Anda di halaman 1dari 11

ISSN: 2355-510 Vol. 4, No.

1, Maret 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING


AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDI OLAEWA
KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO

Yosefina Uge Lawe

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Citra Bakti

yosefinagelawe@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar
IPA dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)
pada siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo. Jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian mengikuti
model Mc Taggart dan Kemmis yang dilaksanakan dalam empat tahap yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SDI Olaewa yang berjumlah 24 orang. Objek dalam penelitian ini adalah
aktivitas belajar dan hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah metode observasi aktivitas belajar dan metode tes hasil belajar IPA. Instrumen
yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar dan tes pilihan ganda. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) Untuk variabel aktivitas belajar IPA, siklus I nilai rata-rata pada
akivitas belajar siswa yakni sebesar 60,33 dan persentasenya sebesar 60,33% berada
pada kategori tidak aktif dan pada siklus II nilai rata-rata pada akivitas belajar siswa yakni
sebesar 82,16 dan persentasenya sebesar 82,16% berada pada kategori aktif.
Peningkatan persentase rata-rata nilai aktivitas belajar dari siklus I ke Siklus II sebesar
21,83% 2) Untuk variabel hasil belajar IPA pada siklus I nilai rata-ratanya sebesar 64,16
dengan persentase rata-ratanya sebesar 64, 16% berada pada kategori tidak baik dan
pada siklus II nilai rata-ratanya sebesar 80,83 dengan persentase rata-ratanya sebesar
80,83% berada pada kategori cukup baik. peningkatan persentase hasil belajar IPA dari
siklus I ke siklus II sebesar 16,67%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa.

Kata-kata Kunci: Model CTL, Aktivitas dan Hasil Belajar IPA

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I67


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

Abstract

This research aims to find out the improvement of Natural Science activity and
learning outcome by using contextual teaching and learning Model for Class IV Students
of Olaewa State Primary School Boawae District Nagekeo Regency. This research was
Classroom Action Research by research design of Mc Taggart and Kemmis model which
done in four stages that were: planning stage, action, observation, and reflection. The
subject of this research was class IV students of Olaewa State Primary School totaled 24
students. The objects of this research were Natural Science learning activity and learning
achievement. Method of data collected in this research was learning activity observation
method and Natural science learning achievement test method. The instrument that used
was learning activity observation sheet and multiple choice tests. Data analyzed by using
analysis statistic descriptive quantitative. The result of research shows that 1) Natural
Science learning activity the average score of Natural Science learning activity on first
cycle in amount of 60,33 with the percentage 60,33% being in category enough active.
While in second cycles the average score in amount of 82,16 with the percentage 82,16%
being in category active. This case show that contextual teaching and learning model
proved can improve Natural Science learning activity in amount of 21,83%, 2) Natural
science learning achievement the average score acquired on the first cycle in amount of
64,16 with the percentage 64,16% being in category medium, while the average score in
second cycles in amount of 80,83 with the percentage 80,83% being in category very
high. This case shows that CTL model can improve Natural Science learning
achievement in amount of 16,67%. Based on these result then can be concluded that by
applying CTL model can improve Natural Science learning activity and learning
achievement for Class IV Students of Olaewa State Primary School Boawae District
Nagekeo Regency.

