Anda di halaman 1dari 31

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS IV


SDN 2 JENGGALA

Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas individu pada Matakuliah

(Penelitian Tindakan Kelas).

Oleh:

Dody

21862063176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP HAMZAR LOMBOK


UTARA TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontekstual
Pada Siswa Kelas IV SDN 2 JENGGALA Penyusun menyadari banyak kekurangan
maupun kata dan Kalimatnya.

Terima kasih kepada pihak Yang banyak membantuk dengan mengunakan supor dan
dorongan kepada pelusi sehingga memberikan semangat secara langsung, seperti motivasi
dalam menjalankan tugas demi terselesainya Proposal ini maupun dari segi penulisanya
masih banyak kendala, kekurangannya seperti yang tertera di Dalam penulisannya.

Tanjung 2 Januari 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


B. Rumusan masala dan Pemecahanya
C. Tujuan Penilitian
D. Manfaat Hasil penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
B. Temuan hasil penelitian Yang relavan
C. Kerangka berpikir
D. Hipotesis tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu penelitian


B. Subjek penelitian
C. Prosedur penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangannya lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

IPA merupakan mata pelajaran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kehidupan manusia melalui pemecahanpemecahan masalah yang dapat
diidentifikasi (BNSP, 2006). Oleh karena itu pembelajaran IPA menggunakan konsep
pembelajaran yang alamiah.

Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan cara pemberian


pengalaman belajar secara langsung. Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar secara
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Pada dasarnya mata pelajaran IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang mudah,
karena konsep-konsep materi ajarnya berhubungan dengan alam sekitar. Oleh karena itu,
pembelajarannya juga melibatkan lingkungan yang ada di sekitar baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dengan konsep pembelajaran yang alamiah, secara tidak langsung
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Akan tetapi, motivasi siswa pada pembelajaran
IPA pada siswa kelas IV SD N Kaliharjo masih rendah. Hal ini disebabkan karena
pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan pendekatan konvensional. Sehingga siswa
kurang antusias dan cepat bosan. Dengan kondisi tersebut maka prestasi belajar siswa rendah.
berdasarkan hasil tes mata pelajaran IPA dari 24 siswa yang mampu mendapatkan nilai > 65
hanya 6 siswa (25%).

Dalam pembelajaran IPA diperlukan motivasi, rangsangan dan dorongan yang dapat
membangkitkan gairah dan minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Hal-hal yang dapat
memotivasi siswa dalam belajar antara lain:
1. Anak yakin bahwa apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi dirinya.
2. Situasi belajar yang menyenangkan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka guru harus memperbaiki proses
pembelajaran sehingga membangkitkan dan meningkatkan kembali minat siswa pada mata
pelajaran IPA. Dalam hal ini guru harus mencari dan menggunakan pendekatan dalam
pembelajaran yang efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga siswa tetap tertarik dalam
pembelajaran IPA. Sesuai dengan mata pelajaran IPA yang bersifat alami, maka guru dapat
menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL).

Menurut Dr. Zolazlan Hamidi (2001), kaidah pendekatan kontekstual atau Contextual
Teaching Learning (CTL) adalah proses pembelajaran yang merangkum contoh yang
diterbitkan dari pengalaman harian dalam kehidupan pribadi masyarakat serta profesion dan
menyajikan aplikasi hands- on yang konkrit (nyata) tentang bahan yang akan dipelajari.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL)) merupakan suatu


pendekatan dalam pembelajaran dengan konsep pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa mengalami sendiri, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan motivator. sehingga peneliti tertarik untuk melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 2 JENGGALA.

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHANNYA


a. Apakah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL) dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA dalam mata pelajaran
IPA?

b. Apakah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL) dapat


meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA pada mata
pelajaran IPA?

c. Apakah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL) dapat


meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA?
2. Pemecahan MasalahMasalah rendahnya minat siswa pada mata pelajaran IPA dapat
diminimalisir dengan menggunakan suatu pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran.
Dalam hal ini dapat menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching Learning
(CTL). Dengan pendekatan tersebut dapat membangkitkan dan meningkat motivasi, minat,
dan sikap siswa dalam mata pelajaran IPA. Siswa dapat termotivasi dan semakin berminat
bahkan menyukai mata pelajaran IPA karena dalam pembelajarannya penuh dengan variasi.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA pada mata pelajaran
IPA.

2. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA pada mata
pelajaran IPA.
3. Meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA.

D. MANFAAT HASIL PNELITIAN


1. Bagi Siswa Penelitan ini dapat memberi pengalaman bagi siswa dalam pembelajaran dan
meningkatnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA, sehingga terbentuk
lingkungan belajar yang lebih hidup dan bermakna.

2. Bagi Guru Meningkatnya profesionalisme guru. Memberikan pengalaman langsung dalam


memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan yang lebih inovatif dalam
pembelajaran.

3. Bagi sekolah Memberikan pengalaman kepada guru-guru lain sehingga memperoleh


pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan inovasi dalam pembelajaran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Motivasi

Melakukan perbuatan mengajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan


yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu yang mendorong kegiatan
belajar agar semua tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal tersebut adalah adanya
motivasi. Menurut Syamsu (1994: 36) motivasi berasal dari kata motif yang berarti keadaan
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam
rangka pencapaian tujuan.

