Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Kurikulum dan


Pembelajaran

Disusun Oleh :

Alvina Bungawati Putri (142151216)


Dini Nur Hanifah (142151233)
Lilis Holisoh (142151241)
2014 F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
KATA PENGATAR

Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas
rahmat dan hidayahnya penulis telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah
yang berjudul “Konsep Dasar Pembelajaran.” Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Kurikulum dan Pembelajaran.
Harapan penulis, semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman, dan dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca. Penulis
menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih.
Makalah ini penulis akui masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam
hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga bermanfaat.

Tasikmalaya, April 2016 Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar Pembelajaran.....................................................3


B. Hakikat Belajar.............................................................................................
C. Hakikat Pembelajaran...................................................................................
D. Prinsip-prinsip Pembelajaran.......................................................................
E. Landasan Konsep Pembelajaran...................................................................
F. Proses Pembelajaran.....................................................................................
G. Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran................................................
H. Hasil Belajar dari Pembelajaran...................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan......................................................................................................
B. Saran............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa sebenarnya yang
dimaksud dengan pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan,
diperoleh melalaui pemahaman terhadap unsur-unsurnya. Konsep dasar yang
melandasinya, dan wujud pendidikan sebagai sistem.
Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Batasan tentang pendidikan yang dibuat
oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya berbeda yang satu dari yang
lain. Konsep dasar kemandirian membawa implikasi kepada konsep
pembelajaran serta peranan pendidik.
Sebagaimana yang kita ketahui sekarang faktor yang sangat erat
mendukung proses pendidikan adalah unsur dan sebagai komponen yang
terorganisasi sesuai dengan sistem pembelajaran dan kegiatan belajar. Tugas
pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi managerial
kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi akademik.
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru,
terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka
guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih strategi pembelajaran yang
tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana
senang serta efektif. Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus
menguasai strategi atau metode atau teknik pembelajaran yang up to date.
Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apalagi hanya mengandalkan
pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan
mendapatkan respon dari para guru yang dibinanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep dasar pembelajaran ?
2. Apa hakikat belajar ?
3. Apa hakikat pembelajaran ?
4. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran ?
5. Apa saja landasan konsep pembelajaran ?
6. Bagaimana proses pembelajaran ?
7. Bagaimana perkembangan konsep dasar pembelajaran ?
8. Apa hasil belajar dari pembelajaran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar pembelajaran
2. Untuk mengetahui hakikat belajar
3. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran
5. Untuk mengetahui landasan konsep pembelajaran
6. Untuk mengetahui proses pembelajaran
7. Untuk mengetahui perkembangan konsep dasar pembelajaran
8. Untuk mengetahui hasil belajar dari pembelajaran
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan bagi
penulis dan penbaca untuk mengetahui lebih dalam mengenai Konsep Dasar
Pembelajaran.
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian Konsep Dasar Pembelajaran


Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori,
sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara
ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang
konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di
dalam kelas.
Menurut Duffy dan Roehler (1989), “Pembelajaran adalah suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum”. Menurut Gagne dan Briggs
(1979:3), “Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sisitem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang , disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
B. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu
agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya
tidak mampu melaksanakan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu atau
anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Belajar menurut Gagne (1984), adalah suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut
terdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu a. proses, b. perubahan
perilaku, dan c. pengalaman.
a. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan
merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya
aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang
lainm akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak
dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari
kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan
siswa. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan manifestasi dari adanya
aktivitas mental (berfikir dan merasakan). Dapat dikatakan belajar
apabila siswa tersebut duduk menyimak penjelasan guru, maka dapat
dikategorikan sebagai belajar. Tetapi apabila siswa hanya duduk namun
pikirannya melayang-layang atau melamun di luar pelajaran yang
dijelaskan oleh guru, maka siswa tersebut tidak sedang belajar, tetapi
sedang melamun. Belajar tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan
guru saja, karena belajar dapat dilakukan siswa dengan berbagai macam
cara dan kegiatan, asal mengamati demonstrasi guru, mencoba sendiri,
mendiskusikan dengan teman, melakukan eksperimen, memecahkan
persoalan, mengerjakan soal dan sebagainya. Belajar hendaknya
melakukan aktivitas mental pada kadar yang tinggi. Belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. (Arief
Sadiman, 1986:1)
b. Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu yang
belajar. Seorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku
sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya
bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.
Menurut para psikolog tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil
belajar. Prtubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi
tiga domain yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif
meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan
intelektual manusia antara lain: kemampuan mengingat (knowledge),
memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis
(analysis), mensisntesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation).
Domain afektif berkaitan dengan perikalu daya rasa emosional manusia,
yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap
seseorang. Domain psikomotor berkaitan dengan perilaku dalam bentuk
keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).
c. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena
individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar
individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk
hasil ciptaan manusia (cultural).
Macam-macam lingkungan fisik yang bersifat natural antara lain
pantai, hutan, sungai, udara, air dan sebagainya. Bersifat curtural adalah
bukum media pembelajaran, gedung sekolah, perabotan sekolah, dan
sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial diantaranya guru, orang tua,
pustakawan, pemuka masyarakat, kepala sekolah, dan lain sebagainya.
Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang merangsang
dan menantang siswa untuk belajar. Belajar dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Siswa yang melakukan eksperimen yaitu
siswa sedang melakukan pengalaman langsung. Sedangkan siswa dengan
mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku adalah contoh
pengalaman tidak langsung.
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang debagai
proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan
memahami sesuatu (Sudjana, 1989:28).
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang
menyangkut pengertian belajar sebagai berikut:
1) Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan
yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
2) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat
relative permanen.
3) Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara
keseluruhan.
4) Adanya peran kepribadian dalam proses belajar, antara lain aspek
motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.
Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang
memungkinnya terjadinya kegiatan belajar. Dengan demikian,
manifesrasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk
perubahan tingkah laku. Gagne dan Briggs (1988: 105), menyatakan
bahwa perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk
tingkah laku dalam aspek: a) kemampuan membedakan; b) konsep
konkret; c) konsep terdefinisi; d) nilai; e) nilai/aturan tingkat tinggi; f)
strategi kognitif; g) informasi verbal; h) sikap; dan i) keterampilan
motorik.
C. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru atau pendidik
untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah),
pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru
merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. Menurut
Mudhofir (1987:30) pada garis besarnya ada empat pola pembelajaran.
Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa menggunakan alat
bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran ini
sangat tergantung pada guru dalam mengingat dan menyampaikan bahan
pembelajaran tersebut and menyampaikan secara lisan. Kedua, pola
(guru+alat bantu) dengan siswa. Pada pola ini guru sudah dibantu oleh
berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga bersifat abstrak.
Ketiga, pola (guru+media) dengan siswa. Pada pola ini sudah
mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-
satunya sumber belajar, guru dapat memanfaatkan berbagai media sebagai
sumber belajar. Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran
jarak jauh. Dalam pola ini peran guru tidak hanya mengajarkan tetapi harus
memiliki multi peran dalam pembelajaran.
Menurut Adam & Dickey (dalam Oemar Hamalik, 2005), peran guru
sesungguhnya sangat luas meliputi:
a) Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
b) Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
c) Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
d) Guru sebagai pribadi (teacher as person)

Bahkan dalam arti luas, dimana sekolah berubah fungsi menjadi


penghubung antara ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif
ikut pembangunan, maka peran guru menjadi lebih luas. Dalam kaitannya
dengan aktifitas belajar sebagai proses mental dan emosional siswa dalam
mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam menfasilitasi agar
terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga dapat dicapai
kemajuan tersebut. Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya
aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi
belajar (fasilitator), mengorganisasi kelas (organisator), mengembangkan
bahan pembelajaran (developer, desainer), menilai program-proses-hasil
pembealajaran (evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor), dan
sebagainya.

D. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Prinsip – prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang perlu


diketahui oleh seorang pengajar, dengan memahami prinsip – prinsip
pembelajaran, seorang pengajar dapat membuat suatu acuan dalam
pembelajaran. Prinsip – prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah:
1. Prinsip Perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat
penting sebagai langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar.
Motivasi berhubungan erat dengan minta. Siswa yang memiliki minat
lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih memiliki
perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut akan menimbulkan
motivasi yang lebih tinggi dalam belajar. Motivasi dalam belajar
merupakan hal yang sangat penting juga dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
2. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang
melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi
kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran.
3. Prinsip Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap
individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, bahwa
setiap kegiatan belajar harus melibatkan diri (setiap individu mengalami).
4. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya proses
pengulangan dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil
belajar yang dikemukakan oleh Edward l. Thorndike tentang Law of
Learning, yaitu ”Law of effect, Law of exercise, and Law of readiness”.
5. Prinsip Tantangan
Implikasinya dari adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu
kondisi yang menantang, seperti mengandung masalah yang perlu
dipecahkan, siswa akan tertantang untuk mempelajarinya. Dengan kata
lain pemebelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk turut
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
6. Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Balikan yang
segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui
metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode, penemuan dan yang sejenisnya akan
membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
7. Prinsip Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang
terjadi pada setiap individu berbeda satu sama lain baik seccara fisik
maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung
implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan
dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan
pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

