AN JUDUL
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi tugas matakuliah PENDIDIKAN INKLUSIF. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap dengan penulisan makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya serta
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan
datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga dari makalah ini, kita dapat
menambah pengetahuan dan memberi manfaat bagi semua.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia, karena dengan pendidikan
manusia memperoleh ilmu pengetahuan, nilai, sikap, serta keterampilan sehingga
manusia dapat menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Melalui
pendidikan sumber daya manusia dapat ditingkatkan, sehingga memiliki kemampuan
dan keterampilan untuk membawa bangsa kearah yang lebih baik. Karena itu negara
memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada
setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (difabel).
UUD 1945 pasal 31 (1) mengatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Namun hal ini baru dapat terpenuhi pada saat Indonesia
memasuki pembangunan jangka panjang kesatu tahun 1969/1970-1993/1994. Dalam
periode ini pemerintah mulai menaruh perhatian pada pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
3
terlaksana dengan baik karena tidak terakomodasinya kebutuhan siswa di luar
kelompok siswa normal.
A. Rumusan Masalah
1. Apakah arti penting pendidikan inklusi?
2. Apakah pengertian dari pendidikan inklusi?
3. Apakah tujuan dari pendidikan inklusi?
4. Apa sajakah landasan pendidikan inklusi?
B. Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan arti penting pendidikan inklusi.
2. Dapat mendeskripsikan pengertian pendidikan inklusi
3. Dapat menyebutkan tujuan pendidikan inklusi
4. Dapat mendeskripsikan landasan pendidikan inklusi
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
1. Segregasi (pemisahan sosial) mendidik anak menjadi takut, bodoh, dan
menumbuhkan prasangka;
2. Semua anak membutuhkan suatu pendidikan yang akan membantu mereka
mengembangkan relasi-relasi dan menyiapkan mereka untuk hidup dalam
arus utama; dan
3. Hanya inklusi yang berpotensi untuk mengurangi ketakutan dan
membangun persahabatan, penghargaan dan pengertian (csie, 2005).
.
2. Pengertian Pendidikan Inkllusi
Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada
beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi
merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan.
Adapun pengertian pendidikan inklusi yang di kemukakan para ahli dapat dilihat
sebagi berikut :
1. Pendidikan Inklusif adalah system layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya(Sapon–Shevin dalam 0 Neil 1994 ).
2. Sekolah penyelenggara Pendidikan khusus inklusif adalah sekolah yang menampung
semua murid di kelas yang sama Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang
layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid
maupun bantuan dan dukugan yang dapat diberikan oleh para guru,agar anak-anak
berhasil (Stainback,1980 ).
3. Pendidikan inklusi adalah sebuah proses yang memusatkan perhatian pada dan
merespon keanekaragaman kebutuhan semua peserta didik melalui partisipasi dalam
belajar, budaya dan komunitas, dan mengurangi ekslusi dalam dan dari pendidikan
(UNESCO, 2003).
4. Pendidikan inklusi mengakomodasi semua peserta didik tanpa mempertimbangkan
kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistik mereka dan kondisi lainnya. Ini
berarti mencakup anak yang cacat dan berbakat, anak jalanan dan yang bekerja, anak
dari penduduk terpencil dan nomadik (berpindah-pindah), anak dari kelompok
minoritas bahasa, etnis atau budaya, dan anak dari kelompok atau wilayah yang
termarjinalisasikan lainnya. Sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan
7
sarana yang sangat efektif untuk memberantas diskriminasi, menciptakan masyarakat
yang hangat relasinya, membangun masyarakat inklusif, dan mensukseskan
pendidikan untuk semua (UNESCO, 1994; UNESCO, 2003).
5. Pendidikan inklusi bertujuan memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman
dalam keragaman, dan memandang keragaman bukan sebagai masalah, namun
sebagai tantangan dan pengayaan bagi lingkungan belajar (UNESCO, 2003).
6. Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya
perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak
penyandang cacat atau anak-anak berkebutuhan khusus.
7. Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan
yang mungkin ada pada mereka.
8. Pendidikan Inklusif adalah Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tingkat
ringan, sedang dan berat, secara penuh di kelas reguler (Staub dan Peck (1995)
9. Permendiknas No. 70 Tahun 2009 (dalam Lilis Setyaningsih, 2013) pendidikan
inklusi didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memilki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam lingkungan belajar secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi
mengandung unsur bahwa layanan dalam pendidikan inklusi merupakan sebuah layanana
yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
sebayanya dengan meberikan akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara
bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaaran dengan layanan pendidikan
yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan
anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga,
bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan
fisik atau mental.
Pendidikan Inklusi sebenarnya merupakan model Penyelenggaraan Program
Pendidikan bagi anak berkelainan atau cacat dimana penyelenggaraannya dipadukan
bersama anak normal dan tempatnya di sekolah umum dengan menggunakan kurikulum
yang berlaku di lembaga bersangkautan. Latar belakang mucnulnya pendidikan inklusi ini
8
karena terbatasnya Sekolah luar Biasa (SLB) atau Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
yang masih sangat terbatas jumlahnya dan sebatas tempat tertentu yaitu baru di tingkat
Kecamatan, itupun milik swasta, sementara yang SLB Negeri berada di tingkat
Kabupaten.
9
mengembangkan program pendidikan inklusif. Program ini merupakan kelanjutan
program pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan di Indonesia
pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun 2000
dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep
pendidikan inklusif.
Selain itu tujuan dari pendidikan inklusif adalah dalam rangka memenuhi amanat
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Ps. 32 ayat 1 yang berbunyi ’setiap warga
negara negara berhak mendapat pendidikan’, dan ayat 2 yang berbunyi ’setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. UU
no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Ps. 5 ayat 1 yang berbunyi
’setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu’. UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Ps. 51 yang
berbunyi ’anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikana kesempatan
yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar
biasa.
10
Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang negara Burung
Garuda yang berarti Bhinneka Tunggal Ika. Keragaman dalam etnik, dialek, adat
istiadat, keyakinan, tradisi dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetap
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
2) Pandangan Agama (khususnya Islam) antara lain ditegaskan bahwa: (a) manusia
diciptakan berbeda-beda untuk saling silaturahmi (inklusif) dan bahwa kemuliaan
manusia di sisi Allah adalah ketaqwaannya.
3) Pandangan universal hak asasi manusia menyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak kesehatan, dan hak
pekerjaan.
3. Landasan Empiris
11
Landasan empiris yang dipakai dalam pelaksanaan pendidikan inklusif yaitu:
1) Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948 (Declaration of Human Rights)
2) Konvensi Hak Anak 1989 (Convention of The Rights of Children)
3) Konferensi Dunia Tentang Pendidikan untuk Semua 1990 (World Conference on
Education for All)
4) Resolusi PBB nomor 48/96 Tahun 1993 Tentang Persamaan Kesempatan Bagi
Orang Berkelainan (the standard rules on the equalization of opportunitites for person
with dissabilities)
5) Pernyataan Salamanca Tentang Pendidikan Inklusi 1994 (Salamanca Statement on
Inclusive Education)
6) Komitmen Dakar mengenai Pendidikan Untuk Semua 2000 (The Dakar
Commitment on Education for All)
7) Deklarasi Bandung 2004 dengan komitmen “Indonesia Menuju Pendidikan
Inklusif”
8) Rekomendasi Bukittinggi 2005 mengenai pendidikan yang inklusif dan ramah.
12
Maka dalam pelaksanaannya, sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah
sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dan reguler dalam satu
sistem persekoahan untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dari setiap peserta didik.
1. Semua anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu dan tidak didiskriminasikan.
2. Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat
kelainan dan kecacatannya.
3. Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi
semua anak.
4. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari
kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
Pendidikan inklusif dipandang sebagai sebuah proses dalam merespon kebutuhan
yang beragam dari semua anak melalui peningkatan partisipasi dalam belajar, budaya
dan masyarakat, dan mengurangi eksklusivitas di dalam dan dari pendidikan.
Pendidikan inklusif mencakup perubahan dan modifikasi dalam isi, pendekatan-
pendekatan, struktur dan strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua anak
sesuai dengan kelompok usianya.
Terlepas dari kenyataan bahwa model inklusi merupakan sekolah yang konsisten
dengan gagasan keadilan sosial yang mendukung prinsip normalitas, ada banyak
keuntungan yang diperoleh dari sekolah inklusi ini. Sekolah inklusi dianggap dapat
memberi berbagai manfaat baik masyarakat umum maupun bagi anak luar biasa sendiri.
Masyarakat akan mulai mau menerima keberadaan anak luar biasa. Selain itu di sekolah
13
inklusi juga memungkinkan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
normal, dan diperlakukan selayaknya anak normal (IG.A.K. Wardani, 2011:1.36).
Self esteem dapat dibangun dengan cara rasa penerimaan orang-orang di sekitar
terhadap keberadaan dirinya. Anak yang diterima oleh orang-orang di sekitarnya
memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri dan merasa lebih dihormati,
sehingga mampu mengembangkan potensi diriserta mencapai keberhasilan berdasarkan
kekuatannya(Wilson, Ellerbee, dan Christian, 2011, Watkins 2005)
14
BAB
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan inklusif merupakan pendidikan reguler yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Pendidikan
inklusif dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada anak-anak berkebutuhan
khusus mengenyam pendidikan sama dengan anak-anak normal dalam sekolah reguler
sesuai amanat Pemerintah dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Hal ini
menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa berhak pula
memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya dalam pendidikan. Pendidikan
inklusif hendaknya mampu memberikan suasana yang ramah dalam pembelajaran, yaitu
pendidikan yang memperhatikan kebutuhan individual, menerima keanekaragaman dan
tidak diskriminatif.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk pemecahan masalah pendidikan inklusi
adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya pemerintah serius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai
dengan peraturan pendidikan.
2. Pemerintah harus serius dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi sesuai
dengan tahapan-tahapan pendidikan inklusi secara konsisten mulai dari
sosialisasi hingga evaluasi pelaksanaannya.
3. Adanya kerjasama antara pemerintah dan sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi tersebut.
4. Bagi sekolah yang ingin menyelenggarakan pendidikan inklusi, harus
mempersiapkan segala sesuatu yang dapat menunjang lancarnya pendidikan
inklusi tersebut, baik itu berupa sarana dan prasarana maupun tenaga pendidik
yang sudah dibekali dengan pendidikan khusus untuk mengajar ABK.
5. Bagi guru yang telah ditunjuk untuk mengajar ABK dilingkungan sekolah
tersebut, harus bisa menciptakan suasana kondusif hingga proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif dan efisien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Setyaningsih, Lilis. 2013. Pentingnya Pendidikan Inklusi bagi Calon Guru. Diunduh dari
http://liliezsticcerzgurujugapunyacitacita.blogspot.com/2013/07/pentingnya-pendidikan-
inklusi-bagi.html pada tanggal 24 Februari 2014.
Yayasan Cinta Anak Indonesia Tasikmalaya. 2013. Tujuan Pendidikan Inklusi. Diunduh dari
http://ycaitasikmalaya46111.wordpress.com/2013/01/11/tujuan-pendidikan-inklusif/
pada tanggal 4 Maret 2014
IG. A.K. Wardani. 2009. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Watkins, Deborah. 2005. Maximing Learning for Students With Special Needs. Kappa Delta
Pi Records
16
17