Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN INKLUSIF


DAN RAMAH PEMBELAJARAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah : Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu : Bu Cholifah, M.Pd

Oleh Kelompok 3 :

Ahmad Yasin 2001110009


Mughni 2001110067
Siti Inayah 2001210015
Fatimah Khusnin Nadiyah 2001110016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL HIDAYAT LASEM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Karakteristik Lingkungan Inklusif dan Ramah Pembelajaran” dengan
baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kami Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarganya.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Lasem, 20 September 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan
mengikuti semua kegiatan yang dilakukan anak pada umumnya, perlu adanya
suatu sistem layanan secara khusus diberikan kepada anak–anak berkebutuhan
khusus di sekolah reguler dan di lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang
dikenal dengan sistem pendidikan inklusif.
Pendidikan inklusif adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan
yang menjangkau semua orang (anak/dewasa) tanpa kecuali (artinya tidak
membedakan oleh keragaman karakteristik individu secara fisik,mental, sosial,
emosional, status sosial ekonomi, dll). Sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid dikelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantanng, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan
dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak
berhasil(Stainback,1980)
Anak autis merupakan salah satu bagian dari anak berkebutuhan khusus
yang membutuhkan pendidikan. Anak autis merupakan anak yang mengalami
ganguan perkembangan organik dan bersifat berat. Ganguan yang dialami anak
autis menyebabkan anak mengalami kelainan dalam aspek sosial. Bahasa
(komunikasi) dan kecerdasan, sehinga anak membutuhkan perhatian, bantuan
dan layanan pendidikan. Layanan pendidikan bagi anak autis saat ini sedang
berkembang. Banyak bentuk layanan yang diberikan seperti sekolah khusus
autis, pusat-pusat terapi untuk anak autis serta layaanan yang paling
berkembang saat ini yaitu pendidikan inklusi. Dalam pendidikan inklusi anak
autis diberi kesempatan untuk ikut serta dalam proses belajar mengajar di
sekolah reguler bersama dengan anak normal lainya. Sekolah yang menerima
siswa autis bersekolah di sana disebut sekolah inklusif.
Anak autis yang bersekolah di sekolah reguler mempunyai alternatif
penempatan pembelajaran, yang dapat dilakukan dengan: kelas reguler (inklusi
penuh), kelas reguler dengan cluster, kelas reguler dengan pullout, kelas
reguler dengan cluster dan pullout, kelas khusus dengan berbagai
pengintegrasian, serta kelas khusus penuh. Kebanyakan anak autis yang berada
di sekolah reguler penempatan belajarnya menggunakan kelas reguler (inklusi
penuh) oleh karena itu lingkungan inklusif ramah terhadap
pembelajaran (LIRP) sangat cocok digunakan di kelas reguler untuk anak
autis.
Karakteristik dari lingkungan inklusif ramah terhadap
pembelajaran (LIRP) yaitu suatu komunitas yang kohesif, menerima dan
responsif terhadap kebutuhan anak autis. Dalam lingkungan inklusif ramah
terhadap pembelajaran (LIRP) anak autis tidak mendapat perlakuan khusus
ataupun hak-hak istimewa melainkan persamaan hak dan kewajiban dengan
peserta didik lainya. Pada lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran
(LIRP) juga berupaya memberikan perlindungan pada semua anak dari
kekerasan, pelecehan dan penyiksaan sehinga anak akan merasa aman belajar
di dalam kelas.
Dalam lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran (LIRP) semua
anak dengan latar belakang dan kemampuan yang heterogen belajar bersama.
Mengajar kelas yang heterogen memerlukan perubahan kurikulum yang
mendasar yang disesuaikan dengan kemampuan siswa. Guru di kelas inklusi
secara konsisten akan bergeser dari pembelajaran yang kaku berdasarkan buku
teks kepembelajaran yang banyak melibatkan pembelajaran yang kooperatif,
termasuk berfikir kritis, pemecahan masalah.
Pada lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran (LIRP) guru
dituntut untuk mengajar secara interaktif. Untuk menciptakan pembelajaran
interaktif guru harus mempergunakan variasi metode pengajar dan variasi
kegiatan pembelajaran. Selain itu guru juga harus mempergunakan media
pembelajran yang bervariasi dalam menyampaikan materi pelajaran sehinga
akan terlihat siswa aktif dan berpartisipasi dalam pendidikanya.
Terlaksanaanya lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran akan
dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak, khususnya anak
autis. Anak autis dapat berinteraksi secara aktif bersama teman dan guru,
menanamkan dan mengembangkan kepercayaan dirinya, dapat belajar secara
mandiri serta lebih kreatif dalam pembelajaranya. Namun pada saat sekarang
ini pelaksanaan pendidikan inklusi masih belum optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari lingkungan inklusif dan ramah pembelajaran?
2. Bagaimana karakteristik lingkungan inklusif dan ramah pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui pengertian dari lingkungan inklusif dan ramah
pembelajaran
2. Untuk mengetahui karakteristik lingkungan inklusif dan ramah pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Inklusif dan Ramah Pembelajaran


