuni SMK Tata Usaha PTT
4 Zukniati, S.Pt S1 Pustakawan PTT
5 Widya Puspita S1 Laboran PTT
6 Asbarudin SMP Security PTT
42

Tabel 3.3 Keadaan Siswa


Tahun
KELAS
2017/2018 2018/2019 2019/2020
X 39 29 39

Jml Rombel 2 ruang 2 ruang 2 ruang

XI 39 57 57

Jml Rombel 2 ruang 2 ruang 2 ruang

XII 39 37 31

Jml Rombel 2 ruang 2 ruang 2 ruang

Total Siswa 117 123 127

4. Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel 3.4. Keadaan Sarana dan Prasarana

No Bangunan/ Ruang Jml Luas M2


1 Ruang Kepala Sekolah 1 9 M2
2 Ruang Wakasek 1 9 M2
3 Ruang Majelis Guru 1 80 M2
4 Ruang Tata Usaha 1 12 M2
5 Ruang BK 1 9 M2
6 Ruang UKS 1 12 M2
7 Laboratorium Fisika 1 120 M2
8 Laboratorium Kimia 1 120 M2
9 Ruang Kelas 9 567 M2
10 Ruang Perpustakaan 1 63 M2
11 WC Kepsek 1 3 M2
12 WC Pegawai 1 3 M2
13 WC Peserta Didik 6 3 M2
14 Mushola 1 49 M2
15 Tempat Parkir 1 30 M2
16 Lapangan Volly Ball 1 162 M2
17 Lapangan Upacara 1 216 M2
43

5. Visi dan Misi

VISI

"MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG BERKARAKTER, BERBUDAYA,

DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN"

MISI

1. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif

dengan mendayagunakan lingkungan sehingga mampu meningkatkan

potensi secara optimal.

2. Menanamkan nilai-nilai agama dan berperilaku akhlakul karimah dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan rapi sesuai kultur budaya

daerah dan nasional.

4. Mewujudkan lingkungan sekolah tanpa asap rokok.

5. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai patriotisme dan kebangsaan.

6. Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, asri dan nyaman.

7. Melaksanakan pembinaan terhadap nilai-nilai budaya ramah lingkungan.

8. Melaksanakan Trias UKS.


44

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Pra Siklus

Pada hari pertama, sebelum peneliti melakukan pembelajaran, peneliti

memberikan tes awal kepada siswa. Tes ini diberikan untuk mengetahui

kemampuan awal yang dimiliki siswa. Dilihat dari tes awal, diperoleh prestasi

belajar siswa yang masih jauh dari harapan, karena masih banyak siswa yang

prestasi belajarnya di bawah KKM. Ketuntasan yang harus dicapai yaitu 73.

Inilah yang menjadi acuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas XI

MIPA SMA Negeri 15 Tebo. Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.1 Data nilai pra siklus siswa kelas XI MIPA

Keterangan
No. Kode Siswa Nilai / Skor
(KKM ≥ 73)
1. S1 85 Tuntas
2. S2 60 Tidak Tuntas
3. S3 65 Tidak Tuntas
4. S4 75 Tuntas
5. S5 75 Tuntas
6. S6 50 Tidak Tuntas
7. S7 75 Tuntas
8. S8 55 Tidak Tuntas
9. S9 45 Tidak Tuntas
10 S10 75 Tuntas
11. S11 60 Tidak Tuntas
12. S12 70 Tidak Tuntas
13. S13 45 Tidak Tuntas
14. S14 75 Tuntas
15. S15 80 Tuntas
16. S16 60 Tidak Tuntas
17. S17 60 Tidak Tuntas
18. S18 50 Tidak Tuntas
45

Keterangan
No. Kode Siswa Nilai / Skor
(KKM ≥ 73)
19. S19 55 Tidak Tuntas
20. S20 45 Tidak Tuntas
21. S21 40 Tidak Tuntas
22 S22 45 Tidak Tuntas
23 S23 80 Tuntas
24 S24 70 Tidak Tuntas
25 S25 55 Tidak Tuntas
26 S26 60 Tidak Tuntas
Jumlah 1610
Rata-Rata Kelas 61,92
Jml Siswa Tuntas 8
Jml Siswa Tidak Tuntas 18
Persentase Ketuntasan 30,76