Keywords: CTL model, Natural Science activity and learning achievement

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I68


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

PENDAHULUAN karena itu, pendidikan bukanlah proses


Manusia memerlukan memaksa kehendak orang dewasa
pendidikan sebagai bekal untuk (guru) kepada peserta didik, melainkan
menghadapi persaingan global yang upaya menciptakan kondisi yang
semakin maju. Karena pendidikan kondusif bagi perkembangan anak,
merupakan wadah pembentukan yaitu kondisi yang memberi kemudahan
kepribadian seseorang dan hakikatnya kepada anak untuk mengembangkan
memanusiakan manusia yang berakal dirinya secara optimal.
budi. Menurut Undang-undang No.20 Trianto, (2014: 5) menyatakan
tahun 2003 tentang Sisdiknas dikatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan di
bahwa pendidikan adalah usaha sadar Indonesia tentu diimbangi dengan
dan terencana untuk mewujudkan rendahnya kualitas sumber daya
suasana belajar dan proses manusia. Agar sumber daya manusia
pembelajaran agar peserta didik secara dapat meningkat maka setiap pelajaran
aktif mengembangkan potensi dirinya di SD harus diberikan secara terarah
untuk memiliki kekuatan spiritual, sehingga menunjang keberhasilan
keagamaan, kepribadian, kecerdasan, pendidikan siswa untuk melanjutkan ke
akhlak mulia serta keterampilan yang jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
diperlukan secara rasional dengan Pembelajaran IPA di beberapa
pengembangan diri demi mewujudkan SD masih belum mencapai hasil yang
potensi yang memadai dalam bidang maksimal. Salah satu contoh nyata
pendidikan. Berdasarkan pengertian sekolah yang masih mengalami masalah
pendidikan tersebut, maka belajar dalam proses pembelajaran, khususnya
adalah lebih dari sekedar mengingat dalam pembelajaran IPA adalah SDI
atau mengafal. Bagi siswa untuk dapat Olaewa. Berdasarkan hasil wawancara
sunggu-sunggu mengerti dan dapat dan observasi yang telah dilakukan
menerapkan ilmu pengetahuan, mereka dengan guru kelas IV SDI Olaewa
harus mencoba untuk memecahkan dijelaskan bahwa hasil belajar masih
masalah dan berusaha menemukan tergolong rendah khususnya pada mata
sesuatu bagi dirinya sendiri. pelajaran IPA.
Taufiq dkk, (2011:1.7) Dalam observasi yang
menyatakan bahwa makna pendidikan ditemukan pada saat guru memberikan
tersebut mengandung beberapa hal materi tentang berbagai bentuk energi
yaitu: pendidikan itu merupakan usaha dan kegunaanya yang berfokus pada
sadar, artinya tindakan mendidik bukan soal uraian ditemukan fakta bahwa; (1)
merupakan tindakan yang bersifat proses pembelajaran berpusat pada
refleks atau spontan tanpa tujuan dan guru, karena guru belum bisa mmbuat
rencana yang jelas, melainkan siswa agar mau berperan aktif dalam
merupakan tindakan yang rasional, proses pembelajaran. (2) guru sering
disengaja, disiapkan, direncanakan menggunakan soal-soal yang terdapat
untuk mencapai tujuan tertentu; pada buku, karena guru merasa soal
mewujudkan suasana belajar dan yng ada di buku sudah sesuai dengan
proses pembelajaran yang efektif materi jadi tidak perlu membuat soal
menjadi fokus utama proses pendidikan; lagi. (3) guru kurang memberikan
anak harus aktif, artinya bukan hanya motivasi belajar kepada siswa karena
mendengarkan saja, melainkan harus siswa dalam kelashanya sebagai
lebih banyak bertanya, melakukan pendengar sehingga siswa merasa
kegiatan tertentu, mencari sumber bosan dalam mengikuti pembelajaran.
belajar, mencoba dan menemukan (4) keterampilan menguraikan jawaban
sendiri. pendidikan juga merupakan siswa rendah yang berujung pada
proses membantu peserta didik agar ketidakmampuan mengerjakan soal dan
berkembang secara optimal yaitu berkorelasi dengan rendahnya nilai IPA.
berkembang setinggi mungkin sesuai Rendahnya hasil belajar juga
dengan potensi dan sistem nilai yang dikarenakan penggunaan model
dianutnya dalam masyarakat. Oleh pembelajaran yang tidak sesuai dengan