Lingkungan inklusif dan ramah terhadap pembelajaran (LIRP) adalah
lingkungan yang menerima, merawat dan mendidik semua anak tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, fisik, intelektual, sosial, emosional,
linguistik atau karakteristik lainnya. Mereka bisa saja anak-anak yang cacat
atau berbakat, anak jalanan atau pekerja, anak dari orang-orang desa, anak dari
minoritas budayanya atau etnisnya, linguistiknya, anak-anak yang terjangkit
HIV atau kelompok yang lemah.
Lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran diartikan dengan
mengikutsertakan anak berkelainan di kelas reguler bersama anak-anak lainya,
seperti anak yang mengalami kesulitan melihat atau mendengar, yang tidak
dapat berjalan dan lebih lambat dalam belajaar. Namun secar luas inklusif
juga berarti melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Inklusif berarti
bahwa sebagai guru bertangung jawab untuk mengupayakan bantuan dalam
menjaring dan memberikan layanan pendidikan pada semua anak dari otoritas
sekolah, masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan kesehatan,
pemimpin masyarakat dan lain-lain. (Dirjen PLB:2004)
Pembelajaran yang ramah terhadap anak merupakan pembelajaran dimana
semua anak memiliki hak untuk belajar, mengembangkan semua potensi yang
dimilikinya seoptimal mungkin di dalam lingkungan yang ramah dan terbuka.
Sekolah bukan hanya tempat anak untuk belajar, tapi guru juga ikut belajar dari
keberagaman anak didiknya.
Pembelajaran yang ramah adalah pembelajaran yang ramah terhadap anak
dan guru berarti anak dan guru belajar sebagai suatu komunitas, guru
menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran, guru mendorong partisipasi
anak dalam belajar, guru memiliki minat untuk memberikan layanan
pendidikan yang terbaik. (Tarmansyah:2007)
Lingkungan inklusif dan ramah pembelajaran yang menjadi focus
pembahasan disini adalah lingkungan inklusif sekolah yang ramah bagi siswa
berkebutuhan khusus. Pada hakikatnya, sekolah tidak hanya memfasilitasi anak
dalam kegiatan belajar, tetapi juga memberikan kesempatan kepada para guru
untuk ikut belajar dari keberagaman siswanya tanpa terkecuali siswa
berkebutuhan khusus. Contohnya, guru mendapatkan pengetahuan yang baru
tentang cara mengajar yang lebih efektif dan menyenangkan berdasarkan
keunikan dan potensi setiap siswa. 1
Pola pikir tersebut menggiring pada paradigma bahwa sekolah yang ideal
adalah sekolah yang ramah. Sekolah yang ramah terhadap siswa merupakan
sekolah dimana semua siswa tanpa terkecuali siswa berkebutuhan khusus
memiliki hak untuk belajar mengembangkan semua potensi yang dimilikinya
seoptimal mungkin pada lingkungan yang nyaman dan terbuka. Dengan kata
lain dapat dikatakan “ramah” apabila semua pihak berpartisipasi dan terlibat
dalam pembelajaran secara alami dengan baik (Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007).

B. Karakteristik Lingkungan Inklusif dan Ramah Pembelajaran


Karakteristik lingkungan inklusif, ramah terhadap pembelajaran berbasis pada
visi dan nilai-nilai, meliputi:
1. Keluarga, guru, dan masyarakat terlibat dalam pembelajaran anak,
2.Melibatkan semua anak tanpa memandang perbedaan meningkatkan
partisipasi dan kerjasama,
3. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama,
4. Menerapkan pola hidup sehat,
5. Melindungi semua anak dari kekerasan, pelecehan dan penyiksaan,
6. Memberikan kesempatan bagi guru untuk belajar, dan mengambil manfaat
dari pembelajaran itu Belajar disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari anak,
7. Anak bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri,
8. Peka budaya, menghargai perbedaan dan menstimulasi pembelajaran untuk
semua anak,
9. Keadilan jender dan non diskriminasi.