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mencapai

ketuntasan hasil tes awal secara klasikal sebanyak 8 orang siswa atau 30,76 %

sedangkan 18 orang siswa atau 69,23% tidak tuntas. Berdasarkan KKM yang

di tetapkan di SMA Negeri 15 Tebo bahwa seorang siswa dikatakan tuntas

belajarnya bila memiliki nilai ketuntasan secara individu 73 dan secara klasikal

80 % siswa di kelas tersebut tuntas belajarnya. Oleh karena itu dapat di

simpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa untuk tes awal belum tercapai.

Maka untuk itu pada siklus I guru harus mempersiapkan RPP, LKPD,

instrumen tes, lembar observasi aktivitas siswa.

2. Siklus I

Siklus I terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap pengamatan dan refleksi. Penelitian siklus 1 dilakukan

selama satu hari, yaitu tanggal 9 September 2019.


46

a. Tahap Perencanaan Siklus I

Tahap perencanaan yaitu berupa persiapan segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegiatan peneliti yang terdiri dari menyiapkan materi dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan sumber belajar,

menyiapkan sarana observasi dan dokumentasi selama proses pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus I

Proses pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari senin, 9 September

2019. Materi pembelajaran adalah Pelaksanaan Pengurusan Jenazah. Media

yang digunakan yaitu Video, Power Point dan buku paket Pendidikan

Agama Isla kelas XI. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode

demonstrasi, ceramah dan Tanya jawab. Pembelajaran dilaksanakan selama

3 jam pelajaran atau 135 menit.

Kegiatan pembelajaran dibagi kedalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal

(pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Tahap-tahap

tersebut sesuai dengan RPP terlampir.

Sebelum memasuki pembelajaran siklus I, guru membagikan tes awal

kepada setiap siswa. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran

pada tahap pendahuluan yang diawali dengan motivasi dan apersepsi yaitu

memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari secara klasikal untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa

terhadap pembelajaran yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan

pembelajaran sesuai KD. Serta membagikan siswa kedalam 4 kelompok.


47

Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti. Pada tahap ini guru menjelaskan

materi tentang Pengurusan Jenazah : Memandikan dan Mengkafani dengan

menggunakan metode demonstrasi yang berhubungan dengan materi

tersebut. Setelah itu setiap kelompok dipersilahkan mempresentasikan hasil

pengerjaan diskusi kelompok tersebut.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir (penutup). Pada tahap ini

guru menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum paham dan meminta

kepada siswa untuk bertanya jika ada yang kurang paham tentang materi

yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa menarik

kesimpulan dari pembelajaran siklus I tersebut dan menguatkan kembali

kesimpulan tersebut. Diakhir pembelajaran, guru memberikan soal tes siklus

I untuk mengukur hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Adapun

lembaran soal dapat dilihat pada lampiran.

c. Tahap Pengamatan (Observasi) Siklus I

1) Observasi Aktivitas Siswa

Pada tahap ini adalah kegiatan mengamati aktivitas siswa pada saat

pembelajaran berlangsung, dari kegiatan awal pembelajaran sampai kegiatan

akhir (penutup) untuk setiap pertemuan.

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabel

berikut:
48

Tabel 4.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan


Pembelajaran Siklus I

No Aktivitas yang diamati Nilai Keterangan


.
1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan 2 Cukup
guru.
2. Mengajukan pertanyaan yang 3 Baik
berhubungan dengan materi
3. Antusias siswa dalam belajar 3 Baik
4. Mendemontrasikan materi yang diberikan 2 Cukup
oleh guru
5. Presentasi siswa terhadap hasil tugas 2 Cukup
kelompok
6. Menarik kesimpulan tentang materi yang 3 Baik
telah diajarkan.
7. Perilaku yang tidak relevan dengan KMB 3 Baik
Seperti: melamun, jalan jalan di kelas,
membaca buku/mengerjakan tugas mata
pelajaran lain, bermain-main dengan teman
dan lain-lain
Jumlah 18