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I69


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

materi yang akan diajarkan kepada pembelajaran sebagai bingkai dari


peserta didik. Maka dari itu yang harus pembelajaran dikelas.
dilakukan oleh guru dalam proses Aktivitas belajar adalah
belajar mengajar adalah diperlukan kegiatan yang bersifat fisik dan mental
adanya penyempurnaan model dalam proses belajar kedua kegiatan
pembelajaran IPA yang mampu saling berkaitan. Nanang Hanafia dan
memberikan peluang kepada siswa Cucu Suhana (2010: 24) menjelaskan
untuk berpikir secara optimal, bahwa aktivitas belajar memberikan nilai
mengurangi model ceramah dan tambah bagi peserta didik berupa hal-
menempatkan guru sebagai fasilitator hal sebagai berikut. 1) Peserta didik
dan menjadi mediator serta motivator memiliki kesadaran untuk belajar
belajar siswa. Dengan demikian, dalam sebagai wujud adanya motivasi internal
proses pembelajaran siswa dapat untuk belajar. 2) Peserta didik mencari
mengetahui apa makna belajar, apa pengalaman dan langsung mengalami
manfaatnya dan bagaimana cara sendiri,yang dapat memberikan dampak
mencapainya terhadap pembentukan pribadi yang
Pembelajaran Contextual internal. Aktivitas belajar merupakan
Teaching and Learning adalah model proses belajar yang dialami secara
pembelajaran yang mengaitkan materi langsung oleh siswa pada saat proses
pembelajaran dengan dunia nyata pembelajaran dikelas maupun diluar
siswa, dengan menerapkan model kelas (Hamalik, 2001:170). Dalam
pembelajaran CTL siswa dapat proses pembelajaran yaitu tingka laku
memahami materi sehingga aktivitas siswa atau perbuatan siswa dapat
belajar dan hasil belajar siswa dapat dialami oleh siswa secara langsung baik
meningkat. Menurut Wina Sanjaya di dalam kelas maupun di luar kelas.
(Rosalin 2008: 27) Contextual Teaching Aktivitas belajar tersebut juga dapat
and Learning (CTL) menekankan pada diketahui oleh guru dari perlakuan siswa
proses keterlibatan siswa untuk terhadap bahan belajar (Mudjiono dan
menemukan materi, artinya proses Dimiyati 2009: 236).
belajar diorientasikan pada proses Dalam dunia pendidikan dan
pengalaman secara langsung. Untuk pengajaran, hasil belajar memegang
memperbaiki keadaan tersebut maka peranan penting. Menurut Susanto
peneliti mencoba menerapkan model (2013), hasil belajar pada hakikatnya
pembelajaran Contextual Teaching and adalah perubahan tingkah laku dan cara
Learning (CTL) ini sebagai model berpikir yang relatif menetap sebagai
pembelajaran yang cocok untuk hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil
diterapkan di SDI Olaewa Kecamatan belajar merupakan dasar untuk
Boawae. menentukan tingkat keberhasilan siswa
Dilihat dari hasil observsi pada dalam memahami materi pelajaran.
saat proses pembelajaran IPA Hasil belajar dapat diketahui melalui
berlangsung di SDI Olaewa kelas IV pengukuran kegiatan belajar yang telah
lebih ditekankan pada kemampuan dilakukan. Hasil pengukuran tersebut
menghafal dari pada memahami tujuan menunjukkan sampai sejauh mana
materi pembelajaran sehingga hasil siswa dapat mencapai kompetensi dasar
belajar IPA yang dicapai oleh peserta yang diberikan guru setelah proses
didik banyak yang tidak memenuhi KKM pembelajaran. Dengan kata lain,
yang sudah ditentukan. Memperhatikan seorang siswa dapat dikatakan telah
tujuan dari pembelajaran IPA di SDI mencapai hasil belajar jika pada dirinya
Olaewa kecamatan Boawae, kualitas telah terjadi perubahan cara berpikir
dan keberhasilan pembelajaran baik serta peningkatan kompetensi melalui
dalam hal aktivitas dan hasil belajar proses belajar yang dilakukan.
dipengaruhi oleh kemampuan dan Menurut Nawawi (Susanto,
ketepatan guru dalam memilih dan 2013: 5) mengemukakan bahwa hasil
menggunakan berbagai model belajar adalah tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I70