Menurut Whittaker yang dikutip Darsono (2000:61) motivasi adalah suatu istilah
yang sifatnya luas yang digunakan dalam psikologi yang meliputi kondisi-kondisi atau
keadaan internal yang mengaktifkan atau memberi kekuatan pada organisme dan
mengarahkan tingkah laku organisme mencapai tujuan. Sedangkan menurut Winkel motivasi
adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat melakukan percobaan, sedangkan motif
sudah ada dalam diri seseorang jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan. Menurut
Nasution (2000: 73) motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.

Menurut M. Sobry Sutikno, motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri sesesorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan.

Nasution (1992) mengungkapkan pengertian motivasi belajar, yaitu kondisi


psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan Nurhayati (1999, dalam
Maulana, 2002) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau usaha untuk
menciptakan situasi, kondisi, dan aktivitas belajar, karena didorong adanya kebutuhan untuk
mencapai tujuan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
dorongan dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu.otivasi ada dua, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsisk. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang timbul dari dalam
diri individu tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi
ekstrinsik, adalah jenis motivasi yang tmbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu
atau motivasi yang timbul karena pengaruh dari lingkungan.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan motivasi adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengarahkan sesuatu untuk mencapai
tujuan.
2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Adanya Motivasi

Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubah dikarenakan
adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar yaitu:
a. Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan
target ini tidak sama bagi semua siswa. Cita-cita atau aspirasi adalah tujuan yang ditetapkan
dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang, Winkel (1989:96) dalam
Darsono. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negatif, ada yang menunjukkan keinginan
untuk mendapatkan keberhasilan tapi ada juga yang sebaliknya. Taraf keberhasilan biasanya
ditentukan sendiri oleh siswa dan berharap dapat mencapainya.
b. Kemampuan Belajar

Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran.
Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi dalam
belajar.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berhubungan dengan kondisi fisik
dan kondisi psikologis. Biasanya kondisi fisik lebih cepat terlihat karena lebih jelas
menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis. Kondisi-kondisi tersebut dapat
mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.

d. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah


dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap motivasi
belajar siswa.
e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam


proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang
sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan


materi sampai dengan mengevaluasi hasil belajar siswa. Upaya tersebut berorientasi pada
kepentingan siswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar.
Motivasi sangat menentukan hasil belajar siswa, oleh karena untuk membangkitkan
kembali minat siswa terhadap mata pelajaran IPA, maka seorang guru harus terlebih dahulu
membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru harus menumbuhkan kembali semangat siswa
dalam belam belajar dan meminimalkan kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran IPA.

Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan memakai pendekatan


pembelajaran yang inovatif dengan sarana dan prasarana belajar yang kondusif. Dalam hal
ini guru dapat menyelipkan tantangan dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat tertantang
dan mengurangi kebosanan siswa pada mata pelajaran tersebut. Peningkatan motivasi belajar
menggairahkan siswa dalam belajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dalam hal ini, guru dapat menggunakan pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching Learning (CTL)

3. Pengertian Belajar

a. Menurut Teori Sibermatik Teori belajar Sibernetik yang dikutip oleh Asri Budiningsih
(2005 : 81) adalah sebagai berikut.

Belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar. Proses memang penting dalam teori Sibermatik, namun yang lebih penting
adalah sistem informasi yang diproses itu yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang
akan menentukan proses. Pandangan lain dari teori ini adalah bahwa tidak ada satu proses
belajar pun yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara
belajar akan ditentukan oleh sistem informasi yang menentukan dalam proses pembelajaran.
Implementasi teori Sibernetik telah dikembangkan oleh Gagne dan Berline, Brehler,
Snowman, Baine dan Tennyson.
b. Menurut Teori Belajar Konstruktivistik

Teori belajar konstruktivistik seperti yang dikutip oleh Asri Budiningsih (2005 : 58
– 59) adalah sebagai berikut.

Proses belajar konstruktivistik secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendidikan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar
ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya,
melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur
kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan
pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Proses tersebut berupa “…constructing and
restricting of knowledge and skill (schemata) within the individual in a complek network of
increasing conseptual consistency…”. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh
individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui
interaksi dalam jaringan social yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di
luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan
siswa dalam proses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan
belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan system
penghargaan dari luar seperti nilai ujian dan sebagainya.

Peranan siswa (Si-belajar). Menurut pandangan Llkonstruktivistik, belajar


merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan pengtahuan ini harus
dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep
dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat menata
lingkungan namun pada akhirnya yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah
niat belajar siswa sendiri. Paradigma konstruktivistik, memandang siswa sebagai pribadi yang
sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut
akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Meskipun kemampuan
awal tersebut sangat sederhana dan tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima
dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

Peranan guru dalam interaksi pendidik adalah pengendalian yang meliputi tingkah
laku pendidik supaya lebih efektif.
1) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa.

3) Menyediakan sistem dukungan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal dan
terlatih.

Sarana belajar. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahawa peranan utama


dalam kegiatan belajar mengajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu sarana belajar seperti bahan, media, peralatn,
lingkunagn, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membnaut pembentukan tersebut. Dengan
demmikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah
yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu pempertanggungjawabkan
pemikirannya sacara rasional.

Evaluasi belajar dalam pandangan konstruktivistik mengemukaakan bahwa


lingkungan belajar sangat mendukung munculnya sebagai pandangan dan interpretasi
terhadap kualitas konstruksi pengetahuan serta aktivitas-aktinitas lain yang di dasarkan pada
pengalaman.
4. Hakikat CTL

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan


konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Depdiknas, 2002).

