Anda di halaman 1dari 5

Nama : JODI

NIM : 180141434
Kelas : IVB
Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran PKN

KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA DARI MEDIA MASSA


A. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Kasus 1 : Komnas HAM Kritik Pembubaran Ormas Tanpa Melalui Pengadilan
Komnas HAM Kritik Pembubaran Ormas Tanpa Melalui Pengadilan
Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan dinilai dapat mengancam hak asasi manusia yaitu hak atas
kebebasan berserikat yang dijelaskan dalam UUD pasal 28 (E) ayat 3 tentang kebebasan
berkumpul dan berserikat. Pasalnya, dalam Perpu tersebut tidak ada pengadilan dalam
pembubaran ormas oleh pemerintah. Tapi, bagaimana jika memang ormas itu mendapatkan
haknya untuk berkumpul dan berserikat, tetapi dalam waktu yang bersamaan merampas
HAM orang lain? Jika kita melihat ke  belakang, banyak terjadi tindak kekerasan dan
pertikaian antar ormas yang ada di Indonesia. Intimidasi dan penyerangan seolah
menjadi trademark ormas-ormas pelaku kekerasan tersebut. Akibatnya masyarakat merasa
resah dengan aksi-aksi tersebut. Intinya, ormas yang bertindak kekerasan merupakan
ancaman terhadap hak atas rasa aman. Padahal dalam konstitusi, Pasal 28 (G) UUD 1945,
hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan merupakan hak asasi manusia
(HAM).
Maka jelas, pelanggaran terhadap ketentuan tersebut merupakan pelanggaran HAM.
Ormas-ormas yang dinilai meresahkan itulah yang nantinya akan diberikan sanksi. Tapi, pada
UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, sebelum ormas itu diberikan
sanksi, akan diadakan upaya persuasif terlebih dahulu. Berbeda dengan Perpu No. 2 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan,
dalam Perpu ini pengadilan dalam pembubaran ormas oleh pemerintah ditiadakan.
Pemerintah dan hakim dapat bertindak sebagai penuntut/pendakwa terhadap ormas yang
dinilainya anti-Pancasila. Inilah yang dinilai dapat mengancam HAM tentang berkumpul dan
berserikat. Tapi, upaya pemerintah ini bisa dinilai baik, karena melihat situasi Indonesia
sekarang yang sedang maraknya intoleralisme, radikalisme, dan ekstremisme yang sewaktu-
waktu bisa mengancam ideologi Pancasila dan keutuhan NKRI. Maka dari itu, pemerintah
harus bertindak cepat dalam menghadapi perkumpulan-perkumpulan yang berpotensi
menyebarkan faham-faham yang bisa mengancam ideologi Pancasila dan keutuhan NKRI
tersebut.
Kasus 2: Bullying Siswa SMP di Thamrin City Berawal dari Ledek-ledekan
"Bullying" Siswa SMP di Thamrin City Berawal dari Ledek-ledekan
"Bullying". Siapa yang tidak asing dengan kata yang satu ini. Faktanya, hal ini kerap
kita dengar dan berada di dalam kehidupan kita. Lalu apa sih sebenarnya Bullying itu? Di
Indonesia kasus bullying kembali terkuak, bullying bisa diartikan sebagai tindakan yang tidak
senonoh dan biasa dilakukan anak siswa SD, SMP, maupun jenjang lainnya. Banyak tindakan
yang termasuk Bullying, contohnya tindakan mengejek, mengolok-ngolok dan akan berlanjut
hingga bentuk kekerasan. Bullying dilakukan secara individu ke individu lainnya maupun
dari kelompok ke individu. Nah, tindakan secara fisik ini terjadi karena merasa lebih
berkuasa dan berani. Pemicu tindakan Bullying ini antara lain factor lingkungan yang
mendukung, kurangnya sikap menghargai sesama, juga kurangnya perhatian dari orang tua.
Kita ambil beberapa contoh kasus yang sedang marak, yakni kasus perundungan siswa SMP
di Mall Thamrin City. Miris bukan mendegarnya, Kasusnya mungkin sepele, seperti berawal
dari saling ejek, di social media hingga berakhir menjadi bullying.Kabarnya kini 9 anak
pelaku itu akhirnya dikirim ke Panti Sosial Marsudi Putra Handayani di Cipayung, Jakarta
Timur. Sanksi ini disepakati setelah mereka diperiksa selama 12 jam selain karena masih di
bawah umur sanksi juga diberikan karena korban mencabut laporannya. 
Korban menginginkan teman-temannya ini tetap sekolah seperti biasa. Selama tiga
bulan direhab anak-anak yang berasal dari enam sekolah berberda ini mendapat sejumlah
pembinaan. Kejadian ini menyebabkan 9 anak tersebut harus pindah sekolah. Sementara
koban sendiri akan mendapat terapi untuk memulihkan kondisi mentalnya sehingga tidak