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

pelajaran di sekolah yang dinyatakan yang diajukan dalam penelitian ini


dalam skor yang diperoleh dari hasil tes adalah. 1) Dengan menggunakan model
mengenai sejumlah materi pelajaran pembelajaran contextual teaching and
tertentu. Menurut Sudjana (1991: 22) learning dapat meningkatkan aktivitas
hasil belajar merupakan kemampuan- belajar IPA dikelas IV pada siswa SDI
kemampuan yang dimiliki siswa setelah Olaewa kecamatan Boawae. 2) Dengan
menerima pengalaman belajar dan menggunakan model pembelajaran
dapat dinilai dan diukur melalui tes. contextual teaching and learning dapat
Sedangkan Bloom (Hudoyo, meningkatkan hasil belajar IPA dikelas
1990:28) hasil belajar merupakan tingkat IV pada siswa SDI Olaewa Kabupaten
penguasaan yang dicapai oleh siswa Nagekeo.
dalam mengikuti program belajar
mengajar sesuai dengan tujuan yang METODE PENELITIAN
diterapkan. Jenis Penelitian ini adalah
Dari uraian tentang pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa Classroom Action Research. PTK
hasil belajar adalah hasil yang dipreoleh (penelitian tindakan kelas) diarahkan
siswa setelah mengalami interaksi pada tindakan nyata siswa yang terjadi
antara peserta didik dengan pendidik dalam konteks pembelajaran di kelas
dalam suasana pembelajaran yang utuh. dan di luar kelas. Untuk meningkatkan
Hasil belajar juga merupakan perubahan mutu pelajaran melalui suatu tindakan
tingkah laku dan peningkatan bermakna dengan menggunakan
kemampuan siswa setelah mengalami sebuah model atau suatu pendekatan
proses belajar baik yang bersifat pembelajaran yang dapat memecahkan
kognitif, afektif maupun psikomotor. masalah, situasi nyata siswa dan
Berdasarkan latar belakang kemudian secara cermat mengamati
masalah di atas, maka dapat diuraikan pelaksanaannya, untuk mengukur
masalah dalam penelitian ini adalah: 1) tingkat keberhasilannya dilakukan 4
Apakah penerapan model pembelajaran tahap yang terdiri dari (1) rencana, (2)
Contextual Teaching and Learning dapat tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.
meningkatkan aktivitas belajar IPA pada Desain penelitian yang digunakan
siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan adalah desain penelitian Model Kemis
Boawae Kabupaten Nagekeo?. 2) dan Taggart.
Apakah penerapan model pembelajaran Waktu pelaksanaan penelitian ini
Contextual Teaching and Learning dapat yaitu pada semester genap bulan Mei-
meningkatkan aktivitas belajar IPA pada Juni tahun 2016. Tempat pelaksanaan
siswa kelas IV SDI Olaewa Kecamatan penelitian adalah SDI Olaewa kelas IV
Boawae Kabupaten Nagekeo? Kecamatan Boawae Kabupaten. Subjek
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah siswa kelas
di atas, maka tujuan dari penulisan ini IV SDI Olaewa Kecamatan Boawae
adalah. 1) Untuk mengetahui Kabupaten Nagekeo yang berjumlah 24
peningkatan aktivitas belajar IPA pada orang terdiri dari 10 perempuan dan laki-
siswa melalui penerapan model laki 14 orang. Objek dari penelitian ini
pembelajaran Contextual Teaching and adalah aktivitas dan hasil belajar IPA
Learning pada siswa kelas IV SDI dalam penerapan model pembelajaran
Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten Contextual Teaching and Learning
Nagekeo. 2) Untuk mengetahui (CTL).
peningkatan hasil belajar IPA pada Metode penelitian yang digunakan
siswa melalui penerapan model dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran Contextual teaching and observasi aktivitas belajar dan metode
learning pada siswa kelas IV SDI tes hasil belajar IPA. Metode observasi
Olaewa Kecamatan Boawae Kabupaten atau pengamatan dilakukan pada saat
Nagekeo pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan rumusan masalah Pengamatan ini bertujuan untuk
dan tujuan penelitian maka hipotesis mengetahui aktivitas dan hasil belajar

