Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS V SD/MI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupannnya,
sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang , keluarga, bangsa atau Negara. Pendidikan bagi
suatu bangsa merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia sesuai dengan salah satu tujuan Negara yang digariskan dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu mencerdaskan bangsa.[1]

Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan


peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nonfisik : yakni
mengembangkan potensi pikir (mental intelektual), sosial, emosional, nilai moral, spiritual,
ekonomikal, fisikal, maupun kultural, sehingga dia dapat menjalankan hidup dan kehidupannya
sesuai dengan harapan dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa, dan negara, serta dapat menjawab
tantangan peradapan yang semakin maju. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
membangun peradapan bangsa, dan pendidikan harus berarah pada konsep perubahan, penumbuh
kembangan anak-anak bangsa menjadi pribadi yang baik (beriman, bertawakal, berbudi pekerti
luhur, memiliki nilai moral), mampu berkomunikasi, bergaul dengan baik, saling menghargai dan
memiliki kematangan emosional ; terampil atau memiliki kecakapan hidup, dan berbudaya. Oleh
karena itu, pendidikan oleh para ahli disebut sebagai “ilmu normatif”. Sebagai ilmu normatif
pendidikan tidak sekedar ingin mendiskripsikan atau memberitahukan sesuatu, tetapi ingin
menjelaskan bahwa pendidikan itu harus mencapai suatu “cita ideal”.[2]
          1
Dalam pendidikan pastinya ada proses pembelajaran, menurut La Iru dan Arihi, pembelajaran berarti
proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam
mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi belajar dan
mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur ekstrinsik
maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa dan guru, termasuk lingkungan. Dalam konteks
pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa disatu pihak dan memperkecil
peranan guru dipihak lain. Dalam istilah pembelajaran ,guru tetap harus berperan secara optimal,
demikian juga halnya dengan siswa, maka proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin
terjadi tanpa perlakuan guru.[3]
Peran guru dalam sebuah pembelajaran yaitu memberikan pengajaran di dalam kelas atau
sekolah, dia menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik secara pengetahuan yang
telah disampaikan itu. Selain dari itu dia juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan,
kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya. Untuk
mencapain tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang
akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik model, metode dan teknik mengajar.
[4]

Dalam melaksanakan hal-hal tersebut seorang guru harus mampu memotivasi siswa agar
tertarik dengan materi yang akan diajarkan, sehingga siswa tidak merasa bosan karena pembelajaran
yang kurang menarik, ini merupakan hal yang wajar dialami oleh guru, yang tidak memahami
kebutuhan dari siswa tersebut, baik dalam karakteristik maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam
hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan
pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik. Jadi bukan hanya menerapkan pembelajaran
berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang
kondusif. Selain itu, hubungan komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan dengan baik. [5]

Untuk pengembangan potensi siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Seperti
memberikan kesempatan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Memberikan
kesempatan untuk bermain dan beraktivitas. Menciptakan sesuatu yang aman pada diri siswa ,
aktivitas tidak di dominasi guru melainkan siswa, guru berfungsi sebagai fasilitator, pembimbing,
pengarah, dan pemberi motivasi. Selain itu tugas guru adalah membantu siswa dalam belajar, yakni
berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran
melalui penerapan berbagai model, metode dan media yang tepat.[6]

Mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan mata pelajaran yang
membutuhkan banyak hafalan dan pembuktian benda nyata. Jadi guru dituntut untuk selalu
membantu dan mendampingi peserta didik dalam memahami suatu materi. Jika guru hanya
menekankan pada kemampuan kognitif saja, dan tidak diimbangi dengan kemampuan kinerja, maka
peserta didik tidak akan maksimal dalam menerima pelajaran. Mengenai hal tersebut perlu
dilakukan upaya dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran
IPA. Salah satu alternatif guru dalam menyampaikan materi yaitu dengan menggunakan berbagai
model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Diantara model pembelajaran yang bisa digunakan dalam mata pelajaran IPA adalah model
pembelajaran cooperatif learning tipe jigsaw. Dengan model pembelajaran ini diharapkan para
peserta didik mampu bekerjasama dengan peserta didik lain dalam berkelompok. Sehingga mereka
akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, dan setiap individu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penerapan dari
model pembelajaran cooperatif learning ini untuk membuktikan adanya peningkatan motivasi
belajar sehingga nilai IPA pada peserta didik bisa meningkat.
Berdasarkan hasil pengamatan  ternyata hal ini terjadi disebabkan guru yang masih
mengajarkan IPA dengan cara kurang menarik, masih menggunakan metode ceramah, sehingga
peserta didik menjadi pasif dan malas. Sehingga peserta didik kurang termotivasi dalam
pembelajaran yang dilaksanakan.[7]

Hal ini dikuatkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan wali kelas V Bapak Mastur
di MI Ma’dinul Ulum Campurdarat Tulungagung, menegaskan bahwa:
“Peserta didik pada saat pembelajaran kurang fokus, bermain sendiri, berbincang-bincang dengan
teman lain, tidak onsentrasi disaat pembelajaran berlangsung, sehingga masih terdapat beberapa
peserta didik yang nilainya di bawah KKM yaitu 75. Kira-kira hampir setengah dari jumlah siswa
seluruhnya yang nilainya masih dibawah KKM.”[8]

Peneliti juga mengumpulkan data dari hasil dokumentasi daftar nilai ulangan harian IPA
materi alat pernapasan p Tulungagung peserta didik kelas V MI MA’DINUL ulum Campurdarat. Dari
studi dokumentasi peneliti menemukan hasil bahwa nilai ulangan matematika peserta didik sebagian
besar masih di bawah KKM yaitu 75. Dari 30 atau sebanyak 15  peserta didik, terdapat 50% atau
sebanyak 15 peserta didik yang nilainya berada dibawah KKM.[9] Adapun nilai selengkapnya
sebagaimana terlampir.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu tindakan guru untuk
mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan motivasi
belajar IPA peserta didik. Oleh karena itu peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas
yang berjudul “Penerapan Model Cooperatif Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar IPA Peserta Didik Kelas 5 MI MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran
2016/2017”.

B.     Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitiannya adalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana Peningkatan kerjasama antar kelompok melalui penerapan model cooperatif


learning  tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL ulum
Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017 ?

2.      Bagaimana Peningkatan Partisipasi melalui penerapan model cooperatif learning tipe jigsaw pada


mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL ulum Campurdarat Tulungagung
Tahun Ajaran 2016/2017 ?

3.      Bagaimana Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model cooperatif


learning  tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL ULUM
Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017 ?
C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitiannya adalah sebagai berikut :

1)      Untuk memaparkan Peningkatan kerjasama antar kelompok melalui penerapan model cooperatif


learning tipe  jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL ULUM
Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017.

2)      Untuk memaparkan Peningkatan Partisipasi peserta didik dalam belajar IPA melalui penerapan
model cooperatif learning  tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI
MA’DINUL ULUM Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017.

3)      Untuk memaparkan Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model cooperatif


learning  tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA  materi Alat Pernapasan Kelas 5 MI MA’DINUL ULUM
Campurdarat Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis. Dari segi teoritis, temuan
penelitian ini dapat memperkaya khasanah pengetahuan dalam bidang pembelajaran, khususnya
bagi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Sedangkan dari segi praktis, temuan penelitian ini berguna
bagi :

1. Kepala MI MA’DINUL ulum sebagai masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan
khususnya pada mata pelajaran IPA untuk MI/SD.

2. Guru MI MA’DINUL ulum dalam memilih metode pembelajaran bisa lebih tepat khususnya pada
materi pelajaran IPA untuk MI/SD

3. Peserta didik MI MA’DINUL ulum agar lebih mudah memahami materi pembelajaran IPA untuk
MI/SD.

4. Berbagai pihak yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut bagi peningkatan
motivasi belajar IPA peserta didik MI/SD.