E. Landasan Konsep Pembelajaran


1. Filasafat
Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia
mengenai makna hidup melalui proses meniru, memahami, mengamati,
merasakan, mengkaji, melakukan dan menyakini seuatu kebenarana
sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala
yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan oleh setiap individu,
belajar merupakan kegiatan mencari kebenaran. Filsafat apapun yang
telah menjadi hasil piker manusia maka kaitannya dengan belajar ibarat
siklus bahwa dengan filsafat, manusia bisa mempelajari tentang segala
sesuatu. Sebaliknya dengan belajar, maka pemikiran-pemikiran tentang
belajar tentu berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa
pada warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.
2. Psikologi
Perilaku manusia dapat berubah-ubah dengan belajar, akan tetapi
apakah manusia tersebut dapat memahami perilakunya sendiri, atau
menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada atau dihadapkan
dalam suatu situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih
dicari inilah dapat diakaitkan dengan kajian psikologi. Psikologi sebagai
ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari
produk dari gejala kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang
tampak dan sangat diperlukan oleh proses belajar. Ilmu psikologi yang
domain digunakan dalam dunia pendidikan adalah psikologi kognitif dan
behavioristik. Disamping menguasai berbagai teori belajar seorang guru
yang melakukan kegiatan pembelajaran harus memahami betul tentang
tugas-tugas perkembangan siswa, hal ini dilakukan agar pembelajaran
dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat siswa.
3. Sosiologi
Manusia adalah makhluk individu dan sosial. Melalui belajar,
individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan
mampu membangun keluarga sampai negara dan bangsa. Landasan
sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi
pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin
hedonistik. Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek
sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan dewasa ini.
4. Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu
memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam praktiknya proses
belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi dimana
individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi
yang kompleks sekalipun akan ditemukan suatu proses komunikasi.
Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk
pendekatan, model, metode, dan strategi pembelajaran, serta pola-pola
inovasi pembelajaran.
5. Teknologi
Pembelajaran erat kaitannya dengan penggunaan teknologi
pendidikan, pembelajaran yang komprehensif harus memerhatika
perdebatan intens siswa, dimana siswa ada yang tipe auditif, visual dan
kinestik. Mulai dari yang sederhana seperti gambar, foto, lukisan sampai
kepada penggunaan teknologi canggih seperti LCD projector,
penggunaan computer dalam pembelajaran.
F. Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat Perguruan Tinggi telah memahami
dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif, learning how to learn,
penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik, dan penyiapan konten yang
sudah tersedia dengan baik, dan RPP/SAP yang telah mengatur dengann baik
mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan
dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan
dan menerapkan sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan
baik dalam RPP/SAP. Proses pembelajaran yang telah dirancang dengan baik
akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menrapkan proses
pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus, selalu meminta feed back dan
melakukan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dapat melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat
melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses
pembelajaran dapat melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam
pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen,
dan mahasiswa lain disamping mengembara didalam dunia pengetahuan.
G. Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran
Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar dan konsep
belajar. Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni
kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang
sebagai suatu sistem sehingga komponen siswa, tujuan, materi untuk
mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur antara alat dan media yang harus
disiapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Davis, (1974:30) bahwa learning
system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia,
pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur
yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan.
Demikian halnya juga dengan teaching system, dimana komponen
perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi, dan metode, serta
penilaian, dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar
untuk mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian,
pengelolaan, dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa.
Ketiga kategori dalam proses pembelajaran ini berkaitan erat dengan aplikasi
dan konsep sistem informasi manajemen.
Dalam kegiatan pembelajaran meliputi: (1) kegiatan awal, yaitu
melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila dianggap
perlu memberikan pretes; (2) kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang
dilakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai
strategi dan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan dan materi yang
akan disampaikan; (3) kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu.
1. Persiapan (Preperation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar
untuk belajar. Maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan
minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai
pengalaman belajar yang akan dating dan menempatkannya dalam situasi
optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
sugesti positif. Tahap ini juga bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu,
menciptakan lingkungan positif, emosional, sosial yang positif. Asumsi
negatif cenderung menciptakan pengalaman negatif dan asumsi positif
cenderung menciptakan pengalaman positif. Sugesti positif maupun
negatif tercipta oleh lingkungan belajar itu sendiri. Pengaturan ruang
kelas sering menimbulkan sugesti negatif. Sehingga diperlukan alternatif
lingkungan yang member kesan gembira, positif dan membangkitkan
semangat. Sebuah lingkungan yang menimbulkan asosiasi positif dan
berperasaan dalam setiap orang. Pembelajaran memerlukan gambaran
yang jelas tentang tujuan suatu pelajaran dan apa yang akan dapat mereka
lakukan sebagai hasilnya. Hal ini dapat dijelaskan dengan kata, gambar,
contoh, demo atau apa saja yang membuat tujuan itu tampak nyata dan
konkret bagi peserta belajar.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung
dikaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan “mengapa”.
Penting sekali untuk sejak awal menegaskan manfaat belajar sesuatu agar
orang merasa terkait dengan topic pelajaran itu manfaat belajar sesuatu
agar orang merasa terkait dengan topic pelajaran itu secara positif.
