Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KOMPONEN-KOMPONEN

DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR”

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Rina Dyah Rahmawati, M. Pd.

Oleh :

1. Nurul Meilida (19144600101)


2. Wida Aprilia (19144600103)
3. Khairuna Haflah Maula HRP (19144600111)
4. Shidiq Purnomo Aji (19144600117)

Kelas A3-19

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.

        Pada kesempatan yang baik ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih
kepada :

1. Orang tua yang telah membantu dalam hal materil dan spiritual dalam
penyelesaian makalah ini.
2. Kepada Ibu Rina Dyah Rahmawati, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Metodologi Pendidikan.
3. Kepada teman-teman seperjuangan dan kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dari segi materi, pengetahuan hingga makalah ini dapat
penulis selesaikan.

        Makalah yang berjudul “Komponen-Komponen dalam Proses Belajar


Mengajar” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Metodologi Pendidikan. Selain untuk tujuan tersebut, penulis juga menyusun
makalah ini untuk bahan acuan dan pertimbangan para pembaca sekalian.

        Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu
dari segi penyajian maupun dari segi  penyusunannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dalam
memperbaiki penyusunan makalah ini atau laporan-laporan lainnya yang akan
datang. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamiin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

1. Komponen Pembelajaran...........................................................................3

A. Guru........................................................................................................3

B. Siswa.......................................................................................................3

C. Tujuan......................................................................................................4

D. Metode Pembelajaran..............................................................................4

E. Pendekatan..............................................................................................6

F. Materi Pembelajaran...............................................................................12

G. Alat Pembelajaran...................................................................................13

H. Evaluasi...................................................................................................13

2. Hubungan Komponen-Komponen Pembelajaran......................................14

BAB III PENUTUP ..............................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15

B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses sadar dan terencana dari setiap
individu maupun kelompok untuk membentuk pribadi yang baik dan
mengembangkan potensi yang ada dalam upaya mewujudkan cita-cita dan
tujuan yang diharapkan.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Komponen
tersebut adalah tujuan, pendidik, peserta didik, pendeketan, materi, metode,
media dan evaluasi.
Dari komponen-komponen pembelajaran tersebut, tujuan dijadikan
fokus utama pengembangan, artinya komponen-komponen yag lain
dikembangakan mengacu kepada komponen tujuan yang ingin dicapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apasaja komponen-komponen dalam proses belajar mengajar?
2. Apa hubungan komponen-komponen pembelajaran tersebut ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja komponen-komponen dalam proses belajar
mengajar.
2. Mengetahui hubungan komponen-komponen pembelajaran tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Komponen Pembelajaran 
Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang
saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses
belajar mengajar. Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen
yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu :
A. Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti
guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu
ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang
paling maju, guru memegang peranan penting. guru merupakan
komponen pembelajaran penting dari pembelajaran itu sendiri. Guru
merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga
masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar
(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing,
pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat
memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. 

B. Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang
mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan
lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Yang artinya

3
murid juga menjadi komponen pembelajaran. Dalam konteks keagamaan
murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan
selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia
memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang
berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa
terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu
transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai
keutuhan dan kemandirian. 

C. Tujuan
Belajar dan mengajar memiliki tiga unsur yang dapat dibedakan atas
tujuan belajar-mengajar, proses belajar mengajar, dan hasil belajar.
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
yang diinginkan pada diri siswa. Maka tujuan pembelajaran harus
dirumuskan secara spesifik dalam bentuk perilaku akhir peserta didik.
Setiap pendidik harus menyadari bahwa penentuan tujuan dalam proses
pembelajaran adalah penting. Perumusan tujuan itu harus jelas yaitu
bagaimana seharusnya peserta didik berperilaku pada akhir pembelajaran.

