Oleh:
Dody
21862063176
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontekstual
Pada Siswa Kelas IV SDN 2 JENGGALA Penyusun menyadari banyak kekurangan
maupun kata dan Kalimatnya.
Terima kasih kepada pihak Yang banyak membantuk dengan mengunakan supor dan
dorongan kepada pelusi sehingga memberikan semangat secara langsung, seperti motivasi
dalam menjalankan tugas demi terselesainya Proposal ini maupun dari segi penulisanya
masih banyak kendala, kekurangannya seperti yang tertera di Dalam penulisannya.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Teori
B. Temuan hasil penelitian Yang relavan
C. Kerangka berpikir
D. Hipotesis tindakan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangannya lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
IPA merupakan mata pelajaran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kehidupan manusia melalui pemecahanpemecahan masalah yang dapat
diidentifikasi (BNSP, 2006). Oleh karena itu pembelajaran IPA menggunakan konsep
pembelajaran yang alamiah.
Pada dasarnya mata pelajaran IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang mudah,
karena konsep-konsep materi ajarnya berhubungan dengan alam sekitar. Oleh karena itu,
pembelajarannya juga melibatkan lingkungan yang ada di sekitar baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dengan konsep pembelajaran yang alamiah, secara tidak langsung
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Akan tetapi, motivasi siswa pada pembelajaran
IPA pada siswa kelas IV SD N Kaliharjo masih rendah. Hal ini disebabkan karena
pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan pendekatan konvensional. Sehingga siswa
kurang antusias dan cepat bosan. Dengan kondisi tersebut maka prestasi belajar siswa rendah.
berdasarkan hasil tes mata pelajaran IPA dari 24 siswa yang mampu mendapatkan nilai > 65
hanya 6 siswa (25%).
Dalam pembelajaran IPA diperlukan motivasi, rangsangan dan dorongan yang dapat
membangkitkan gairah dan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Hal-hal yang dapat
memotivasi siswa dalam belajar antara lain:
1. Anak yakin bahwa apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi dirinya.
2. Situasi belajar yang menyenangkan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka guru harus memperbaiki proses
pembelajaran sehingga membangkitkan dan meningkatkan kembali minat siswa pada mata
pelajaran IPA. Dalam hal ini guru harus mencari dan menggunakan pendekatan dalam
pembelajaran yang efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga siswa tetap tertarik dalam
pembelajaran IPA. Sesuai dengan mata pelajaran IPA yang bersifat alami, maka guru dapat
menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL).
Menurut Dr. Zolazlan Hamidi (2001), kaidah pendekatan kontekstual atau Contextual
Teaching Learning (CTL) adalah proses pembelajaran yang merangkum contoh yang
diterbitkan dari pengalaman harian dalam kehidupan pribadi masyarakat serta profesion dan
menyajikan aplikasi hands- on yang konkrit (nyata) tentang bahan yang akan dipelajari.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA pada mata pelajaran
IPA.
2. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA pada mata
pelajaran IPA.
3. Meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA.
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Motivasi
Menurut Whittaker yang dikutip Darsono (2000:61) motivasi adalah suatu istilah
yang sifatnya luas yang digunakan dalam psikologi yang meliputi kondisi-kondisi atau
keadaan internal yang mengaktifkan atau memberi kekuatan pada organisme dan
mengarahkan tingkah laku organisme mencapai tujuan. Sedangkan menurut Winkel motivasi
adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan percobaan, sedangkan motif
sudah ada dalam diri seseorang jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan. Menurut
Nasution (2000: 73) motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.
Menurut M. Sobry Sutikno, motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri sesesorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan motivasi adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengarahkan sesuatu untuk mencapai
tujuan.
2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Adanya Motivasi
Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan
adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar yaitu:
a. Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan
target ini tidak sama bagi semua siswa. Cita-cita atau aspirasi adalah tujuan yang ditetapkan
dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang, Winkel (1989:96) dalam
Darsono. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan
untuk mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya
ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya.
b. Kemampuan Belajar
Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran.
Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam
belajar.
c. Kondisi Siswa
Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berhubungan dengan kondisi fisik
dan kondisi psikologis. Biasanya kondisi fisik lebih cepat terlihat karena lebih jelas
menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis. Kondisi-kondisi tersebut dapat
mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.
d. Kondisi Lingkungan
3. Pengertian Belajar
a. Menurut Teori Sibermatik Teori belajar Sibernetik yang dikutip oleh Asri Budiningsih
(2005 : 81) adalah sebagai berikut.
Belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar. Proses memang penting dalam teori Sibermatik, namun yang lebih penting
adalah sistem informasi yang diproses itu yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang
akan menentukan proses. Pandangan lain dari teori ini adalah bahwa tidak ada satu proses
belajar pun yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara
belajar akan ditentukan oleh sistem informasi yang menentukan dalam proses pembelajaran.
Implementasi teori Sibernetik telah dikembangkan oleh Gagne dan Berline, Brehler,
Snowman, Baine dan Tennyson.
b. Menurut Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivistik seperti yang dikutip oleh Asri Budiningsih (2005 : 58
– 59) adalah sebagai berikut.
Proses belajar konstruktivistik secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendidikan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar
ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya,
melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur
kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan
pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Proses tersebut berupa “…constructing and
restricting of knowledge and skill (schemata) within the individual in a complek network of
increasing conseptual consistency…”. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh
individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui
interaksi dalam jaringan social yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di
luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan
siswa dalam proses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan
belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan system
penghargaan dari luar seperti nilai ujian dan sebagainya.
Peranan guru dalam interaksi pendidik adalah pengendalian yang meliputi tingkah
laku pendidik supaya lebih efektif.
1) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal dan
terlatih.
Pendekatan kontekstual sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran IPA karena dalam hal
ini kaidah kontekstual lebih bertumpu pada usaha guru sebagai pembimbing (fasilitator) yang
membimbing siswa ke arah pembentukan daya pikir siswa melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang bersifat alamiah yang bersumber dari pengalaman siswa. Dengan
pengalaman siswa yang tumbuh dari lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar
merupakan material yang sangat berharga, dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran.
Dengan kegiatan pendekatan kontekstual tersebut, diharapkan dapat mengurangi rasa jenuh
siswa terhadadap mata pelajaran IPA. Dengan kurangnya atau bahkan hilangnya rasa jenuh
siswa terhadap mata pelajaran IPA, maka dapat membangkitkan kembali minat siswa
terhadap pembelajaran IPA.
5. Tinjauan Tentang IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia, berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman, melalui
serangkaian proses ilmiah, antara lain: penyelidikan, penyusunan, gagasan-gagasan,
(Departernen P dan K, 1994;93). Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa.
b. Tujuan IPA Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (E. Mulyasa,2007: 239) adalah:
1. Menanamkan rasa ingin tau dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat
2. Mengembangkan keterampilan proses untuuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ikut serta dalam pemeliharaan, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
5. Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
c. Ruang Lingkup IPA Secara rinci lingkup materi IPA di Sekolah Dasar terbagi dalam lima
topik (E. Mulyasa,2007:240 ) yaitu:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Inkuiri. Prinsip inkuiri atau penemuan perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena
pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan
fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa untuk ingin tahu lebih banyak.
6. Pembelajaran bermuatan nilai. Penerapan atau pemabelajaran IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-
nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar. Pakem (pembelajaran aktif kkreatif efektif
menyenangkan). Prinsip Pakem pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang
berorientasi pada siswa aktif melakukan kegiatan baik aktif berpikir maupun kegiatan yang
bersifat motorik.
B. TEMUAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Audifianti, Riza 2009, peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas II melalui
pendekatan kontekstual di SD N Kemiri Pasuruan. Menyatakan bahwa hasil penelitian
menunjukkan penerapan kontekstual, aktivitas dan hasil belajar mengalami peningkatan.
2. Hadi Basuki 2009, peningkatan prestasi belajar IPA siswa Kelas VI melalui penerapan
pendekatan kontekstual dengan Hands- on activity di SD N Baron III Nganjuk, menyatakan
bahwa penerapan pendekatan kontekstual melalui hands- on activity dalam pembelajaran IPA
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD N Baron III Nganjuk.
