Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT PENDIDIKAN INKLUSIF

AN JUDUL

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah PENDIDIKAN INKLUSIF. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap dengan penulisan makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya serta
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan
datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga dari makalah ini, kita dapat
menambah pengetahuan dan memberi manfaat bagi semua.

Padang, Agustus 2022

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, karena dengan pendidikan
manusia memperoleh ilmu pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan sehingga
manusia dapat menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Melalui
pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan, sehingga memiliki kemampuan
dan keterampilan untuk membawa bangsa kearah yang lebih baik. Karena itu negara
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada
setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (difabel).

UUD 1945 pasal 31 (1) mengatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Namun hal ini baru dapat terpenuhi pada saat Indonesia
memasuki pembangunan jangka panjang kesatu tahun 1969/1970-1993/1994. Dalam
periode ini pemerintah mulai menaruh perhatian pada pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan


dan bakat istimewa, termasuk didalamnya program percepatan (akselerasi) belajar
filosofi yang berkenaan dengan hakekat manusia, hakekat pembangunan nasional,
tujuan pendidikan dan usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Kelemahan
yang tampak dari penyelenggaraa pendidikan seperti ini adalah tidak terakomodasinya
kebutuhan idividual siswa di luar kelompok siswa normal.

Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi


sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi
setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Dengan kata lain
pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang
dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Namun, dalam penyelenggaraannya pendidikan ini masih belum

3
terlaksana dengan baik karena tidak terakomodasinya kebutuhan siswa di luar
kelompok siswa normal.

A. Rumusan Masalah
1. Apakah arti penting pendidikan inklusi?
2. Apakah pengertian dari pendidikan inklusi?
3. Apakah tujuan dari pendidikan inklusi?
4. Apa sajakah landasan pendidikan inklusi?

B. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan arti penting pendidikan inklusi.
2. Dapat mendeskripsikan pengertian pendidikan inklusi
3. Dapat menyebutkan tujuan pendidikan inklusi
4. Dapat mendeskripsikan landasan pendidikan inklusi

4
5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pentingnya Pendidikan Inklusi

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin


keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (difabel). Pentingnya pendidikan inklusi adalah karena pendidikan itu
adalah merupakan hak asasi manusia, selain itu pendidikan inklusi juga merupakan
pendidikan yang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial.
Ada beberapa argumen di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi
merupakan hak asasi manusia:
1. Semua anak memiliki hak untuk belajar bersama;
2. Anak-anak seharusnya tidak dihargai dan didiskriminasikan dengan cara
dikeluarkan atau disisihkan hanya karena kesulitan belajar dan
ketidakmampuan mereka;
3. Orang dewasa yang cacat, yang menggambarkan diri mereka sendiri
sebagai pengawas sekolah khusus, menghendaki akhir dari segregrasi
(pemisahan sosial) yang terjadi selama ini;
4. Tidak ada alasan yang sah untuk memisahkan anak dari pendidikan mereka,
anak-anak milik bersama dengan kelebihan dan kemanfaat untuk setiap
orang, dan mereka tidak butuh dilindungi satu sama lain (CSIE, 2005).
Adapun alasan-alasan di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi adalah
pendidikan yang baik:
1. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak akan bekerja lebih baik, baik
secara akademik maupun sosial, dalam setting yang inklusif;
2. Tidak ada pengajaran atau pengasuhan dalam sekolah yang terpisah/khusus
yang tidak dapat terjadi dalam sekolah biasa;
3. Dengan diberi komitmen dan dukungan, pendidikan inklusif merupakan
suatu penggunaan sumber-sumber pendidikan yang lebih efektif.
Dan argumen-argumen dibalik pernyataan bahwa pendidikan inklusi dapat
membangun rasa sosial:

