Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSEP DASAR PENDIDIKAN INKLUSIF

OLEH :
WAODE KHUSNUL KHOTIMAH HALIM
NIM :
A1A620037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep
Dasar Pendidikan Inklusif”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas final mata
kuliah “Pendidikan Inklusif”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya sebagai penulis
sadar makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembuat makalah dan pembaca
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Pengertian pendidikan inklusif......................................................................6
B. Karakteristik Pendidikan Inklusif.................................................................6
C. Kategori Pendidikan Inklusif........................................................................8
D. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusif.................................................................8
E. Tujuan Pendidikan Inklusif.........................................................................8
F. Manfaat Pendidikan Inklusif......................................................................10
G. Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Calon Guru.......................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................11
A. SARAN........................................................................................................11
B. KESIMPULAN............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar siswa
dapat dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
Tanpa harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas
yang mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali. Inklusif dapat berarti bahwa
tujuan pendidikan bagi peserta lembaga pendidikan baik itu dari sekolah dasar sampai
tingkat universitas yang memiliki hambatan adalah keterlibatan yang sebenarnya dari
setiap siswa dalam kehidupan sekolah yang menyeluruh. Pendidikan inklusif dapat
berarti penerimaan siswa atau mahasiswa yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum,
lingkungan, interaksi sosial dan konsep diri (visi-misi) sekolah atau universitas.

Pendidikan inklusif bertujuan untuk menyatukan atau menggabungkan


pendidikan reguler dengan pendidikan khusus ke dalam satu sistem lembaga pendidikan
yang dipersatukan untuk mempersatukan kebutuhan semua. Pendidikan inklusif bukan
sekadar metode atau pendekatan pendidikan melainkan suatu bentuk implementasi
filosofi yang mengakui kebhinekaan antar manusia yang mengemban misi tunggal
untuk membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Tujuan pendidikan inklusif
adalah untuk menyatukan hak semua orang tanpa terkecuali dalam memperoleh
pendidikan.

Difabel hanyalah suatu bentuk kebhinekaan seperti halnya perbedaan suku, ras,
bahasa, budaya dan agama. Di dalam individu berkelainan pastilah dapat ditemukan
keunggulan-keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam setiap individu-individu pasti
terdapat juga kecacatan tertentu, karena tidak ada makhluk yang diciptakan sempurna.
Hal ini diwujukan dalam sistem pendidikan inklusif yang memungkinkan terjadinya
pergaulan dan interaksi antar siswa yang beragam sehingga mendorong sikap yang
penuh toleransi dan saling menghargai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam pembahasan ini adalah:
1. Apa pengertian pendidikan inklusif?
2. Bagaimana Karakteristik Pendidikan Inklusif?
3. Apa kategori siswa pendidikan inklusif?
4. Apa prinsip dasar pendidikan inklusif?
5. Apa saja tujuan pendidikan inklusif?
6. Apa saja manfaat pendidikan inklusif?
7. Apa pentingnya pendidikan inklusif bagi Calon Guru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan inklusif
2. Untuk mengetahui Karakteristik Pendidikan Inklusif
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Kategori dalam Pendidian Inklusif
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dari pendidikan inklusif
5. Untuk mengetahui Apa saja tujuan dan manfaat dari adanya pendidikan Inklusif
6. untuk mengetahui Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Calon Guru
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Inklusif


Istilah Inklusif berasal dari bahasa Inggris “inclusion” yang berarti sebagai
penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan,
interaksi sosial dan konsep diri atau visi misi sekolah. Inklusif juga dapat diartikan
sebagai cara berfikir dan bertindak yang memungkinkan setiap individu merasakan
diterima dan dihargai. Lebih jauh lagi inklusif berarti bahwa semua anak dapat diterima
meskipun konsep “semua anak” harus cukup jelas, dan masih sulit bagi banyak
orang untuk memahaminya.

Pendidikan inklusif merupakan suaatu pendekatan pendidikan yang inovatif dan


strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus
termasuk anak penyandang Disabilitas.Pendidikan inklusif adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan
anak-anak normal pada umumnya untuk belajar.Menurut Hildegun Olsen dalam
Tarmansyah, pendidikan inklusif adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak
tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik atau kondisi
lainnya.Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat.Anak-anak jalanan
dan pekerja anak berasal dari populasi terpencil atau berpindah-pindah.Anak yang
berasal dari populasi etnis minoritas, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari area
atau kelompok yang kurang beruntung atau termajinalisasi (Tarmansyah, 2007: 82).