Hubungan atau interaksi selama pembelajaran dapat dikatakan
sebagai inti kecerdasan. Semakin sering orang saling menghubungkan
pengetahuan dan wawasan mereka, semakin cerdaslah ia. Interaksi sangat
penting dalam membangun komunitas belajar. Hal ini dapat dimulai
dengan program tugas dikelompokan yang dikaitkan dengan pengenalan,
tujuan, manfaat bagi peserta belajar atau penilaian pengetahuan. Selain
itu, aktivitas belajar membutuhkan peran serta semua pihak.
Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan, kebebasan,
kegembiraan, dan rasa ingin tahu yang sangat besar. Inilah yang
diasumsikan akan membantu dalam menumbuhkan percepatan berfikir
dan belajar Accelerated Learning (Rose & Nicholl, 1997:181-183).
Merangsang rasa ingin tahu peserta belajar sangat membantu upaya
mendorong peserta belajar agar terbuka dan siap belajar. Jika rasa ingin
tahu berkembang maka membuat individu kembali hidup dan membuat
mereka siap melebihi diri mereka sebelumnya dan inilah inti
pembelajaran yang baik. Mereka dapat mencari jalan baru, membuat
temuan baru, mempelajari keterampilan baru, dan kembali menjadi
manusia yang tumbuh normal dan berkembang.
2. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam silkus pembelajaran dimaksudkan
untuk mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang
mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tahap ini bukan
hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara
aktif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan pengetahuan di
setiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah
membantu peserta belajar menemukan materi belajar baru yang menarik,
menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra dan cocok untuk semua
gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan
berbagai pengetahuan, pengamatan, fenomena dunia nyata, pelibatan
seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Persentase fasilitator berhasil jika
dapat menimbulkan minat, menggugah rasa ingin tahu, dan memicu
pembelajaran.
H. Hasil Belajar dari Pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran
tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Maka penulis
merasa perlu untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu proses
pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang
sangat diharapkan sekali oleh semua masyakarakat belajar khususnya peserta
didik.
1. Hasil belajar
Sebagaimana dikemukakan oleh UNESCO ada empat pilar hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pendidikan, yaitu: learning to
know, learning to be, learning to life together, learning to do. Bloom
(1956) menyebutnya dengan tiga ranah hasil belajar, yaitu: kognitif,
afekti, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan enam
tingkatan, yaitu:
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Pengertian
d. Aplikasi
e. Analisis
f. Sintesis
g. Evaluasi
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara
keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun
psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks, yang bersifat pemecahan masalah, dan
pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Adapun Bloom yang banyak mendapat pengaruh dari Carrol dalam
“Model of School Learning”-nya berusaha un tuk mengatakansejumlah
kecil variabel yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar Thesis
Central Model. Bloom menyatakan bahwa variasi dalam Cognitive Entry
Behaviours, Afektif Entry Characteristic, dan kualitas pengajaran
menentukan hasil belajar, Bloom yakin bahwa variabel kualitas
pengajaran yang tercermin dalam penyajian bahwa petunjuk latihan(tes
formatif, proses balikan, dan perbaikan penguatan partisipasi siswa harus
sesuai dengan kebutuhan siswa (Bloom dalam Max Darsono,1989:88).
Sementara itu, dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP,
hasil belajar dirumuskan dalam bentuk kompetensi, yaitu: kompetensi,
akademik, kompetensi, kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
vokasional. Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai oleh siswa
secara menyeluruh/komprehensif, sehingga menjadi pribadi yang utuh
dan bertanggung jawab.
Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal, yaitu
faktor-faktor yang berada diluar diri siswa. Yang tergolong faktor
internal ialah:
a. Faktor fisiologi atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat
tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor fsikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan yang
meliputi:
1) Faktor intelektual terdiri atas:
a) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
b) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
2) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, minat kebiasaan, motivasi, kebutuhan,
konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Faktor lingkungan keluarga
b) Faktor lingkungan sekolah
c) Faktor lingkungan masyarakat
d) Faktor kelompok
2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, kesenian dan sebagainya.
3) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak
langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh seseorang.
Karena adanya faktor-faktor tertentu yang memengaruhi prestasi belajar yaitu
motivasi berprestasi, inteligensi, dan kecemasaan.
2. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran
Pengaruh motivasi disini adalah motivasi baik intern maupun ekstern
terhadap hasil belajar yang dimaksud. Menurut Hilgard, motif merupakan
tenaga penggerak yang memengaruhi kesiapan untuk memulai
melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu prilaku. (Pasaribu,1988:46).
Sedangkan McClelland (1953) yang dikutif oleh Max Darsono,
(1989:99) menyatakan bahwa motif adalah suatu “energizer” (sumber
tenaga, penggerak) suatu konsep yang diperlakukan untuk menjalankan
aktivitas organisme. Motif umumnya dipandang suatu di posisi pribadi,
artinya bersifat potensial. Dalam hal ini Wrightman(1975:281).
Dari pernyataan tersebut motif merupakan suatu tenaga dalam
kondisi tertentu yang biasanya dimiliki oleh setiap individu secara
langsung. Dan motif ini biasanya memberikan arah untuk memilih
kesiapan tindakan yang akan dilakukan yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan arahan. Menurut jenisnya motif dibedakan menjadi motif
primer dan motif sekunder, yang dikutif oleh Syamsudin (1990),
membedakan motif sebagai berikut:
a. Motif Primer (primary motive) atau motif dasar (basic
motive)menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned
motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).
b. Motif Sekunder (secondary motives) menunjukkan kepada motif
yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan
dipelajari (conditioning and reinforcement). Ke dalam golongan ini
termasuk:
1) Takut yang dipelajari (learning fears).
2) Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, comformitas,
afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya.
3) Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat).
4) Maksud (purposes) dan aspirasi.
5) Motif berprestasi (achievement motive).
Sesuai dengan masalah yang dikaji dalam studi ini, maka
konsep dari motif ini keduanya dipakai baik motif primer,
maupun motif sekunder.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam belajar ada yang dinamakan proses pembelajaran.


Prosespembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang
guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pembelajaran
juga merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen sistem
pembelajaran. Konsep dan pemahaman pembelajaran dapat dipahami dengan
menganalisis aktivitas komponen pendidik, peserta didik, bahan ajar, media
alat, prosedur, dan proses belajar. K0onsep awal dalam memahami
pembelajaran ini dapat dipandang dari apa itu “belajar”.

Perubahan dan munculnya beberapa konsep dan pemahamannya


merupakan suatu bukti bahwa pembelajaran adalah proses mencari
kebenaran, menggunakan kebenaran dan mengembangkannya untuk
kepentingan pemenuhan kebutuhan hidup manusia, khususnya yang
berhubungan dengan upaya merubah perilaku, sikap, pengetahuan dan
pemaknaan terhadap tugas-tugas selama hidupnya. Dalam proses
pembelajaran terdapat unsur-unsur yang akan menghasilkan hasil belajar,
melalui hasil belajar inilah maka pembelajaran bisa berkelanjutan sehingga
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia akan terpenuhi.

B. Saran

Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik baik pelajar


maupun mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan, serta
pengembang program-program pendidikan agar mengetahui teori
pembelajaran dan dapat memahami bentuk-bentuk pembelajaran dan dapat
mengaplikasikan-nya dalam kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum dan Pembelajaran, TIM Pengembang MKDP. 2006. Kurikulum dan


Pembelajaran. Bandung : UPI PRESS.

Anda mungkin juga menyukai