6
1. Segregasi (pemisahan sosial) mendidik anak menjadi takut, bodoh, dan
menumbuhkan prasangka;
2. Semua anak membutuhkan suatu pendidikan yang akan membantu mereka
mengembangkan relasi-relasi dan menyiapkan mereka untuk hidup dalam
arus utama; dan
3. Hanya inklusi yang berpotensi untuk mengurangi ketakutan dan
membangun persahabatan, penghargaan dan pengertian (csie, 2005).
.
2. Pengertian Pendidikan Inkllusi
Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada
beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi
merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan.
Adapun pengertian pendidikan inklusi yang di kemukakan para ahli dapat dilihat
sebagi berikut :
1. Pendidikan Inklusif adalah system layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya(Sapon–Shevin dalam 0 Neil 1994 ).
2. Sekolah penyelenggara Pendidikan khusus inklusif adalah sekolah yang menampung
semua murid di kelas yang sama Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang
layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid
maupun bantuan dan dukugan yang dapat diberikan oleh para guru,agar anak-anak
berhasil (Stainback,1980 ).
3. Pendidikan inklusi adalah sebuah proses yang memusatkan perhatian pada dan
merespon keanekaragaman kebutuhan semua peserta didik melalui partisipasi dalam
belajar, budaya dan komunitas, dan mengurangi ekslusi dalam dan dari pendidikan
(UNESCO, 2003).
4. Pendidikan inklusi mengakomodasi semua peserta didik tanpa mempertimbangkan
kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik mereka dan kondisi lainnya. Ini
berarti mencakup anak yang cacat dan berbakat, anak jalanan dan yang bekerja, anak
dari penduduk terpencil dan nomadik (berpindah-pindah), anak dari kelompok
minoritas bahasa, etnis atau budaya, dan anak dari kelompok atau wilayah yang
termarjinalisasikan lainnya. Sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan

7
sarana yang sangat efektif untuk memberantas diskriminasi, menciptakan masyarakat
yang hangat relasinya, membangun masyarakat inklusif, dan mensukseskan
pendidikan untuk semua (UNESCO, 1994; UNESCO, 2003).
5. Pendidikan inklusi bertujuan memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman
dalam keragaman, dan memandang keragaman bukan sebagai masalah, namun
sebagai tantangan dan pengayaan bagi lingkungan belajar (UNESCO, 2003).
6. Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya
perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak
penyandang cacat atau anak-anak berkebutuhan khusus.
7. Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan
yang mungkin ada pada mereka.
8. Pendidikan Inklusif adalah Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tingkat
ringan, sedang dan berat, secara penuh di kelas reguler (Staub dan Peck (1995)
9. Permendiknas No. 70 Tahun 2009 (dalam Lilis Setyaningsih, 2013) pendidikan
inklusi didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memilki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan belajar secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi
mengandung unsur bahwa layanan dalam pendidikan inklusi merupakan sebuah layanana
yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
sebayanya dengan meberikan akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara
bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaaran dengan layanan pendidikan
yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan
anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga,
bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan
fisik atau mental.
Pendidikan Inklusi sebenarnya merupakan model Penyelenggaraan Program
Pendidikan bagi anak berkelainan atau cacat dimana penyelenggaraannya dipadukan
bersama anak normal dan tempatnya di sekolah umum dengan menggunakan kurikulum
yang berlaku di lembaga bersangkautan. Latar belakang mucnulnya pendidikan inklusi ini

8
karena terbatasnya Sekolah luar Biasa (SLB) atau Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
yang masih sangat terbatas jumlahnya dan sebatas tempat tertentu yaitu baru di tingkat
Kecamatan, itupun milik swasta, sementara yang SLB Negeri berada di tingkat
Kabupaten.

3. Sejarah Pendidikan inklusif


Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif Sejarah perkembangan inklusif di
dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia
(Denmark, Norwegia, Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun 1960-an oleh Presiden
Kennedy mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar biasa ke Scandinavia untuk
mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternyata cocok
untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di Inggris dalam Ed.Act. 1991
mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai adanya
pergeseran model pendidikan untuk anak kebutuhan khusus dari segregatif ke
intergratif. Tuntutan penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata
terutama sejak diadakannya konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan
konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan
deklarasi ‘Education for All.’ Implikasi dari statement ini mengikat bagi semua
anggota konferensi agar semua anak tanpa kecuali (termasuk anak berkebutuhan
khusus ) mendapatkan layanan pendidikan secara memadai.

Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun 1994 diselenggarakan


konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya pendidikan
inklusif yang selanjutnya dikenal dengan “the Salamanca statement on inclusive
education.” Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang
pendidikan inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional
dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia menuju
pendidikan inklusif. Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar,
pada tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan
menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya
terus dikembangkan program pendidikan inklusif sebagai salah satu cara menjamin
bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang
berkualitas dan layak. Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia
tersebut, maka Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000

9
mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini merupakan kelanjutan
program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan di Indonesia
pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun 2000
dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep
pendidikan inklusif.

4. Tujuan Pendidikan Inklusi


Tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah :
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak mendapatkan
pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya.
b. Membantu mempercepat program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun yang bermutu
c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan
angka tinggal kelas dan putus sekolah.
d. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keberagaman, tidak
diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran.

Selain itu tujuan dari pendidikan inklusif adalah dalam rangka memenuhi amanat
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps. 32 ayat 1 yang berbunyi ’setiap warga
negara negara berhak mendapat pendidikan’, dan ayat 2 yang berbunyi ’setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. UU
no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Ps. 5 ayat 1 yang berbunyi
’setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu’. UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Ps. 51 yang
berbunyi ’anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikana kesempatan
yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar
biasa.

5. Landasan – Landasan Pendidikan Inklusi

Landasan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di


Indonesia yaitu landasan filosofis, landasan yuridis, dan landasan empiris. Secara
terperinci, landasan-landasan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Landasan Filosofis

10
Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang negara Burung
Garuda yang berarti Bhinneka Tunggal Ika. Keragaman dalam etnik, dialek, adat
istiadat, keyakinan, tradisi dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetap
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
2) Pandangan Agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan bahwa: (a) manusia
diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi (inklusif) dan bahwa kemuliaan
manusia di sisi Allah adalah ketaqwaannya.
3) Pandangan universal hak asasi manusia menyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak kesehatan, dan hak
pekerjaan.

2. Landasan Yuridis dan Konseptual


Secara yuridis, pendidikan inklusif dilaksanakan berdasarkan atas:
1) UUD 1945
2) UU Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat
3) UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
4) UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
5) UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
6) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan
7) Surat Edaran Dirjen Dikdasmen No. 380/C.C6/MN/2003 Tanggal 20 Januari
2003 Perihal Pendidikan Inklusif: Menyelenggarakan dan mengembangkan di
setiap Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri
dari SD, SMP, SMA, dan SMK.
8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun
2009 Tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
9) Peraturan Gubernur Nomor 116 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif (khusus daerah DKI Jakarta)

3. Landasan Empiris

11
Landasan empiris yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan inklusif yaitu:
1)   Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948 (Declaration of Human Rights)
2)   Konvensi Hak Anak 1989 (Convention of The Rights of Children)
3)   Konferensi Dunia Tentang Pendidikan untuk Semua 1990 (World Conference on
Education for All)
4)   Resolusi PBB nomor 48/96 Tahun 1993 Tentang Persamaan Kesempatan Bagi
Orang Berkelainan (the standard rules on the equalization of opportunitites for person
with dissabilities)
5)   Pernyataan Salamanca Tentang Pendidikan Inklusi 1994 (Salamanca Statement on
Inclusive Education)
6)   Komitmen Dakar mengenai Pendidikan Untuk Semua 2000 (The Dakar
Commitment on Education for All)
7)   Deklarasi Bandung 2004 dengan komitmen “Indonesia Menuju Pendidikan
Inklusif”
8)   Rekomendasi Bukittinggi 2005 mengenai pendidikan yang inklusif dan ramah.