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I71


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

siswa selama proses pembelajaran. observasi dengan rumus sebagai


Hasil pengamatan dituangkan dalam berikut.
lembar pengamatan keterlaksanaan Analisis Data Aktivitas Belajar
RPP dan aktivitas siswa selama 1) Menentukan distribusi frekuensi
pembelajaran. Melalui lembaran Untuk menentukan distribusi
pengamatan peneliti dapat mengetahui frekuensi dapat ditempuh dengan
sikap dan tingah laku siswa pada saat langkah-langkah sebagai berikut.
proses pembelajaran berlangsung, (1) Menghitung rentangan (R)
kegiatan atau aktivitas yang R = Xt- Xr
dilakukannya. Metode ini digunakan (2) Menghitung banyaknya kelas (K)
untuk aktivitas belajar siswa. Pemberian K =1 + (3,3) Log n
tes dilakukan secara indifidu dengan (3) Menghitung panjang kelas (P)
menggunakan instrument pengumpulan P =
data meggunakan soal-soal pilihan
2) Menghitung mean, median, dan
ganda. Dengan kata lain tes ini
digunakan unntuk mengetahui modus
ketuntasan belajar siswa setelah Setela menghitung rentangan,
menerapkan Model pembelajaran menghitung banyak kelas, dan
Contextual Teaching and Learning menghitung panjang kelas, langkah
(CTL). Metode tes digunakan untuk selanjutnya adalah menyajikan data
hasil belajar siswa. kedalam tabel distribusi frekuensi.
Instrumen yang digunakan Setelah menganalisis data dalam bentuk
dalam penelitian ini adalah lembar tabel distribusi frekuensi maka
observasi. Lembar observasi dilakukan dilanjutkan dengan menganalisis data
menggunakan metode analisis statistik
untuk mengamati aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran lembar observasi deskriptif kuantitatif.
di laksanakan di setiap pertemuan. (1) Menghitung Mean
Instrumen pengumpulan data hasil Untuk menghitung rata-rata (mean) hasil
belajar IPA yang digunakan dalam belajar IPA menggunakan rumus
penelitian ini adalah menggunakan tes sebagai berikut.
hasil belajar. Tes dalam penelitian ini
adalah untuk mengukur tes hasil belajar (Koyan 2012: 18)
IPA kelas IV dengan menggunakan tes Keterangan :
formatif. M = rata- rata
Untuk mengetahui keefektifan ∑x= jumlah nilai
suatu metode pembelajara Contextual n = jumlah siswa
Teaching and Learning (CTL) dalam (2) Menghitung Median
kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif (Koyan 2012:
kuantitatif. Untuk menganalisis tingkat
keberhasilan atau persentase 17)
keberhasilan siswa setelah proses Keterangan :
belajar mengajar setiap putarannya Md = median
dilakukan dengan cara memberikan b = batas bawah,dari
evaluasi berupa soal tes tertulis pada daerah median
setiap akhir pertemuan. Analisis ini p =panjang kelas / interval
dihitung dengan menggunakan statistik n =banyak data atau
sederhana sebagai berikut. jumlah sampel
Dalam penelitian ini metode F =f kumulatif sebelum
analisis data yang digunakan untuk kelas median (jumlah
mengetahui aktivitas belajar siswa, semua frekuensi
peneliti melakukan pengumpulan data sebelum kelas
dengan menggunakan metode median)
f = frekuensi kelas /
daerah median

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I72


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

(3) Menghitung modus b2 = frekuensi kelas modus


Untuk mencari modus dikurangi frekuensi
menggunakan rumus sebagai berikut. kelasinterval berikut
3) Menghitung rata-rata persentase
Rumus yang digunakan untuk
(Koyan 2012: 16) mencari persentase hasil belajar IPA
Keterangan: adalah sebagai berikut.
Mo = modus
b = batas kelas interval
dengan frekuensi terbanyak (batas M(%)= rata –rata persen.
bawah) M=mean / rata-rata skor kelas
P = panjang kelas (i = SMI= Skor maksimal ideal, artinya skor
interval) dengan frekuensi terbanyak yang dicapai jika semua soal dapat
b1 =frekuensi pada kelas dijawab dengan benar
modus (frekuensi pada Selanjutnya data aktivitas belajar
kelas interval yang IPA di satukan dengan Kriteria Penilaian
terbanyak) dikurangi Acuan Patokan (PAP) skala lima untuk
frekuensi kelas interval skor aktivitas belajar IPA seperti pada
terdekat sebelumnya tabel 01.
Tabel 01 Penilaian Acuan Patokan Aktivitas Belajar IPA
Rata-rata Kategori
90- 100 Sangat aktif
79- 90 Aktif
65- 79 Cukup aktif
50- 65 Kurang aktif
0-50 Tidak aktif
Analisis Tes Hasil Belajar P =
Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif Koyan (2012:11)
2) Menghitung mean, median, dan
kuantitatif. Metode analisis deskriptif
kuantitatif digunakan untuk mengolah modus
Setelah menghitung rentangan,
data yang di lakukan dengan jalan
menyusun secara sistematis dalam menghitung banyak kelas, dan
menghitung panjang kelas, langkah
bentuk angka- angka dan presentase
sehingga diproleh kesimpulan umum selanjutnya adalah menyajikan data
kedalam tabel distribusi frekuensi.
mengenai hasil belajar siswa. Metode
analisis deskriptif kuantitatif ini Setelah menganalisis data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi maka
digunakan untuk menghitung tinggi
rendahnya hasil belajar siswa yang dilanjutkan dengan menganalisis data
menggunakan metode analisis statistik
dikonverensikan ke dalam Penilaian
Acuan Patokan (PAP) skala lima. deskriptif kuantitatif.
(1) Menghitung Mean
Rumus yang digunakan untuk
menghitung hasil belajar IPA antara lain Untuk menghitung rata-rata (mean) hasil
belajar IPA menggunakan rumus
sebagai berikut.
sebagai berikut.
1) Menentukan distribusi frekuensi
Untuk menentukan distribusi
frekuensi dapat ditempuh dengan (Koyan 2012: 18)
langkah-langkah sebagai berikut. Keterangan :
(1) Menghitung rentangan (R) M = rata- rata
R = Xt- Xr ∑x= jumlah nilai
(2) Menghitung banyaknya kelas n = jumlah siswa
(K) (2) Menghitung Median
K =1 + (3,3) Log n
(3) Menghitung panjang kelas (P)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I73