Menurut Dr. Zolazlan Hamidi (2001), kaidah pendekatan kontekstual atau


Contextual Teaching Learning (CTL) adalah proses pembelajaran yang merangkumkan
contoh yang diterbitkan daripada pengalaman harian dalam kehidupan pribadi masyarakat
serta profesion dan menyajikan aplikasi hands-on yang konkrit (nyata) tentang bahan yang
akan dipelajari.

Pendekatan kontekstual memilki tujuh komponen, antara lain :


a. Konstruktivisme (Constructivisme) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Menemukan (Inquiry) Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merajuk pada
kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.
c. Bertanya (Questioning) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan kegiatan bertanya.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Menciptakan masyarakat belajar dengan
pembentukan kelompokkelompok belajar yang anggotanya heterogen.
e. Pemodelan (Modeling) Guru menghadirkan model sebagai contoh atau media dalam
pembelajaran.
f. Refleksi (Reflection) Refleksi dilakukan pada akhir pertemuan, misalnya dengan mencatat
hal-hal yang telah dipelajari diskusi, maupun hasil karya.
g. Autentik Asesmen (Authentic Assessment) Melakukan authentic assessment (penilaian
sebenarnya) dengan berbagai cara, baik dalam proses maupun hasil sebagai tolok ukur
keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bertujuan untuk membekali siswa


dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu
permasalahan ke permasalahan lain, dari suau konteks ke konteks lain.

Pendekatan kontekstual sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran IPA karena dalam hal
ini kaidah kontekstual lebih bertumpu pada usaha guru sebagai pembimbing (fasilitator) yang
membimbing siswa ke arah pembentukan daya pikir siswa melalui kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang bersifat alamiah yang bersumber dari pengalaman siswa. Dengan
pengalaman siswa yang tumbuh dari lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar
merupakan material yang sangat berharga, dan dapat dikembangkan dalam pembelajaran.
Dengan kegiatan pendekatan kontekstual tersebut, diharapkan dapat mengurangi rasa jenuh
siswa terhadadap mata pelajaran IPA. Dengan kurangnya atau bahkan hilangnya rasa jenuh
siswa terhadap mata pelajaran IPA, maka dapat membangkitkan kembali minat siswa
terhadap pembelajaran IPA.
5. Tinjauan Tentang IPA
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia, berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman, melalui
serangkaian proses ilmiah, antara lain: penyelidikan, penyusunan, gagasan-gagasan,
(Departernen P dan K, 1994;93). Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa.
b. Tujuan IPA Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (E. Mulyasa,2007: 239) adalah:
1. Menanamkan rasa ingin tau dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat
2. Mengembangkan keterampilan proses untuuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ikut serta dalam pemeliharaan, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

5. Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
c. Ruang Lingkup IPA Secara rinci lingkup materi IPA di Sekolah Dasar terbagi dalam lima
topik (E. Mulyasa,2007:240 ) yaitu:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: cair, padat dan gas


3. Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana .
4. Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

5. Sains, Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (salingtemas) merupakan penerapan konsep


sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui
pembuatan suatu karya teknologi sederhana.
d. Prinsip IPA Menurut Maslichah, dkk (2006) prinsip pembelajaran IPA yaitu :
1. Empat pilar pendidikan global. Yaitu merupakan prinsip pembelajaran yang meliputi
learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together.

2. Inkuiri. Prinsip inkuiri atau penemuan perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena
pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan
fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa untuk ingin tahu lebih banyak.

3. Konstruktivistik. Filosofi konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan seseorang tidak


dapat dipindahkan begitu saja. Melainkan perlu dibangunsendiri oleh siswa dengan
mengkaitkan dengan pengetahuan awal yang sudah mereka miliki dalam struktur kognitifnya.

4. Salingtemas (sains-lingkungan-teknologi dan masyarakat). Sains dan teknologi merupakan


dua hal yang tidak terpisahkan. Prinsip-prinsip sains dibutuhkan untuk pengembangan
teknologi, sedang perkembangan teknologi akan memfasilitai dan memacu penemuan
prinsip-prinsip sains yang baru.
5. Pemecahan masalah. Dalam pembelajaran IPA sejak dini siswa perlu dilatih untuk
memecahkan suatu masalah agar nantinya setelah mereka dewasa cukup memiliki bekal
unutk menghadapi masalah dalam kehidupannya.

6. Pembelajaran bermuatan nilai. Penerapan atau pemabelajaran IPA perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-
nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar. Pakem (pembelajaran aktif kkreatif efektif
menyenangkan). Prinsip Pakem pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang
berorientasi pada siswa aktif melakukan kegiatan baik aktif berpikir maupun kegiatan yang
bersifat motorik.
B. TEMUAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Audifianti, Riza 2009, peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA kelas II melalui
pendekatan kontekstual di SD N Kemiri Pasuruan. Menyatakan bahwa hasil penelitian
menunjukkan penerapan kontekstual, aktivitas dan hasil belajar mengalami peningkatan.

