Dosen Pengampu :
Muhamad Afandi, M.Pd.I
Disusun Oleh :
1. Nanda Sang Putra (2110201004)
2. Della (2110201017)
3. Pintaria Mubarokah (2110201019)
Kelas:
PGMI 1
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan penulis semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya penulis
akan berusaha agar dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang penulis miliki,
sehingga masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis,
1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.
2
Nurjanah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)
4
pada teori ini memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak
berubah. Belajar merupakan perolehan pengetahuan dan mengajar dianggap
memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki
pemahaman yang sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar
dianggap sebagai objek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
penguatan dari pendidik dan dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang
bebas pada peserta didik untuk berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi
kemampuan. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru akan menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak
memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan pembelajaran
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak.3
Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian
dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk
menerapkan kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat cocok untuk
perolehan kemampaun yang membutuhkan praktek dan pembiasaan , cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
3
Fitri Fatimah. 2018. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa
5
2. Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar,
tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu
belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori
kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. 4 Belajar dipandang
sebagai usaha untuk mengerti sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :
4
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
6
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan)
dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila
diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa yang disimpan, maka kita
harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut, dan inilah
yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi
penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta
mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki
tidak berubah-ubah. 5
5
Hendro Darmojo. 1991. Pendidikan IPA. Depdikbud. Dirjen Dikti.
6
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar . Malang: Ediide Infografika
7
b) Teori Belajar Piaget
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada
tujuan, semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan dari guru sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Mengajar adalah memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
berbagai hal dari lingkungan. 7
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1) Asimilasi : Proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada.
2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
baru.
3) Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi
dan akomodasi.
7
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)
8
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
8
Cara Pembelajaran IPA di SD/MI Berdasarkan Teori Piaget :
1) Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan
pancaindra dengan benda nyata atau konkret.
2) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan
diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk
mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
3) Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai
tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang
berlainan
4) Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka
lakukan, apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka
tidak mendapatkan kesulitan.
5) Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri
jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban
bila sewaktu-waktu dibutuhkan
6) Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa
dapat menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah. 2016.
Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning)).
9
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.
9
pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan
penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Dalam penerapannya di IPA SD/MI, Ausubel membuat peta hirarki
konsep-konsep dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di
puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep diurutkan lebih
khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan
oleh Ausubel yaitu :
Pengatur awal
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep
yang lama dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
Prinsip Diferensiasi Progresif
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai
dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih
khusus.
Prinsip Rekonsiliasi integratif
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan
perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya
10
Fitri Fatimah. 2018. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa
10
4) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi
suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep
itu.
d) Teori Belajar Bruner
Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai
belajar penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa
dalam proses belajar, anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk
memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga itu,
anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola srtuktur dari
benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak melaui
pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak
dihubungkan dengan keterangan instuitif yang melekat padanya. Ada tiga
tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner11, yaitu :
1) Tahap Enaktif
Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik
objek)
2) Tahap Ikonik
Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek yang memanipulasinya.
3) Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak
tidak lagi terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa
tergantung objek riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik
memproses informasi.
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1) Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
11
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.
11
2) Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah
atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
3) Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh
mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
12
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.
13
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).
12
Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri
berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan
pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik
antara individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan
kelompok. Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan
orang lain yang dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki
pemahaman atau pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa
dapat belajara melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa,
untuk mengkonstruksi pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih
didasarkan pada permasalahan sehari-hari, pemecahan masalah dapat dilakukan
melalui pemikiran pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran
dengan orang lain untuk memperkaya pengetahuan siswa. 14
Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA,
sebab pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan
siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya didasarkan apa yang
diketahui dilingkungannya. Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa
lebih paham tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme
dianggap mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian siswa,
sebab siswa akan berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal
yang diinginkan , siswa tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru.
Siswa dapat melakukan diskusi dan ekperimentasi.
Menurut (Jensen, 2011) Salah satu cara untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal yaitu
mengajukan pertanyaan bermutu tinggi, menganalisa dan meramalkan informasi,
dan mengembangkan keterampilan berdiskusi.
Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori
konstruktivisme dari Piaget lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari
pengalamannya atau individu peserta didik tersebut seperti halnya teori
pekembangan kognitif yang telah disampaikan sebelumnya.
14
Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-Learning).
13
Teori Belajar Vygotsky
Vygotskt merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan
bahwa siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-
konsep yang sulit apabalia mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah
itu dengan temannya.
Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi
setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain.
Pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas
yang belum dipelajarinya namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan
kemampuannya.
15
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
14
4) Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,
sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling
memunculkan strategi pemecahan yang efektif.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian daripada teori-teori
belajar dan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar
memiliki banyak kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Yang terbagi menjadi tiga bagian teori yaitu, teori
behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
3.2 Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik
bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan
menggunakan teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan
kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fitri Fatimah. 2018. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.
Nur Kumala, Farida. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang: Ediide
Infografika.
Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.
17