Selanjutnya, pengertian pendidikan inklusif menurut Staub dan Peckadalah


penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas
reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang
relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun
gradasinya(Tarmansyah, 2007: 82).

Sementara itu, Sapon-Shevin menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai


sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas
yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar
menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru,
orang tua, dan masyarakat sekitarnya (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004: 810).
Alimin menjelaskan bahwa pendidikan inklusif adalah sebuah proses dalam
merespon kebutuhan yang beragam dari semua anak melalui peningkatan partisipasi
dalam belajar, budaya dan masyarakat, dan mengurangi eklusivitas di dalam
pendidikan. Pendidikan inklusif mencakup perubahan dan modifikasi dalam isi,
pendekatan-pendekatan, struktur dan strategi yang dapat mengakomodasi kebutuhan
semua anak seseuai dengan kelompok usianya.Pendidikan inklusif juga dapat dipandang
sebagai bentuk kepedulian dalam merespon spekturm kebutuhan belajar peserta didik
yang lebih luas, dengan maksud agar baik guru maupun siswa, keduanya
memungkinkan merasa nyaman dalam keberagaman dan melihat keragaman sebagai
tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar, keberagaman bukan sebagai
masalah. Pendidikan inklusif juga akan terus berubah secara pelan-pelan sebagai
refleksi dari apa yang terjadi dalam prakteknya, dalam kenyataan, dan bahkan harus
terus berubah jika pendidikaninklusif ingin tetap memiliki respon yang bernilai nyata
dalam mengahapi tantangan pendidikan dan hak azasi manusia (Alimin, 2005).

Sedangkan pengertian pendidikan inklusif menurut Permendiknas Nomor 70


Tahun 2009. Pendidikan inklusif adalah system penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdaan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara umum bersama-sama dengan
peserta didik umumnya (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2009)

Atas dasar pengertian dan dasar pendidikan inklusif tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang
mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas
biasa bersama temanteman seusianya.Konsep pendidikan inklusif merupakan konsep
pendidikan yang mempresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan
keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar
mereka sebagai warga negara.
B. Karakteristik Pendidikan Inklusif
Menurut auhad Jauhari (2017), Ada beberapa karakteristik pendidikan inklusif
yang dapat dijadikan dasar layanan pendidikan bagi anak luar biasa. Karakteristik
tersebut antara lain:
a. Kurikulum yang Fleksibel
Penyesuaian kurikulum dalam penerapan pendidikan inklusif tidak harus
terlebih dahulu menekankan pada materi pembelajaran, tetapi yang paling penting
adalah bagaimana memberikan perhatian penuh pada kebutuhan anak didik.
Jika ingin memberikan materi pelajaran kepada anak berkebutuhan khusus,
harus memperhatikan kurikulum apa yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kurikulum yang fleksibel harus menjadi prioritas utama dalam memberikan kemudahan
kepada mereka yang belum mendapatkan layanan pendidikan terbaik demi menunjang
karir dan masa depan. Berikan pula materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka,
terutama berkaitan dengan masalah ketrampilan dan potensi pribadi mereka yang belum
berkembang.

b. Pendekatan Pembelajaran yang Fleksibel


Dalam aktivitas belajar mengajar, sistem pendidikan inklusif harus memberikan
pendekatan yang tidak menyulitkan mereka untuk memahami materi pelajaran sesuai
dengan tingkat kemampuan.

c. Sistem Evaluasi yang Fleksibel


Dalam melakukan penilaian harus memperhatikan keseimbangan antara
kebutuhan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal pada umumnya, karena anak
berkebutuhan khusus memiliki tingkat kemampuan yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak normal pada umumnya sehingga memerlukan keseriusan dari seorang guru
dalam melakukan penilaian.

