Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA/MI

Dosen Pengampu :
Muhamad Afandi, M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Nanda Sang Putra (2110201004)
2. Della (2110201017)
3. Pintaria Mubarokah (2110201019)

Kelas:
PGMI 1

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2022

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya penulis
akan berusaha agar dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki,
sehingga masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Palembang, 03 September 2022

Penulis,

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................... 1


Daftar Isi .............................................................................................................. 2

BAB I : Pendahuluan ........................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3

BAB II : Pembahasan .......................................................................................... 4


2.1 Pembelajaran IPA di SD/MI .................................................................... 4
2.2 Teori Pembelajaran IPA di SD/MI .......................................................... 4

BAB III : Penutup ................................................................................................ 16


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 16
3.2 Saran ......................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .................................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan
sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National
Science Educational Standart (2003: 20) bahwa ”Learning science is an active
process. Learning science is something student to do, not something that is done to
them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar
aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental.
Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam
mencari penjelasan alami tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru juga
harus kreatif , dan inovatif .
Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun
diperlukan dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori belajar
dikembangkan oleh para ahli. Melalui pemahaman tentang teori pembelajaran
mahasiswa calon guru sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi
siswa selama proses pembelajarannya yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pembelajaran IPA di SD/MI ?
2. Apa saja Teori Pembelajaran IPA di SD/MI ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian dari Pembelajaran IPA di SD/MI.
2. Menjelaskan Teori Pembelajaran IPA di SD/MI.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran IPA di SD/MI


Proses belajar mengajar, merupakan aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh
guru. Bagi orang awam, materi yang disajikan oleh guru kepada siswa akan
langsung diserap oleh siswa sehingga siswa memahami isi materi tersebut serumit
apapun materi itu. Namun, kenyataanya tidak seperti itu.
Sebagai seorang guru IPA di SD/MI, tentunya tahu bahwa banyak konsep-
konsep IPA yang tidak hanya sekedar cukup disampaikan oleh guru, karena konsep
tersebut cukup rumit bagi anak usia SD/MI. Sehingga selain memerlukan
pendekatan tertentu, juga perlu memahami cara memberi pendidikan untuk
menjawab bagaimana kosep tersebut sampai ke otak siswa dan dipahami oleh
siswa. Proses dan jenis-jenis belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan sebagainya.

2.2 Teori Pembelajaran IPA di SD/MI.


Menurut Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama
lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Belajar
merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya
dan merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk mendapatkan
perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Terdapat beberapa teori
dalam belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang dapat dijadikan
dasar dalam mengembangkan pembelajaran IPA. 1

1. Teori belajar Behaviourisme


Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan
Pavlov, Edward Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull.
Teori behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.2 Pembelajaran yang berpijak

1
Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.
2
Nurjanah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)

4
pada teori ini memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak
berubah. Belajar merupakan perolehan pengetahuan dan mengajar dianggap
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki
pemahaman yang sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar
dianggap sebagai objek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik dan dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang
bebas pada peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi
kemampuan. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru akan menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan pembelajaran
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak.3
Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian
dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat cocok untuk
perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan , cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

3
Fitri Fatimah. 2018. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa

5
2. Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar,
tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu
belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori
kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. 4 Belajar dipandang
sebagai usaha untuk mengerti sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :

a) Teori Belajar Gagne


Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat
dilakukan manusia, Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang
yang belajar) dan lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi
perubahan tingkah laku yang bertahap cukup lama selama kehidupan orang
itu. Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:
1) Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada
beberapa langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan,
dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang
sudah diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau
belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan
memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
3) Fase pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang
sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan
ingatan dan kenangan.
4) Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

4
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

6
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan)
dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila
diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita
harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah
yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi
penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki
tidak berubah-ubah. 5

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus,


dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat
merupakan hasil belajar. Mengajar adalah membimbing siswa untuk
berinteraksi dengan lingkungan sehingga didapati proses belajar yang
mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase penerimaan,
penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.

Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD/MI :


1) Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
2) Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional
information)
3) Mengarahkan perhatian (directing motivation)
4) Merangsang ingatan (stimulating recall)
5) Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)
6) Meningkatkan retensi (enhancing retention)
7) Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)
8) Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan
balik (providing feedback)6

5
Hendro Darmojo. 1991. Pendidikan IPA. Depdikbud. Dirjen Dikti.
6
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar . Malang: Ediide Infografika

7
b) Teori Belajar Piaget
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada
tujuan, semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
berbagai hal dari lingkungan. 7
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1) Asimilasi : Proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada.
2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
baru.
3) Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi.

Piaget juga mengatakan bahwa proses belajar harus disesuaikan


dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu
guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak
didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai
dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada sedikitnya tiga hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama
dalam pembelajaran IPA.8 Ketiga hal tersebut adalah :
1) Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;
2) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau
kejadian ;
3) pabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup
untuk menjamin perkembangan intelektual anak.

