Dosen Pembimbing
Yudi Mehdi Syarif, MT.
Disusun Oleh :
Candra Wahyudi
Muhammad Fahrijal
Selfi Liana Purnama
Enday Nursyamsudin
Alamat : JL. Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, telp/ fax. 021 8705577
Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kahadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Perencanaa Kegiatan Belajar Mengajar dalam
makalah Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun
berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan
pembuat perencana. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat
harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tetap sasaran.
Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang memegang
peran penting untuk mengarahkan siswa agar berhasil dalam kegiatan proses
belajarnya. Berkenaan dengan hal ini, pemerintah menetapkan anggaran 20%
dari APBN untuk kemajuan pendidikan. Sehingga negara berharap guru
sebagai salah satu unsur penentu keberhasilan belajar siswa bisa menjadi
seorang profesional.
Kata profesional di atas menuntut guru untuk melakukan perencanaan
pembelajaran agar dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara
sistematis dan tepat, sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Perencanaan pembelajaran ini kadang-kadang membuat guru
malas, misalnya menganggap silabus dan RPP terlalu konseptual, tidak terlalu
relevan dengan kenyataan dalam mengajar. Adanya ketidaksinkronan antara
tuntutan profesionalisme guru dengan kenyataan, maka seorang guru harus
memahami tentang pembelajaran lebih mendalam.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa tujuan instruksional ?
b. Bagaimana model instruksional ?
c. Bagaimana konsep tentang kurikulum ?
C. TUJUAN PENULISAN
Dalam makalah singkat ini, penulis ingin sedikit menguraikan tentang
perencanaan kegiatan belajar mengajar. Memahami serta menghayati
pembahasan yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
belajar.1
Perencanaan adalah the act or process of making plans for something (kegiatan atau
proses merencanakan sesuatu), dan pembelajaran adalah the act of teaching
something to somebody (kegiatan mengajarkan sesuatu kepada seseorang). Dalam
buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa
perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu: Perencanaan, berarti
menentukan apa yang akan dilakukan.2 Pembelajaran, berarti proses yang diatur
dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang
diharapkan. Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata
pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk
satu pertemuan atau lebih.
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses pemecahan masalah dengan
mempersiapkan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu.
B. Tujuan Istruksional
Istilah intruksional, seringkali diterjemahkan ke dalam kata pengajaran. Tetapi
sebenarnya, intruksional lebih luas daripada pengajaran, karena mencakup pada semua
hal yang mungkin mempunyai pengaruh langsung kepada proses belajar manusia,
bukan hanya terbatas pada hal-hal yang dilakukan guru, tetapi juga sumber-
1
Adang Rukhiyat, Paradigma Baru Hubungan Guru dengan Murid, Jakarta: Uhamka Press. 2003. hal. 13.
2
M. Sobry Sutikno, Pengelolaan Pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Prospect, 2009),
hlm.173
sumber belajar lain yang dipakai untuk belajar mandiri oleh anak. Pada dasarnya
tujuan intruksional adalah membantu orang untuk belajar.3
Beberapa definisi tujuan intruksional yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh,
antara lain sebagai berikut:
1. Robert F. Magner (1962), tujuan instruksional sebagai tujuan perilaku yang
hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi;
2. Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981), tujuan instruksional adalah
suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan;
3. Fred Percival dan Henry Ellington (1984),tujuan instruksional adalah suatu
pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan
sebagai hasil dari proses belajar.
Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu
tujuan instruksional umum (TIU) yang menggariskan hasil- hasil di aneka bidang
studi yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang
merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu
pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik. Menurut
Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum (TIU) adalah hasil
belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada
perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan
serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. Sedangkan tujuan instruksional
khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah
laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.4
Beberapa manfaat dari tujuan interaksional, antara lain sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan (objective) proses belajar mengajar;
2) Menentukan persyaratan awal instruksional;
3) Marancang strategi instruksional;
4) Memilih media pembelajaran;
5) Menyusun instrumen tes pada proses evaluasi;
6) Melakukan tindakan perbaikan atau improvement pembelajaran;
3
Muchammad Eka Mahmud, “Teknologi Pendidikan Konsep Dasar dan Aplikasi”, (Samarinda: ISNU Kaltim
Press, 2013), Cet. 1, hlm. 23.
4
Ibid., hlm. 6.