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

b1 =frekuensi pada kelas modus


(frekuensi pada kelas interval yang
(Koyan 2012: 17) terbanyak) dikurangi frekuensi kelas
Keterangan : interval terdekat sebelumnya
Md = median b2 = frekuensi kelas modus dikurangi
b= batas bawah,dari daerah median frekuensi kelasinterval berikut
p=panjang kelas / interval 3) Menghitung rata-rata persentase
n=banyak data atau jumlah sampel Rumus yang digunakan untuk
F =f kumulatif sebelum kelas median mencari persentase hasil belajar IPA
(jumlah semua frekuensi sebelum adalah sebagai berikut.
kelas median)
f= frekuensi kelas / daerah median Purnitawati (Agung : 2005)
(3) Menghitung modus M(%)= rata –rata persen.
Untuk mencari modus M=mean / rata-rata skor kelas
menggunakan rumus sebagai berikut. SMI= Skor maksimal ideal, artinya skor
yang dicapai jika semua soal dapat
(Koyan 2012: 16). dijawab dengan benar
Keterangan: 4) Menyajikan data dalam bentuk
Mo = modus grafik histogram
b= batas kelas interval dengan frekuensi 5) Menghitung KKM dengan standar
terbanyak (batas bawah) PAP
P= panjang kelas (i = interval) dengan Kriteria Penilaian Acuan Patokan
frekuensi terbanyak (PAP) skala lima untuk skor hasil belajar
IPA adalah seperti pada tabel 02.
Tabel 02. Penilaian Acuan Patokan
Persentase Kategori
90- 100% Sangat Baik
79- 90% Baik
65- 79% Cukup Baik
50- 65% Kurang Baik
0-50% Tidak Baik
Sumber: Agung, 2005
Untuk menentukan ketuntasan tingkat keberhasilan belajar IPA masih
belajar siswa dapat dilihat sebagai pada kategori kurang baik. Hal ini dapat
berikut, secara individu siswa di katakan dilihat dari perolehan nilai rata-rata pada
tuntas apabila memeroleh nilai minimal akivitas belajar siswa yakni sebesar
65, dan secara klasikal di katakan tuntas 60,45 dan persentasenya sebesar
apabila 75% dari jumlah siswa di kelas 60,45% berada pada kategori tidak aktif.
memperoleh nilai 65. Apabila ini tercapai Sedangkan untuk hasil belajar IPA, nilai
maka peneliti di katakan berhasil. rata-ratanya sebesar 64,16 dengan
persentase rata-ratanya sebesar 64,
HASIL DAN PEMBAHASAN 16% berada pada kategori tidak baik.
HASIL Data rata-rata dan persentase rata-rata
Berdasarkan hasil pengolahan aktivitas dan hasil belajar IPA pada
data aktivitas belajar dan hasil belajar siklus I dapat dilihat pada tabel 03.
IPA siklus I telah menunjukan bahwa
Tabel 03. Data rata-rata dan Persentase Aktivitas dan Hail Belajar IPA Siklus I
Variabel Rata-rata Persentase Kategori
Aktivitas belajar 60,33 60,33% Tidak aktif
Hasil belajar IPA 64,16 64, 16% Tidak baik