Nilai Persentase 64,29% Kurang

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama proses

pembelajaran melalui metode demontrasi pada siklus I memperoleh hasil

kurang, yaitu diantaranya masih kurang mengerti bagaimana cara

mendemontrasikan pengurusan jenazah yang benar dan juga cara persentase

siswa yang tidak sesuai dengan arahan guru. Nilai presentase aktivitas siswa

pada siklus I ini memperoleh hasil 64,29% yang termasuk dalam kategori

kurang.
49

2) Observasi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Di akhir pembelajaran Siklus I, peneliti memberikan tes dengan

jumlah 10 soal yang diikuti oleh 26 siswa untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa, dengan kriteria ketuntasan minimal yang diterapkan di SMA

Negeri 15 Tebo adalah 73. Hasil tes belajar pada Siklus I adalah berikut ini:

Tabel 4.3 Data nilai siklus I siswa kelas XI MIPA

Keterangan
No. Kode Siswa Nilai / Skor
(KKM ≥ 73)
1. S1 90 Tuntas
2. S2 75 Tuntas
3. S3 80 Tuntas
4. S4 90 Tuntas
5. S5 80 Tuntas
6. S6 60 Tidak Tuntas
7. S7 75 Tuntas
8. S8 60 Tidak Tuntas
9. S9 55 Tidak Tuntas
10 S10 75 Tuntas
11. S11 65 Tidak Tuntas
12. S12 80 Tuntas
13. S13 60 Tidak Tuntas
14. S14 80 Tuntas
15. S15 85 Tuntas
16. S16 75 Tuntas
17. S17 75 Tuntas
18. S18 60 Tidak Tuntas
19. S19 75 Tuntas
20. S20 50 Tidak Tuntas
21. S21 50 Tidak Tuntas
22 S22 50 Tidak Tuntas
23 S23 90 Tuntas
24 S24 75 Tuntas
25 S25 65 Tidak Tuntas
26 S26 80 Tuntas
Jumlah 1855
Rata-Rata Kelas 71,35
Jml Siswa Tuntas 16
Jml Siswa Tidak Tuntas 10
Persentase Ketuntasan 61,53
50

Berdasarkan daftar nilai hasil belajar di atas menunjukkan jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar pada siklus I secara klasikal

sebanyak 16 orang siswa atau 61,53% sedangkan 10 orang siswa atau

38,46% tidak tuntas. Berdasarkan KKM yang di tetapkan di SMA Negeri 15

Tebo bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya bila memiliki nilai

ketuntasan secara individu 73 dan secara klasikal 80 % siswa di kelas

tersebut tuntas belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar siswa pada siklus I

belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.

d. Refleksi Siklus 1

Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat dan melihat kembali semua

kegiatan pada kegiatan siklus pembelajaran yang telah dilakukan, untuk

menyempurnakan pada siklus berikutnya. Adapun hasil refleksi kegiatan

pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Refleksi Hasil Temuan Revisi


1. Aktivit Aktivitas siswa dalam kegiatan Untuk pertemuan
as pembelajaran pada siklus I selanjutnya guru harus
siswa adalah 64,29% yang tergolong lebih memperhatikan
kurang, terdapat beberapa point dan mengarahkan siswa
yang dikategorikan cukup yaitu agar fokus dan
pada mendemontrasikan materi berkonsentrasi dalam
yang diberikan guru dan mendengarkan/
presentasi siswa terhadap hasil memperhatikan
tugas kelompok. Dengan penjelasan guru, dalam
demikian, pada kegiatan mendemontrasikan dan
pembelajaran yang masih mengarahkan siswa
dikategorikan cukup harus mempresentasikan hasil
dilakukan perbaikan- perbaikan diskusi tersebut.
dalam penerapan metode
demontrasi untuk siklus
selanjutnya menjadi lebih baik.
51