C. KERANGKA BERPIKIR
Tujuan pendidikan IPA di SD adalah agara siswa dapat menguasai konsep serta
keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kemajuan IPTEK. Dengan pendidikan IPA
diharapkan juga agar siswa SD mampu menggunakan metode illmiah yang dilandasi sikap
ilmiah untuk memecahkkan masalah-masalah pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil
yang diharapkan. Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan cara pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar secara
inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yanglebiih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran dengan konsep pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
siswa. Dalam pembelajaran ini siswa mengalami sendiri, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan motivator. Berdasarkan uraian di atas, alur kerangka berfikir dalam penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Kondisi sebelum tindakan guru menggunakan pendekatan konvensional dalam
pembelajaran, motivasi dan prestasi belajar rendah. Guru mengadakan tindakan dalam
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual agar siswa termotivasi dan aktif. Siswa menjadi
berminat dan aktif dalam pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL),
dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 2
JENGGALA pada mata pelajaran IPA.
2. Teknik Pengumpulan Data Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data
yang dimanfaatkan maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Wawancara Untuk memperoleh informasi yang rinci dan mendalam tentang tanggapan
siswa terhadap proses pembelajaran.
b. Observasi Dilakukan pada siswa kelas IV untuk mengetahui minat, kreativitas, dan
perhatiannya selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Tes Tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar, sehingga dapat diketahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
3. Teknik Analisis Data Teknik analasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif. model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok yaitu: reduksi
data, sajian data (display), penarikan kesimpulan (verifikasi).
Langkah- langkah analisis:
a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka dapat
dikumpulkan.
b. Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun coding dan matrik yang berguna
untuk penelitian lanjut.
c. Melakukan analisis di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data apabila dalam persiapan analisis
ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan
data lagi secara terfokus.
e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur datanya bagi susunan laporan.
f. Menemukan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan
akhir penelitian.
4. Indikator Kinerja
a. Indikator keberhasilan tercapai jika siswa memperoleh nilai lebih dari 65 untuk aktivitas
siswa.
b. Rata- rata nilai prestasi siswa 65, sesuai KKM.
c. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM 75%.
5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus- siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam
faktor- faktor yang diselidiki.
a. Siklus I
1. Perencanaan
a) Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b) Menyiapkan media dan alat pembelajaran.
c) Membuat instrument observasi.
d) Membuat lembar evaluasi.
2. Pelaksanaan
a) Membagi siswa menjadi 4 (empat) kelompok.
b) Siswa melakukan percobaan tentang perpindahan panas dan perambatan bunyi dengan
menggunakan dua buah batu, dua keping uang logam, dua penggaris mika.
c) Siswa mengamati hasil yang terjadi dalam percobaan
tersebut dan mencatat hasil pengamatan.
d) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan.
e) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
3. Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berupa check
list untuk mengetahui keaktifan dan antusiasme siswa pada saat pembelajaran.
4. Refleksi Guru membuat analisis data untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan pada
siklus I sebagai acuan untuk pelaksanaan pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
1. Perencanaan Guru membuat RPP dan mempersiapkan alat peraga ataupun media sebagai
penunjang pelaksanaan siklus II. Pada siklus ini, pembelajaran di dalam kelas dengan konsep
masyarakat belajar (learning community).
2. Pelaksanaan
a) Membagi siswa menjadi 4 (empat) kelompok.
b) Siswa melakukan percobaan tentang perubahan fisik lingkungan dengan menggunakan
tanah kering, rumputrumputan, rumah-rumahan dari kertas, kotak kayu, penyiram tanaman
dan air.
c) Siswa mengamati hasil percobaan.
d) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan.
e) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
3. Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berupa check
list untuk mengetahui keaktifan dan kekompakan siswa dalam kelompok, serta antusiasme
siswa pada saat pembelajaran.
4. Refleksi Guru membuat analisis data untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan. Jika
hasilnya memenuhi target, maka penelitian tindakan akan dihentikan, dan jika kurang
berhasil maka penelitian tindakan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
A. HASIL PENELITIAN
1. Kondisi siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA Pada tahun ajaran 2023 jumlah siswa kelas IV
SD 2 JENGGALA sebanyak 24 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan. Dari 24 siswa ini sebagian besar menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang sulit dan membosankan. Maka, dari sekian banyak siswa hanya sebagian kecil
saja yang menyukai pelajaran IPA, dan sebagian besar menyatakan tidak suka dengan
pelajaran IPA. Mereka bermalas-malasan dan kurang antusias (kurang bersemangat) ketika
pembelajaran IPA, karena sebagian besar siswa menganggap pembelajaran IPA
membosankan. Dengan kondisi tersebut maka prestasi belajar IPA pada akhir semester
memeiliki rata-rata yang paling rendah disbandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA disebabkan banyak
permasalahan, diantaranya proses pembelajaran yang kurang tepat. Pada dasarnya konsep-
konsep materi ajar pada pelajaran IPA berhubungan dengan alam sekitar. Sehingga proses
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan cara pemberian pengalaman belajar secara
langsung. Namun selama ini, proses pembelajaran yang dilaksanakan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja.
Siswa tidak diarahkan untuk belajar secara inkuiri dan berbuat sehingga tidak tertarik dengan
mata pelajaran IPA.
2. Proses pembelajaran Proses pembelajaran selama ini belum menggunakan pendekatan
yang inovatif. Pada umumnya pembelajarab masih berpusat pada guru dan menggunakan
metode ceramah, sehingga siswa kurang antusias dan cepat bosan. Dengan kondisi tersebut
maka prestasi belajar siswa rendah.
3. Pelaksanaan siklus I Tindakan / Siklus I dilaksanakan selama 1 hari pada tanggal 5
Desember 2023. Tahapan yang dilakukan pada siklus 1 terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti merencanakan
pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual menyiapkan media dan alat pembelajaran,
membuat instrument observasi, dan membuat lembar evaluasi.
2. Gesekkan dua batu satu sama lain selama 5 menit. Sentuhlah permukaan batu yang saling
bergesekan itu. Apa yang kamu rasakan?
3. Gesekkan kedua keeping uang logam satu sama lain selama 5 menit. Sentuhlah permukaan
uang logam yang salaing bergesekan itu. Apa yang kamu rasakan?
4. Gesekkan dua penggaris selama 5 menit. Sentuhlah permukaan penggaris yang digesekkan
tadi. Apa yang kamu rasakan? Pertanyaan
1. Apa yang kamu rasakan saat kedua telapak tanganmu kamu gesekkan?
2. Apa yang kamu rasakan pada batu yang digesekkan?
3. Apa yang kamu rasakan pada uang logam yang digesekkan?
4. Apa yang kamu rasakan pada penggaris mika yang digesekkan? Kegiatan akhir pada
pertemuan 1 siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran dan
pemberian tindak lanjut berupa tugas rumah.
Pertemuan 2
Kegiatan awal pada pertemuan 2 dimulai dengan pemberian motivasi yaitu gambaran tentang
perpindahan panas. Kegiatan inti, bersama kelompoknya siswa mempersiapkan alat dan
bahan percoban. Siswa melakukan kegiatan 2 yaitu percobaan tentang menyelidiki
perpindahan panas.
Kegiatan 2
Perpindahan energi panas Alat dan bahan
1. Empat mug yang sama
2. Kantong plastik
3. Kertas Koran
4. Handuk
5. Air hangat
6. Jam
7. Karet gelang
Cara kerja
1. Selimuti bagian luar mug A dengan Koran. Ikat dengan karet gelang.
2. Selimuti bagian luar mug B dengan handuk. Ikat dengan karet gelang.
3. Masukkan mug C ke dalam kantong plastik dan biarkan mug D tanpa pelapis atau penutup.
4. Tuangkan air hangat ke semua mug sama banyak kira-kira 2 cm dari tepi atas mug.
Pertanyaan
A.
B.
1.
2.
1.
2.
3.
Tempelkan telingamu diujung sebuah meja.
Pada ujung lain suruhlah temanmu menggaruk-garuk meja perlahan-lahan.
Sediakan jam tangan dan penggaris kayu panjang.
Letakkan jam tangan tersebut pada ujung tongkat.
Dengarkan detak jam dari ujung tongkat yang lain.
C 1. Sediakan 2 buah batu sebesar bola pimpong
Pertanyaan
1.
2.
Pertanyaan
1. Terdengarkah suara peluit itu oleh temanmu?
2. Bagaimana cara bunyi itu sampai ke telinga temanmu?
3. Apa kesimpulanmu?
Sebagai akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan atas
kerja sisw dan memberikan uji kompetensi.
c. Observasi
Dalam tahap ini peneliti secara kolaboratif melaksanakan
pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
alat Bantu berupa lembar kerja siswa dan perekaman kamera. Observasi
ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan
pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dan
. 2.
3.
Pertanyaan
Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual perlu dilanjutkan pada Siklus
II. Pada pelaksanaan Siklus I masih belum berhasil karena belum sesuai dengan indicator
kinerja yang telah ditetapkan yaitu :
1. Aktifitas siswa belum memperoleh nilai lebih dari 65.
2. Rata-rata nilai prestasi siswa belum sesuai KKM yaitu 65.
3. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM belum mencapai 75 %. Tindakan ini berhasil
apabila nantinya sudah mencapai indikator kinreja. Oleh sebab itu maka pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual ini harus diulangi lagi pada Siklus II dengan rancangan perbaikan
rencana pembelajaran untuk Siklus II.
4. Pelaksanaan Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada minggu ke IV bulan Februari yaitu mulai tanggal 23 sampai
dengan 27. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan tindakan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I
diketahui bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual belum
berhasil (belum dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar seperti yang diharapkan).
Oleh karena itu, peneliti kembali menyusun rencana pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Rencana pelaksanaan pembelajaran terlampir.
b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun yaitu 3 kali pertemuan.
Pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan pemberian motivasi dan apersepsi. Kegiatan inti bersama
kelompoknya, siswa mempersiapkkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk
percobaan pengaruh angin terhadap perubahan lingkungan.
Siswa melakukan kegiatan 1
PENGARUH ANGIN TERHADAP LINGKUNGAN
1. Sediakan alat dan bahan berikut :
a. Tanah kering
b. Tanaman rumput-rumputan
c. Rumah-rumahan dari kertas
d. Kipas angin listrik
2. Ikuti langkah-langkah di bawah ini
a. Susunlah tanah kering, tanam hias, dan rumah-rumahan menyerupai model lingkungan.
b. Nyalakan kipas angin listrik. Kemudian, arahkan kipas ke model lingkunganmu. Putar
kipas angin dengan kecepatan kecil, sedang, dan besar.
c. Amati peristiwa yang terjadi.
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
a. Apa yang terjadi ketika kipas berputar pada kecepatan kecil, sedang dan tinggi?
Bandingkan dan ceritakan!
b. Pada kecepatan angin yang mana lingkungan dapat berubah?
c. Bagaimana perubahan yang terjadi?
4. Setelah mempraktikkan kegiatan tersebut, apa kesimpulanmu tentang pengaruh angin pada
lingkungan fisik? Buatlah laporan tertulis dan serahkan kepada bapak / ibu gurumu! Pada
akhir pembelajaran siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan, dan diberikan penguatan
atas hasil kerja siswa.
Pertemuan 2
Kegiatan awal pada pertemuan ke 2, guru memberi tugas salah satu siswa untuk untuk
bercerita tentang keadaan lingkungan pada saat hujan. Memasuki kegiatan inti, siswa
bersama kelompoknya mempersiapkan alat dan bahan percobaan pengaruh aliran air pada
tanah.
Siswa melaksanakan kegiatan 2
PENGARUH ALIRAN AIR PADA TANAH
1. Sediakan alat dan bahan berikut :
a. Kotak kayu / plastik
b. Tanah kering
c. Alat penyiram tanaman
d. Botol kecil
e. Air
2. Lakukan langkah-langkah kerja di bawah ini
a. Sediakan dua kotak kayu / plastik dan isilah dengan tanah kering. Ratakan tanah dalam
kotak tersebut.
b. Percikkan atau semprotkan air sedikit demi sedikit pada permukaan
tanah dalam kotak I.
c. Letakkan kotak II dengan posisi satu sisi lebih tinggi 5 cm.
d. Isilah botol dengan air. Kemudian, tuangkan air sedikit demi sedikit pada tanah di kotak II
tersebut.
b. Rumput hias
c. Air
d. Kotak kayu
2. Lakukan langkah-langkah kerja di bawah ini
a. Siapkan dua buah kotak kayu. Kotak I diisi tanah kering. Kotak
II diisi tanah yang ditanami rumput.
b. Percikkan air di permukaan tanah pada kotak I dan kotak II kemudian, letakkan di bawah
panas matahari.
c. Amatilah keadaan tanah di kedua kotak tersebut.
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
B. PEMBAHASAN
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata motivasi belajar dari 15.5% meningkat
menjadi 61%. Keaktifan siswa awalnya 25% setelah tindakan meningkat menjadi 42%. Dari
hasil tes pada kondisi awal ratarata nilai siswa adalah 58,38 setelah 61,00. Ada penigkatan
antara kondisi awal dengan siklus I namun belum sesuai dengan target yang diharapkan. Dari
hasil siklus I diadakan perbaikan pada siklus II diperoleh ratarata motivasi belajar siswa dari
61% meningkat menajdi 91%. Keaktifan siswa dari 42% menjadi 87.5%, rata-rata nilai
prestasi siswa dari 61.00 menjadi 69.20. Ada peningkatan dari siklus I ke sklus II dan 21
siswa tuntas. Dibawah ini merupakan histogram perbandingan motivasi belajar, aktifitas
belajar dan prestasi belajar dari kondisi awal hingga siklus II. Dari hasil penelitian dan nilai
siswa membuktikan bahwa menggunakan pendekatan kontekstual dapat menikngkatkan
motivasi dan prestasi belajar IPA kelas IV SDN Kaliharjo tahun pelajaran 2009/2010.
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dengan
pendekatan kontekstual pada pelajaran IPApada siswa kelas IV SD Negeri Kaliharjo dapat
diketahui bahwa:
1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar. Sebelum melaksanakan pembelajaran IPA dengan pendekatan
kontekstual perlu disusun perangkat pendukungnya yang meliputi:
a) memilih materi pembelajaran yang sesuai,
b) melakukan analisis kompetensi dasar dari hasil belajar,
c) memilih indikator sesuai dengan pembelajaran,
d) menyusun rencana pembelajaran IPA yang berdasarkan indikator.
2. Dalam menerapkan pembelajaran IPA, guru menghadapi beberapa kendala baik dalam
perencanaan maupun dalam pelaksanaaan. Kendala tersebut diantaranya: memerlukan waktu
yang cukup banyak dalam menyusun perangkat pendukungnya, kurang tersedianya alat
peraga yang dibutuhkan secara individu, dan tuntutan untuk melakukan evaluasi yang lebih
beragam. Untuk mengatasi kendala tersebut guru bekerja keras dengan mengerahkan seluruh
kemampuan berpikir dan waktu luangnya untuk menyusun perangkat pendukung
pembelajaran IPA, memanfaatkan benda-benda disekeliling siswa sebagai media
pembelajaran, dan untuk mendukung pelaksanaan evaluasi yang beragam (penilaian proses,
penilaian tugas, dan penilaian hasil belajar) guru menerapkan multi metode dalam
pembelajaran diantaranya demonstrasi, kerja kelompok, dan pemberian tugas. Hasil
penelitian tindakan kelas siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA.
Namun peningkatan itu belum sesuai yang diharapkan peneliti karena hasilnya belum sesuai
KKM yaitu 65. Oleh peneliti dianggap berhasil apabila rata-rata kelas sudah mencapai 65 ke
atas. Dengan demikian peneliti berusaha mengulang pembelajaran pada siklus II. Ternyata
pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang berarti.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus tersebut di atas,
ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahan pelajaran IPA
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri Kaliharjo UPT P dan K Kaligesing tahun pelajaran 2009/2010. Dengan
demikian pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan pada siswa
kelas IV dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar maka prestasi belajar juga
meningkat.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka ada beberapa saran untuk
dipertimbangkan dan sekaligus untuk meningkatkan prestasi belajar siswa serta sekaligus
sebagai penutup dalam skripsi ini, meliputi bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa, dan bagi
orang tua.
1. Kepada Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pemanfaatan lingkungan sekolah, sehingga lebih
menunjang dalam penanaman konsepkonsep IPA secara lebih nyata sekaligus meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan memberdayakan lingkungan.
2. Kepada Guru
Hendaknya mempersiapkan secara cermat dan tepat perangkat pendukung pembelajaran IPA
dan fasilitas belajar khususnya pemanfaatan lingkungan. Karena lingkungan sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada
proses dan prestasi belajar siswa.
3. Kepada Siswa
Siswa hendaknya ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran dan selalu mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan
oleh guru serta meningkatkan usaha belajarnya, sehingga akan memperoleh hasil atau prestasi
yang optimal.