Oleh:
Afifah Nur Hidayatullah (K2318005)
Lailatul Bilkisa Putri Martandang (K2320048)
Meidiana Syafitri (K2320051)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendidikan Inklusi” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah membimbing dan menambah wawasan
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang studi yang penulis
tekuni.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna membantu menyempurnakan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSI.....................................................................6
B. KONSEP PENDIDIKAN INKLUSI...............................................................................6
C. PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA.....................................8
D. MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSI........................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................13
B. SARAN.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bélanger dalam Schmidt dan Venet 2012, Secara konseptual akademik inklusi
diartikan dengan integrasi yang menyeluruh untuk semua siswa tanpa terkecuali siswa
dengan kebutuhan khusus dalam kelas regular yang disesuaikan dengan umur siswa dan
letak sekolah (Nissa, 2016). Program pendidikan inklusi menjadi salah satu program
pendidikan untuk mencapai tujuan nasional pendidikan. Program pendidikan inklusi
tidak hanya diterapkan pada anak yang memiliki kebutuhan khusus tetapi untuk semua
anak karena pada dasarnya setiap anak memiliki karakteristik, keunikan, dan
keberagamaan secara alamiah sudah ada pada diri anak. Karakteristik setiap anak ini
yang harus difasilitasi dalam semua jenjang pendidikan. Pendidikan inklusi merupakan
konsep pendidikan yang merepresentasikan seluruh aspek yang berkaitan dengan
keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar
sebagai warga negara serta dapat menjadi strategi dalam mempromosikan pendidikan
universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah yang responsif terhadap
beragam kebutuhan aktual dari anak dan masyarakat (Ilahi, 2013).
4
saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman sebagai realitas
kehidupan. Banyak kasus yang muncul terkait pelaksanaan pendidikan inklusi, seperti
minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi menunjukkan bahwa sistem
pendidikan inklusi belum dipersiapkan dengan baik. Dalam makalah ini, akan dibahas
mengenai pengertian pendidikan inklusi, konsep pendidikan inklusi, pelaksanaan
pendidikan inklusi di Indonesia, serta manfaat pendidikan inklusi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan inklusi?
2. Bagaimana konsep pendidikan inklusi?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan inklusi di Indonesia?
4. Apa manfaat dari pendidikan inklusi?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari pendidikan inklusi
2. Mengetahui konsep pendidikan inklusi
3. Mengetahui pelaksanaan pendidikan inklusi di Indonesia
4. Mengetahui manfaat dari pendidikan inklusi
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Menurut Greenspan, 1997 (dalam Smith et al, 2002), model pembelajaran peserta
didik berkebutuhan khusus, yang dipersiapkan oleh para guru di sekolah, ditujukan agar
peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap lingkungan sosial. Pembelajaran
tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang
paling dominan dan didasarkan pada Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai dengan
“Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan”, yang telah dicanangkan oleh menteri
pendidikan nasional tanggal 2 Mei 2012. Kompetensi ini terdiri atas 4 ranah yang perlu
diukur meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari-hari, dan
kompetensi akademik (Bandi, 2006).
7
belajar, dan guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang
terbaik.
2. Mengakomodasikan kebutuhan
Dengan Mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik merupakan salah satu upaya
meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, diharapkan sekolah
penyelenggara harus dapat mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik dengan
cara sebagai berikut : a) memerhatikan kondisi peserta didik, yaitu kemampuan dan
kebutuhan yang berbeda-beda serta gaya dan tingkat belajar yang berbeda; b)
menggunakan kurikulum yang fleksibel; c)menggunakan metodologi pembelajaran
bervariasi dan pengorganisasian kelas yang bisa menyentuh pada semua anak dan
menghargai perbedaan; d) memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar;
dan e) melakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait.
3. Mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin
Sekolah inklusi berupaya memberikan pelayanan pendidikan seoptimal mungkin,
agar peserta didik yang memiliki hambatan dapat mengatasi masalahnya dan dapat
mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
1. Model Kelas
Model-model pembelajaran dalam pendidikan inklusi yang sudah disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan baik peserta didik normal maupun berkebutuhan khusus
meliputi :
a) Model Kelas Reguler (Inklusi Penuh)
Pada model kelas reguler anak berkebutuhan khusus yang tidak
mengalami gangguan intelektual signifikan dapat mengikuti pembelajaran di
kelas reguler. Dalam pelaksanaannya anak berkebutuhan khusus ikut belajar
bersama dengan siswa lainnya sehinga mereka dapat berinteraksi dengan
intensif.
b) Model Cluster
Dalam model kelas ini anak berkebutuhan khusus dikelompokkan
tersendiri meskipun masih dalam satu ruangan. Anak berkebutuhan khusus tidak
dapat berinteraksi penuh karena harus selalu didampingi oleh guru pendamping.
8
c) Model Pull Out
Model pembelajaran pull out merupakan model pembelajaran yang
dikombinasikan dimana anak berkebutuhan khusus tidak sepenuhnya dapat
mengikuti pembelajaran reguler. Ada saat-saat tertentu anak berkebutuhan
khusus dipisahkan dalam ruangan tertentu untuk diberikan layanan khusus
sesuai dengan kebutuhan mereka.
d) Model Cluster and Pull Out
Model kelas ini adalah kombinasi antara model cluster dan pull out.
Model pembelajaran ini dilakukan pada saat tertentu ketika anak berkebutuhan
khusus dikelompokkan tersendiri tetapi masih dalam satu kelas reguler dengan
pendamping khusus. Dan pada waktu tertentu anak berkebutuhan khusus akan
di kelas lain untuk diberikan layanan khusus sesuai dengan kebutuhan mereka.
e) Model Kelas Khusus
Model kelas khusus memiliki konsep bahwa sekolah menyediakan ruang
kelas khusus bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi untuk beberapa kegiatan
pembelajaran tertentu semua peserta didik digabung dengan kelas reguler.
Selain itu ada waktu-waktu tertentu anak berkebutuhan khusus juga
diperkenankan bergabung dengan anak normal akan tetapi kuantitas
interaksinya sangat terbatas.
f) Model Khusus Penuh
Pada model khusus penuh sekolah menyediakan ruang kelas khusus bagi
anak berkebutuhan khusus. Dalam proses pembelajaran dan seluruh kegiatan
pada saat di sekolah anak berkebutuhan khusus hanya akan belajar bersama
anak yang juga dengan kebutuhan khusus. Artinya kelas seperti ini hanya akan
menampung anak berkebutuhan khusus tanpa bercampur dengan anak reguler.
2. Model Kurikulum
Pelaksanaan pendidikan inklusi yang perlu dilakukan mencakup aspek-aspek
Kurikulum adalah seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni
segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah, kurikulum tidak hanya
meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas, jadi
hubungan sosial guru dengan murid, murid dengan murid lainnya serta metode atau
cara mengevaluasi juga disebut kurikulum.
9
a) Melaksanakan kurikulum K13 yang diadaptasi atau dimodifikasi agar dapat
mengakomodasi seluruh peserta didik, termasuk peserta didik berkebutuhan
khusus.
b) Melaksanakan kurikulum berdasarkan prinsip kebaikan dan pengayaan dalam
layanan pembelajaran, pendayagunaan kondisi alam, pendayagunaan kondisi
sosial dan budaya, serta keragaman peserta didik.
c) Melaksanakan mata peajaran program khusus untuk dapat mengembangkan
keterampilan sosial dan nilai budaya serta menumbuhkan soft skill yang akan
menciptakan life skill sesuai jenis kelainan anak berkebutuhan khusus.
d) Melaksanakan program pengembangan diri berupa kegiatan ekstrakurikuler di
dalam pembentukan karakter peserta didik yang baik yang diikuti peserta didik
berkebutuhan khusus dan kegiatan layanan konseling dan terapeutik.
e) Mengembangkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) bagi mata
pelajaran program khusus.
f) Mengembangkan KI dan KD bagi seluruh mata pelajaran untuk peserta didik
berkebutuhan khusus yang tidak menggunakan krikulum standar.
3. Pendidik
Pengelolaan sekolah inklusi di dalam pelaksanaannya perlu memiliki pendidik
dan tenaga kependidikan berikut :
a) Guru Pembimbing Khusus (GPK), yang berlatar belakang S1 PLB dan/atau
guru yang telah mengikuti diklat pendidikan inklusi yang bertugas bukan
sebagai guru kelas, guru pelajaran, dan guru BP, tetapi bertugas sebagai guru
khusus terkait kebutuhan pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus.
b) Kepala sekolah, yang melaksanakan pemantauan dan evaluasi tugas GPK.
c) Guru kelas dan guru mata pelajaran, yang melaksanakan tugas pelayanan
terhadap peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran dan
penilaian dengan menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif.
d) Guru Pembina ekstrakurikuler, yang melaksanakan tugas pelayanan terhadap
peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses kegiatan ekstrakurikuler.
4. Proses Pembelajaran
Penyelenggara pendidikan inklusi perlu :
a) Melakukan adaptasi silabus dan RPP yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus.
10
b) Menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI) khusus untuk peserta didik
berkebutuhan khusus yang tidak menggunakan kurikulum standar.
c) Melaksanakan PPI di kelas bersama melaksanakan pembelajaran reguler yang
berlangsung atau dilaksanakan di ruang khusus.
d) Melaksanakan program khusus dan PPI oleh guru pembimbing khusus.
e) Memantau pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah mencakup tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
5. Evaluasi Pembelajaran
Penyelenggara pendidikan inklusi seharusnya perlu memiliki standar penilaian
dengan kriteria, sebagai berikut :
a) Guru dapat menginformasikan rancangan dan kriteria penilaian peserta didik
berkebutuhan khusus kepada orangtua pada semester yang berjalan.
b) Guru melakukan penilaian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus
tidak disertai gangguan intelektual menggunakan standar penilaian umum.
c) Guru melakukan penilaian pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus
disertai gangguan intelektual (IQ) di bawah rata-rata menggunakan standar
penilaian khusus atau sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d) Guru mengadaptasi prosedur atau media penilaian peserta didik berkebutuhan
khusus.
e) Sekolah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bagi peserta didik
berkebutuhan khusus sama dengan peserta didik lainnya pada seluruh mata
pelajaran dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik
karakteristik mata pelajaran, serta kondisi sekolah.
f) Sekolah mengukur ketercapaian KKM peserta didik berkebutuhan khusus yang
menggunakan kurikulum di bawah standar berdasarkan kemajuan dari masing-
masing peserta didik dan bukan berdasarkan rata-rata kelas.
g) Sekolah menentukan peserta didik berkebutuhan khusus yang menggunakan
kurikulum di bawah standar tidak mengenal tinggal kelas.
h) Sekolah melaporkan hasil penilaian setiap akhir semester kepada orangtua
peserta didik dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik.
i) Sekolah melaporkan hasil belajar peserta didik yang menggunakan kurikulum
tidak standar atau di bawah dilengkapi dengan deskripsi atau narasi.
j) Sekolah menyerahkan ijazah pada setiap peserta didik termasuk peserta didik
berkebutuhan khusus yang telah lulus, sedagkan peserta didik berkebutuhan
11
khusus yang tidak mengikuti ujian nasional tidak perlu dinyatakan lulus dan
diberikan surat tanda tamat belajar dari satuan pendidikan bersangkutan.
k) Sekolah menyelenggarakan ujian sekolah seluruh mata pelajaran bagi peserta
didik berkebutuhan khusus yang menggunakan kurikulum di bawah standar.
l) Sekolah menentukan kelulusan peserta didikberkebutuhan khusus dengan
menggunakan kurikulum standar sesuai kriteria kelulusan.
m) Sekolah tidak mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dengan
menggunakan kurikulum di bawah standar dalam ujian nasional.
1. Hilangnya rasa takut pada anak berkebutuhan khusus akibat sering berinteraksi
dengan anak non berkebutuhan khusus.
2. Anak non ABK menjadi semakin toleran pada orang lain setelah memahami
kebutuhan individu teman ABK.
3. Banyak anak non ABK yang mengakui peningkatan selfesteem sebagai akibat
pergaulannya dengan ABK, yaitu dapat meningkatkan status mereka di kelas dan di
sekolah.
4. Anak non ABK mengalami perkembangan dan komitmen pada moral pribadi dan
prinsip-prinsip etika.
5. Anak non ABK yang tidak menolak mengatakan bahwa mereka merasa bahagia
bersahabat dengan ABK.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan inklusi adalah suatu pendekatan pendidikan yang inovatif dan
strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus
termasuk anak penyandang cacat. Sedangkan menurut pendapat Kustawan dan
Hermawan menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menggunakan
pendekatan yang berupaya mengubah sistem pendidikan dengan menghilangkan
hambatan yang dapat mencegah setiap siswa untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam
pendidikan.
13
B. SARAN
Mengingat pentingnya peran seorang guru di dalam kelas inklusif, guru
diharapkan mampu memahami karakteristik setiap peserta didiknya sehingga mampu
memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Nurvitasari, S., Azizah, L. Z., & Susarno. (2018). Konsep dan Praktik Pendidikan Inklusi di
Sekolah Alam Ramadhani Kediri. Jurnal Indigenous, 3(1), 15–22.
Iryayo, M., dkk. (2018). Educational Parmers perception towards inclusive education.
INKLUSI: Journal of Disability Studies, 1(1), 26.
Hajar, S. (2017). Analisis Kajian Teoritis Perbadaan PErsamaan dan Inklusi dalam Pelayanan
Pendidikan Dasar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Ilmiah, 4(2), 40.
Sumarsih, D., & Nurbaeti, R. U. (2018). The Contribution Of Teacher’s Pedagogical
Habitual to The Quality of Learning Services for Children With Special Needs in
Inclusive Elementary School. Journal of Primary Education, 8(3), 343.
14