d. Pembelajaran yang Ramah


Proses pembelajaran dalam konsep pendidikan inklusif harus mencerminkan
pembelajaran yang ramah. Pembelajaran yang ramah bisa membuat anak termotivasi
dan terdorong untuk terus mengembangkan potensi dan skill mereka sesuai dengan
tingkat kemampuan yang dimiliki.
Karakteristik dalam pendidikan inklusif tergabung dalam beberapa hal seperti
hubungan, kemampuan, pengaturan tempat duduk, materi belajar, sumber dan evaluasi
yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Hubungan Ramah dan hangat, contoh untuk anak tuna rungu: guru selalu berada di
dekatnya dengan wajah terarah pada anak dan tersenyum. Pendamping kelas( orang
tua ) memuji anak tuna rungu dan membantu lainnya.
b. Kemampuan Guru, peserta didik dengan latar belakang dan kemampuan yang
berbeda serta orang tua sebagai pendamping.
c. Pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti, duduk berkelompok di lantai
membentuk lingkaran atau duduk di bangku bersama-sama sehingga mereka dapat
melihat satu sama lain.
d. Materi belajar yang bervariasi untuk semua mata pelajaran, contoh pembelajarn
matematika disampaikan melalui kegiatan yang lebih menarik, menantang dan
menyenangkan melalui bermain peran menggunakan poster dan wayang untuk
pelajaran bahasa.
e. Sumber, dimana Guru menyusun rencana harian dengan melibatkan anak, contoh
meminta anak membawa media belajar yang murah dan mudah didapat ke dalam
kelas untuk dimanfaatkan dalam pelajaran tertentu.
f. Evaluasi Sebagai Penilaian, observasi, portofolio yakni karya anak dalam kurun
waktu tertentu dikumpulkan dan dinilai (Takdir, 2013: 42-47).

C. Kategori Siswa Pendidikan Inklusif


Mengacu pada Permendiknas Nomor 70 tahun 2009 pasal 2 disebutkan bahwa
setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau
memiliki kecerdasan ddan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara
inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Kemudian pada pasal 3 disebutkan bahwa peserta didik yang memiliki kelainan
sebagaimana dimaksud terdiri atas tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan
motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif
lainnya, memiliki kelainan lainnya, tunaganda

Anak berkebutuhan khusus ditujukan pada segolongan anak yang memiliki


kelainan atau perbedaan sedemikian rupa dari anak rata-rata normal dalam segi fisik,
mental, emosi, sosial, atau gabungan dari ciri-ciri itu dan menyebabkan mereka
mengalami hambatan untuk mencapai perkembangan yang optimal sehingga mereka
memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat dan juga
anak cerdas istimewa dan bakat istimewa.

Adapun yang termasuk anak dengan kebutuhan khusus adalah:


a. Anak tunanetra, yaitu anak yang mengalami kelainan kehilangan ketajaman
penglihatan sedemikian rupa sehingga penglihatannya tidak dapat digunakan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari termasuk untuk sekolah sehingga memerlukan
layanan pendidikan khusus.
b. Anak tunarungu, yaitu anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar,
baik kehilangan kemampuan mendengar sama sekali maupun kehilangan
kemampuan mendengar sebagian.
c. Anak tunagrahita, yaitu anak yang memiliki keterbatasan perkembangan fungsi-
fungsi inteligensi, kapasitas inteligensinya berada di bawah rata-rata anak.
d. Anak tunadaksa, yaitu anak yang memiliki kelainan fungsi fisik yang sedemikian
rupa sehingga mengganggu proses pembelajaran yang biasa digunakan bagi siswa
umum.
e. Anak tunalaras, yaitu anak dengan gangguan emosional, anak dengan kekacauan
psikologis, atau anak dengan hambatan mental.
f. Anak berkesulitan belajar, adalah anak yang mengalami kesulitan atau gangguan
dalam belajar bidang akademik dasar sebagai akibat terganggunya sistem saraf
yang terkait atau pengaruh secara langsung dari berbagai faktor lainnya dan
ditandai dengan kesenjangan antara potensi yang dimiliki dengan prestasi yang
dicapai.
g. Anak lambat belajar, yaitu siswa yang inteligensinya berada pada taraf perbatasan
dengan IQ 70-85 berdasarkan tes inteligensi baku.
h. Anak berbakat, yaitu anak yang secara umu keberbakatannya ditandai dengan ciri
IQ yang secara signifikan di atas rata-rata anak biasa dan mempunyai karakteristik
tertentu.
i. Anak autisme, yaitu anak yang sangat asyik dengan dirinya sendiri seolah-olah ia
hidup dalam dunianya sendiri. Autisme merupakan suatu keadaan ketidakmampuan
seseorang melakukan kontak sosial dengan lingkungannya dengan berbagai
komunikasi.

D. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusif


Prinsip pendidikan inklusif berkaitan langsung dengan jaminan akses dan
peluang bagi semua anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang
latar belakang kehidupan mereka. Ada beberapa prinsip dasar pendidikan inklusif
diantaranya:
1. Pendidikan inklusif membuka kesempatan kepada semua jenis siswa.
Pendidikan inklusif merepresentasikan pihak yang termarginalkan dan
terbelakang dari lingkungannya. Representasi pendidikan inklusif bukan saja menolak
diskriminasi dan ketidakadilan, melainkan pula memperjuangkan hak azazi manusia
yang terbelenggu oleh hegemoni penguasa. Pendidikan inklusif tidak saja menjadi
konsep pendidikan yang menekankan pada kesetaraan, tetapi juga memberikan
perhatian penuh pada semua kalangan anak yang mengalami keterbatasan fisik maupun
mental. Pendidikan inklusif mengusung tema besar tentang pentingnya menghargai
perbedaan dalam keberagaman.

2. Pendidikan inklusif menghindari semua aspek negatif labeling.


Prinsip dasar yang menjadi karakter pendidikan inklusif adalah menghindari
segala sesuatu yang berkaitan dengan pelabelan atau labeling. Ketika kita memberikan
pelabelan kepada anak berkebutuhan khusus, disitulah akan muncul stigma negatif yang
menyudutkan anak dengan keterbatasan dan kekurangannya. Pelabelan bukan saja
sangat berbahaya dan bisa menimbulkan kecurigaan yang berlebihan, melainkan pula
bisa menciptakan ketidakadilan dalam menghargai perbedaan antara sesama. Salah satu
dampak buruk dari labeling adalah munculnya inferioritas bagi pihak yang diberi label
negatif.

3. Pendidikan inklusif selalu melakukan Check dan Balances.


Salah satu keuntungan dari kehadiran pendidikan inklusif adalah selalu
melakukan check dan balances. Kehadiran pendidikan inklusif bukan sekedar sebagai
konsep percobaan yang hanya muncul dalam wacana belaka, melainkan bisa menjadi
konsep ideal yang berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis check
dan balances. Sangat antusias menyambut kehadiran pendidikan inklusif karena
disamping menciptakan alternatif baru juga menghadirkan satu gagasan praktis yang
dapat dilaksanakan tanpa harus mengalami kesulitan berarti dalam konteks
pelaksanaannya.

Menurut Indianto, prinsip pembelajaran yang harus menjadi perhatian guru


dalan sekolah inklusif sebagai berikut:
1. Prinsip motivasi
Guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa agar tetap memiliki
gairah dan semangat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Prinsip latar/konteks
Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan contoh,
memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar, dan semaksimal mungkin
menghindari pengulangan-pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak terlalu
perlu bagi anak.
3. Prinsip keterarahan
Setiap anak melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus merumuskan tujuan
secara jelas, menyiapkan bahan dan alat yang sesuai serta mengembangkan strategi
pembelajaran yang tepat.
4. Prinsip hubungan sosial
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru perlu mengembangkan strategi
pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, seakan interaksi banyak arah.
5. Prinsip belajar sambil bekerja
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus banyak memberi kesempatan kepada
anak untuk melakukan praktek atau percobaan, menemukan sesuatu melalui
pengamatan, penelitian dan sebagainya.
6. Prinsip individualisasi
Guru perlu mengenal kemampuan awal dan karakteristik setiap anak secara
mendalam, baik dari segi kemampuan maupun ketidakmampuannya dalam menyerap
materi pelajaran, kecepatan maupun kelambatannya dalam belajar, sehingga setiap
kegiatan pembelajaran masing-masing anak mendapat perhatian dan perlakuan yang
sesuai.
7. Prinsip menemukan
Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu memancing
anak untuk terlibat secara aktif baik fisik maupun mental, sosial dan emosional.
8. Prinsip pemecahan masalah
Guru hendaknya sering mengajukan berbagai persoalan/problem yang ada di
lingkungan sekitar dan anak dilatih untuk merumuskan, mencari data, menganalisis, dan
memecahkannya sesuai dengan kemampuannya.

E. Tujuan Pendidikan Inklusif


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 pasal 2 ayat (1)
dan (2) menjelaskan pendidikan inklusif bertujuan untuk:
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
b. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Direktorat PSLB


diuraikan bahwa tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia adalah:[14]
a. Untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak
mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya, termasuk anak-
anak berkebutuhan khusus.
b. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.
c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan
angka tinggal kelas dan putus sekolah.
d. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak
diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran.
e. Memenuhi amanat konstitusi.

Tujuan pendidikan inklusif di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan


inklusif adalah untuk menjamin hak setiap warga sekolah mendapatkan pendidikan,
menghilangkan diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus dan membantu
meningkatkan mutu pendidikan.

Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam pendidikan inklusif meliputi tujuan
yang dapat dirasakan langsung oleh anak, guru, orang tua dan masyarakat. Secara lebih
rinci, Tarmansyah menjelaskan tujuan pendidikan inklusif.[15] Adapun tujuan yang
ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan belajar dalam seting inklusif antara
lain:
a. Berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga pada diri sendiri atas
prestasi yang diperolehnya.
b. Anak dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami dan menerapkan
pelajaran yang diperoleh di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungannya.
c. Anak mampu berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya, bersama guru-
guru yang berada di lingkungan sekolah dan masyarakat.
d. Anak dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan mampu beradaptasi
dalam mengatasi perbedaan tersebut sehingga secara keseluruhan anak menjadi
kreatif dalam pembelajaran.

Tujuan yang dapat dicapai oleh guru-guru dalam pelaksanaan pendidikan


inklusif adalah:
a. Guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar dalam seting
inklusif.
b. Terampil dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik yang memiliki latar
belakang beragam.
c. Mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan kepada semua
anak.
d. Bersikap positif terhadap orang tua, masyarakat dan anak dalam situasi yang
beragam.
e. Mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta mengaplikasikan
berbagai gagasan baru melalui komunikasi dengan anak di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat secara pro aktif, kreatif dan kritis.
Dalam pendidikan inklusif, guru akan memperoleh kepuasan kerja dan
pencapaian prestasi yang lebih tinggi ketika semua peserta didik mencapai keberhasilan.
Dalam sekolah inklusif akan tercipta nuansa yang ramah terhadap pembelajaran dan
terbuka kesempatan bagi para relawan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran di
kelas bekerjasama dengan guru-guru.

Tujuan yang akan dicapai bagi orang tua antara lain adalah:
a. Para orang tua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana cara-cara mendidik
anaknya, cara membimbing anaknya lebih baik di rumah dengan menggunakan
teknik yang digunakan guru di sekolah.
b. Mereka secara pribadi terlibat dan akan merasakan keberadaannya menjadi lebih
penting dalam membantu anak untuk belajar.
c. Orang tua akan merasa dihargai, mereka merasa dirinya sebagai mitra sejajar dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya. Dengan
pelaksanaan pendidikan inklusif orang tua akan dapat berinteraksi dengan orang
lain, serta memahami dan membantu memecahkan masalah yang terjadi di
lingkungan masyarakat.
d. Orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang ada di sekolah,
menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kemampuan masing-masin
individu anak.

Tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh masyarakat dalam pelaksanaan


pendidikan inklusif antara lain:
a. Masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih banyak anak mengikuti
pendidikan di sekolah yang ada dilingkungannya. Masyarakat dapat melihat bahwa
masalah yang menyebabkan penyimpangan sosial yang menjadi penyakit
masyarakat akan dikurangi dengan adanya layanan pendidikan inklusif untuk
semua.
b. Semua anak yang ada di masyarakat akan terangkat dan menjadi sumber daya yang
potensial. Lebih penting adalah masyarakat akan lebih terlibat di sekolah dalam
rangka menciptakan hubungan yang lebih baik antara sekolah dan masyarakat.

F. Manfaat Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif membantu untuk memastikan bahwa anak-anak dengan dan
tanpa mengalami hambatan dapat tumbuh dan hidup bersama. Menurut Garinda (2015),
beberapa manfaat dari pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi siswa 


a. Anak-anak mengembangkan persahabatan, persaudaraan, dan belajar bagaimana
bermain dan berinteraksi satu sama lain.
b. Anak-anak mempelajari bagaimana harus bersikap toleran terhadap orang lain. 
c. Anak-mengembangkan citra yang lebih positif dari diri mereka sendiri dan
mempunyai sikap yang sehat tentang keunikan yang ada pada orang lain. 
d. Melatih dan membiasakan untuk menghargai dan merangkul perbedaan dengan
menghilangkan budaya labeling atau memberi cap negatif pada orang lain.
e. Anak-anak mempelajari model dari orang-orang yang berhasil, meskipun
mereka memiliki tantangan dan hambatan. 
f. Memunculkan rasa percaya diri melalui sikap penerimaan dan pelibatan di
dalam kelas. 
g. Anak-anak dengan kebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk belajar
keterampilan baru dengan mengamati dan meniru anak-anak lain.
h. Anak-anak didorong untuk menjadi lebih berakal, kreatif dan kooperatif.

2. Manfaat bagi guru 


a. Guru berkembang secara profesional dengan mengembangkan keterampilan
baru dan memperluas perspektif mereka tentang perkembangan anak.
b. Guru memiliki kesempatan untuk mempelajari dan mengembangkan kemitraan
dengan masyarakat lain. 
c. Guru belajar untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dengan bekerja sebagai
tim.
d. Guru membangun hubungan yang kuat dengan orang tua.
e. Guru berusaha meningkatkan kredibilitas mereka sebagai seorang profesional
yang berkualitas. 
f. Guru senantiasa mengembangkan kreativitas dalam mengelola pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas. 
g. Guru tertantang untuk terus menerus belajar melalui perbedaan yang dihadapi di
kelas.
h. Guru terlatih dan terbiasa untuk memiliki budaya kerja yang positif, kreatif,
inovatif, fleksibel, dan akomodatif terhadap semua anak didiknya dengan segala
perbedaan.

3. Manfaat bagi orang tua dan keluarga 


a. Menjadi lebih mengetahui sistem belajar di sekolah. 
b. Meningkatkan kepercayaan terhadap guru dan sekolah. 
c. Memperkuat tanggung jawab pendidikan anak di sekolah dan di rumah. 
d. Mengetahui dan mengikuti perkembangan belajar anak.
e. Semakin terbuka dan ramah bekerja sama dengan guru. 
f. Mempermudah mengajak anak belajar di sekolah.
g. Semua keluarga harus belajar untuk mempelajari lebih lanjut tentang
perkembangan anak.
h. Semua keluarga senang melihat anak-anak mereka berteman dengan kelompok
yang beragam anak-anak. 
i. Semua keluarga memiliki kesempatan untuk mengajar anak-anak mereka tentang
perbedaan-perbedaan individual dan keberagaman.

4. Manfaat bagi masyarakat 


a. Mengontrol terlaksananya sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di
lingkungannya.
b. Sebuah komunitas akan menjadi lebih mudah menerima dan mendukung semua
orang. 
c. Masyarakat yang lebih beragam membuka lebih kreatif, dan lebih terbuka terhadap
berbagai kemungkinan dan kesempatan.
d. Pendidikan inklusif membantu anak berkebutuhan khusus untuk menjadi lebih siap
untuk tanggung jawab dan hak-hak kehidupan masyarakat. 
e. Ikut menjadi sumber belajar dan semakin terbuka dan ramah bermitra dengan
sekolah.
5. Manfaat bagi pemerintah 
a. Anak berkebutuhan khusus mendapat hak pendidikan yang sama dan mendapatkan
kesempatan pendidikan lebih luas.
b. Mempercepat penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pendidikan
terlaksana berlandaskan pada asas demokrasi, berkeadilan, dan tanpa diskriminas
G. Model-Model Pendidikan Inklusif
Menurut Darma dan Rusyid (2013), terdapat beberapa model atau bentuk dari
sekolah inklusif, yaitu sebagai berikut: 
1. Kelas reguler (inklusif penuh). Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak
normal sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang
sama. 
2. Kelas reguler dengan kluster. Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak
normal di kelas reguler dalam kelompok khusus.
3. Kelas reguler dengan kluster dan pull out. Anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak normal di kelas reguler dalam kelompok khusus , dan dalam waktu-
waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke kelas lain untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus. 
4. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian. Anak berkebutuhan khusus
belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang
tertentu dapat belajar bersama anak normal di kelas reguler. 
5. Kelas khusus penuh. Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus
pada sekolah reguler

H. Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Calon Guru


Pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, sekarang tidak lagi hanya dapat
dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) tetapi terbuka di setiap satuan dan jenjang
pendidikan baik sekolah luar biasa maupun sekolah regular atau umum setelah
dibukannya program sekolah inklusif. Dengan adanya kecenderungan kebijakan ini,
para calon guru perlu dibekali materi mengenai betapa pentingnya pendidikan inklusif
ketika mengajar nanti. Hal ini untuk mengantisipasi, jika pada suatu saat nanti, anak-
anak yang dihadapi nantinya kemungkinan tidak semuanya anak normal artinya ada
anak yang memerlukan pelayanan  dan bimbingan khusus yang
diakibatkan  karena dissabilitas-nya.

Sebelumnya, sebagai Calon guru perlu menyadari adanya hal-hal sebagai


berikut:
1. Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak di-diskriminasi-kan dan
memperoleh pendidikan yang bermutu.
2. Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat
kelainan dan kecacatannya.
3. Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua
anak.
4. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan
pembelajaran yang berbeda.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan inklusi   adalah proses pendidikan yang memungkinkan semua anak
berkesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan kelas reguler, tanpa
memandang kelainan, ras, atau karakteristik lainnya. Tujuan pendidikan inklusi   pada
umumnya berarti menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas dengan
menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan, membantu meningkatkan mutu
pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus
sekolah.

Pentingnya pendidikan inklusi bagi calon guru, antara lain agar guru mengetahui
apa, siapa, dan bagaimana ciri-ciri ABK, mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja
yang diperlukan ABK dalam pembelajaran termasuk fasilitas-fasilitas maupun sarana
dan prasarana dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, guru tidak
membedakan anak yang normal maupun anak yang berkebutuhan khusus, guru
mengetahui kurikulum maupun layanan yang diperlukan ABK dalam pembelajaran,
agar guru mengetahui pentingnya peran mereka dalam keberhasilan ABK di masa
depan.

B. Saran
Bagi orang tua, hendaknya lebih memahami lagi kebutuhan anaknya dan
mengubah anggapan bahwa memiliki anak  dissabilitasmerupakan suatu hal yang hina.
Orangtua hendaknya juga menyadari bahwa memiliki anak dissabilitas tetap menjadi
suatu anugerah dan tanpa rasa malu memberanikan diri menyekolahkan anaknya baik di
Sekolah Luar Biasa maupun Sekolah Inklusif.

Bagi calon guru, hendaknya mempelajari secara matang dan lebih memahami
arti penting pendidikan inklusi.Bagi guru sebaiknya juga harus bisa memberikan
pelayaan maksimal ketika memberikan pelajaran kepada siswanya.Seorang guru harus
bisa menggunakan metode dan strategi yang tepat untuk menangani anak-
anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Wathoni, Kharisul dan Ta’allum. 2013. Implementasi Pendidikan Inklusif Dalam


Pendidikan Islam. Volume 01 (1). Hal: 99-109.
Fajrillah, Mashadi, Zakiah, Nurjasmi dan Miftahul Jannah. 2018. Persepsi Guru
Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Di Pidie Jaya. Jurnal Geuthèë:
Penelitian Multidisiplin. Vol 1 (1). Hal: 13-20
Jauhari, Auhad. 2017. Pendidikan Inklusif Sebagai Alternatif Solusi Mengatasi
Permasalahan Sosialanak Penyandang Disabilitas. Jurnal Ijtimaiya. Vol. 1
(1). Hal: 23-38.
(Mom. 2019. Mengenal Sekolah Inklusif Untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
https://kumparan.com/kumparanmom/mengenal-sekolah-inklusif-untuk-anak-
berkebutuhan-khusus-1552012573587214328/1(diakses pada 8 Oktober 2021
pukul 06.19 WITA)
Ita, Efrida. 2019. Konsep Sistem Layanan Penyelenggaraan Pendidikan Melalui
Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Citra Bakti. Vol 6 (2). Hal: 186-195.
Riadi, Muchlisin. 2021. Pendidikan Inklisif (Pengertian, Prinsip, Model, Tujuan, dan
Karakteristik. https://www.kajianpustaka.com/2021/06/pendidikan-inklusif-
pengertian-prinsip.html?m=1 (diakses pada 8 Okteober 2021 pukul 7.12
WITA).

Anda mungkin juga menyukai