E. Penegasan Masalah

1) Penerapan

Penerapan yaitu suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencaai
tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan suatu kelompok atau golongan yang
telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2) Model Cooperatif Learning tipe Jigsaw

Model cooperatif learning yaitu suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang
atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri.

Model pembelajaran cooperatif tipe jigsaw ini tugas siswa adalah siswa-siswa ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam : (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya;
(b) merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam
subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut pada temennya. Ahli
dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Dengan demikian, seluruh siswa bertanggung jawab
untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Oleh
karena itu, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

3) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam maupun dari luar sehingga
sesorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku / aktivitas tertentu yang lebih
baik dari keadaan sebelumnya. Pengatan-penguatan motivasi tersebut berada ditangan para
pendidik ata guru. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi be;ajar siswa. Adanya
motivasi belajar yang baik akan menunjukkan hasil atau prestasi yang baik.

4) IPA

IPA di sini berkedudukan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data
dengan cara eksperimen, pengamatan, simulasi, penelitian, dan demonstrasi untuk menghasilkan
sesuatu penjelasan tentang gejala-gejala alam yang dapat dipercaya.

F. Sistematika Penulisan

Setelah penelitian ini dilakukan, penulis kemudian menuangkan hasil penelitiannya ke dalam sebuah
laporan penelitian. Sistematika penulisan laporan tersebut meliputi :

1. Bagian awal menunjukkan identitas peneliti dan identitas penelitian yang dilakukan.
Dimana komponennya meliputi halaman judul, abstrak penelitian, persetujuan pembimbing,
pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar
dan daftar lampiran.

2. Bagian utama, menjelaskan inti dari kegiatan penelitian, meliputi :

a. Bab I : Pendahuluan

Pendahuluan ini bertujuan untuk memberi pengantar kepada pembaca dalam memahami isi laporan
penelitian.

b. Bab II : Landasan Teori, Kerangka Berfikir dan Pengajuan Hipotesis.

Bagian ini bertujuan untuk memaparkan teori-teori yang mendukung variabel-variabel yang diteliti.

c. Bab III : Metode Penelitian

Metode penelitian ini berfungsi untuk menegaskan langkah-langkah dan cara peneliti melakukan
sebuah penelitian.

d. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pada bab ini disajikan hasil olahan data yang diperoleh saat penelitian dan pembahasannya.
Tujuannya untuk menunjukkan hasil penelitian.

e. Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bagian ini bertujuan untuk menyajikan generalisasi teori dan membuktikan kebenaran hipotesis.

2. Bagian akhir, meliputi lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup.


3.

BAB II
4. KAJIAN TEORI
5. A.    Kajian tentang Model Pembelajaran
6. 1.      Pengertian Model
7. Model merupakan rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek,
sistem, atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisme
8. 2.      Pengertian Pembelajaran
9. Pembelajaran merupakan rancangan peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara
terstuktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media dan
model pembelajaran.
10. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran. Arti lain model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengrganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[1]
11. 3.      Ciri-ciri Model Pembelajaran
12. Berdasarkan uraian tentang pengertian model pembelajran dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
13. a.       Mempunyai visi atau tujuan pendidikan tertentu.
14. b.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
15. c.       Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.[2]
16.
17.  