6. Prinsip dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif


Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, ada beberapa prinsip umum yang harus
dipahami oleh setiap penyelenggara pendidikan (kepala sekolah, guru, staf
administrasi, dll). Adapun prinsip terbut adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan yang Ramah. Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga


komunitas kelas yang ramah dan terbuka dalam menerima keanekaragaman
dan menghargai perbedaan yang ada. Sekolah yang “ramah” juga berati
memberikan hak kepada anak untuk belajar dan mengembangkan potensinya
seoptimal mungkin di dalam lingkungan yang aman dan terbuka. Selain itu,
“ramah” juga berarti guru menunjukkan sikap positif dan mendukung pada
peserta didik tanpa terkecuali dan tidak mengganggap ABK sebagai beban.
2. Pengembangan seoptimal mungkin. Pada dasarnya, setiap anak memiliki
kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu pendidikan
harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan kondisi anak.
3. Kerja sama. Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh
komponen pendidikan terkait.
4. Perubahan Sistem. Sekolah harus berani fleksibel dalam implementasi
penyelenggaraan pendidikan. Perlu diperhatikan setting kelas yang cocok,
kemungkinan perlunya modifikasi program belajar, dan sistem penilaian yang
sesuai bagi masing-masing ABK.

12
Maka dalam pelaksanaannya, sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah
sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dan reguler dalam satu
sistem persekoahan untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dari setiap peserta didik.

7. Keutamaan dan Sisi Positif Pendidikan Inklusi

1. Semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu dan tidak didiskriminasikan.
2. Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat
kelainan dan kecacatannya.
3. Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi
semua anak.
4. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari
kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
Pendidikan inklusif dipandang sebagai sebuah proses dalam merespon kebutuhan
yang beragam dari semua anak melalui peningkatan partisipasi dalam belajar, budaya
dan masyarakat, dan mengurangi eksklusivitas di dalam dan dari pendidikan.
Pendidikan inklusif mencakup perubahan dan modifikasi dalam isi, pendekatan-
pendekatan, struktur dan strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua anak
sesuai dengan kelompok usianya.

Pendidikan inklusif dalam pelaksanaannya merupakan tanggungjawab dari sistem


pendidikan untuk mendidik semua anak (UNESCO, 1994) Pendidikan inklusif sangat
peduli dalam memberikan respon tepat terhadap spectrum kebutuhan balajar yang luas
baik dalam setting pendidikan formal mapun pendidikan non-formal. Pendidikan
inklusif adalah sebuah pendekatan yang melihat bagaimana mengubah dan
mengadaptasikan sistem pendidikan agar dapat merespon keberagaman peserta didik.
Tujuannya adalah agar guru dan peserta didik keduanya memungkinkan merasa
nyaman dalam keberagaman sebagai tantangan dan pengayaan dalam lingkungan
belajar. Keberagaman perbedaan bukan merupakan masalah untuk peserta didik dalam
mendapatkan pendidikan yang setara dan berkualitas.

Terlepas dari kenyataan bahwa model inklusi merupakan sekolah yang konsisten
dengan gagasan keadilan sosial yang mendukung prinsip normalitas, ada banyak
keuntungan yang diperoleh dari sekolah inklusi ini. Sekolah inklusi dianggap dapat
memberi berbagai manfaat baik masyarakat umum maupun bagi anak luar biasa sendiri.
Masyarakat akan mulai mau menerima keberadaan anak luar biasa. Selain itu di sekolah

13
inklusi juga memungkinkan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
normal, dan diperlakukan selayaknya anak normal (IG.A.K. Wardani, 2011:1.36).

Hal tersebut berdampak pada psikologis anak berkebutuhan khusus, yaitu


memberikan kesempatan bagi perkembangan kepercayaan diri anak berkebutuhan
khusus (self esteem). Self esteem merupakan bagian dari self concept atau konsep diri.
Self esteem adalah perasaan seseorang tentang ketidaksesuaian antara dirinya dan ingin
menjadi apa nantinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa self esteem adalah
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri baik itu kelebihan dan kekurangan yang
ada pada dirinya. Anak yang memiliki self esteem yang tinggi umumnya merasa dirinya
berharga, sehingga mereka dapat menghargai dirinya sendiri,tetapi tetap bisa menerima
kekurangan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, anak yang memiliki self esteem yang
rendah, merasa dirinya kurang berharga dan kekurangan yang ia sandang
mempengaruhi bagaimana ia memandang dirinya sendiri.

Self esteem dapat dibangun dengan cara rasa penerimaan orang-orang di sekitar
terhadap keberadaan dirinya. Anak yang diterima oleh orang-orang di sekitarnya
memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri dan merasa lebih dihormati,
sehingga mampu mengembangkan potensi diriserta mencapai keberhasilan berdasarkan
kekuatannya(Wilson, Ellerbee, dan Christian, 2011, Watkins 2005)

14
BAB
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan inklusif merupakan pendidikan reguler yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidikan
inklusif dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada anak-anak berkebutuhan
khusus mengenyam pendidikan sama dengan anak-anak normal dalam sekolah reguler
sesuai amanat Pemerintah dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Hal ini
menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa berhak pula
memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam pendidikan. Pendidikan
inklusif hendaknya mampu memberikan suasana yang ramah dalam pembelajaran, yaitu
pendidikan yang memperhatikan kebutuhan individual, menerima keanekaragaman dan
tidak diskriminatif.

B.     SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk pemecahan masalah pendidikan inklusi
adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya pemerintah serius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai
dengan peraturan pendidikan.
2. Pemerintah harus serius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai
dengan tahapan-tahapan pendidikan inklusi secara konsisten mulai dari
sosialisasi hingga evaluasi pelaksanaannya.
3. Adanya kerjasama antara pemerintah dan sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi tersebut.
4. Bagi sekolah yang ingin menyelenggarakan pendidikan inklusi, harus
mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menunjang lancarnya pendidikan
inklusi tersebut, baik itu berupa sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik
yang sudah dibekali dengan pendidikan khusus untuk mengajar ABK.
5. Bagi guru yang telah ditunjuk untuk mengajar ABK dilingkungan sekolah
tersebut, harus bisa menciptakan suasana kondusif hingga proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andini. 2011. Pentingnya Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Di Indonesia. Diunduh dari


http://andhynielovers.blogspot.com/2011/05/pentingnya-penyellenggaraan-
pendidikan.html pada tanggal 24 Februari 2014.

Anonim. 2010. Tujuan Pendidikan Inklusi.Diunduh dari


http://ranietak5110050.blogspot.com/2010/12/tujuan-pendidikan-inklusi.html pada
tanggal 28 Februari 2014.

Setyaningsih, Lilis. 2013. Pentingnya Pendidikan Inklusi bagi Calon Guru. Diunduh dari
http://liliezsticcerzgurujugapunyacitacita.blogspot.com/2013/07/pentingnya-pendidikan-
inklusi-bagi.html pada tanggal 24 Februari 2014.

Yayasan Cinta Anak Indonesia Tasikmalaya. 2013. Tujuan Pendidikan Inklusi. Diunduh dari
http://ycaitasikmalaya46111.wordpress.com/2013/01/11/tujuan-pendidikan-inklusif/
pada tanggal 4 Maret 2014

Modul Pelatihan Pendidikan Inkluisif. ( 2012) Kementrian Pendidikan dan


Kebudayaan.Derektorat Jendral Pendidikan Dasar; Direktorat Pembinaan Pendidikan
Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar. PER. MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif.

IG. A.K. Wardani. 2009. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Watkins, Deborah. 2005. Maximing Learning for Students With Special Needs. Kappa Delta
Pi Records

16
17

Anda mungkin juga menyukai