7
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)
8
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

8
Cara Pembelajaran IPA di SD/MI Berdasarkan Teori Piaget :
1) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan
pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
2) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk
mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
3) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai
tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang
berlainan
4) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka
lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka
tidak mendapatkan kesulitan.
5) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri
jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban
bila sewaktu-waktu dibutuhkan
6) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa
dapat menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah. 2016.
Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)).

c) Teori Belajar Ausubel


Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada
siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep
atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan
dipelajari oleh siswa sehingga membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah. Inti dari teori belajarnya adalah belajar
bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur
kognitif seseorang. 9 Mengajar adalah mengembangkan potensi kognitif
siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat

9
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

9
pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan
penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Dalam penerapannya di IPA SD/MI, Ausubel membuat peta hirarki
konsep-konsep dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di
puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan lebih
khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan
oleh Ausubel yaitu :
 Pengatur awal
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep
yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
 Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai
dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih
khusus.
 Prinsip Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan
perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya

Ada empat ciri peta konsep Ausubel, 10 yakni:


1) Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-
konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan
hanya untuk bidang studi IPA.
2) Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi
daari suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada
puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus
sampai pada pemberian contoh-contoh.

10
Fitri Fatimah. 2018. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa

10
4) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi
suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep
itu.
d) Teori Belajar Bruner
Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai
belajar penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk
memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga itu,
anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur dari
benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui
pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak
dihubungkan dengan keterangan instuitif yang melekat padanya. Ada tiga
tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner11, yaitu :
1) Tahap Enaktif
Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik
objek)
2) Tahap Ikonik
Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.
3) Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak
tidak lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa
tergantung objek riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik
memproses informasi.

Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.

11
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

11
2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah
atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
3) Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh
mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.

Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD/MI :


Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner
mengembangkan model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri
dengan bantuan guru dan biasanya menggunakan barang yang nyata.
Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi
informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan informasi. 12

3. Teori Belajar Konstruktivisme


Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang
yang membentuknya berdasarkan dari hasil pengalaman yang didapatkannya.
Menurut Slavin dalam Trianto (2009)13 menyatakan bahwa konstruktivisme
merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan
pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. Anak
secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi
dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah
teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam
membangun pemahaman mereka tentang realita berdasarkan pengembangan
skemata siswa yang berasal dari proses asimilasi dan akomodasi. (Farida Nur
Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.)

12
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.
13
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).

12
Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri
berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan
pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik
antara individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok. Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan
orang lain yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki
pemahaman atau pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa
dapat belajara melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa,
untuk mengkonstruksi pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih
didasarkan pada permasalahan sehari-hari, pemecahan masalah dapat dilakukan
melalui pemikiran pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran
dengan orang lain untuk memperkaya pengetahuan siswa. 14
Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA,
sebab pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan
siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya didasarkan apa yang
diketahui dilingkungannya. Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa
lebih paham tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme
dianggap mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian siswa,
sebab siswa akan berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal
yang diinginkan , siswa tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru.
Siswa dapat melakukan diskusi dan ekperimentasi.
Menurut (Jensen, 2011) Salah satu cara untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu
mengajukan pertanyaan bermutu tinggi, menganalisa dan meramalkan informasi,
dan mengembangkan keterampilan berdiskusi.
Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori
konstruktivisme dari Piaget lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari
pengalamannya atau individu peserta didik tersebut seperti halnya teori
pekembangan kognitif yang telah disampaikan sebelumnya.

14
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).

13
Teori Belajar Vygotsky
Vygotskt merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan
bahwa siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-
konsep yang sulit apabalia mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah
itu dengan temannya.
Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi
setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain.
Pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas
yang belum dipelajarinya namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan
kemampuannya.

Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :


1) Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain
2) Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi

Mengajar adalah membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru


dan berkolaborasi dengan orang lain sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan
mediator pembelajaran siswa. 15

Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD/MI:


1) Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik.
2) Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu pemberian
sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajaran
sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya sendiri. Kemudian secara perlahan bantuan tersebut
dikurangi dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil
alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
3) Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita
tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman.

15
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

14
4) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,
sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling
memunculkan strategi pemecahan yang efektif.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian daripada teori-teori
belajar dan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar
memiliki banyak kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Yang terbagi menjadi tiga bagian teori yaitu, teori
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

3.2 Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik
bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan
menggunakan teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan
kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hendro Darmojo. 1991. Pendidikan IPA. Depdikbud. Dirjen Dikti.

Fitri Fatimah. 2018. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.

Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang: Ediide
Infografika.

Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).

Ratna Wilis Dahar, 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

17

Anda mungkin juga menyukai