Berdasarkan data tersebut dan secara klasikal siswa dikatakan tuntas


berdasarkan pedoman penilaian yang apabila memperoleh nilai minimal 65,
menyatakan bahwa secara individu dan maka penelitian ini akan dilanjutkan

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I74


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

pada siklus berikutnya dengan akivitas belajar siswa yakni sebesar


memperhatikan dan mempertimbangkan 82,16 dan persentasenya sebesar
kelemahan-kelemahan yang terdapat 82,16% berada pada kategori aktif.
pada siklus I. Sedangkan untuk hasil belajar IPA, nilai
Berdasarkan hasil pengolahan rata-ratanya sebesar 80,83 dengan
data aktivitas belajar dan hasil belajar persentase rata-ratanya sebesar
IPA siklus II telah menunjukan bahwa 80,83% berada pada kategori cukup
tingkat keberhasilan belajar IPA sudah baik. Data rata-rata dan persentase rata-
pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat rata aktivitas dan hasil belajar IPA pada
dari perolehan nilai rata-rata pada siklus II dapat dilihat pada tabel 04.
Tabel 04. Data rata-rata dan Persentase Aktivitas dan Hail Belajar IPA Siklus II
Variabel Rata-rata Persentase Kategori
Aktivitas belajar 82,16 82,16 % aktif
Hasil belajar IPA 80,83 80, 83 % baik
60,33% berada pada kategori tidak aktif
Berdasarkan data tersebut dan dan pada siklus II nilai rata-rata pada
berdasarkan pedoman penilaian yang akivitas belajar siswa yakni sebesar
menyatakan bahwa secara individu dan 82,16 dan persentasenya sebesar
secara klasikal siswa dikatakan tuntas 82,16% berada pada kategori aktif. 2)
apabila memperoleh nilai minimal 65, untuk variabel hasil belajar IPA pada
maka penelitian ini dinyatakan telah siklus I nilai rata-ratanya sebesar 64,16
berhasil dan tidak perlu dilanjutkan pada dengan persentase rata-ratanya sebesar
siklus berikutnya. 64, 16% berada pada kategori tidak baik
PEMBAHASAN dan pada siklus II nilai rata-ratanya
Berdasarkan hasil analisis data sebesar 80,83 dengan persentase rata-
penelitian dapat dideskripsikan sebagai ratanya sebesar 80,83% berada pada
berikut. 1) untuk variabel aktivitas kategori baik. Peningkatan aktivitas
belajar IPA, siklus I nilai rata-rata pada belajar dan hasil belajar IPA siklus I ke
akivitas belajar siswa yakni sebesar Siklus II dapat dilihat pada tabel 05.
60,33 dan persentasenya sebesar
Tabel 05. Peningkatan Aktivitas dan Hail Belajar IPA Siklus I dan Siklus II
Siklus Variabel Rata-rata Persentase Kategori
I Aktivitas 60,33 60,33% Tidak aktif
belajar
Hasil belajar 64,16 64, 16% Tidak baik
IPA
II Aktivitas 82,16 82,16% aktif
belajar
Hasil belajar 80,83 80,83% baik
IPA
Peningkatan Aktivitas 21,83 21,83%
belajar
Hasil belajar 16,67 16,67%
IPA
Berdasarkan tabel diatas Peningkatan terjadi karena
menunjukan bahwa telah terjadi siswa mengalami pembelajaran,
peningkatan nilai baik pada variabel beraktivitas sendiri untuk memperoleh
aktivitas belajar maupun variabel hasil pengalaman, pengetahuan, pemahaman
belajar IPA dari siklus I ke siklus II. Hal dan tingka laku lainnya, tidak hanya
ini dapat dilihat bahwa terjadi membaca atau mendengarkan ceramah
peningkatan aktivitas belajar dari siklus I guru sehingga aktivitas dan hasil belajar
ke siklus II sebesar 21,83 (21,83%) dan mereka meningkat. Hal ini sesuai
terjadi peningkatan hasil belajar IPA dari dengan hasil penelitian ini konsisten
siklus I ke siklus II sebesar 16,67 dengan hasil penelitian yang dilakukan
(16,67%) oleh peneliti-peneliti yang terdahulu