9
18. 4.      Karakteristik Model
 
Pembelajaran
19. a)      Prosedur ilmiyah suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang
sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan
urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru untuk peserta didik.
20. b)      Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan suatu model pembelajaran menyebutkan
hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.
21. c)      Spesifikasi lingkungan belajar suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas
kondisi lingkungan di mana respon peserta didik diobservasi.[3]
22.
23. B.     Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperatif Learning
24. 1.      Pengertian Cooperatif Learning
25. Cooperatif Learning mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama. Cooperatif Learning juga mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama
yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.[4]
26. 2.      Ciri-ciri Cooperatif Learning
27. Adapun ciri-ciri pembelajaran Cooperatif Learning adalah (a) setiap anggota memiliki peran ,
(b) terjadi hubungan interaksi langsung antara siswa, (c) setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru
membantu mengembangan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru
hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Menurut Slavin ada tiga konsep
sentral yang menjadi ciri atau karakteristik pembelajaran Cooperatif Learning yaitu
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan sama untuk
berhasil.[5]
28. 3.      Jenis Pembelajaran Cooperatif Learning
29. Menurut Sloven dalam Cooperatif Learning ada beberapa variasi yang dapat diterapkan
diaantaranya adalah :
30. a.       STAD : dalam hal ini ada saling emotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna memperoleh prestasi maksimal. Ada lima langkah yang dilakukan pada STAD
yaitu : (1) tahap penyajian materi (2) tahap kegiatan kelompok (3) tahap tes individual (4)
tahap penghitungan sekor perkembangan individu (5) tahap pemberian penghargaan
kelompok.
31. b.      Jigsaw : ini adalah satu model cooperatif learning, yang tehnik pelaksanaannya dimulai
dari pembentukan kelompok yang disusun oleh guru agar siswa tidak memilih-milih teman
yang disenangi saja, jadi sifatnya heterogen. Setiap anggota kelompok diberi tugas untuk
mempelajari materi tertentu. Kemudian ada perwakilan kelompok bertemu dengan
perwakilan kelompok lain, mereka belajar materi yang sama. Kemudian kelompk dari
perwakilan kelompok ini kembali ke kelompok asalnya, dan menjelaskan apa yang sudah
mereka bahas dalam pertemuan perwakilan kelompom tadi.
32. c.       Group Investigation : stelah dibentuk kelompok oleh siswa, (boleh pilih-pilih teman),
mereka diberi materi dan permasalahan. Untuk memecahkan masalah ini siswa bisa mencari
data dikelas atau di luar kelas. Kemudian pada waktunya mereka harus melaporkan hasil
kelompok dalam hal analisis, dan kesimpulan. [6]
33.
34.
35. 4.      Prinsip-Prinsip Pembelajaran Cooperatif Learning
36. Tardapat empat prinsip dasar pembelajaran Cooperatif Learning, seperti dijelaskan di bawah
ini :
37. (a)    Prinsip ketergantungan positif : Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu
penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota
kelomponya. Oleh sebab itu perlu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan
penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan
demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
38. (b)   Tanggung jawab perseorangan : Prinsip yang merupakan kensekuensi dari prinsip yang
pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka
setiap anggota kelompok harus memiliki tanggungjawab sesuai dengan tugasnya. Setiap
anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai
hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.
Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
39. (c)    Interaksi tatap muka : Pembelajaran cooperatif learning memberi ruang dan kesempatan
luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi
dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan
masing-masing kelompok.
40. (d)   Partisipasi dan komunikasi : Pembelajaraan cooperatif learning melatih siswa untuk
dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum
melakukan cooperatif learing guru perlu membekali siswa dengan kemampuan
berkomunikasi.[7]
41. 5.      Manfaat Model Pembelajaran Cooperatif Learning
42. a)      Terjadi pengembangan kualitas diri peserta didik.
43. b)      Mereka belajar saling terbuka, saling percaya dan rilex.
44. c)      Mereka belajar bertukar pikiran dalam suasana penuh keakraban.
45. d)     Materi pelajaran dapat lebih dipahami karena mereka mencoba membahas bersama
serta memecahkan permasalahan yang diajukan oleh guru.
46. e)      Mendorong tumbuhnya tanggungjawab sosial, meningkatkan kegairahan belajar.
47. f)       Muncul sifat kesetiakawanan dan keterbukaan di antara siswa.
48. g)      Berkembangnya perilaku demokratisasi dalam kelas.
49. h)      Bisa pula meningkatkan prestasi siswa, jika model belajar ini betul-betul diterapkan
secara tepat.[8]

Anda mungkin juga menyukai