2. Hadi Basuki 2009, peningkatan prestasi belajar IPA siswa Kelas VI melalui penerapan
pendekatan kontekstual dengan Hands- on activity di SD N Baron III Nganjuk, menyatakan
bahwa penerapan pendekatan kontekstual melalui hands- on activity dalam pembelajaran IPA
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD N Baron III Nganjuk.
C. KERANGKA BERPIKIR
Tujuan pendidikan IPA di SD adalah agara siswa dapat menguasai konsep serta
keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kemajuan IPTEK. Dengan pendidikan IPA
diharapkan juga agar siswa SD mampu menggunakan metode illmiah yang dilandasi sikap
ilmiah untuk memecahkkan masalah-masalah pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil
yang diharapkan. Proses pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan cara pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Dalam hal ini siswa diarahkan untuk belajar secara
inquiry dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman
yanglebiih mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran dengan konsep pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
siswa. Dalam pembelajaran ini siswa mengalami sendiri, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan motivator. Berdasarkan uraian di atas, alur kerangka berfikir dalam penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Kondisi sebelum tindakan guru menggunakan pendekatan konvensional dalam
pembelajaran, motivasi dan prestasi belajar rendah. Guru mengadakan tindakan dalam
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual agar siswa termotivasi dan aktif. Siswa menjadi
berminat dan aktif dalam pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
D. HIPOTESIS TINDAKAN
Penggunaan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL),
dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN 2
JENGGALA pada mata pelajaran IPA.

Kondisi Awal, Pembelajaran, Konvensional


1. Motivasi belajar rendah
2. Prestasi rendah Tindakan Pendekatan Kontekstual Siklus I
• Perencanaan • Pelaksanaan • Observasi • Refleksi Kondisi Akhir Siklus II •Perencanaan •
Pelaksanaan • Observasi• Refleksi
1. Motivasi belajar meningkat
2. Siswa aktif
3. Prestasi belajar meningkat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 2 JENGGALA desa Jenggala, dusun
tanak song lauk.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian selama satu Hari (1)

a. Bulan Januari perencanaan


b. Bulan Februari pelaksanaan siklus I
c. Bulan Maret pelaksanaan siklus II
d. Bulan Juni pelaporan
B. SUBJEK PENELITIAN
Subjek Penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA desa Jenggala dusun tanak song
lauk dengan siswa semester II dan jumlah siswa 24 siswa. Terdiri dari 8 siswa laki- laki dan
16 siswa perempuan.
C. PROSEDUR PENELITIAN
1. Sumber Data Jenis data dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dapat
berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian tindakan. Data kualitatif
menerangkan minat siswa dalam belajar, suasana kelas, dan aktivitas siswa. Sumber data
dapat diperoleh dari guru, siswa, dan dokumen.

2. Teknik Pengumpulan Data Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data
yang dimanfaatkan maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:

a. Wawancara Untuk memperoleh informasi yang rinci dan mendalam tentang tanggapan
siswa terhadap proses pembelajaran.

b. Observasi Dilakukan pada siswa kelas IV untuk mengetahui minat, kreativitas, dan
perhatiannya selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Tes Tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar, sehingga dapat diketahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
3. Teknik Analisis Data Teknik analasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif. model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok yaitu: reduksi
data, sajian data (display), penarikan kesimpulan (verifikasi).
Langkah- langkah analisis:
a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup, maka dapat
dikumpulkan.

b. Mengembangkan bentuk sajian data dengan menyusun coding dan matrik yang berguna
untuk penelitian lanjut.
c. Melakukan analisis di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan, dan pendalaman data apabila dalam persiapan analisis
ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan
data lagi secara terfokus.

e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur datanya bagi susunan laporan.
f. Menemukan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam laporan
akhir penelitian.
4. Indikator Kinerja
a. Indikator keberhasilan tercapai jika siswa memperoleh nilai lebih dari 65 untuk aktivitas
siswa.
b. Rata- rata nilai prestasi siswa 65, sesuai KKM.
c. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM 75%.

5. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus- siklus. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam
faktor- faktor yang diselidiki.
a. Siklus I
1. Perencanaan
a) Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b) Menyiapkan media dan alat pembelajaran.
c) Membuat instrument observasi.
d) Membuat lembar evaluasi.
2. Pelaksanaan
a) Membagi siswa menjadi 4 (empat) kelompok.
b) Siswa melakukan percobaan tentang perpindahan panas dan perambatan bunyi dengan
menggunakan dua buah batu, dua keping uang logam, dua penggaris mika.
c) Siswa mengamati hasil yang terjadi dalam percobaan
tersebut dan mencatat hasil pengamatan.
d) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan.
e) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
3. Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berupa check
list untuk mengetahui keaktifan dan antusiasme siswa pada saat pembelajaran.

4. Refleksi Guru membuat analisis data untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan pada
siklus I sebagai acuan untuk pelaksanaan pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
1. Perencanaan Guru membuat RPP dan mempersiapkan alat peraga ataupun media sebagai
penunjang pelaksanaan siklus II. Pada siklus ini, pembelajaran di dalam kelas dengan konsep
masyarakat belajar (learning community).
2. Pelaksanaan
a) Membagi siswa menjadi 4 (empat) kelompok.
b) Siswa melakukan percobaan tentang perubahan fisik lingkungan dengan menggunakan
tanah kering, rumputrumputan, rumah-rumahan dari kertas, kotak kayu, penyiram tanaman
dan air.
c) Siswa mengamati hasil percobaan.
d) Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan.
e) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok.
3. Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang berupa check
list untuk mengetahui keaktifan dan kekompakan siswa dalam kelompok, serta antusiasme
siswa pada saat pembelajaran.
4. Refleksi Guru membuat analisis data untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan. Jika
hasilnya memenuhi target, maka penelitian tindakan akan dihentikan, dan jika kurang
berhasil maka penelitian tindakan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

A. HASIL PENELITIAN
1. Kondisi siswa kelas IV SDN 2 JENGGALA Pada tahun ajaran 2023 jumlah siswa kelas IV
SD 2 JENGGALA sebanyak 24 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 16 siswa
perempuan. Dari 24 siswa ini sebagian besar menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang sulit dan membosankan. Maka, dari sekian banyak siswa hanya sebagian kecil
saja yang menyukai pelajaran IPA, dan sebagian besar menyatakan tidak suka dengan
pelajaran IPA. Mereka bermalas-malasan dan kurang antusias (kurang bersemangat) ketika
pembelajaran IPA, karena sebagian besar siswa menganggap pembelajaran IPA
membosankan. Dengan kondisi tersebut maka prestasi belajar IPA pada akhir semester
memeiliki rata-rata yang paling rendah disbandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

Rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA disebabkan banyak
permasalahan, diantaranya proses pembelajaran yang kurang tepat. Pada dasarnya konsep-
konsep materi ajar pada pelajaran IPA berhubungan dengan alam sekitar. Sehingga proses
pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan dengan cara pemberian pengalaman belajar secara
langsung. Namun selama ini, proses pembelajaran yang dilaksanakan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja.
Siswa tidak diarahkan untuk belajar secara inkuiri dan berbuat sehingga tidak tertarik dengan
mata pelajaran IPA.
2. Proses pembelajaran Proses pembelajaran selama ini belum menggunakan pendekatan
yang inovatif. Pada umumnya pembelajarab masih berpusat pada guru dan menggunakan
metode ceramah, sehingga siswa kurang antusias dan cepat bosan. Dengan kondisi tersebut
maka prestasi belajar siswa rendah.
3. Pelaksanaan siklus I Tindakan / Siklus I dilaksanakan selama 1 hari pada tanggal 5
Desember 2023. Tahapan yang dilakukan pada siklus 1 terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
a. Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti merencanakan
pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual menyiapkan media dan alat pembelajaran,
membuat instrument observasi, dan membuat lembar evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan


pembelajaran IPA sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Pertemuan 1 Pada pertemuan yang pertama kegiatan awal dimulai dengan pemberian
motivasi dan apersepsi. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan pembagian kelompok
selanjutnya siswa diajak keluar kelas dan berdiri di halaman selama 10-15 menit. Kemudian
kembali ke dalam ruang kelas. Tanya jawab tentang kejadian yang dialami ketika berada di
halaman dan setelah masuk kembali ke ruang kelas. Siswa melaksanakan kegiatan 1 yaitu
percobaab tentang sumber energi panas. Kegiatan 1 Sumber energi panas Alat dan bahan

1. Dua buah batu

2. Dua keping uang logam


3. Dua penggaris mika Cara kerja
1. Pastikan kedua telapak tanganmu dalam keadaan kering. Gesekgesekkan kedua telapak
tanganmu selama 5 menit. Amati yang kamu rasakan.

2. Gesekkan dua batu satu sama lain selama 5 menit. Sentuhlah permukaan batu yang saling
bergesekan itu. Apa yang kamu rasakan?

3. Gesekkan kedua keeping uang logam satu sama lain selama 5 menit. Sentuhlah permukaan
uang logam yang salaing bergesekan itu. Apa yang kamu rasakan?
4. Gesekkan dua penggaris selama 5 menit. Sentuhlah permukaan penggaris yang digesekkan
tadi. Apa yang kamu rasakan? Pertanyaan
1. Apa yang kamu rasakan saat kedua telapak tanganmu kamu gesekkan?
2. Apa yang kamu rasakan pada batu yang digesekkan?
3. Apa yang kamu rasakan pada uang logam yang digesekkan?
4. Apa yang kamu rasakan pada penggaris mika yang digesekkan? Kegiatan akhir pada
pertemuan 1 siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran dan
pemberian tindak lanjut berupa tugas rumah.
Pertemuan 2

Kegiatan awal pada pertemuan 2 dimulai dengan pemberian motivasi yaitu gambaran tentang
perpindahan panas. Kegiatan inti, bersama kelompoknya siswa mempersiapkan alat dan
bahan percoban. Siswa melakukan kegiatan 2 yaitu percobaan tentang menyelidiki
perpindahan panas.

Kegiatan 2
Perpindahan energi panas Alat dan bahan
1. Empat mug yang sama
2. Kantong plastik
3. Kertas Koran
4. Handuk
5. Air hangat
6. Jam
7. Karet gelang
Cara kerja
1. Selimuti bagian luar mug A dengan Koran. Ikat dengan karet gelang.
2. Selimuti bagian luar mug B dengan handuk. Ikat dengan karet gelang.
3. Masukkan mug C ke dalam kantong plastik dan biarkan mug D tanpa pelapis atau penutup.

4. Tuangkan air hangat ke semua mug sama banyak kira-kira 2 cm dari tepi atas mug.

5. Segera ikat plastik pada mug C dengan karet.


6. Biarkan selama 15 menit.
7. Gunakan jarimu untik menguji air hangat dalam semua mug. Tentukan mana air yang
paling panas dan air yang paling dingin.

Pertanyaan

1. Air di mug mana yang paling panas? Apa sebabnya?


2. Air di mug mana yang paling dingin? Apa sebabnya?
3. Apa kesimpulanmu? Untuk mengakhiri pembelajaran, guru memberikan uji kompetensi
dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.
Pertemuan 3
Pertemuan 3 pada kegiatan awal disampaikan motivasi dengan cara guru memainkan pianika,
dan tanya jawab apa penyebab timbulnya bunyi pada pianika.
Kegiatan inti pada pertemuan 3 bersama kelompoknya siswa mempersiapkan alat dan bahan
percobaan tentang sumber energi bunyi dan perambatan bunyi. Siswa melakukan percobaan,
mengamati, mencatat, dan melaporkan hasil percobaan.
Kegiatan 3
Sumber Energi Bunyi Alat dan bahan
1. Kaleng bekas
2. Potongan bambu sebagai pemukul
3. Karet gelang Cara kerja
1. Pegang kaleng dan rasakan yang terjadi
2. Pukul kaleng dengan bambu pemukul, ketika kaleng berbunyi peganglah dengan jari

3. Rentangkan karet gelang hingga tegang pada mulut kaleng


4. Petiklah karet gelang. Perhatikan yang terjadi!
Pertanyaan
1. Apa pebedaan antara kaleng yang tidak dipukul dengan kaleng yang dipukul?
2. Apakah karet gelang menghasilkan bunyi sebelum dipetik?
3. Apakah karet gelang menghasilkan bunyi setelah dipetik?
4. Apa kesimpulanmu?
Kegiatan 4 perambatan bunyi
Pertanyaan
1. Apakah bunyi garukan terdengar?
2. Apakah kamu dapat mendengar bunyi garukan tanpa melalui meja?
3. Apakah bunyi jam terdengar?
4. Pada jarak yang sama dapatkah kamu mendengar bunyi jam tanpa menggunakan penggaris
kayu?
5. Apa kesimpulanmu?

A.

B.

1.

2.

1.

2.

3.
Tempelkan telingamu diujung sebuah meja.
Pada ujung lain suruhlah temanmu menggaruk-garuk meja perlahan-lahan.
Sediakan jam tangan dan penggaris kayu panjang.
Letakkan jam tangan tersebut pada ujung tongkat.
Dengarkan detak jam dari ujung tongkat yang lain.
C 1. Sediakan 2 buah batu sebesar bola pimpong
Pertanyaan

1. Apakah kamu dapat mendengar bunyiakibat benturan kedua batu itu?


2. Apa kesimpulanmu?

1.

2.

Tiuplah peluit di halaman sekolah.


Suruh temanmu mendengarkan di dalam kelas.

Pertanyaan
1. Terdengarkah suara peluit itu oleh temanmu?
2. Bagaimana cara bunyi itu sampai ke telinga temanmu?
3. Apa kesimpulanmu?
Sebagai akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan atas
kerja sisw dan memberikan uji kompetensi.
c. Observasi
Dalam tahap ini peneliti secara kolaboratif melaksanakan
pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
alat Bantu berupa lembar kerja siswa dan perekaman kamera. Observasi
ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan
pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dan

. 2.
3.

Air dalam baskom


Tumbukkan kedua batu tersebut di dalam air. Dekatkan telingamu ke
permukaan air.

Perhatikan yang terjadi

Pertanyaan

1. Apakah kamu dapat mendengar bunyiakibat benturan kedua batu itu?


2. Apa kesimpulanmu?
D.
1.
2.
Tiuplah peluit di halaman sekolah.
Suruh temanmu mendengarkan di dalam kelas.
Pertanyaan
1. Terdengarkah suara peluit itu oleh temanmu?
2. Bagaimana cara bunyi itu sampai ke telinga temanmu?
3. Apa kesimpulanmu?
Sebagai akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan atas kerja sisw dan memberikan uji
kompetensi.
c. Observasi
Dalam tahap ini peneliti secara kolaboratif melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan alat Bantu berupa lembar kerja siswa dan perekaman
kamera. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan
pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dan

untuk mengetahui seberapa besar aktifitas ssiwa dalam proses pembelajaran.


d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus 1 pada foto 1, 2, 3,
dan 4 siswa cukup berminat dan cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi siswa
sudah meningkat, yang pada walnya hanya 15.5% menjadi 61%. Aktifitas siswa pada
awalnya 25% menjadi 41%. Prestasi belajar siswa sudah terjadi peningkatan nilai rata-rata
dari 58.38 menjadi 61.00. Minat siswa sudah menunjukkan perubahan, tetapi belum sesuai
dengan yang diharapkan.

Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan kontekstual perlu dilanjutkan pada Siklus
II. Pada pelaksanaan Siklus I masih belum berhasil karena belum sesuai dengan indicator
kinerja yang telah ditetapkan yaitu :
1. Aktifitas siswa belum memperoleh nilai lebih dari 65.
2. Rata-rata nilai prestasi siswa belum sesuai KKM yaitu 65.
3. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM belum mencapai 75 %. Tindakan ini berhasil
apabila nantinya sudah mencapai indikator kinreja. Oleh sebab itu maka pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual ini harus diulangi lagi pada Siklus II dengan rancangan perbaikan
rencana pembelajaran untuk Siklus II.