trauma. Efek bullying hampir saja mengecam keamanan anak. Tentu, untuk menangani anak
yang tertindas atau korban kekerasan perlu ditangani secara serius. Pendekatan secara
bijaksana dari hati ke hati dan mengetahui sebagaimana mestinya kita sebagai orang tua harus
bersikap terhadap anak kita. Yang perlu digaris bawahi adalah efek psikologi yang berlanjut
saat mereka dewasa nanti.
Sekarang apa kata hukum. Perilaku Bullying termasuk Pelangaran Hak Asasi
Manusia. Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak No 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 2002, bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jelas banyak hak korban bullying yang direnggut oleh pelakunya.
Seperti hak memperoleh  rasa aman, hak dihargai dan dihormati. Di sisi lain tindakan ini
melenceng dari norma agama manapun bukan.
Nah mungkin sebagian solusi dalam kasus ini salah satunya mengalihkan mereka
pada kegiatan positif seperti kegiatan kerohanian atau ekstrakurikuler. Juga peran orang tua
secara bijaksana dapat terus menerus mengawasi dan mendampingi secara rutin, rasa aman
dan nyaman dalam menekuni pendidikannya. Dengan begitu tindakan Bullying dapat
mengurangi juga dihindari. Kasus ini sedang diadili yang membuktikan bahwa hak asasi
manusia sangat di jungjung tinggi kehormatannya.
Kasus 3 : Kasus Tolikara dan Aceh Singkil, Catatan Hitam Toleransi Beragama
Kasus Tolikara dan Aceh Singkil, catatan hitam toleransi beragama
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E Ayat 1 berbunyi "Setiap
orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya". Namun, lain kenyataannya
dengan yang terjadi di negeri ini. Dasar hukum tersebut masih saja dilanggar oleh segelintir
orang di beberapa tempat di Indonesia, contohnya dalam kasus intoleransi antaragama yang
terjadi di Tolikara, Papua. Pada hari Jumat, 17 Juli 2015, sekitar pukul 07.00 WIT di
Tolikara, Papua telah terjadi pembakaran masjid Baitul Muttaqin. Saat itu, umat Islam sedang
melaksanakan shalat Idul Fitri di lapangan terbuka Makoramil 1702-11/Karubaga. Tak lama,
sekelompok orang datang ke lokasi tersebut dan meminta mereka untuk menghentikan
kegiatan shalat Ied. Beberapa hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 11 Juli 2015, telah beredar
surat yang mengatasnamakan Jemaat GIDI Wilayah Tolikara. 
Dalam surat tersebut, umat Islam dilarang melaksanakan shalat Ied dan mengadakan
kegiatan lebaran pada tanggal 17 Juli dan hanya diperkenankan mengadakan kegiatan hari
raya di luar wilayah Tolikara. Surat larangan tersebut diedarkan dengan alasan akan
diselenggarakannya Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani Pemuda tingkat
Internasional dimana hal ini merupakan suatu pelanggaran HAM untuk bebas beribadah
sesuai agama dan kepercayaannya. Disini jelas bahwa jemaat Kristen melarang umat Islam
untuk melaksanakan ibadah di hari raya dan mengadakan perayaannya, menunjukkan tidak
adanya toleransi segelintir orang kepada agama lain. Padahal sesungguhnya di negara
Indonesia yang penduduknya menganut beragam agama ini, kita harus bisa mentolerir orang
lain yang berbeda agama. Kita tidak diperkenankan menghalangi orang lain yang hendak
beribadah, termasuk juga terhadap umat beragama yang berbeda kepercayaan dengan kita. 
Kasus di Tolikara ini menunjukkan bahwa umat Kristen telah melampaui batas toleransi
terhadap umat Islam, dengan puncaknya yaitu pembumihangusan salah satu masjid.
Meskipun umat Islam telah menerima surat larangan beribadah di hari Idul Fitri dan tetap
melaksanakan shalat Ied, mereka tidaklah bersalah karena mereka pun memiliki hak untuk
beribadah. 
Dan meskipun jemaat GIDI Tolikara memiliki alasan untuk melarang umat Islam
beribadah di hari Idul Fitri, pelarangan tersebut tetap saja tidak dibenarkan karena mereka
telah merampas hak umat Islam untuk beribadah. Perseteruan seperti ini dapat menimbulkan
perpecahan bangsa jika tidak diselesaikan dengan baik. Tak bisa dipungkiri bahwa kita hidup
berdampingan dengan orang lain yang berbeda agama. Karenanya, kita diharuskan
menghargai umat beragama yang lain dalam menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya
masing-masing dan selalu menjaga hubungan baik sesama umat beragama agar tercipta
perdamaian dan persatuan.

B. Tanggapan saya mengenai 3 kasus tersebut


Menurut saya Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia.
Setiap manusia yang hidup di dunia berhak atas HAM. Agar setiap orang bisa mendapatkan
haknya secara utuh, maka HAM diatur dalam UUD 1945 tepatnya pada pasal 28A-J. Tapi,
pada kenyataannya kasus-kasus pelanggaran HAM marak terjadi di Indonesia bahkan dunia.
Pelanggaran-pelanggaran 3 kasus tersebut bisa terjadi karena berbagai faktor, diantaranya
kurangnya kesadaran terhadap adanya HAM, ketidaktahuan akan HAM, sifat egois, sikap
kurang saling menghargai, dan yang lainnya. Agar pelanggaran-pelanggaran HAM itu bisa
diminimalisir, salah satu caranya adalah dengan menanamkan kesadaran akan HAM sejak
dini, sehingga saat terjun ke masyarakat, kita bisa menghargai HAM orang lain dan sadar
bahwa dalam mendapatkan HAM tidak boleh dalam waktu yang bersamaan merampas HAM
orang lain.
C. Sebagai kekuatan penekan, mahasiswa dapat memainkan peran dalam
penegakan HAM dengan pilihan strategi dan taktik berikut:
a. Menggunakan parlemen jalanan sebagai sebuah taktik gerakan ketika pelanggaran
HAM terjadi.
b. Membangun jejaring gerakan HAM dengan lembaga-lembaga yang relevan dan
penting, misalnya Komnas HAM, Komisi Hukum DPR RI, Mahkamah Konstitusi,
LSM, dan kelompok-kelompok mahasiswa di berbagai universitas.
c. Melakukan advokasi kebijakan untuk memastikan bahwa pola, struktur dan
kelembagaan negara betul-betul ramah terhadap penghormatan HAM.
Adapun peran negara dalam menjamin penegakaan HAM diindonesia antara lain :
a. Penegakan melalui undang-undang
b. Pembentukan Komisi Nasional
c. Pembentukan pengadilan HAM
d. Penegakan melalui proses pendidikan

Anda mungkin juga menyukai