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I75


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

yang dikaji dalam penelitian yang pembelajaran CTL sebagai salah satu
relevan. Hasil penelitian yang diuraikan alternatif untuk meningkatkan aktivitas
membuktikan bahwa penerapan model dan hasil belajar IPA. Siswa disarankan
pembelajaran Contextual Teaching and untuk aktif dan terlibat langsung dalam
Learning (CTL) dapat meningkatkan pembelajaran seperti menyampaikan
aktivitas dan hasil belajar IPA pada pendapat,aktif berkomunikasi agar dapat
siswa kelas IV SDI Olaewa. mengikuti proses pembelajarn dengan
baik. Bagi calon peneliti lain yang
SIMPULAN DAN SARAN berminat untuk meneliti lebih lanjut
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan model CTL,
dan pembahasan, dapat ditarik hendaknya mempertimbangkan faktor-
kesimpulan bahwa dengan menerapkan faktor lain yang mungkin mempengaruhi
model pembelajaran CTL dapat proses dan hasil penelitian.
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
IPA pada siswa kelas IV SDI Olaewa, DAFTAR PUSTAKA
hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Agung. 2005. Metodologi penelitian.
sebagai berikut. 1) Aktivitas belajar IPA Singaraja: Fakultas Ilmu IKIP
meningkat melalui penerapan model Negeri Singaraja.
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) pada siswa kelas IV SDI Hamalik, oemar. 2001. Proses Belajar
Olaewa tahun pelajaran 2015/2016. Hal Mengajar. Bandung: PT Bumi
ini dapat dilihat nilai rata-rata pada Aksara.
akivitas belajar siswa yakni sebesar
60,33 dan persentasenya sebesar Suhana C. dan Hanafiah 2010. Konsep
60,33% berada pada kategori tidak aktif Strategi Pembelajaran. Bandung:
dan pada siklus II nilai rata-rata pada PT. Refilan Aditama.
akivitas belajar siswa yakni sebesar
82,16 dan persentasenya sebesar Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar
82,16% berada pada kategori aktif. Mengajar IPA. Malang: IKIP.
Peningkatan aktivitas belajar IPA pada
siklus I kesiklus II adalah 21,83 Koyan, Wayan. 2012. Statistik
(21,83%). 2) Hasil belajar IPA pada Pendidikan. Singaraja:
siswa kelas IV meningkat melalui Universitas Pendidikan Ganesha
penerapan model pembelajaran CTL hal Pers.
ini dapat di lihat dari pada siklus I nilai
rata-ratanya sebesar 64,16 dengan Mudjiono dan Dimyati. 2009. Belajar dan
persentase rata-ratanya sebesar 64, Pembelajaran. Jakarta: Rineka
16% berada pada kategori tidak baik Cipta.
dan pada siklus II nilai rata-ratanya
sebesar 80,83 dengan persentase rata- Rosalin, Elin. 2008. Gagasan
ratanya sebesar 80,83% berada pada Merancang Pembelajaran
kategori cukup baik peningkatan hasil Kontekstual. Bandung: PT
belajar IPA pada siklus I dan II 16,67 Karsa Mandiri Parsada.
(16,67%).
Berdasarkan simpulan di atas Susanto. 2013. Teori Belajar dan
maka dapat diajukan saran-saran Pembelajaran di Sekolah Dasar.
sebagai berikut. Guru perlu melatih Jakarta: Kencana Prenada
kemampuan siswa untuk berpartisipasi Media Group.
aktif dalam proses belajar mengajar
agar siswa termotivasi dalam Takari, Enjah. 2008. Pembelajaran IPA
pembelajaran IPA khususnya pada dengan SAVI dan Kontekstual.
materi kegunaan sumber energi. Dalam Sumedang: PT Genesindo.
proses pembelajaran hendaknya guru
harus mampu memilih pembelajaran
sesuai dengan menerapkan

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I76


ISSN: 2355-510 Vol. 4, No. 1, Maret 2017

Taufiq dkk. 2011. Pendidikan Anak di


SD. Jakarta: Universitas
Terbuka

Trianto, 2013. Model Pembelajaran


Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I77

Anda mungkin juga menyukai