7) Guru mempunyai arahan untuk memilih bahan pembelajaran dan memilih
prosedur(metode) mengajar;
8) Setiap guru mempunyai batas-batas tugas dan wewenangnya dalam
mengajarkan suatu bahan;
9) Guru mempunyai patokan dalam menilai kemajuan belajar siswa;
10) Guru mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efisiensi
pembelajarannya.
dan curere yang berarti tempat berpacu.5 Sedang dalam kamus webster pengertian
kurikulum dalam bidang pendidikan muncul pada tahun 1955 yang memaknai
kurikulum sebagai beberapa mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan
tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah.6
Dari pengertian tersebut beberapa tokoh dunia mulai mengembangkan tentang
konsep dari definisi kurikulum, berikut merupakan pendapat para tokoh tentang
definisi kurikulum.
1. John Dewey
kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan
pengalaman belajar anak didik melalui susunan suatu pengetahuanyang
terorganisasikan dengan baik.
2. Hilda Taba
Dalam bukunya Curicculum Development Theory and Practice yang
manyatakan bahwa kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan – tujuan
pendidikan yang bersifat umum dan khusus serta materinya dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan suatu polatertentu untuk kepentingan belajar
mengajar.7
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga
pendidikan.
Berdasarkan definisi para ahli tersebut di atas menunujukkan bahwa kurikulum
diartikan tidak secara sempit atau terbatas pada pada mata pada mata pelajaran saja,
tetapi lebih luas dari pada itu. Tetapi mencakup segala komponen yang ada dalam
proses belajar mengajar.
Konsep kurikulum yang ada saat ini selalu berkembang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Pada masa lalu kurikulum dipandang sebagai sesuatu yang sangat sempit
yaitu sejumlah mata pelajaran, kemudian dipandang sebagai sesuatu yang sangat
luas yaitu seluruh pengalaman siswa, kemudian pada perkembangan selanjutnya
kurikulum adalah rencana pembelajaran, disusul pendapat yang menyatakan bahwa
5
Binti maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:Teras, 2009), h. 1.
6
Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:Teras, 2009), h. 1.
7
M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 13-14.
kurikulum bukan hanya rencana (curriculum plan) tetapi juga pelaksanaannya
(curriculum fungsional).8
Konsep kurikulum ini harus dilaksanakan berdasarkan kondisi konsep
pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, sikap dan nilai moral,
sehingga visi misi kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk pribadi yang
kuat dalam kondisi temporal dan spiritualnya. Karena kurikulum bersifat subjektif,
maka ada kecenderungan bagi sebagian orang untuk mendefinisikan kata – kata
yang sukar dipahami oleh umum. Kurikulum menunujukkan hasil pengajaran yang
diinginkan karena itu penggunaan tes lah yang lebih jelas menunjukkan arti
kurikulum dari pada daftar buku pelajaran atau bahan yang dibahas dalam
pengajaran.9
pengembangan individu.10
Sedang menurut Mc Neil (1990), isi kurikulum memiliki empat fungsi yaitu fungsi
pendidikan umum (common and general education), suplementasi (suplementation),
eksplorasi (eksploration), keahlian (spesillization).11
Fungsi kurikulum juga dapat dilihat dari berbagai perspektif, antara lain sebagai
berikut:
8
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 7.
9
Maunah, Pengembangan Kurikulum, h. 4.
10
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h.12.
11 Andra Putra, Peran dan Fungsi Kurikulum, diakses dari,
http://andraputraa.blogspot.co.id/2014/03/peran-dan-dan-fungsi-kurikulum.html. diakses pada tanggal 14
September 2015
1. Fungsi Kurikulum bagi Sekolah
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing
– masing jenjang atau satuan pemdidikan yang pada gilirannya merupakan
pencapaian tujuan pendidikan nasional.12 Kurikulum juga digunakan sebagai
pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.13
Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkat berikutnya adalah untuk menjaga
keseimbangan, kesesuaian, dan keteraturan serta urutan dalam proses pembelajaran
selanjutnya.14
12
Maunah, Pengembangan Kurikulum, h. 3.
13
Ahmad, Pengembangan Kurikulum, h. 98.
14
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 10.
15
Ibid., h.11.
6) Fungsi diagnotik, maksudnya adanya kurikulum dapat membantu
mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi dan
kelemahan yang dimilikinya.16
16
B. Suryosubroto, Tatlaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 5.
17
Arifin, Konsep dan Model, h. 15.
18
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 11.
19
Manab, Pengembangan Kurikulum, h. 9.
20
Arifin, Konsep dan Model, h. 13.
21
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 11.
5. Fungsi Kurikulum bagi Masyarakat
Bagi masyarakat kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan
wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum,
masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu
sekolah. Kurikulum juga berfungsi bagi orang tua yaitu dapat dijadikan bahan
untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya guna mencapai
hasil belajar yang optimal.22 Selain itu dengan adanya memungkinkan akan
terbinanya hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.23
Dewasa ini kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan masyarakat harus benar-
benar diusahakan. Hal ini mengingat seringnya terjadi kenyataan bahwa
lulusan sekolah belum siap pakai atau tidak sesuai dengan tenaga yang
dibutuhkan lapangan pekerjaan.24
jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas.25 Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan
adalah agar mereka dapat memberikan kontribusi dalam memperlancar jalannya
proses pembelajaran yang membutuhkan jasa mereka.26
22
Ibid., h. 16.
23
Suryosubroto, Tatlaksana Kurikulum, h. 5.
24
Ahmad, Pengembangan Kurikulum, h. 99.
25
Arifin, Konsep dan Mode, h. 16.
26
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 11-12.
Dalam pendidikan formal kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam
seluruh proses pendidikan. Karena kurikulum memberikan pedoman dan
pegangan dalam proses pendidikan, kurikulum juga merupakan bidang studi
bagi para ahli kurikulum untuk mengembangkan kurikulum berbagai institusi
pendidikan.27 Kurikulum merupakan syarat mutlak pendidikan sekolah atau
pendidikan formal dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu, baik aspek
pengetahuan (cognitif), sikap (afektif), maupun ketrampilan (psikomotorik).28
Kurikulum juga merupakan keseluruhan program dan kehidupan dalam
sekolah dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan atau eksistensi sekolah.
Oleh karena itu kedudukan kurikulum sangatlah berpengaruh terhadap maju
mundurnya atau survive suatu lembaga pendidikan atau bagi pendidikan.29
Kedudukan dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena kurikulum
merupakan pedoman berjalannya suatu proses belajar. Jika dalam menjalankan
sebuah pendidikan tanpa memiliki pedoman maka arah yang kita tuju tidaklah
jelas dalam menyampaikan informasi dan jika tak ada kurikulum pendidikan
juga tidak memiliki tujuan yang jelas.
27
Justa Ninda, Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pembelajaran, diakses dari
http://justaninda.blogspot.com/2012/08/kedudukan-kurikulum-dalam-proses.html. diakses pada tanggal 14
September 2015.
28
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 16.
29
Minarti, Manajemen Sekolah, h. 90.
30
Hamid, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 103.
31
Ahmad, Pengembangan Kurikulum, h. 63.
Kegiatan pengembangan mencakup penyusunan kurikulum itu sendiri,
pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan penilaian yang intensif
serta penyempurnaan-penyempurnaan terhadap kompenen tertentu dalam
kurikulum tersebut.32
Ada empat tahap perkembangan kurikulum, yaitu pengembangan kurikulum
pada tingkat makro (Nasional), pengembangan kurikulum pada tingkat institusi
atau lembaga (sekolah), pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
(bidang studi), dan pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di
kelas.33 Sedang dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum Dakir
model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh Beaucham adalah
sebagai berikut: suatu gagasan yang diperluas, menunjuk tim pengembang, tim
menyusun tujuan pengajaran melaksanakan kurikulum, mengevaluasi
kurikulum.34
Dalam penentuan langkah-langkah pengembangan kurikulum, beberapa ahli
berbeda pendapat. Menurut roger pengembangan kurikulum melalui empat
langkah yaitu: pemilihan target system belajar, partisipasi guru pengalaman
dalam pengalaman kelompok yang intensif, pengembangan pengalaman
kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran, dan partisipasi
orang tua dalam kegiatan kelompok.35 Sedang menurut Tyler langkah-langkah
pengembangan kurikulum meliputi, penentuan tujuan, dan menentukan
pengalaman belajar.36
Dalam proses pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama yakni
pengembangan pedoman kurikulum dan pengembangan pedoman
instruksional.37
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat ditempuh dengan
32
Maunah, Pengembangan Kurikulum, h. 43.
33
Arifin, Konsep dan Model, h. 41.
34 Jasa Fadilah, Kurikulum dalam Pengembangan Beauchamp, diakses dari ,
http://jasafadilahginting.blogspot.com/2011/01/kurikulum-dalam-pandangan-beauchamp.html. diakses pada
tanggal 14 September 2015.
35
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 167-
168.
36 Cahyani, Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum, diakses dari
http://cahyani22.blogspot.com/2013/03/langkah-langkah-pengembangan-kurikulum.html. diakses pada
tanggal 14 September 2015.
37
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 8.
langkah-langkah, sebagai berikut yaitu:38
1. Tujuan
Menentukan arah atau sasaran yang hendak di tuju oleh proses
penyelenggaraan pendidikan. oleh karena itu dalam menentukan tujuan harus
mempertimbangkan banyak faktor.
2. Isi kurikulum
Pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik di sekolah, pengalaman ini
dapat berupa mempelajari mata pelajaran, atau jenis-jenis pengalaman belajar
lain sesuai dengan bentuk kurikulum itu sendiri.
3. Memilih kegiatan
Berisikan cara peserta didik memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan bentuk kurikulum yang digunakan.
4. Evaluasi
Cara untuk mengetahui apakah sasaran yang ingin dituju dapat tercapai atau
tidak. Evaluasi juga digunakan untuk melakukan perbaikan.39
Jadi secara garis besar dalam sebuah pengembangbangan kurikulum dibutuhkan
tahap-tahap yang diawali dari adanya sebuah perencanaan (planning), pelaksanaan
38
Minarti, Manajemen Sekolah, h.93.
39
Mohammad Ali, pengembangan kurikulum di sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 1992), h. 66-67.
40
Zaini, Pengembangan Kurikulum, h. 19.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya tujuan intruksional adalah membantu orang atau memberikan
kemudahan pada orang untuk belajar. Tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2
yaitu tujuan instruksional umum (TIU) yang menggariskan hasil hasil di aneka
bidang studi yang harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang
merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu
pokok bahasan sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari perumusan tujuan intruksional,
diantaranya guru mempunyai arahan untuk memilih bahan pembelajaran dan
memilih prosedur (metode) mengajar, guru mempunyai batas-batas tugas dan
wewenangnya dalam mengajarkan suatu bahan, guru mempunyai patokan dalam
menilai kemajuan belajar siswa, dan lain sebagainya.
Taksonomi atau klasifikasi tujuan intruksional menurut Bloom, yaitu pengetahuan
(kognitif), apresiasi (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Dan dalam
penulisan tujuan intruksional digunakan format ABCD (Audience, Behavior,
Condition, dan Degree).
Dalam menerapkan desain tujuan intruksional di, sudah sesuai dengan teori
walaupun penerapannya belum maksimal dan masih perlu peningkatan terhadap
tenaga pendidik yang ada.
Setelah diuraikan tentang model-model Pengembangan Sistem Instruksional ,
secara garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1) Model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur
yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.
2) Prinsip pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip
dasar yang sama dengan teknologi pendidikan, yakni: berfokus pada siswa,
menggunakan pendekatan sistem, dan berupaya memaksimalkan
penggunaan berbagai sumber belajar.
3) Model-model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan
instruksional model Banathy, PPSI, model Kemp, model Briggs, model
Gerlach & Ely, model IDI (Instruksional Development Institute).
Kurikulum merupakan rencana pembelajaran, disusul pendapat yang menyatakan
bahwa kurikulum bukan hanya rencana (curriculum plan) tetapi juga pelaksanaannya
(curriculum fungsional). Kurikulum ini harus dilaksanakan berdasarkan kondisi konsep
pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, sikap dan nilai moral,
sehingga visi misi kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk pribadi yang kuat
dalam kondisi temporal dan spiritualnya.
2. Secar garis besar kurikulum memiliki 6 fungsi pokok yaitu:
a. Fungsi kurikulum bagi sekolah
b. Fungsi kurikulum bagi anak didik
c. Fungsi kurikulum bagi pendidik
d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
e. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
f. Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan (stake holder).
g. Kedudukan kurikulum dalam pendidikan Kedudukan dalam dunia
pendidikan sangatlah penting, karena kurikulum merupakan pedoman
berjalannya suatu proses belajar. Jika dalam menjalankan sebuah pendidikan
tanpa memiliki pedoman maka arah yang kita tuju tidaklah jelas dalam
menyampaikan informasi dan jika tak ada kurikulum pendidikan juga tidak
memiliki tujuan yang jelas.
4. Dalam proses pengembangan kurikulum terdapat tiga langkah utama, yaitu:
a. Perencanaan ( planning ).
b. Pelaksanaan ( implementating ).
c. Evaluasi.
B. SARAN
Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca dan
pendengar. Agar penulis dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA