Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK 1

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN SEBAGAI


SUATU SISTEM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

OLEH :
KELOMPOK 1
AFRILIA SIRANI (20002029)
DELVI INDAH HARTINI (20002081)
KHAIRO FAUZIA RAHMA (19002124)

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Nelfiadi, M.Pd

ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
SEBAGAI SUATU SISTEMN”.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “Perencanaan Pembelajaran”. Dalam penyusunan
makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan selesai dengan
lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pembelajaran, Ibu Dra. Nelfiadi,
M.Pd . Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini kedepannya.

Padang, 1 September 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem .............................. 3


B. Prinsip-Prinsip Intruksional ......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 8
B. Saran .............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perencanaan adalah pemikiran sebelum pelaksanaan sesuatu tugas. Jadi
PerencanaanPembelajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum
mengajar tersebut didalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru
dan murid, baik di dalamkelas maupun di luar kelas. Perencanaan pembelajaran didasari
oleh beberapa konsep. Konsep-konsep itu dibahas pada awal usaha menguraikan
perencanaan pendidikan ini, dengan maksudagar pemahaman tentang perencanaan lebih
mudah dan lebih mendalam.
Selain itu setiap uraian yang didasari oleh konsep tertentu mempunyai ciri
tersendiri,walaupun uraian itu mempunyai tujuan yang sama. Dengan demikian konsep-
konsep yangdipilih akan memberikan warna kepada perencanaan ini. Oleh karena itu,
dalam makalah iniakan dibahas penjelasan tentang konsep perencanaan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem ?
2. Apa prinsip-prinsip instruksional?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem.


2. Mengetahui prinsip-prinsip instruksional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem


Perencanaan berasal dari kata “rencana” yang berarti pengambilan keputusan untuk
mencapai tujuan. Menurut Ely sebagaimana dikutip Sanjaya mengatakan bahwa perencanaan
itu pada dasarnya suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang
diharapkan. Pendapat di atas menggambarkan bahwa setiap perencanaan dimulai dengan
menetapkan target atau tujuan yang akan dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target
atau tujuan tersebut dirumuskan bagaimana mencapainya.

Perencanaan menurut Hasibuan (2001:20) adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Sementara itu
Siagian (2003:88) menyatakan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Johnson menyatakan perencanaan
adalah suatu rangkaian tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan perencanaan
disusun berbagai visi, misi, strategi, tujuan dansasaran organisasi.

Sementara itu, pembelajaran berasal dari kata instruction yang banyak digunakan dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Kata instruction banyak dipengaruhi oleh aliran
pskologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan. Di samping itu,
kata instruction dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diprediksi dapat
memfasilitasi siswa dalam mempelajari segala sesuatu, dan peran guru berubah menjadi
fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaranberkenaandengankegiatanbagaimanagurumengajarsertabagaimana siswa
belajar. Dalam hal ini pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang disadari dan
direncanakan yang menyangkut tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ibrahim
dan Syaodih, 2010:50). Selanjutnya menurut Sudjana (2002:136) pembelajaran adalah proses
yang diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai
hasil yang diharapkan.\

Ki Hajar Dewantara menyatakan pembelajaran (onderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan

3
ialah salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pembelajaran tidak lain ialah pendidikan
dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan (Tafsir, 2003:7). Sementara
itu Hamalik (2004:54) memberikan makna terhadap pembelajaran adalah interaksi belajar dan
mengajar yang berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa,
di mana antara keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi yaitu guru mengajar di
satu pihak dan siswa belajar di lain pihak.

Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir


secararasionaltentangsasarandantujuanpembelajarantertentuyakniperubahanperilaku serta
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada (Sanjaya, 2013:28).

Sementara itu menurut Ali sebagaimana dikutip Majid (2005:20) perencanaan


pembelajaran adalah rumusan-rumusan tentang apa yang akan dilakukan guru danpeserta
didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan sebelum kegiatan belajar-
mengajarsesungguhnyadilaksanakan.Dalamhaliniperencanaanmerupakansuatusistem yang
menjelaskan adanya analisis atas semua komponen yang benar-benar harus saling terkait
secara fungsi untuk mencapaitujuan.

Perencanaanpembelajaransebagaisuatusistemadalahsebuahsusunandarisumber- sumber
dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran, pengembangansistem
pembelajaran melalui proses yang sistematik selanjutnya diimplementasikan mengacu kepada
sistem perencanaan itu (Sagala, 2012:136)

Gentry (1994) mengatakan perencanaan pembelajaran adalah suatu proses yang


merumuskan dan menentukan tujuan pembelajaran, strategi, teknik, dan media agar tujuan
pembelajaran umum tercapai.

Dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang


sistematis yang mencakup analisis kebutuhan pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran,
pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan bahan ajar, serta pengembangan alat
evaluasinya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

B. Prinsip-Prinsip Intruksional

Meningkatkan kualitas instruksional dengan menggunakan teknologi instruksional

4
tidaklah sederhana, tetapi tidak terlalu kompleks untuk dipelajari pengajar aau pengelola
program pendidikan, manakala cukup keinginan untuk meningkatkan keprofesionalannya.
Teknologi pembelajaran berkembang secara konsisten melalui serangkaian teori dan
praktek. Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek, sebaliknya
praktek dapat mendahului analisis teoritik.Teknologi instruksional dibangun atas dasar
prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil
penelitian dalam kegiatan instruksional.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan instruksional menurut Filbeck
dapat dikelompokkan menjadi dua belas macam, yaitu:
1. Prinsip pertama.
Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons tersebut.
Bila respons itu berakibat menyenangkan, peserta didik cenderung untuk mengulang
respons tersebut karena ingin memelihara akibat yang menyenangkan. Bila akibat
respons itu kurang menyenangkan, peserta didik cenderung mencari jalan yang dapat
mengurangi rasa tidak menyenangkan, peserta didik cenderung mencari jalan yang
dapat mengurangi rasa tidak menyenangkan tersebut dengan caramenghindari respons
yang sama atau melakukan perilaku lain. Salah satu impikasinya dalam kegiatan
instruksional adalah perlunya pemberian umpan balik positif atau pujian dengan segera
atas keberhasilan atau respons yang benar dari peserta didik. Pada babak permulaan
umpan balik yang positif tersebut harus sering kali diberikan, tetapi tahap berikutnya
dapat diberikan lebih jarang secara random. Dalam proses pengembangan instruksional,
prinsi ini diterapkan pula dalam bentuk pemberian latihan (exercise) dan tes untuk
dikerjakan peserta didik serta pemberian umpan balik segera terhadap hasilnya.
2. Prinsip kedua.
Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di bawah pengaruh
kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam lingkungan peserta didik. Kondisi atau
tanda-tanda tersebut berbentuk tulisan, gambar, komunikasi verbal, keteladan guru, atau
perilaku sesama peserta didik. Implikasinya prinsip kedua ini pada teknologi
instruksional adalah perlunya menyatakan tujuan instruksional secara jelas kepada
peserta didik sebelum pelajaran dimulai agar peserta didik bersedia belajar lebih giat.

5
Tujuan instruksional itu berisi pengetahuan, keterampilan atau setiap perilaku yang
akan dapat dilakukan peserta didik setelah menyelesaikan pelajaran. Implikasi lainnya
adalah penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan peserta
didik dalam proses belajarnya.
3. Prinsip ketiga.
Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan.
Karena itu pengetahuan dan keterampilan baru yang telah dikuasai harus sering
dimunculkan dan diberi akibat yang menyenangkan agar keterampilan baru itu selalu
digunakan. Implikasinya adalah pemberian isi pelajaran yang berguna pada peserta
didik dalam dunia kehidupan serta pemberian umpan balik berupa imbalan dan
penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik.
4. Prinsip keempat.
Belajar yang berbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer
kepada situasi lain yang terbatas pula. implikasinya yaitu pemberian kegiatan belajar
yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata, yaitu
lingkungan hidup peserta didik di luar ruangan kelas.
5. Prinsip kelima.
Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang
kompleks seperti pemecahan masalah. Uraian materi pelajaran perlu diperjelas dengan
contoh yang positif dan negatif. Untuk menjelaskan bilangan genap, misalnya, guru
perlu memberikan contoh bilangan genap dan contoh bilangan ganjil.
6. Prinsip keenam.
Status mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan memengaruhi perhatian
dan ketekunannya selama proses belajar. Implikasinya adalah pentingnya menarik
perhatian peserta didik agar dapat mempelajari isi pelajaran dengan baik. Misalnya,
memulai proses pembelajaran dengan memberi petunjuk tentang prosedur yang harus
diikutiatau kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar ia mencapai tujuan
instruksional.
7. Prinsip ketujuh.
Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik
untuk menyelesaikan setiap langkah akan membantu sebagian besar peserta didik.
6
Implikasinya penggunaan buku teks terprogram .
8. Prinsip kedelapan.
Kebutuhan memcah materi belajar yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil
akan dapat dikurangi bila materi belajar dapat diwujudkan dalam satu model.
Implikasinya berupa penggunaan media dan metode instruksional yang dapat
menggambarkan materi yang kompleks kepada peserta didik seperti: model, realia
(benda sebenarnya), film, program televisi, program video, drama, dan demonstrasi.
9. Prinsip kesembilan.
Keterampilan tingkat tinggi seperti keterampilan memecahkan masalah adalah perilaku
kompleks yang terbentuk dari komposisi keterampilan dasar yang lebih sederhana.
Implikasinya yaitu tujuan instruksional umum harus dirumuskan dalam bentuk hasil
belajar yang operasional agar dapat dianalisis menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusu.
10. Prinsip kesepuluh.
Belajar cenderung cepat dan efisien serta menyenangkan bila peserta didik diberi
informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam keterampilan memecahkan masalah. Ia
cenderung belajar lebih cepat bila diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan
bagaimana cara meningkatkannya lebih baik.
11. Prinsip kesebelas.
Perkembangan dan kecepatan belajar peserta didik bervariasi, ada yang maju dengan
cepat, ada yang lebih lambat. Di samping itu, perkembangan dan kecepatan belajar
seorang peserta didik tidak stabil dari suatu hari ke hari yang lain dan tidak sama dari
satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain. Variasi kecepatan belajar itu tidak
selalu dapat diramalkan. Hasil tes intelegensi, gaya kognitif, dan minat atau sikap untuk
belajar tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variasi tersebut. Namun,
variasi penguasaan terhadap pelajaran yang terdahulu mempunyai hubungan yang lebih
berarti terhadap variasi tersebut. Implikasinya peserta didik medapat kesempatan maju
menurut kecepatan masing-masing.
12. Prinsip kedua belas.
Dengan persiapan, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi
dirinya untuk membuat respons yang benar. Pemberian kemungkinan bagi peserta didik
untuk memilih waktu, cara, dan sumber-sumber lain, di samping yang telah ditetapkan
7
dalam sistem instruksional agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan instruksional.
Dari kedua belas prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa desain instruksional
adalah hal yang kompleks namun perlu untuk diterapkan demi tercapainya
pembelajaran yang efektif dan efisien. Impilakasi dari masing-masing aliran psikologi
dan prinsipprinsip dalam pengembangan instruksional tersebut dapat diterapkan dalam
pembelajaran skala luas, misalnya dalam satu program studi atau dalam skala
sempityaitu, pembelajaran yang hanya terjadi dalam satu pertemuan dengan durasi
waktu 90 menit, pada setiap jenjang pendidikan, setiap jenis pendidikan, pada
pendidikan tatap muka atau jarak jauh.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang sistematis yang mencakup
analisis kebutuhan pembelajaran, perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan strategi
pembelajaran, pengembangan bahan ajar, serta pengembangan alat evaluasinya dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Prinsip pembelajaran mencakup tentang bagaimana menetapkan apa yang maudilakukan
oleh guru, membatasi sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus,mengembangkan alternatif-
alternatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran,mengumpulkan dan menganalisis
informasi, serta mempersiapkan danmengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran

B. Saran

Kami anggota kelompok sebagai penulis dan juga penyusun makalah ini menyadari,
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan


StandarKompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2011.
Pidarta, Made, Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan
Pendekatan Sistem, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2005.
Sa’ud, Udin Syaefudin, Abin Syamsuddin Makmun,
Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif,
Bandung: Remaja RosdaKarya, 2011.4.
Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori
DenganPendekatan Sistem, (Jakarta: Asdi Mahasatya,
2005), hlm. 101-102.

10

Anda mungkin juga menyukai