4. Pelaksanaan Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada minggu ke IV bulan Februari yaitu mulai tanggal 23 sampai
dengan 27. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan tindakan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan pada siklus I
diketahui bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual belum
berhasil (belum dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar seperti yang diharapkan).
Oleh karena itu, peneliti kembali menyusun rencana pembelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Rencana pelaksanaan pembelajaran terlampir.
b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun yaitu 3 kali pertemuan.
Pertemuan 1
Pembelajaran diawali dengan pemberian motivasi dan apersepsi. Kegiatan inti bersama
kelompoknya, siswa mempersiapkkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk
percobaan pengaruh angin terhadap perubahan lingkungan.
Siswa melakukan kegiatan 1
PENGARUH ANGIN TERHADAP LINGKUNGAN
1. Sediakan alat dan bahan berikut :

a. Tanah kering
b. Tanaman rumput-rumputan
c. Rumah-rumahan dari kertas
d. Kipas angin listrik
2. Ikuti langkah-langkah di bawah ini
a. Susunlah tanah kering, tanam hias, dan rumah-rumahan menyerupai model lingkungan.
b. Nyalakan kipas angin listrik. Kemudian, arahkan kipas ke model lingkunganmu. Putar
kipas angin dengan kecepatan kecil, sedang, dan besar.
c. Amati peristiwa yang terjadi.
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini
a. Apa yang terjadi ketika kipas berputar pada kecepatan kecil, sedang dan tinggi?
Bandingkan dan ceritakan!
b. Pada kecepatan angin yang mana lingkungan dapat berubah?
c. Bagaimana perubahan yang terjadi?
4. Setelah mempraktikkan kegiatan tersebut, apa kesimpulanmu tentang pengaruh angin pada
lingkungan fisik? Buatlah laporan tertulis dan serahkan kepada bapak / ibu gurumu! Pada
akhir pembelajaran siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan, dan diberikan penguatan
atas hasil kerja siswa.

Pertemuan 2
Kegiatan awal pada pertemuan ke 2, guru memberi tugas salah satu siswa untuk untuk
bercerita tentang keadaan lingkungan pada saat hujan. Memasuki kegiatan inti, siswa
bersama kelompoknya mempersiapkan alat dan bahan percobaan pengaruh aliran air pada
tanah.
Siswa melaksanakan kegiatan 2
PENGARUH ALIRAN AIR PADA TANAH
1. Sediakan alat dan bahan berikut :
a. Kotak kayu / plastik
b. Tanah kering
c. Alat penyiram tanaman
d. Botol kecil
e. Air
2. Lakukan langkah-langkah kerja di bawah ini
a. Sediakan dua kotak kayu / plastik dan isilah dengan tanah kering. Ratakan tanah dalam
kotak tersebut.
b. Percikkan atau semprotkan air sedikit demi sedikit pada permukaan
tanah dalam kotak I.
c. Letakkan kotak II dengan posisi satu sisi lebih tinggi 5 cm.
d. Isilah botol dengan air. Kemudian, tuangkan air sedikit demi sedikit pada tanah di kotak II
tersebut.

e. Catatlah hasil pengamatanmu.


3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
a. Bagaimana keadaan tanah sebelum dan sesudah diperciki air pada kotak I?
b. Bagaimana keadaan tanah pada kotak II setelah dituangi air?
c. Kemana air mengalir pada tanah di kotak II?
d. Di bagian mana aliran air terkumpul atau berhenti pada kotak II ?
e. Apa beda perubahan yang terjadi pada tanah di kotak I dan kotak II? Apa sebabnya?
4. Buatlah kesimpulan tentang akibat hujan bagi lingkungan.
Tulislah sebagai laporan hasil kerja kepada bapak / ibu gurumu! Sebagai akhir pembelajaran,
siswa membuat kesimpulan dan memberikan tugas rumah yaitu mengamati pengaruh aliran
air pada tanah disekitar tempat tinggalnya.
Pertemuan 3
Pertemuan ke 3 diawali dengan tanya jawab tentang keadaan di sekitar pada siang hari.
Kegiatan inti pembelajaran siswa melaksanakan percobaan tentang pengaruh sinar matahari
terhadap lingkungan.

Siswa melaksanakan kegiatan 3


PANAS MATAHARI MENGERINGKAN BENDA BASAH
1. Sediakan alat dan bahan berikut :
a. Tanah kering

b. Rumput hias
c. Air
d. Kotak kayu
2. Lakukan langkah-langkah kerja di bawah ini
a. Siapkan dua buah kotak kayu. Kotak I diisi tanah kering. Kotak
II diisi tanah yang ditanami rumput.
b. Percikkan air di permukaan tanah pada kotak I dan kotak II kemudian, letakkan di bawah
panas matahari.
c. Amatilah keadaan tanah di kedua kotak tersebut.
3. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

a. Bagaimana keadaan tanah sebelum dan sesudah disinari cahaya matahari?


b. Apa perbedaan keadaan tanah pada kotak I dan II?
Bandingkanlah dan carilah sebabnya.
c. Apa peran tumbuhan bagi tanah terhadap pengaruh cahaya matahari?
4. Setelah mempraktikkan kegiatan tersebut, apa kesimpulanmu?

Buatlah laporan tertulis dan serahkan kepada bapak /ibu gurumu!

Pembelajaran diakhiri dengan mengadakan evaluasi dan diberikan


penguatan.
Selama proses pembelajaran berlangsung pada masing-masing pertemuan, peneliti
mengamati keaktifan siswa Pada pertemuan ke 3, peneliti mengadakan evaluasi untuk
mengetahui prestasi siswa.
c. Observasi
Peneliti secara runtut dan rutin melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
IPA pada masing-masing pertemuan. Observasi dilakukan utnuk mengamati aktivitas siswa
dalam pembelajaran dan suasana kelas pada saat pembelajaran. Keseluruhan data yang
diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil tes digunakan sebagai bahan atau
masukan untuk menganalisis perkembangan motivasi belajar IPA.
d. Refleksi Hasil analisis data terhadap pembelajaran IPA melalui pendekatan kontekstual,
secara unum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Presentase aktifitas siswa dalam
pembelajaran meningkat, siswa sangat berminat, aktif dan kreatif. Motivasi belajar pada
pembelajaran IPA semakin meningkat, suasanA menjadi lebih aktif. Dari analisis pada siklus
II ini diketahui bahwa peningkatan motivasi dari siklus I 61% menjadi 91%, aktifitas siswa
dari 42% menjadi 87.5%. Rata-rata kelas mencapai 69,20 dari 24 siswa. Untuk siswa yang
mendapat nilai kurang dari 65 sebanyak 3 siswa atau 12,5% dan yang mendapat nilai lebih
dari 65 sebanyak 21 siswa atau 87,5%.

B. PEMBAHASAN
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata motivasi belajar dari 15.5% meningkat
menjadi 61%. Keaktifan siswa awalnya 25% setelah tindakan meningkat menjadi 42%. Dari
hasil tes pada kondisi awal ratarata nilai siswa adalah 58,38 setelah 61,00. Ada penigkatan
antara kondisi awal dengan siklus I namun belum sesuai dengan target yang diharapkan. Dari
hasil siklus I diadakan perbaikan pada siklus II diperoleh ratarata motivasi belajar siswa dari
61% meningkat menajdi 91%. Keaktifan siswa dari 42% menjadi 87.5%, rata-rata nilai
prestasi siswa dari 61.00 menjadi 69.20. Ada peningkatan dari siklus I ke sklus II dan 21
siswa tuntas. Dibawah ini merupakan histogram perbandingan motivasi belajar, aktifitas
belajar dan prestasi belajar dari kondisi awal hingga siklus II. Dari hasil penelitian dan nilai
siswa membuktikan bahwa menggunakan pendekatan kontekstual dapat menikngkatkan
motivasi dan prestasi belajar IPA kelas IV SDN Kaliharjo tahun pelajaran 2009/2010.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dengan
pendekatan kontekstual pada pelajaran IPApada siswa kelas IV SD Negeri Kaliharjo dapat
diketahui bahwa:
1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan kontekstual meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar. Sebelum melaksanakan pembelajaran IPA dengan pendekatan
kontekstual perlu disusun perangkat pendukungnya yang meliputi:
a) memilih materi pembelajaran yang sesuai,
b) melakukan analisis kompetensi dasar dari hasil belajar,
c) memilih indikator sesuai dengan pembelajaran,
d) menyusun rencana pembelajaran IPA yang berdasarkan indikator.
2. Dalam menerapkan pembelajaran IPA, guru menghadapi beberapa kendala baik dalam
perencanaan maupun dalam pelaksanaaan. Kendala tersebut diantaranya: memerlukan waktu
yang cukup banyak dalam menyusun perangkat pendukungnya, kurang tersedianya alat
peraga yang dibutuhkan secara individu, dan tuntutan untuk melakukan evaluasi yang lebih
beragam. Untuk mengatasi kendala tersebut guru bekerja keras dengan mengerahkan seluruh
kemampuan berpikir dan waktu luangnya untuk menyusun perangkat pendukung
pembelajaran IPA, memanfaatkan benda-benda disekeliling siswa sebagai media
pembelajaran, dan untuk mendukung pelaksanaan evaluasi yang beragam (penilaian proses,
penilaian tugas, dan penilaian hasil belajar) guru menerapkan multi metode dalam
pembelajaran diantaranya demonstrasi, kerja kelompok, dan pemberian tugas. Hasil
penelitian tindakan kelas siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA.
Namun peningkatan itu belum sesuai yang diharapkan peneliti karena hasilnya belum sesuai
KKM yaitu 65. Oleh peneliti dianggap berhasil apabila rata-rata kelas sudah mencapai 65 ke
atas. Dengan demikian peneliti berusaha mengulang pembelajaran pada siklus II. Ternyata
pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang berarti.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus tersebut di atas,
ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahan pelajaran IPA
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri Kaliharjo UPT P dan K Kaligesing tahun pelajaran 2009/2010. Dengan
demikian pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual yang dilaksanakan pada siswa
kelas IV dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar maka prestasi belajar juga
meningkat.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka ada beberapa saran untuk
dipertimbangkan dan sekaligus untuk meningkatkan prestasi belajar siswa serta sekaligus
sebagai penutup dalam skripsi ini, meliputi bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa, dan bagi
orang tua.
1. Kepada Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pemanfaatan lingkungan sekolah, sehingga lebih
menunjang dalam penanaman konsepkonsep IPA secara lebih nyata sekaligus meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan memberdayakan lingkungan.
2. Kepada Guru
Hendaknya mempersiapkan secara cermat dan tepat perangkat pendukung pembelajaran IPA
dan fasilitas belajar khususnya pemanfaatan lingkungan. Karena lingkungan sangat
mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada
proses dan prestasi belajar siswa.

3. Kepada Siswa

Siswa hendaknya ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran dan selalu mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan
oleh guru serta meningkatkan usaha belajarnya, sehingga akan memperoleh hasil atau prestasi
yang optimal.

4. Kepada Orang Tua


Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan siswa, sebab
waktu yang paling banyak adalh di rumah. Oleh karenanya pengawasan siswa di rumah lebih
banyak daripada di sekolah. Pendidikan akan berhasil apabila ada kerjasama antara orang tua
dan guru. Bimbingan orang tua dirumah sangat berarti dalam kemajuan belajar siswa, tanpa
bantuan orang tua, pendidikan tidak optimal.

Anda mungkin juga menyukai