Hasil Berdasarkan hasil tes yang Untuk pertemuan


2. Tes dilakukan pada siklus I terdapat selanjutnya guru harus
Siklus I bahwa jumlah siswa yang lebih memperhatikan
mencapai ketuntasan belajar siswa serta
secara individu sebanyak 16 membimbing siswa
orang atau 61,53%, sedangkan pada saat proses
10 orang atau 38,46% belum pembelajaran agar hasil
mencapai ketuntasan belajar. belajar siswa tercapai
Rata-rata hasil belajar yang atau sesuai dengan yang
diperoleh siswa adalah 71,35 di harapkan.
belum memenuhi KKM. Oleh
karena itu presentase
ketuntasan belajar siswa masih
dibawah 80%, maka
ketuntasan belajar siswa untuk
siklus I belum mencapai
ketuntasan belajar klasikal.

3. Siklus II

Siklus II terdiri atas tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap pengamatan dan refleksi. Penelitian siklus II dilakukan

selama satu hari, yaitu tanggal 16 September 2019.

a. Tahap Perencanaan

Rencana pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan berdasarkan adanya

kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada proses pelaksanaan siklus I.

Maka peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran yang akan

menekankan pada:

1) Pelaksanaan masih menggunakan metode demonstrasi.

2) Mengembangkan pelaksanaan metode pembelajaran demonstrasi dan

mengembangkan tes evaluasi atau post test yang pertanyaan soalnya

berbeda dengan siklus I.

3) Peningkatan terhadap motivasi siswa.


52

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II

Proses pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 16

September 2019. Materi pembelajaran adalah Pelaksanaan Pengurusan

Jenazah. Media yang digunakan yaitu Video, Power Point dan buku paket

Pendidikan Agama Isla kelas XI. Metode pembelajaran yang digunakan

yaitu metode demonstrasi, dan Tanya jawab. Pembelajaran dilaksanakan

selama 3 jam pelajaran atau 135 menit.

Kegiatan pembelajaran dibagi kedalam tiga tahap, yaitu kegiatan awal

(pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan akhir (penutup). Tahap-tahap

tersebut sesuai dengan RPP terlampir.

Pada tahap pendahuluan yang diawali dengan motivasi dan apersepsi

yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari secara klasikal untuk membangkitkan rasa ingin tahu

siswa terhadap pembelajaran yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan

pembelajaran sesuai KD.

Tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti. Pada tahap ini guru menjelaskan

materi tentang Pengurusan Jenazah : Menyolatkan dan Menguburkan

dengan menggunakan metode demonstrasi yang berhubungan dengan materi

tersebut. Setelah itu setiap kelompok dipersilahkan mempresentasikan hasil

pengerjaan diskusi kelompok tersebut.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir (penutup). Pada tahap ini

guru menanyakan kepada siswa apakah ada yang belum paham dan meminta

kepada siswa untuk bertanya jika ada yang kurang paham tentang materi
53

yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa menarik

kesimpulan dari pembelajaran siklus II tersebut dan menguatkan kembali

kesimpulan tersebut. Diakhir pembelajaran, guru memberikan soal tes siklus

II untuk mengukur hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran. Adapun

lembaran soal dapat dilihat pada lampiran.

c. Tahap Pengamatan (Observasi) Siklus II

1) Observasi Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Kegiatan


Pembelajaran Siklus II

No Aktivitas yang diamati Nilai Keterangan


.
1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru. 3 Baik

2. Mengajukan pertanyaan yang


berhubungan dengan materi 3 Baik

3. Antusias siswa dalam belajar 4 Sangat Baik


4. Mendemontrasikan materi yang diberikan
3 Baik
oleh guru
5. Presentasi siswa terhadap hasil tugas
kelompok 3 Baik

6. Menarik kesimpulan tentang materi yang


telah diajarkan. 4 Sangat Baik

7. Perilaku yang tidak relevan dengan KMB


Seperti: melamun, jalan jalan di kelas,
membaca buku/mengerjakan tugas mata 3 Baik
pelajaran lain, bermain-main dengan teman
dan lain-lain
Jumlah 23
Nilai Persentase 82,14% Baik
54

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa aktivitas siswa selama proses

pembelajaran melalui metode demontrasi pada siklus II memperoleh hasil

Baik. Nilai presentase aktivitas siswa pada siklus II ini memperoleh hasil

82,14% yang termasuk dalam kategori Baik.

2) Observasi Aktivitas Siswa

Di akhir pembelajaran Siklus II, peneliti memberikan tes dengan

jumlah 10 soal yang diikuti oleh 26 siswa untuk mengetahui ketuntasan

belajar siswa, dengan kriteria ketuntasan minimal yang diterapkan di SMA

Negeri 15 Tebo adalah 73. Adapun peningkatan Hasil belajar yang diperoleh

siswa dari proses pembelajaran ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.6 Data nilai siklus II siswa kelas XI MIPA

Keterangan
No. Kode Siswa Nilai / Skor
(KKM ≥ 73)
1. S1 100 Tuntas
2. S2 80 Tuntas
3. S3 90 Tuntas
4. S4 95 Tuntas
5. S5 85 Tuntas
6. S6 65 Tidak Tuntas
7. S7 90 Tuntas
8. S8 80 Tuntas
9. S9 75 Tuntas
10 S10 85 Tuntas
11. S11 75 Tuntas
12. S12 90 Tuntas
13. S13 70 Tidak Tuntas
14. S14 85 Tuntas
15. S15 100 Tuntas
16. S16 80 Tuntas
17. S17 90 Tuntas
18. S18 75 Tuntas
19. S19 80 Tuntas
20. S20 75 Tuntas
55

Keterangan
No. Kode Siswa Nilai / Skor
(KKM ≥ 73)
21. S21 70 Tidak Tuntas
22 S22 75 Tuntas
23 S23 100 Tuntas
24 S24 85 Tuntas
25 S25 75 Tuntas
26 S26 85 Tuntas
Jumlah 2155
Rata-Rata Kelas 82,88
Jml Siswa Tuntas 23
Jml Siswa Tidak Tuntas 3
Persentase Ketuntasan 88,46

Berdasarkan daftar nilai hasil belajar di atas menunjukkan jumlah

siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar pada siklus II secara klasikal

sebanyak 23 orang siswa atau 88,46% sedangkan 3 orang siswa atau 11,53%

tidak tuntas. Berdasarkan KKM yang di tetapkan di SMA Negeri 15 Tebo

bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajarnya bila memiliki nilai

ketuntasan secara individu 73 dan secara klasikal 80 % siswa di kelas

tersebut tuntas belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar siswa pada siklus II

telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.

d. Refleksi Siklus II

Adapun hasil refleksi kegiatan pembelajaran siklus II dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut:


56

Tabel 4.7 Refleksi Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Refleksi Hasil Temuan Revisi

1. Hasil Berdasarkan hasil tes yang Untuk pertemuan


Tes dilakukan pada siklus II terdapat selanjutnya guru harus
Siklus II bahwa jumlah siswa yang bisa mempertahankan
mencapai ketuntasan belajar hasil belajar siswa,
secara individu sebanyak 23 dengan cara
orang atau 88, 46%, sedangkan 3 menerapkan
orang atau 11, 53% belum pembelajaran yang
mencapai ketuntasan belajar. tetap menarik,
Rata-rata hasil belajar yang memotivasi dengan
diperoleh siswa adalah 82,88 menggunakan metode-
dan telah memenuhi KKM. Oleh metode yang lebih
karena itu presentase bervariasi .
ketuntasan belajar siswa sudah
diatas 80%, maka
ketuntasan belajar siswa untuk
siklus II telah mencapai
ketuntasan belajar klasikal.

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data-data yang terkumpul,

maka diketahui bahwa penggunaan metode pembelajaran Demonstrasi pada

pembelajaran PAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan

metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI yang dilaksanakan dalam penelitian

tindakan kelas tersebut menunjukkan bahwa siswa dapat menerima materi


57

pengurusan jenazah dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil

belajar siswa selama pelajaran berlangsung. Oleh karena itu maka pembelajaran

menggunakan metode demonstrasi dapat dikatakan menjadi salah satu solusi

untuk mencapai target yang telah ditentukan. Berdasarkan dari hasil tes pada

kondisi awal atau pra siklus, nilai rata-rata dari 26 siswa yaitu 61,92 dengan

rincian 8 siswa sudah yang mencapai KKM dan dinyatakan tuntas, sedangkan 18

siswa yang belun mencapai KKM dan dinyatakan belum tuntas. Hal tersebut

dikarenakan guru dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode

konvesional sehingga pembelajaran yang muncul kurang menarik siswa dan siswa

menjadi kurang aktif.

Dengan demikian hasil belajar siswa kurang maksimal dan masih banyak

yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Melihat hal tersebut

agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti melakukan penelitian

tindakan kelas dengan menggunakan metode Demonstrasi. Dari penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari nilai –nilai tes formatif yang diperoleh siswa disetiap siklusnya pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8 Hasil Rekapitulasi Nilai –Nilai Pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

SIKLUS
NO Kode Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. S1 85 90 100
2. S2 60 75 80
3. S3 65 80 90
4. S4 75 90 95
5. S5 75 80 85
6. S6 50 60 65
7. S7 75 75 90
58

NO Kode Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II


8. S8 55 60 80
9. S9 45 55 75
10 S10 75 75 85
11. S11 60 65 75
12. S12 70 80 90
13. S13 45 60 70
14. S14 75 80 85
15. S15 80 85 100
16. S16 60 75 80
17. S17 60 75 90
18. S18 50 60 75
19. S19 55 75 80
20. S20 45 50 75
21. S21 40 50 70
22 S22 45 50 75
23 S23 80 90 100
24 S24 70 75 85
25 S25 55 65 75
26 S26 60 80 85
Jumlah 1610 1855 2155
Rata-rata 61,92 71,35 82,88
Persentase ketuntasan (%) 30,76 61,53 88,46
Jumlah tuntas 8 16 23
Jumlah tidak tuntas 18 10 3
Nilai tertinggi 85 90 100
Nilai terendah 45 50 65

Pada Pra siklus sebelum diterapkan metode Demonstrasi nilai rata –rata dari

26 siswa yaitu 61,92 (30,76%) dengan rincian 8 siswa dinyatakan tuntas,

sedangkan 18 siswa dinyatakan tidak tuntas. Dengan demikian dapat dijadikan

pijakan dalam menilai hasil belajar siswa setelah diterapkan metode Demonstrasi.

Pada siklus I rata-rata dari 26 siswa yaitu 71,35 (61,53%) dengan rincian 16 siswa

dinyatakan tuntas sedangkan 10 siswa yang belum mencapai KKM dan

dinyatakan tidak tuntas. Setelah dilakukan beberapa perbaikan, guru telah mampu

menerapkan metode Demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan baik. Namun


59

masih ada beberapa siswa yang belum memahami jalannya metode pembelajaran

yang telah diterapkan. Maka perbaikannya adalah guru memberikan penjelasan

lebih mendalam tentang metode Demonstrasi yang akan diterapkan dalam

pembelajaran. Mengingat jumlah siswa yang mencapai KKM belum mencapai

target, maka dari itu diperlukan perbaikan pada tahap berikutnya yaitu siklus II.

Pada siklus II nilai rata-rata dari 26 siswa yaitu 82,88 (88,46%) dengan rincian

jumlah yang mencapai KKM dan dinyatakan tuntas ialah 23 Siswa dan 3 siswa

yang tidak tuntas. Untuk penilaian hasil pengamatan telah terjadi peningkatan

karena guru telah maksimal menerapkan metode Demonstrasi dengan sangat baik.

Hasil pencapaian KKM pada Pra siklus, siklus I, siklus II dapat dilihat

ditabel berikut:

Tabel 4.9 Pencapaian KBM pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Ketuntasan Pelaksanaan Nilai Rata-rata Ketuntasan KBM Individu


Pra siklus 61,92 8 Siswa (30,76 %)
Siklus I 71,35 16 Siswa (61,53 %)
Siklus II 82,88 23 Siswa (88,46 %)

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar

yaitu dari Pra siklus sebesar 61,92 yaitu 30,76% yang diantarannya 8 tuntas dan

18 tidak tuntas, kemudian pada siklus I sebesar 71,35 yaitu 61,53% diantaranya 16

tuntas dan 10 tidak tuntas, menjadi 82,88 yaitu 88,46%, diantaranya 23 tuntas dan

3 orang belum tuntas pada siklus II. Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus II

sebesar 82,88 menunjukan bahwa telah melampaui KKM individu yaitu 73.
60

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dari pra siklus, siklus I,

siklus II hasil belajar siswa yang tuntas KKM terus meningkat. Meningkatnya

hasil belajar siklus I dan siklus II disebabkan karena pembelajaran menggunakan

metode Demonstrasi dapat membuat siswa lebih aktif dan antusias dalam

pembelajaran. Dengan memperhatikan pembahasan hasil penelitian peneliti

menyimpulkan bahwa hipotesis yang duajukan dapat diterima kebenarannya,

dengan kata lain penerapan metode Demonstrasi di SMA Negeri 15 Tebo dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada Peningkatan Hasil Belajar PAI Pengurusan

Jenazah melalui metode Demonstrasi pada pembelajaran PAI dalam memberi

materi kepada siswa.


61

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam

pada materi Pengurusan Jenazah di kelas XI MIPA pada semester 1 tahun

pelajaran 2019/2020 dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan belajar yang

diinginkan. Hal ini dibuktikan dari peningkatan hasil rata-rata dari sebelum

diterapkan metode Demonstrasi atau pra siklus sampai siklus II. Pada pra siklus

nilai rata-rata yaitu 61,92. Nilai rata-rata tersebut meningkat pada siklus I yaitu

71,53 dan pada siklus II nilai rata-ratanya yaitu 82,88. Apabila dilihat dari

perolehan nilai tertinggi pada setiap siklusnya juga mengalami peningkatan. Pada

pra siklus nilai tertinggi 85, pada siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 90,

dan pada siklus II nilai tertinggi meningkat menjadi 100. Persentase ketuntasan

belajar peserta didik juga mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus yang

tuntas hanya 30,76%, pada siklus I meningkat menjadi 61,53%, dan pada siklus II

meningkat menjadi 88,46%. Pada siklus II hampir semua sudah mencapai nilai

KKM. Oleh karena itu Penelitian Tindakan Kelas ini dinyatakan berhasil.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah Peneliti menyarankan penggunaan metode pembelajaran

Demonstrasi sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

pelajaran pendidikan agama Islam.


62

2. Bagi Guru

a. Guru hendaknya memiliki sikap aktif dan kreatif agar mampu mengelola

pembelajaran menjadi hal baru setiap harinya dengan mengembangkan

berbagai strategi, metode maupun model pembelajaran. Salah satunya yaitu

metode pembelajaran Demonstrasi. Hal ini akan menghilangkan rasa bosan

bagi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.

b. Sebelum melaksanakan metode pembelajaran jenis baru, hendaknya guru

melakukan persiapan sebaik-baiknnya dengan mempertimbangkan materi

yang sesuai.

3. Bagi Siswa

Peserta didik hendaknya senantiasa meningkatkan motivasi dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam maupun pembelajaran lainnya, karena

dengan motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran yang dapat diukur dari hasil belajar peserta didik.


63

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta :


Rineka Cipta.
Abdurrahman, Mulyono. 1993. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Fathurrohman,
Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.
Hasan, Chalijah. 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: AlIkhlas.
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model PengajarandanPembelajaran. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Ibnu Mas’ud, zainal Abidin S, fiqh mazhab syafi’i, (Bandung: Pustaka Setia,2000),
hlm.449
Imam an-nawawi, al-majmu‟ syarh al-muhazzab. Kitab Al-Jana’iz, Bab Ma Yuf’al
Bi Al-Mayyit, (Beirut: Dar al-fikr,tt), V:10
Kunandar.2011.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta:Rajawali Pres
Mardianto. 2002. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Mendikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nasih, Ahmad Munjin & Kholidah, Lilik Nur.2009. Metode dan TeknikPembelajaran
Pendidikan Agama Islam,Bandung: PT Refika Aditama.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suharsimi Arikunto, 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai