Anda di halaman 1dari 45

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan


Pembelajaran

Oleh :

Eryanto wardana

NIM 180141419

Dosen Pengampu :

Budi Waluyo, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang,
Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan
Makalah Perencanaan Pembelajaran. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan motivasi :

1. Bapak Drs. H. Asyraf Suryadin, M.Pd. Selaku ketua STKIP


Muhammadiyah Bangka Belitung.
2. Ibu Yuanita, M.Pd. Selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Ibu Nurfitriani, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran.
4. Rekan-rekan kelompok 1 yang membantu menyelsaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah Perencanaan
Pembelajaran ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh Karena itu, penulis juga memohon maaf apabila dalam
penulisan Makalah Konsep Dasar Evaluasi ini terdapat kesalahan pengetikan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.

Pangkalanbaru, 17 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran......................................... 3


B. Pengembangan Silabus Pembelajaran................................................5
C. Pengembangan Standar Kompetensi Guru.........................................6
D. Pengembangan Persiapan Mengajar/Rpp..........................................9
E. Pengelolaan Pembelajaran, Pengelolaan Kelas................................11
F. Pengembangan Bahan Ajar...............................................................12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................13
B. Saran ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi seluruh rakyat
Indonesia. Di dalam dunia pendidikan terdapat kompetensi yang harus dimiliki
suatu objek dan subjek pendidikan yaitu pendidik dan peserta didik. Dengan
demikian didalam makalah yang akan kami buat disini akan membahas salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik yaitu evaluasi
pembelajaran khususnya mengenai konsp dasar evaluasi pembelajaran.
Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab pendidik dalam
pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil
belajar peserta didik. Kompetensi tersebut juga sejalan dengan instrumen
penelitian kemampuan guru yaitu melakukan evaluasi pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dalam penulisan makalah perencanaan
pembelajaran ini adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Apa itu konsep dasar pembelajaran ?


2. Apa itu pengembangan silabus pembelajaran ?
3. Apa itu pengembangan standar kompetensi guru?
4. Apa itu pengembangan persiapan mengajar/rpp ?
5. Apa pengelolaan pembelajaran, pengelolaan kelas ?
6. Apa itu pengembangan bahan ajar ?
C. Tujuan
1. Pendidik di tuntut bisa mengetahui apa itu konsep dasar pembelajaran, apa
itu konsep dasar pembelajaran. Di karenakan dalam melakukan
pembelajaran kita sebagai pendidik harus mengatahui konsep
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar
ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian materi, pencapaian kompetensi yang merupakan tolak ukur
penilaian.
3. Pengembangan standar kompetensi guru di lakukan supaya guru bisa
menguasai standar kompetensi yang telah di tetapkan oleh menteri
pendidikan dan dinas pendidikan supaya standar kompetensi bisa sesuai
dengan keadaan di lapangan.
4. Supaya guru bisa merancang rpp terlebih dahulu sebelum mengajar hal ini
di lakukan supaya guru saat di dalam kelas guru bisa langsung mengetahui
apa saja yang harus dia lakukan supaya pembelajaran berlangsung optimal.
5. Hal ini di lakukan agar guru dapat mengontrol kelas baik dari
pembelajaran maupun suasana kelas(peserta didik).
6. Bahan ajar di gunakan agar peserta didik bisa melihat contoh barang yang
di pelajari secara nyata walaupun menggunakan media buatan tetapi bisa
lebih menarik perhatian peserta didik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
BAB II
KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian perencanaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa perencanaan adalah proses,
cara, perbuatan merencanakan (merancangkan), sementara pembelajaran adalah
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sementara
Herbert Simon mendefinisikan perencanaan adalah sebuah proses pemecahan
masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan. Bintoro
Cokroamijoyo menyebut perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan
secara sistematis yang akan dilakukan utuk mencapai tujuan tertentu. Sedang
Hamzah B. Uno menjelaskan perencanaan sebagai suatu cara yang memuaskan
untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pemecahan masalah
dengan mempersiapkan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Berkaitan dengan pengertian perencanaan pembelajaran, para ahli
memiliki pendapat berlainan meskipun memiliki tujuan yang sama, diantaranya
adalah: Branch yang mengartikan perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem
yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang
konsisten dan reliable. Ritchy memberi arti perencanaan pembelajaran sebagai
ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan
pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil
persoalan pokok. Sementara Smith & Ragan menyebut rencana pembelajaran
sebagai proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran
kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan
evaluasi.
Tujuan dari pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan
perilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pengembangan
perilaku dalam bidang kognitif adalah pengembangan kemampuan intelektual
siswa, misalnya kemampuan penambahan pemahaman, dan informasi agar
pengetahuan menjadi lebih baik.
Dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa perencanaan
pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir, artinya
suatu perencanaan pembelajaran tidak disusun sembarangan tetapi dengan
mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat berpengaruh, dan
segala sumber daya yang tersedia yang dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku siswa sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai. Sehingga ketercapaian tujuan
merupakan fokus utama dalam perencanaan pembelajaran.
3. Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan pembelajaran dapat
berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan.
B. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peranan penting dalam pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi rumusan tentang apa yang akan diajarkan pada siswa,
bagaimana cara mengajarkannya, dan seberapa baik siswa dapat menyerap semua
bahan ajar ketika siswa telah menyelesaikan proses pembelajarannya.
Perencanaan tersebut sangat penting bagi guru karena kalau tidak ada perencanan
yang baik, tidak hanya siswa yang akan tidak terarah dalam proses belajarnya tapi
guru juga tidak akan terkontrol, dan bisa salah arah dalam proses belajar yang
dikembangkannya pada siswa.
Berkaitan dengan fungsi perencanaan pembelajaran, mungkin pendapat Oemar
Hamalik bisa dijadikan sebagai acuan, yakni;
1. Memberi guru pemahaman yang lebih luas tentang tujuan pendidikan
sekolah, dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya
terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
3. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial and error dalam mengajar dengan
adanya organisasi kurikuler yang baik, metode yang tepat dan hemat waktu.
4. Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh
mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.
5. Memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk memajukan pribadinya dan
perkembangan profesionalnya.
6. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri pada diri sendiri dan
jaminan atas diri sendiri.
7. Sebagai acuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar di kelas agar
dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