1
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007.
Kesembilan karakteristik lingkungan inklusif dan ramah pembelajaran
(LIRP) yang telah dipaparkan di atas dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
sejauh mana suatu sekolah telah menjadi inklusif. Pernyataan ini diperkuat oleh
penjelasan dari Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah (2007: 16) bahwa “Dalam proses menciptakan sebuah lingkungan
inklusif dan ramah pembelajaran (LIRP) adalah mempersiapkan kondisi
sekolah dan juga mengetahui sejauh mana menjadi inklusif, ramah terhadap
pembelajaran. Tahapan ini diperlukan untuk menjadi inklusif, ramah terhadap
pembelajaran secara utuh”.
Menciptakan Kelas Inklusif Ramah Terhadap Pembelajaran
Kelas inklusif tidak hanya melibatkan anak penyandang cacat di kelas,
tetapi semua anak dengan latar belakang dan kemapuan yang berbeda.
Meneriam anak dengan kemampuan yang beragam di kelas hanya sebagai
tantangan. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana memenuhi semua
kebutuhan belajaranya, serta memberikan perhatian khusus anak tersebut yang
tersisih dari kelas atau untuk dapat ikut serta dan/atau belajar di dalam kelas.
Adapun cara-cara membelajarkan siswa pada kelas inklusif yaitu 2
a. Berbagai cara belajar siswa

Dalam mempelajarai berbagai macam materi diantara siswa yang satu


dengan siswa yang lainya akan mengunakan cara yang berbeda. Mereka
mungkin mengunakan beberapa cara belajar agar ingat dan memahami
pelajaran. Oleh karena itu merupakan hal yang penting bagi seorang guru
mempergunakan strategi pembelajaranyang berbeda yang mencakup alur
belajar yang mereka pakai.

b. Pembelajaran Partisipatori.
Dalam kelas inklusif anak memiliki cara belajar yang berbeda –beda.
Maka pada pembelajaranya guru harus mampu mempergunakan berbagai
variasi metode pelajaran dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan belajar
siswa. Pembelajaran aktif dan partisipatori bisa mengunakan banyak cara

2
http://harum-pendidikan.blogspot.com/2014/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
untuk membantu anak dalam belajar. Pembelajaran aprtisipatori adalah
pembelajaran melalui berbagai kegiatan dan metode pembelajaran,
kegiatan ini sering dikaitkan dengan pengalaman praktis anak setiap
harinya. Pembelajaran Partisipatori adalah :

1. Anak aktif dan ikut berpartisipasi dalam pembelajaranya.


2. Dikaitkan denhgan pengalaman praktis anak.
3. Apa yang dipelajari dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
anak.(Tarmansyah:2007)
c. Meningkatkan pembelajaran
Dalam kelas inklusif terdapat siswa dengan latar belakang dan kemampuan
yang berbeda. Oleh karena itu guru harus mampu merancang kegiatan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sehinga siswa juga terbiasa
untuk aktif, kreatif dan punya inisiatif dan pada giliranya pemebelajaran
itu menyenangkan.3
Adapun cara-cara untuk meningkatkan pembelajaran yaitu:
1. Pilih pelajaran yang anda senangi untuk diajarkan dan pilih materi yang
akan diangap akan disenangi sebagian besar siswa.
2. Tentukan poin utama yang akan diajarkan.
3. Pilihlah metode yang tepat sehinga mampu mengkomunikasikan materi
pelajaran tersebut.
4. Apa kegiatan yang akan dilakukan sehinga siswa mampi
mempergunakan sebagian besar inderanya ( penglihatan,
pendengaran) dan gerakan.
5. Usahakan siswa punyai kontribusi dalam perencanaan pembelajaran,
seperti ikut menyiapkan alat-alat yang diperlukan khususnya anak-anak
yang selama ini yang kurang berpartisipasi dalam pembelajaran.
6. Minta respon siswa apa mereka puas dan senagdenagn pembelajaran
yang telah anda lakukan.
d. Meningkatkan harga diri

3
Buku 1 Menjadikan Lingkungan Inklusif dan Ramah Terhadap Pembelajaran (LIRP)
Guru harus ingat bahwa dalam kelas inklusif juga terdpat siswa
berkebutuhan khusu. Pada umumnya mereka mempunyai self esten yang
kurang atau rasa rendah diri. Oleh karena itu guru juga harus mampu
meningkatkan rasa haraga diri mereka. Adapun cara-cara yang dapt
untuk meningkatkan rasa harga diri yaitu :
1. Hargai mereka dan kontribusinya
2. Berikan rasa aman baik untuk fisik maupu untuk pisikis.
Dengan kata lain anak harus dihargai apa adanya. Mereka harus merasa
aman mengekspresikan pendapatnya dan sukses dalam pembelajaranya.
Di kelas harga diri mereka perlu disokong melalui pujian.
e. Membina Hubungan
Dalam kelas inklusif terdapat siswa dengan kemampuan yang beragam.
Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan hubungan yang baik
antar guru dan siswa. Agar siswa merasa tertarik, senang dan nyaman
untuk belajar di dalam kelas. Adapun cara-cara yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pembelajaran (Depdiknas:2005)
1. Pemberdayaan sumberbelajar yang tersedia
Kelas seharusnya merupakan tempat yang menyenangkan dan
merangsang peserta didik untuk belajar. Walaupun media
pemeblajaran sulit untuk ditemukan dan sara belajar tidak memadai
tetapi kelas dirancang teratur , bersih dan menarik.Jika memungkinkan
meja dan kursi sebaiknya bis dipindah-pindahkan dengan mudah
untuk belajar kelompok. Bisa saja mengunakan lebih dari satu
papantulis atau media menulis lainya yang sesuai.

2. Sarana untuk bergerak


Peserta didik harus dapat bergerak bebas diantara meja dan kursi .
tempat duduk disusun sedemikain rupa sehinga memungkinkan
peserta didik dapat juga duduk dilantai tanpa mengagu kegiatan
pembelajaran atau kegiatan kelompok.
3. Cahaya, suhu dan pentilasi
Atur meja sehinga siswa tidak ahrus bekerja menghadap
matahari secara lansung.cahaya harus datang dari sisin kiri peserta
didik. Karena anak butuh oksigen , sedangkan suasan kelas sesak dan
ventilasi udara sangat buruk, maka anda dapat melakukanpembelajara
diluar kelas. Posisi duduk siswa harus digilir sehinga siswa tidak
selalu duduk di tempat cahyan dan ventilasinya yang buruk. Beberapa
peserta didik mungkinmengalami mengalami kesulitan dalam melihat
dan mendengar. Pastiak peserta semua didik telah diakses dan
mempunyai tempat duduk yang sesuai denag kebutuhanya.
4. Pengelolaan kelas yang aktif dan inklusif
Mengelola pembelajaran aktif adn inklusif melibatkan berbagi
elemen antara lain keseimbangan pelajaran mandiri, tutor sebaya,
kerja kelompok dan pengerjaan langsung. Berikut ini beberapa cara
meningkatkan pembelajaran yang aktif dan inklusif yang dikemukan
oleh (Dirjen PLB: 2004) :
a. Perencanaan. Buat rencana jadwal minguan kegiatan kelas.
bubuhkan apa peserta didik bekerja sendiri , kelompok atau seluruh
kelas.
b. Persiapkan. Siapkan tiap kegiatan kelas dengan meninjau kembali
panduan atu seketsa rencana pembelajaran. Cek untuk memastikan
ssemua peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Mengumpulkan sumber daya. Kumpulkan atu buat
sumber/media yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran. Ini bisa
batu atau stik digunakan untuk objek matematika, kerang untuk
kegiatan seni, atau kacang yang bertunas untuk dimanfaat kan dalam
pembelajaran IPA
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran yang ramah terhadap anak merupakan pembelajaran


dimana semua anak memiliki hak untuk belajar, mengembangkan semua
potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin di dalam lingkungan yang
ramah dan terbuka. Sekolah bukan hanya tempat anak untuk belajara, tapi
guru juga ikut belajar dari keberagaman anak didiknya. Melalui
pembelajaran yang ramah terhadap anak diharapkan dapat membantu anak
berkebutuhan khusus dan guru dalam proses pembelajaran menuju
pendidikan inklusi.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2007. Tulkit


LIRP Merangkul Perbedaan : Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan
Inklusif, Ramah Terhadap Pembelajaran. Jakarta : Kerjasama Depdiknas,
Braillo Norway, IDP Norway, dan Hellen Keller National.
http://harum-pendidikan.blogspot.com/2014/10/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none.html
Buku 1 Menjadikan Lingkungan Inklusif dan Ramah Terhadap Pembelajaran
(LIRP)

Anda mungkin juga menyukai