D. Metode Pembelajaran
Komponen pembelajaran selanjutnya yakni, Metode pembelajaran
adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-
mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain : 
1. Metode Tanya Jawab
Banyak sekali metode-metode pembelajaran, metode tersebut
menjadi komponen pembelajaran yang penting dalam menentukan
keberhasilan dalam sebuah pendidikan tersebut. Metode tanya
jawab adalah metode aktif learning yang berpusat pada siswa yang

4
sesuai dengan kurikuylum yang kita gunakan saat ini yakni
kurikulum kurtilas yang berpusat pada siswa. Metode Tanya
jawab adalah  suatu metode dimana guru menggunakan atau
memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau
sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab
pertanyaan murid itu (Soetomo, 1993 : 150) 
2. Metode Diskusi 
Metode diskusi juga menjadi metode yang digunakan dealam
pembelajaran kurtilas yang mengharuskan peserta didik mampu
untuk bekerja sama dalam kelompok. itulah mengapa metode juga
penting dalam sebuah pembelajarean dan menjadi komponen
pembelajaran. Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa
metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving).
Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).Metode
diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan
ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta
didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang
dibicarakan dalam diskusi. 
3. Metode ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
Metode ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang
berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

5
Dengan metode ceramah guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.
4. Metode eksperimental
Metode eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran
di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri
dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya.

E. Pendekatan
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual adalah pendekatan yang dilakukan oleh guru dengan
memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual masing-
masing.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar
dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya untuk
menghentikan anak didik yang suka bicara dengan temannya saat
pembelajaran berlangsung. Caranya dengan memisahkan salah satu anak
didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh
namun masih dalam lingkup pembelajaran tersebut. Anak didik yang
suka bicara dikelompokan pada anak didik yang pendiam. Persoalan
kesulitan belajar anak didik lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan
kelompok diperlukan.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan
tujuan membangun dan mengembangkan sikap sosial anak didik serta

6
mambangun sikap kesetiakawanan sosial. Misalnya anak didik
dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dengan kelompok sehingga akan
menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan akan menyadari
bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang memiliki kelebihan
dengan ikhlas mau membantu mereka yang kekurangan. Sebaliknya
mereka yang memiliki kekurangan dengan rela hati mau belajar dari
mereka yang memiliki kelebihan tanpa rasa minder. Persaingan yang
positifpun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar
yang optimal serta anak didik menjadi aktif, kreatif dan mandiri.
Pendekatan kelompok memang suatu saat dibutuhkan dan digunakan untuk
membangun dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini
disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius yaitu
makhluk yang enderung untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan-pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka
dibangun untuk mengendalikan rasa egois yang ada pada diri meraka
masing-masing. Sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
Mereka juga sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan. Tidak ada
makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan
makhluk lain langsung atau tidak langsung , disadari atau tidak disadari.
3. Pendekatan Variasi
Permasalahan yang dihadapi anak didik biasanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pendidik akan lebih tepat dengan
menggunakan pendekatan bervariasi pula. Misalnya anak didik yang
tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda cara
pemecahannya/solusinya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-
beda pula.
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar adalah bernacam-macam.

7
Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran adalah berbagai motif
sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka
kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan
untuk kepentingan pengajaran.
Jadi, pendekatan variasi yaitu pendekatan yang dilakukan guru untuk
menghadapi permasalahan anak didik yang bervariasi dengan
menggunakan variasi teknik pemecahan masalah tersebut. Misalnya
permasalahan anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka
bicara akan berbeda cara pemecahannya dan menghendaki pendekatan
yang berbeda pula. Demikian juga halnya anak didik yang membuat
keributan. Di sini guru dapat menggunakan teknik pemecahan masalah
dengan pendekatan variasi.
4. Pendekatan Edukatif
Pendekatan edukatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan guru terhadap
anak didik yang bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma, norma moral,
norma sosial dan norma agama. Misalnya ketika lonceng tanda masuk
kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi
mereka disuruh berbasis di depan pintu masuk dan ketua kelas
diperintahkan untuk mengatur barisan, dan anak-anak berbari dalam
kelompok sejenisnya. Kemudian guru berdiri sambil mengontrol mereka.
Semuanya dipersilahkan masuk kelas atau satu persatu menyalami guru
dan mencium tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya semua anak masuk
dan pelajaranpun dimulai.
Pendekatan yang benar untuk pendidik adalah dengan pendekatan edukatif.
Setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai
pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai
norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama. Dengan
tujuan menempatkan dan membangun karakter anak didik bagaimana

8
cara memimpin teman-temannya dan anak-anak lainnya, membangun
bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara mematuhi semua
perintah yang bernilai kebaikan.
5. Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru terbaik.
Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh
siapapun. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik daripada sekedar
bicara dan tidak pernah berbuat sama sekali.
Meskipun pengalaman dibutuhkan dan dicari selama hidup, namun tidak
semua pengalaman dapat bersifat mendidik. Suatu prengalaman
dikatakan tidak mendidik jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan
pendidikan. Fitur pengalaman yang edukatif adalah berbasis pada satu
tujuan yang berarti bagi anak, interaktif dengan lingkungan dan
menambahkan integrasi anak.
Betapa tingginya nilai pengalaman, maka disadari akan pentingnya
pengalaman itu untuk perkembangan jiwa anak, sehingga dijadikanlah
pengalaman itu sebagai suatu pendekatan. Maka pendekatan ini sebagai
frase yang baku dan diakui pemakaiannya dalam penididikan.
Jadi, pendekatan pengalaman adalah suatu pendekatan yang dilakukan guru
dengan memberikan pengalaman-pengalaman terhadap siswa dalam
rangka penanaman nilai-nilai pendidikan. Misalnya untuk pendidikan
agama Islam dilakukan pendekatan keagamaan baik secara individu
maupun kelompok.
6. Pendekatan Pembiasaan
Dengan suatu pembiasaan, suatu aktivitas akan menjadi milik anak di
kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia
yang berkepribadian baik pula. Begitu juga dengan sebaliknya.

9
Anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak. Anak hanya
bisa berpikir kongkrit. Anak kecil yang belum kuat ingatannya akan
lekas dan mudah beralih ke hal-hal baru yang disukainya.
Salah satu untuk memberikan haknya di bidang pendidikan adalah dengan
cara memberikan kebiasaan yang baik dalam kehidupan mereka. Dengan
pembiasaan itu maka akan berpengaruh pada lingkungan sekolah
maupun masyarakat.
Jadi, pendekatan pembiasaan adalah pendekatan yang dilakukan guru
terhadap murid melalui cara menanamkan kebiasaan yang baik dalam
kehidupan mereka. Misalnya menanamkan kebiasaan untuk jujur, tidak
berbohong, disiplin, tidak suka berkelahi, ikhlas, gemar menolong, suka
bersedekah, aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang baik-baik dan
sebagainya.
7. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang memiliki
perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah
maupun perasaan spiritual. Di dalamnya juga terdapat perasaan
intelektual, perasaan estetis, etis, sosial, dan perasaan harga diri.
Jadi, pendekatan emosional yaitu pendekatan yang dilakukan guru terhadap
murid melalui rangsangan verbal maupun nonverbal serta melalui
sentuhan-sentuhan emosi (perasaan). Untuk mencapai tujuan pendekatan
emosional, metode yang perlu dipertimbangkan adalah metode ceramah,
bercerita, sosiodrama. Misalnya, melalui rangsangan verbal seperti
sindiran, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah dan sebagainya.
Sedangkan rangsangan nonverbal seperti bentuk perilaku berupa sikap
dan perbuatan.
8. Pendekatan Rasioanal

10
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan yang dilakukan guru terhadap
murid dengan cara membimbing perkembangan berpikir murid kearah
yang lebih baik sesuai dengan tingkat usianya. Misalnya, pembuktian
tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus
disesuaikan dengan tingkat berpikir anak. Kesalahan pembuktian akan
berakibat fatal bagi perkembangan jiwa anak.
Disini usaha terpenting bagi guru yaitu bagaimana memberikan peran pada
akal (rasio) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama,
termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Untuk
mendukung pemakaian pendekatan ini, maka metode mengajar yang
perlu dipertimbangkan antara lain metode ceramah, Tanya jawab,
diskusi, kerja kelompok, pelatihan dan pemberian tugas.
9. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang dilakukan guru terhadap
murid dengan mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk
kepentingan hidup anak didik. Misalnya, pelajaran agama yang diberikan
di kelas diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari anak didik.
Dan juga anak didik dapat merasakan manfaat ilmu yang didapatnya di
sekolah.
Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat
menjembatani harapan tersebut. Metode-metode yang harus
dipertimbangkan dalam pendekatan ini antara lain ; metode pelatihan,
pemberian tugas, ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi.
10. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan keagamaan adalah pendekatan yang memasukan unsure-unsur
agama dalam setiap mata pelajaran dan untuk menanamkan jiwa agama
ke dalam diri siswa. Misalnya, guru dapat menyisipkan pesan-pesan
keagamaan untuk semua mata pelajaran umum.
11. Pendekatan Kebermaknaan

11
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat dan perasaan secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan
alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur
(tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian strukur berperan sebagai
alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan).
Jadi, pendekatan kebermaknaan dapat diartikan pendekatan yang
memasukkan unsure-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.
Misalnya, pendekatan dalam rangka penguasaan bahasa inggris.

F. Materi Pembelajaran 
Komponen pembelajaran selanjutnya yakni Materi Pembelajaran.
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa.
Adapun karakteristik dari materi yang bagus
menurut Hutchinson dan Waters adalah: 
 Adanya teks yang menarik. 
 Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta
meliputi kemampuan berpikir siswa. 
 Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan
dan ketrampilan yang sudah mereka miliki. 
 Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.

G. Alat Pembelajaran (Media) 


Media adalah alat perantara untuk menyampaiakan pesan atau
informasi. Seoarang pengajar tidak akan terlepas dariu yang namanaya
media pembelajaran seorang guru juga media pembelajaran. Itulah
mengapa media menjadi Komponen pembelajaran. Kata media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau

12
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media
pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras
(hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian
integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh.
Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut
dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat
berinteraksi dengan media yang kita pilih.  

H. Evaluasi 
Komponen pembelajaran yang terakhir yakni Evaluasi pembelajaran.
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut
Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna
mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong
dan mengembangkan kemampuan belajar.

13
2. Hubungan Masing-Masing Komponen Pembelajaran 

Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan


yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum,
guru juga sebagai pengembang kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum
merupakan suatu hal yang mutlak.  
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat
suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa
(entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran,
karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang
akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat,
kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama,
yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya
implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan
memberikan dampak bagi guru dan siswa. Setiap komponen pembelajaran akan
salaing terkait satu sama lain. 
Komponen pembelajaran utama yang menentukan pembelajaran itu sendiri
yakni guru. Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami masing-masing metode
secara baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit
materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, maka akan meningkatkan proses
interaksi belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang efektif
dan mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Jika ada salah satu
komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat
berjalan baik 

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komponen proses belajar mengajar adalah pengaruh, bimbingan,
arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi
dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang.
Komponen-komponen dalam proses belajar mengajar dibagi menjadi 9 yaitu
tujuan proses belajar-mengajar, pendidik, peserta didik pendekatan mengajar,
materi, metode, media,     tempat,    evaluasi.
Masing komponen pembelajaran sangatlah berkaitan, tetapi setiap
komponen memiliki fungsi tersendiri, antara lain : fungsi kurikulum fungsi
guru fungsi siswa fungsi metode fungsi materi fungsi media fungsi evaluasi
bagi setiap guru, dituntut untuk memehami masing-masing metode secara
baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap
unit materi pelajaran yang diberikan kepada siswa,maka akan meningkatkan
proses interaksi belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar
yang efektif dan mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Jika
ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses
belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik.

15
B. SARAN
Dalam komponen pembelajaran, terutama pembelajaran konstekstual
diperlukan guru yang berwawasan luas yang dapat mengaitkan mata
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari serta materi pembelajaran dikaitkan
dengan konteks kehidupan siswa. Strategi guru dalam proses pembelajaran
kontekstual sangat menetukan keberhasilan siswanya. Guru melakukan
perubahan kebiasaan dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga penilaian hasil belajarnya. Sebagai calon pendidik (guru)
pembelajaran kontekstual ini sangat penting karena dapat membantu siswa
untuk lebih mudah menerima materi pelajaran yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
Dapat kita ketahui bahwa pentingnya komponen pembelajaran dan
saling berkaitanya komponen-komponen pembelajaran tersebut sehingga kita
harus mepelajari dan memperhatian secara detail tentang komponen-
komponen pembelajaran, sehingga kita dapat menciptakan situasi belajar
mengajar secara baik dan nyaman.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://d-pendidikan.blogspot.com/2016/03/pendidikan-merupakan-kebutuhan-manusia.html

http://metodepembelajaran10.blogspot.com/2017/01/pengertian-komponen-
komponen.html
http://apria3.blogspot.com/2014/10/komponen-komponen-dalam-proses-belajar.html

Sugandi, Achmad. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang : UNNES Press.

17

Anda mungkin juga menyukai