Sementara itu juga ada yang menjabarkan kegunaan atau fungsi perencanaan
pembelajaran sebagai berikut:

a. Fungsi kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat
memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan
yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan memperbaiki program.
b. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya
kelemahan dan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan
tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang dilaksanakan
secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.
C. Fungsi selektif
Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang
dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga
berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
d. Fungsi Komunikatif
Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap
orang yang terlibat, baik guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal
seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat
mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang
hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.
e. Fungsi prediktif
Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan
apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program
yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat
menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan
hasil yang akan diperoleh.
f. Fungsi akurasi
Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap
waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat
menghitung jam pelajaran efektif.
g. Fungsi pencapaian tujuan
Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk
manusia yang utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya
saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan. Melalui perencanaan yang baik,
maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol dan evaluative
Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui
perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat
diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan
kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
C. Ruang Lingkup Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran atau disebut juga desain instruksional merupakan
kegiatan organisasi instruksional. Yang dimaksud dengan organisasi instruksional
adalah perencanaan pembelajaran mengkoordinasikan komponen-komponen
pembelajaran atau disebut juga dengan desain instruksional. Komponen organisasi
instruksional yang dimaksud adalah:
1. tujuan pembelajaran,
2. materi pembelajaran,
3. metode pembelajaran,
4. langkah-langkah interaksi pembelajaran,
5. sumber belajar yang digunakan, dan
6. evaluasi pembelajaran
Secara sistematik perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan
tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pembelajaran yang harus dipelajari,
merumuskan kegiatan belajar, dan merumuskan sumber belajar/media
pembelajaran yang digunakan serta merumuskan evaluasi pembelajaran. Untuk itu
dalam bahan kuliah ini akan diarahkan bagaimana mahasiswa dapat membuat
perencanaan pembelajaran tersebut.
D. Manfaat Perencanaan Pengajaran
Perencanaan pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru
untruk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar
siswanya. Perencanaan pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal
sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar, yaitu:
a. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
b. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan.
c. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid.
d. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
e. Untuk bahan penyususan data agar terjadi keseimbangan kerja.
BAB III
PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN
A. Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencangkup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP, silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian hasil belajar.
Dengan memperhatikan hakekat silabus diatas, suatu silabus minimal memuat
enam komponen utama, yakni: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3)
indikator, (4) materi standar, (5) standar proses (kegiatan belajar-mengajar), dan
(6) standar penilaian. Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut
merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus,
dan penambahan komponen-komponen lain dalam silabus di luar komponen
minimal.
B. Prinsip pengembangan silabus
Dalam KTSP, pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap
satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melakukannya. Oleh
karena itu setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam
mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi kebutuhan masing-masing. Agar
pengembangan silabus yang dilakukan oleh setiap satuan pendidikan tetap berada
dalam bingkai pengembangan kurikulum nasional (standar nasional), maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus. Prinsip- prinsip tersebut
adalah:
1. Ilmiah
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan dengan prinsip
ilmiah, yang mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang
menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung
jawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Relevan dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman,
tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik yakni tingkat perkembangan intelektual,
sosial, emosional dan spiritual peserta didik.
3. Fleksibel
Fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan berkaitan dengan dimensi
peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai suatu kaidah dalam
penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus.
4. Kontinuitas
Kontinuitas atau kesinambungan mengandung arti bahwa setiap program
pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain
dalam kompetensi dan pribadi peserta didik.
5. Konsisten
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara konsisten,
artinya bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki
hubungan yang konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik.
6. Memadai
Memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator,
materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang
dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
7. Aktual dan Kontekstual
Aktual dan kontekstual mengandung arti bahwa ruang lingkup kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian yang dikembangkan memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang sedang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
8. Efektif
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif, yakni
memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran,
dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang
telah ditetapkan.
C. Manfaat Silabus
Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, pada dasarnya silabus
merupakan acuan utama dalam suatu kegiatan pembelajaran. Beberapa manfaat
dari silabus ini, di antaranya:
1. Sebagai pedoman/acuan bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut,
yaitu dalam penyusunan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, penye-
diaan sumber belajar, dan pengembangan sistem penilaian.
2. Memberikan gambaran mengenai pokok-pokok program yang akan dicapai
dalam suatu mata pelajaran.
3. Sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program
pembelajaran.
4. Dokumentasi tertulis (witten document) sebagai akuntabilitas suatu program
pembelajaran.
D. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1. Mengisi Identitas
Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, dan
standar kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil
dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu
mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
2. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
3. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
a) Menuliskan kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus
dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.
Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam standar isi.
b) Merumuskan indikator
Indikator merupakan tanda-tanda atau ciri-ciri yang mengambarkan
pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur, observasi (diamati)
yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan subtansi isi yang harus dipelajarai dan
dikuasai peserta didik dalam proses pembelajaran. Artinya penyusunan
silabus tidak hanya mengidentifikasi materi pokok tetapi sampai pada materi
pembelajaran. Dalam mengidentifikasi materi pokok harus
dipertimbangkan:
a. Relevansi materi pokok dengan SK dan KD
b. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik
c. Kebermanfaatan bagi peserta didik
d. Struktur keilmuan
e. Kedalaman dan keluasan materi
f. Relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan
g. Alokasi waktu
5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
a. kegiatan pembelajaran bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para
pendiidk agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses
pembelajaran secar professional sesuai dengan tuntunan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntunan
kompetensi dasar secara utuh.
c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar
d. Kegiatan pembelajran berpusat pada siswa
e. Penentuan langkah-langkah pembelajaran.
6. Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakuakn
berdasarkan indicator. Di dalam penilaian ini terdapat tiga kompetensi
terpenting, yang meliputi teknik penilaian, bentuk instrument, contoh
instrument.
7. Menetukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian
suatu kompetensi dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. Minggu efektif per semester
b. Alokasi waktu mata pembelajaran
c. Jumlah standar kompetensi-kompetensi dasar per semester
d. Membagi alokasi waktu perjumlah SK-KD dengan memerhatikan
tingkah kerumitan dan keluasan materi.
8. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran, yang daoat berupa: buku teks, media cetak, media
elektronik, narasumber, lingkungan, dan sebagainya.
BAB IV

PENGEMBANGAN STANDAR KOMPETENSI GURU


A. Pengertian kompetensi guru
Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar yang demokratis memerlukan
beberapa kompetensi atau kemampuan yang sesuai seperti kompetensi
kepribadian, bidang studi, dan pendidikan atau pembelajaran. Kompetensi harus
selalu dikembangkan dan diolah sehingga tinggi. Dengan kompetensi yang
semakin tinggi diharapkan guru dapat melakukan tugas panggilannya lebih baik
dan bertanggung jawab. Menurut Kamus Besar Indonesia kompetensi berarti
kekuasaan atau kewenangan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.
Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan.
Istilah Kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang
dikemukakan berikut ini: Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggungjawab dan layak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai
kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi
maupun etika.
Hisyam (2000) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu Kompetensi
profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya,
memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar
mengajar yang diselenggarakannya.
Sementara itu, dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah
telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana yang tercantum
dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu :
1. Kompetensi pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini
dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat
dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian. Berdasarkan pengertian di atas maka
Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c)pengembangan
kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a)
mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f)
berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h)
mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara
berkelanjutan. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber
kekuatan, ispirasi, motivasi, dan inovasi bagi peserta didiknya.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar.
4. Kompetensi professional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda
keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
B. Cara Pengembangan Kompetensi Guru
1. Program sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses perolehan sertifikat pendidik bagi guru.
Sertifikat pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan
menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor registrasi guru yang dikeluarkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji
kompetensi. Dalam program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan
bagi semua guru di semua tingkatan, yaitu minimal sarjana atau Diploma IV.
Dengan kualifikasi itu, diharapkan guru akan memiliki kompetensi yang
memadai. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 kompetensi guru
meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
2. Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Untuk kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan perlu
dilakukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Hal ini
perlu dipahami karena dengan adanya pasca sertifikasi guru harus tetap
meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu pendidikan tetap
terjamin. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut ini.
a. Studi Lanjut Program Strata 2
Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara pertama
yang dapat ditempuh oleh para guru dalam meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya. Ada dua jenis program magister yang dapat diikuti,
yaitu program magister yang menyelenggarakan program pendidikan ilmu
murni dan ilmu pendidikan. Ada kecenderungan para guru lebih suka untuk
mengikuti program ilmu pendidikan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya.
b. Kursus dan Pelatihan
Keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang kependidikan
merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh guru untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalismenya. Walaupun tugas utama seorang guru
adalah mengajar, namun tidak ada salahnya dalam rangka peningkatan
kompetensi dan profesionalismenya juga perlu dilengkapi dengan
kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku.
c. Pemanfaatan Jurnal
Jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau perguruan tinggi
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme.
Artikel-artikel di dalam jurnal biasanya berisi tentang perkembangan terkini
suatu disiplin tertentu. Dengan demikian, jurnal dapat dipergunakan untuk
memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru. Dengan
memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai, seorang guru bisa
mengembangkan kompetensi dan profesionalismenya seorang guru dalam
mentransfer ilmu kepada peserta didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat
dijadikan media untuk mengomunikasikan tulisan hasil pemikiran dan
penelitian guru yang dapat digunakan untuk mendapatkan angka kredit
yang dibutuhkan pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat.
d. Seminar
Keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seorang
guru. Tampaknya hal ini merupakan cara yang paling diminati dan sedang
menjadi trend para guru dalam era sertifikasi, karena dapat menjadi sarana
untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar guru mendapatkan
informasi-informasi baru. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun
demikian, di masa-masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru
tidak hanya menjadi peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi
penyelenggara dan pemakalah dalam acara seminar. Forum seminar yang
diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana yang baik untuk
mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan
profesinya sebagai guru
BAB V
PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR / RPP
A. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi
dasar yang terdiri atas satu indicator atau beberapa indicator untuk satu kali
pertemuan atau lebih. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru
sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun
persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang
produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.
Berdasarkan Permendiknas No 41 tahun 2007 tertanggal 23 November tahun
2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa
pengembangan RPP dijabarkan dari Silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai Kopetensi Dasar (KD).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan pelajaran di satuan pendidikan.
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk:
1. Mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar
mengajar.
2. Memberi kesempatan bagi pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai
denga kebutuhan peserta didik, kemampuan pendidik dan fasilitas yang
dimiliki sekolah.
3. Dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan
berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis,
dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis
dan terencana.
B. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Adapun hakikat rencana pelaksanaan pembelajaran Berdasarkan Undang-
Undang Republik Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), pemerintah melalui dapartemen pendidikan nasional,
berkewajiban menetapkan berbagai peraturan tentang standar penyelenggaraan
pendidikan di seliruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Standar Nasional pendidikan yang dimaksud meliputi: (1) standar isi, (2) standar
kompetensi, (3) standar proses, (4) standar pendidikan [3]dan kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan,
dan (8) standar penilaian pendidikan. Salah satu dari kedelapan standar itu adalah
Standar isi. Standar isi memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasr
(KD), yang harus dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran dalam jenjang
dan waktu tertentu, sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi
lulusan (SKL).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adaah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai salah
satu lebih kompentensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan
dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari KTSP, yang
pengembangannya harus dilakukan secara profesional.
RPP dikembangkan berdasarkan karakteristik dan kondisi sekolah, serta
kemampuan guru dalam menjabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran
yang siap dijadikan pedoman pembentukan kompetensi peserta didik. Agar guru
dapat membuat RPP yang efektif dan berhasil guna dituntut untuk memahami
berbagai aspek yang berkaitan dengan hakikat, fungsi prinsif, dan prosedur
pengembangan, serta cara mengukur efektifitas pelaksanaannya dalam
pembelajaran.
Pertimbangan dalam penyusunan rencana dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Gagne dan Briggs dalam Mulyasa menjelaskan bahwa dalam
mengembangkan RPP perlu memperhatikan empat asumsi dasar yakni:
1. RPP perlu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem.
2. RPP perlu dikembangkan berdasarkan pengembangan siswa.
3. RPP harus dikembangkan untuk mempermudahkan siswa dalam
membangun pengetahuannya.
4. RPP tidak dirumuskan hanya sekedar kebutuhan administrasi saja, tetapi
merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah.
C. Fungsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rumusan rencana pelaksanaan pembelajaran / RPP berfungsi untuk:
1. Memperkirakan tindakan yang akan dilakukan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Membantu mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran.
4. Fungsi perencanaan yang menunjukkan bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan
kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
5. Fungsi pelaksanaan, rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun secara
sistemik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa
kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual.
D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan RPP
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembanganrencana
pelaksanaan pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis proses pembelajaran
dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik atau tindak lanjut.
5. Keterkaitan dan ketrpaduan.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
E. Langkah-Langkah Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah minimal dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajran
(RPP) dimulai dari mencantumkan identitas RPP, Tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
sumber belajara dan penilaian, Setiap komponen mempunyai arah pengembangan
masing-masing, namun semua merupakan satu kesatuan.
1. Mencantumkan Identitas
Terdiri dari: Nama Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar
Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Hasil langsung (output) dari satu paket kegiatan pembelajaran. Misalnya ”
Mendeskripsikan sejarah perjuangan Rasulullah di Madinah”.
3. Menentukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari
indikator.
Contoh: Indikator: Siswa dapat menjelaskan metode/ strategi dakwah Rasul di
Madinah.
4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan strategi yang dipilih.
5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
a) Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya langkah-langkah kegiatan
memuat unsur kegiatan pendahuluan atau pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
b) Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk
seluruh rangkaian kegiatan, dan sesuai dengan karakteristik model
pembelajaran yang dipilih.
6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan,
media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih
operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan.
Misalnya, sumber belajar silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus di
cantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
7. Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
yang dipakai.
BAB VI
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN / PENGELOLAAN KELAS
A. Pengertian pengelolaan kelas
Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula (Arikunto, 2014 : 3). Pengelolaan kelas lebih berfokus
bagaimana siswa itu dapat terlibat sebagai pelaksana kegiatan dan pelaku kegiatan
yang dapat diberdayakan sedemikian rupa yang memungkinkan dengan
keterlibatan siswa dapat memberikan jalan kemudahan dan peningkatan keilmuan
yang dimiliki oleh siswa. Diharapkan dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya dengan baik yang tentunya sesuai dengan bakat dan minat siswa
(Nurdin dan Sibaweh 2015 : 239).
Menurut Amri (2014 : 183) dalam jurnal Azizah (2017 : 2), Pengelolaaan kelas
adalah kegiatan yang dilakukan guru yang ditunjukkan untuk menciptakan kondisi
kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang optimal.
Menurut Djiwandono (2002) dalam jurnal Cahyani (2012 : 6), Pengelolaan
kelas adalah tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang
tinggi karena keterlibatan siswa di kelas, tingkah laku siswa yang tidak banyak
mengganggu kegiatan guru dan siswa lain, serta penggunaan waktu yang efisien.
Menurut Djamarah (2006) dalam jurnal Aliyyah (2016 : 82), Pengelolaan kelas
adalah masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk
menciptakan serta mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak
didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka
dapat belajar.
Pengelolaan kelas dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Classroom
Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajemen.
Pengertian pengelolaan atau manajemen pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengawasan, dan penilaian. Definisi di atas menunjukkan bahwa pengelolaan
kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menggunakan
untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa
mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Pengelolaan kelas dapat diartikan
suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar
atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan (Sholikhudin, 2017 : 297).
Menurut Rohani (2003 : 123) dalam jurnal Pangastuti (2017 : 39), Pengelolaan
kelas merupakan kegiatan – kegiatan yang mampu menciptakan dan
mempertahankan kondisi optimal pada saat proses pembelajaran dari gangguan
yang datang untuk merusak kondisi kelas.
Menurut Jacobsen (2009 : 41) dalam jurnal Isbadrianingtyas (2016 : 901),
Kelas merupakan lingkungan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk
menciptakan lingkungan tersebut dibutuhkan seorang pengelola. Guru sebagai
pengelola dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah cara guru menciptakan
lingkungan pembelajaran yang tertib.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan
pentingnya manajemen kelas. Manajemen kelas adalah semua aktivitas guru di
kelas yang dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar. Manajemen kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan tujuan agar tercapai kondisi
yang optimal serta kondusif, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti
yang diharapkan dan mengendalikan jika terjadi gangguan atau hambatan
(Momongan, 2015:222).
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Saifuddin (2018 : 73) tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan dari pengelolaan kelas
adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja untuk terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap serta apresiasi siswa.
Menurut Rukajat (2018) tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan baik sehingga segera tercapainya tujuan pengajaran
secara afektif dan efisien.
Menurut Uno (2014 : 23) dalam jurnal Azizah dan Estiastuti (2017 : 2)
menyatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas ada dua, yaitu tujaun umum dan
tujuan khusus, tujuan umumnya adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya
adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar,
serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Menurut Nurdin dan Sibaweh (2015 : 237) pada perinsipnya bahwa
pengelolaan kelas berfungsi untuk bagaimana siswa mau belajar bersungguh-
sungguh. Dan dominasi yang paling nyata adalah bagaimana kelas itu sesuai
dengan harapan warga belajar, ketika penataan itu menyenangkan dan membuat
siswa termotivasi untuk belajar maka disinilah penataan itu perlu terus untuk
dikembangkan.
Menurut Pranandri, dkk (2016 : 482) pelaksanaan pengelolaan kelas juga tidak
lepas dari peran serta siswa sebagai subjek yang ada dikelas. Menurut Djamarah
(2006:184) dalam jurnal Pranandri, dkk (2016 : 482) pengelolaan kelas terdiri dari
atas lingkungan fisik, kondisi sosial-emosional, dan kondisi organisasional.
Persepsi siswa sebagian besar dipengaruhi oleh factor kondisi sosio-emosional
didalam kelas itu sendiri. Kondisi sosiso-emosional yang dimaksudkan yaitu suara
guru selama berada di dalam kelas, sikap guru dalam mengadapi peserta didik.
Dari hasil observasi yang dilakukan, kondisi sosio-emosional sangat berpengaruh
terhadap persepsi siswa kepada guru di kelas. Siswa selalu melihat sikap yang
diberikan guru didalam kelas. Siswa selalu mendambakan sosok guru yang baik
dan memberikan pelayanan terbaik bagi siswa. Guru dianggap siswa memiliki
sosok seperti itu selama pembelajaran anak akan cenderung menurut dan selalu
perhatiaan dengan apa yang dilakukan guru. Guru tersebut dianggap memiliki
kemmampuan dalam hal pengelolaan yang baik bagi siswa. Hal tersebut sesuai hal
penelitian Ademulyono (2012) dalam jurnal Pranandri, dkk (2016 : 482) yang
membuktikan bahwa keterampilan atau teknik manajemen kelas yang efektif
dilakukan oleh guru memiliki pengaruh yang kuat dan positif terhadap prestasi
siswa.
Menurut Lakes dan Smith (2012) dalam jurnal Rijal (2014 : 49) pentingnya
kelas yang efektif manajemen sebagai alat pertama untuk meningkatkan
pembelajaran efektivitas. Para sarjana ini telah menyarankan bahwa manajemen
kelas seharusnya dianggap sebagai fungsi terintegrasi pengembangan karakteristik
pada guru, manajemen perilaku di sekolah komunitas, mengelola lingkungan
sekolah untuk pengajaran-pembelajaran yang efektif, pengorganisasian dan
mengelola sumber daya untuk pembelajaran yang efektif, dan merancang
pelajaran yang efektif untuk siswa yang efektif belajar dimana mereka dapat
memunculkan mereka partisipasi optimal dan keterlibatan proses.
Tentu saja, manajemen kelas berarti mengelola pembelajaran mengajar yang
efektif. Para sarjana ini mengklaim itu efektif manajemen kelas memiliki alasan
yang mulia melakukan semua hal yang dilakukan seorang guru mengatur siswa,
ruang, waktu dan bahan jadi instruksi dalam konten dan pembelajaran siswa dapat
terjadi dengan mendorong keterlibatan siswa dan kerja sama dalam semua
aktivitas kelas, dan membangun lingkungan kerja yang produktif.
C. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas
Pelaksanaan pengelolaan kelas tidak selalu berjalan dengan lancar. Pasti ada
faktor-faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan kelas. Ada
faktor internal dan faktor eksternal yang berasal dari siswa. Faktor internal siswa
berkaitan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku. Sedangkan faktor eksternal
siswa berkaitan dengan lingkungan belajar, pengelompokan siswa, dan jumlah
siswa. Dalam rangka memperkecil kemungkinan masalah gangguan di dalam
kelas, dapat digunakan beberapa prinsip dalam pengelolaan kelas. Berikut adalah
beberapa prinsip yang dapat digunakan.
1. Hangat dan Antusias
Guru yang memiliki kehangatan dan antusiasme dapat memudahkan
terciptanya kondisi belajar yang positif atau menyenangkan sehingga proses
belajar dapat berjalan dengan optimal. Guru yang bersifat hangat secara tetap
akan menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas, kegiatan, dan siswanya.
Dengan demikian, guru dikatakan berhasil dalam mengelola kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang dari
guru kepada siswa dapat memancing munculkan gairah atau semangat dalam
belajar pada diri siswa. Hal ini juga dapat mengurangi perilaku menyimpang
yang mungkin akan muncul dari siswa.
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola
interaksi antara guru dan anak didik akan munculnya gangguan apa yang
disebutkan diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku seorang guru ditujukan untuk dapat mengubah
strategi mengajarnya, mencegah kemungkinan munculnya gangguan pada
siswa, dan menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan
seorang guru dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak
didik, tidak adanya perhatian, dan siswa yang tidak mengerjakan tugas.
5. Pendekatan Pada Hal Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-
hal yang negatif. Penekanan pada hal yang positif, yaitu penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif daripada
mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian penguatan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar
6. Penanaman Disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah siswa dapat mengembangkan
disiplin diri sendiri. Guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanan tanggung jawab. Jadi, guru yang
mampu menjadi teladan kedisiplinan akan membantu proses pengelolaan kelas
yang efektif.
D. Penataan ruang kelas
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan
pengaturan atau penataan ruang kelas. Penyusunan dan pengaturan ruang kelas
hendaknya memungkinkan siswa untuk duduk berkelompok dimana hal itu
memudahkan guru bergerak untuk membantu siswa dalam belajar. Berikut ini
adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang kelas.
a. Pengaturan Tempat Duduk
Bentuk dan ukuran tempat duduk yang digunakan sekolah saai ini
bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa
siswa, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya
tempat duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-
ubah formasinya. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh
dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk
melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat
duduknya sebaiknya memanjang ke belakang.
b. Pengaturan Alat-Alat Pengajaran
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai
berikut:
1. Perpustakaan kelas;
2. Alat-alat peraga media pembelajaran;
3. Papan tulis, Alat tulis, dan lain-lain;
4. Papan presensi siswa;
5. Penata keindahan dan kebersihan kelas.
E. Pengelolaan Kelas yang Efektif
Latar belakang siswa dalam satu kelas berbeda-beda. Mulai dari latar belakang
sosial, ekonomi, sampai budaya. Dari perbedaan inilah guru dituntut untuk dapat
memahami agar mudah dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif.
Menurut Made Pidarta, untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang
dilengkapi oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu pihak pada waktu tertentu,
tetapi bagi semua anak atau kelompok.
3. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-anggota.
Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing
mereka di kelas di kala belajar.
4. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan
siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok,
makin puas anggota-anggota di dalam kelas.
5. Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan kelompok ditentukan
oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun
bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
6. Bila begitu pengelolaan kelas yang efektif, maka itu berarti tugas yang berat
bagi guru adalah berusaha menghilangkan atau memperkecil permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan semua problem pengelolaan kelas, seperti
kurangnya kesatuan, tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok,
reaksi negative terhadap anggota kelompok, moral rendah, kelas mentolerasi
kekeliruan-kekeliruan temannya, dan sebagainya.
BAB VII
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
A. Pengertian bahan ajar
Menurut National Centre for Competency Based Training (2007), pengertian
bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan
dapat berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya
mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara
sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu lingkungan
atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Menurut Panen (2001)
mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran
yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran (Andi,2011:16).
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6), pengertian
bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Berdasarkan definisi-definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan komponen pembelajaran
yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas
sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran
dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-
prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat
tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada
dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang
berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses
yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.\
B. Menentukan Cakupan Dan Urutan Bahan Ajar
1. Menentukan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus
diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep,
prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu
diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan
cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman
materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,
sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang
terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip
berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau
memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup
tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu
tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau
ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang
harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai
sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2. Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan
urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di
antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat
prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya.
Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi
penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika
materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah
ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua
pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan
prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural
menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah
melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-
langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan
hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas
atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai
prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
C. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar
atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran
meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya
keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau ghbahan
hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah
pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak
boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan
kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang
tidak perlu untuk mempelajarinya.
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui
kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi
pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti
bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak
dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan
ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk
pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-
langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan
bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan
pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis
materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi.
Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah
pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih
dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu
ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar
memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran
atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran sejalan dengan berbagai jenis
aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan
menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi
pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).
a. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat,
nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen
suatu benda, dan lain sebagainya.
b. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
c. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma,
teorema.
d. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan
telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
e. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon,
penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
f. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin,
dan rutin.
2. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi
yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang
cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar
kompetensi.
3. Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenias materi ditentukan langkah
berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau
bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran,
majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
D. Jenis-Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak(printed) seperti antara lain handout,
buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,
model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar(audio visual) seperti video
compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching
material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compac disk (CD)
multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based
learning materials).
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan
seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang
sedang dipelajari.
b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit.
c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.
d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu
e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.
f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa.
g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.
h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
i. Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku,
modul, poster, brosur, dan leaflet
Jenis-jenis bahan ajar:
1. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389,
handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah
disiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambilkan dari beberapa
literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ kompetensi
dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini
handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara
down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
2. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran
dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara
misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman,
otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.
Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of
sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku
adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid
dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu
ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk
tertulis.Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan
bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik
dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga
menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku
pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh
peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran
fiksi si penulis, dan seterusnya.
3. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga
modul berisi paling tidak tentang:
a. Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Content atau isi materi
d. Informasi pendukung
e. Latihan-latihan
f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g. Evaluasi
h. Balikan terhadap hasil evaluasi

Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang
peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan
peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan
kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
4. Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan
untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak
akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi
dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan
atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah
artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.
Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja
lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di
suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru,
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan
belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas
tertulis.
5. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi
(Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar,
selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai
oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik,
karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak
terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu kompetensi dasar
saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta
didik untuk menggunakannya.
6. Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s
New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang
dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa
yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk
menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
7. Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat
lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchartdidesain dengan
menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart
biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini
wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar,
maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain
bahwa memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan
bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contohwallchart tentang siklus
makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
8. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang
baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa
dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar. Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit
Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi
maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang
dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari
melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat
berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes. Sebuah gambar
yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan
informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak
mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
2. Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar
benar-benar mengerti, tidak salah pengertian. Lengkap, rasional untuk
digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber
yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang
berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.
BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulanan
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proses kerjasama tidak hanya
menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan
siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan akhir dari proses ini adalah perubahan perilaku siswa.
perencanaan pembelajaran juga merupakan proses pengambilan keputusan
hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu,
yaitu perubahan tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus dilakukan
sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi
dan sumber belajar yang ada. Hasil dari proses pengambilan keputusan tersebut
adalah tersusunnya dokumen yang dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam melakukan perencanaan pembelajaran, harus juga memperhatian
prinsip-prinsip yang bisa menghantarkan pada sebuah tujuan. Dengan demikian,
hasil akhir dari proses pembelajaran akan menciptakan kualitas sumberdaya
manusia yang mumpuni. Guru juga berperan langsung terhadap keberhasilan dari
perencanaan pembelajaran ini di karenakan guru sebagai orang yang memimpin
suatu pembelajaran.
B. Saran
Pembuatan makalah ini di buat untuk memenuhi tugas perencanaan
pembelajaran yang membahas tentang . Bagi guru sendiri hal ini sangat
bermanfaat untuk menjadi bahan evaluasi dalam pembelajaran selanjutnya. dan
penulis berharap makalah yang kami buat bermanfaat untuk generasi selanjutnya
dan berharap untuk generasi berikutnya dapat membuat makalah ini dengan lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai