Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIK DAN KETENAGAAN PADA KELAS INKLUSIF

Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah :

PENDIDIKAN INKLUSI
Dosen pengampu:
Cholifah, M.Pd

Disusun Oleh :

Fatkurokim (2001110008)
Novita Nur Syafitri (2001110021)
Abdurrahim Hakim (2001110019)
Mochamad Ainul Wafi (2001110034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI AL- HIDAYAT
LASEM, 2021
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat
dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja di
bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin
lebih mengenal mengenai pendidikan inklusi
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bu Dosen Dewi Rubiyati, M.
Pd dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada penyusun agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua yang membaca makalah ini.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Lasem, 03 November 2023


Disusun

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................5
C. Tujuan .....................................................................................................5
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Tenaga Pendidik...................................................................6
B. Ketenagaan Pada Kelas Inklusif.............................................................7
C. Guru Inklusif.........................................................................................10
D. Model Kegiatan Pembelajaran Kelas Inklusif......................................11
Bab III Penutup
A. Kesimpulan ...........................................................................................13
B. Saran .....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan suatu hal yang baru di dunia pendidikan
Indonesia. Istilah pendidikan inklusif atau inklusi, mulai mengemuka sejak tahun
1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan
dengan pernyataan tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994. Pendidikan khusus
merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan
lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian,
sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah ketersediannya media
pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Seiring dengan
perjalanan kehidupan sosial bermasyarakat, ada pandangan bahwa mereka, anak-anak
penyandang dissabilitas dianggap sebagai sosok individu yang tidak berguna, bahkan
perlu diasingkan.
Namun, seiring dengan perkembangan peradaban manusia, pandangan tersebut
mulai berbeda. Keberadaannya mulai dihargai dan memiliki hak yang sama seperti
anak normal lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa Negara
memberikan jaminan sebenarnya kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa
anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan yang sama dengan
anak-anak normal lainnya dalam pendidikan. Hanya saja, jika ditinjau dari sudut
pandang pendidikan, karena karakteristiknya yang berbeda dengan anak normal pada
umumnya menyebabkan dalam proses pendidikannya mereka membutuhkan layanan
pendekatan dan metode yang berbeda dengan pendekatan khusus Pemerintah sebagai
faktor utama dalam membuat kebijaksanaan pendidikan mengupayakan program
pemerataan pendidikan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif.1

1
Abdul Rahim. Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan Untuk
Semua. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 1, September 2016, 68-71

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tenaga pendidik ?
2. Apa itu ketenagaan pada kelas Inklusif ?
3. Apa itu guru inklusif ?
4. Apa saja model kegiatan pembelajaran kelas inklusif ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari tenaga pendidik
2. Mengetahui ketenagaan pada kelas Inklusif
3. Mengetahui pengertian guru inklusif
4. Mengetahui model kegiatan pembelajaran kelas inklusif

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga Pendidik


Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang sangat
penting dalam dunia pendidikan. Di dalam dunia pendidikan sumber daya manusia
dikenal dengan istilah tenaga pendidik dan kependidikan. Tenaga pendidik dan
kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan strategis terutama dalam
upaya membentuk watak bangsa melalui pengembagan kepribadian dan nilai-nilai
yang diinginkan.
Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik (guru, dosen, pamong
pelajar, instruktur, tutor, widyaiswara) dalam masyarakat indonesia tetap dominan
sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang
amat cepat. Fungsi mereka tidak dapat dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar
bagi peserta didik karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan atau lebih khusus
lagi proses pembelajaran. Begitu pun dengan tenaga kependidikan (kepala sekolah,
pengawas, tenaga perpustakaan, tenaga administrasi) mereka bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuaan pendidikan2
Tenaga pendidik adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada satuan pendidikan tertentu yang melaksanakan program pendidikan
inklusif. Tenaga pendidik meliputi: guru kelas, guru mata pelajaran (Pendidikan
Agama, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan), dan guru pendidikan khusus (GPK)3

Berdasarkan Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor


20 Tahun 2003, Bab XI pasal 39 ayat :
1) Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar, melakukan pembimbingan

2
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen pendidikan. ALFABETA, 2010. 229
3
https://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/6-tenaga-pendidik-pada-pendidikan.html

6
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi.
3) Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut
guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen.
4) Ketentuan mengenai guru pada ayat diatur dengan undang-undang sendiri.4

B. Ketenagaan Pada Kelas Inklusif


Tenaga kependidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan
inklusif. Tenaga kependidikan dalam pendidikan inklusif mendapat porsi tanggung
jawab yang jelas berbeda dengan tenaga kependidikan pada pendidikan non inklusif.
Perbedaan yang terdapat pada individu meniscayakan adanya kompetensi yang
berbeda dari tenaga kependidikan lainnya. Tenaga kependidikan secara umum
memiliki tugas seperti menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang
pendidikan.
Membicarakan siapa yang diperlukan dalam sebuah penyelenggaraan pendidikan
khususnya pendidikan inklusif pastinya adalah membicarakan sumber daya manusia.
Hal ini sangat memegang peranan penting atas berjalannya sistem, tanpa SDM yang
memiliki kapabilitas baik tentunya segala sesuatu tidak berjalan dengan baik pula.
Yang dimaksud dengan SDM dalam penyelenggaraan Pendidikan Inklusi adalah
seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan
dan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah instansi (sekolah). Dalam
hal ini tenaga pendidik (guru) adalah salah satu komponen yang utama bersama
kepala sekolah dan pihak-pihak pengambil keputusan (stakeholder). Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5
Direktorat Pembinaan SLB (2007) menetapkan pengertian, tugas, dan
kedudukan masing-masing dijelaskan seperti dibawah ini :
1. Kepala Sekolah

4
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI
pasal 39 ayat (1) dan (2), 30
5
Endis Firdaus. “Pendidikan Inklusif dan Implementasinya di Indonesia”. Disampaikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, 24 Januari
2010.

7
Kepala sekolah pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif
memiliki tugas mengkoordinasi, mengakomodasi, dan menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar di sekolahnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi kegiatan. Koordinasi juga dilakukan berkenaan dengan tugas- tugas
dan pengembangan profesionalisme guru-guru yang menyangkut kompetensi
umum dan khusus berkenaan dengan pelayanan anak berkebutuhan khusus.
2. Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran
Guru kelas adalah pendidik pada suatu kelas tertentu di sekolah umum yang
sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan, bertanggungjawab atas
pengelolaan pembelajaran dan administrasi di kelasnya. Kelas yang diambil tidak
menetap, dapat berubah ubahpada setiap tahun pelajaran sesuai dengan kondisi
sekolah. Guru kelas biasanya ada pada kelas-kelas rendah, (kelas 1,2,dan 3). Guru
mata pelajaran pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif mempunyai tugas
sama dengan guru mata pelajaran pada umumnya, namun untuk guru mata
pelajaran pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif perlu dibekali dengan
tambahan pengetahuan tentang pendidikan khusus.
Guru kelas dan guru mata pelajaran harus menciptakan manajemen kelas
yang kondusif, suasana belajar dan strategi pembelajaran yang menarik dan
mengerti kebutuhan masing-masing anak . Beberapa hal yang harus dilakukan
guru kelas dan guru mata pelajaran diantaranya adalah6 :
1. Disiplin dalam pengelolaan waktu kelas, setiap kelas mempunyai time
table yang didalamnya tercantum waktuuntuk menyeret pensil, ke kamar
mandi, waktu istirahat dan waktu pulang.
2. Membuat media yang dapat membuat peserta didik merasa dihargai
terhadap sesuatu apapun yang mereka lakukan setiap harinya .
3. Membuat media pembelajaran yang menarik, inovatif seperti
menggunakaan teknologi komputer
4. Melakukan pembelajaraan kooperatif.
Faktor penolakan dari kalangan guru yang paling mendominasi karena
tidak terdapatnya fasilitas sekolah serta kompetensi guru yang kurang
memadai untuk melaksanakan pendidikan inklusif. Selain itu, juga timbulnya
rasa tidak percaya diri untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang akan

6
Triyanto dan Desty Ratna Permatasari. “Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah
Inklusi” Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, 176-186

8
terjadi. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut pihak sekolah sangat perlu
untuk menumbuhkan kepercayaan diri di kalangan guru untuk melaksanakan
pendidikan inklusif . Beberapa langkah yang dapat ditempuh diantaranya :
- Membuat seminar mengenai pelaksanaan pendidikan inklusif dan
penangananan anak berkebutuhan khusus dengan mendatangkan ahli- ahli
yang berkompeten di bidangnya.
- Melakukan studi banding terhadap sekolah yang melaksanakan dan
berhasil melakukan pendidikan inklusif.
- Meningkatkan kemampuan guru untuk mendukung terlaksananya
pendidikan inklusif, hal ini dilakukan dengan melakukan pelatihan yang
berisikan modul materi dan praktek tentang pengantar pendidikan inklusif,
psikologi perkembangan anak, asessmen dan hambatan perkembangan anak.
Hasil dari pelatihan ini diharapkan secara langsung dapat diterapkan di kelas
yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
3. Guru Pendidikan Khusus
Guru pendidikan khusus adalah guru yang mempunyai latar belakang
pendidikan khusus/pendidikan luar biasa atau pernah melakukan pelatihan
tentang pendidikan khusus/luarbiasa, yang ditugaskan di sekolah inklusif.
Gurupendidikan luar biasa mempunyai kewenangan dan tanggung jawab , dapat
bertindak sebagai pemberi layanan langsung, pemberi nasihat, pengawas,
pembela, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan bahwa guru pendidikan luar biasa
banyak melakukan peranan. Guru pendidikan luar biasa perlu memiliki
kepercayaan diri, identitas pribadi yang professional guna diterapkan dalam
pendidikan inklusif.
Untuk rancangan pengembangan sekolah menjadi sekolah inklusi ini
memerlukan tenaga guru pendidikan luara biasa, beberapa deskripsi tugas guru
pendidikan luar biasa yaitu :
- Membantu guru kelas dan guru mata pelajaran membuat program pembelajaran
yang mengakomodasi anak
- Membuat dan melaksanakan materi pengembangan sikap dan potensi diri yang
dilakukan oleh guru pendidikan luar biasa.
- Membantu guru kelas dan guru mata pelajaran dalam membuat asessmen.

9
- Membantu guru kelas dan guru mata pelajaran dalam mengkondidikan anak
berkebutuhan khusus di dalam kelas ( terutama anak yang mengalami ADHD
dan ketidakstabilan emosi).
- Membuat program layanan kesulitan belajar.
- Membantu PKS sarana dan prasarana dalam penyediaan alat bantu untuk anak
berkebutuhan khusus dan peningkatan aksebilitas lingkungan fisik.
4. Komite Sekolah
Peran komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi antara lain
sebagai pemberi pertimbangan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan,
pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga, pengontrol
dalam rangka transparansi dan akuntabilitas enyelenggaraan dan keluaran
pendidikan di sekolah, serta sebagai mediator antara pemerintah dengan
masyarakat di sekolah7

C. Guru Inklusif
Seorang guru senantiasa dituntut untuk selalu mengembangkan pribadi dan
profesinya secara terus menerus , serta dituntut untuk mampu berperan secara
profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Hal ini sudah jelas disebutkan
di dalam empat kompetensi guru yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu ;
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional . Pendidikan Inklusif adalah pendidikan yang memungkinkan semua anak
seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yg
ada pada mereka.
Artinya bahwa pendidikan inklusif memberikan ruang kesamaan hak dalam
memperoleh pendidikan yang layak, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus
yang jauh dari lembaga- lembaga pendidikan yang khusus untuk mereka untuk dapat
belajar bersama sama anak normal di sekolah regular. Sekolah sekolah inklusi ini
menuntut terdapatnya kurikulum, metode mengajar, sarana pembelajaran, sistem
evaluasi dan guru khusus yang dapat diintegrasikan kepada kelas reguler yang
memiliki anak berkebutuhan khusus untuk dapat memberikan wadah dan penanganan
yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus dengan anak normal .

7
Rahim, Abdul. “Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan Untuk Semua.”
Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 1, September 2016, hlm.68-71

10
Guru yang inklusif adalh guru yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan
siswa yang beraneka ragam baik dari segi intelegensi, kemampuan kognitif, afektif,
psikomotoriknya, dan keadaan ekonomi sosial anak dalam satu kelas inklusif dengan
cara mengakomodir semua kebutuhan belajar anak dengan melakukan modifikasi
kurikulum, metode mengajar, sarana , prasarana, evaluasi, agar dapat dipergunakan
bagi semua siswa yang ada di dalam lingkup kelas inklusif tersebut.
Ada tiga kemampuan umum yang harus dimiliki oleh guru pendidikan
khususyang akan mengarah kepada guru inklusif :
1. Kemampuan Umum (general ability)
Antara lain adalah memiliki ciri warga negara yang religious dan
berkepribadian, memiliki sikap dan kemampuan mengaktualisasikan diri
sebagai warga negara, memiliki sikap dan kemampuan mengembangkan
profesi sesuai dengan pandangan hidup bangsa.
2. Kemampuan Dasar ( basic ability)
Meliputi memahami dan mampu mengidentifikasi anak berkebutuhan
khusus, memhamai konsep dan mampu mengembangkan alat asessmen serta
melakukan asessmen anak berkebutuhan khusus , mampu merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
3. Kemampuan khusus (spesific ability)
Kemampuan ini meliputi mampu melakukan modifikasi perilaku,
menguasai konsep dan ketrampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami
gangguan kelainan penglihatan, komunikasi, intelektual, kelainan anggota
tubuh, kelainan perilaku sosial dan kesulitan belajar.
Dengan dimilikinya tiga kemampuan diatas diharapkan akan tercipta
guru-guru yang inklusif yang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan yaitu
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tentang materi yang akan diajarkan, dan
memahami karakteristik siswanya.

D. Model Kegiatan Pembelajaran Kelas Inklusif

1. Kelas reguler (inklusi penuh)


Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) sepanjang
hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2. Kelas reguler dengan cluster

11
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler kelompok khusus.
3. Kelas reguler dengan pull out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke
ruangan sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
4. Kelas reguler dengan cluster dan pull out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu tertentu ditarik dari kelas
reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
5. Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkebutuhan khusus belajar didalam kelas khusus pada sekolah
reguler, namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain
(normal)
6. Kelas khusus penuh
Anak berkebutuhan khusus belajar didalam kelas khusus pada sekolah
reguler.8

8
Dewi, Kusuma Nurul. “Manfaat Program Pendidikan Inklusi”. Jurnal Pendidikan Anak, Volume 6,
Edisi 1, Juni 2017

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan hak bagi setiap orang, khususnya bagi setiap warga negara
di Indonesia ini. Secara yuridis pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK)
diatur pada: Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia (RI) 1945 terdapat pasal –
pasal mengenai hak asasi manusia yang salah satunya adalah hak dalam mendapatkan
pendidikan bagi setiap orang yaitu pada pasal 28C ayat (1), Undang – Undang (UU)
RI No.4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat, UU nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan inklusif adalah suatu kebijaksanaan pemerintah dalam mengupayakan
pendidikan yang bisa dinikmati oleh setiap warga negara agar memperoleh
pendidikan tanpa memandang anak berkebutuhan khusus dan anak normal.
Tenaga kependidikan secara umum memiliki tugas seperti menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola atau memberikan
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
SDM dalam penyelenggaraan Pendidikan Inklusi adalah seluruh pihak yang
terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan dan pelaksanaan
penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah instansi (sekolah). Dalam hal ini tenaga
pendidik (guru) adalah salah satu komponen yang utama bersama kepala sekolah dan
pihak-pihak pengambil keputusan (stakeholder). Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

B. Saran
Kami mengharapkan agar apa yang telah dijelaskan diatas dapat dipahami oleh
pembaca dan pendengar sekalian, sekaligus semoga bermanfaat bagi kita semua.
Selanjutnya, akan lebih baik lagi jika ada kritik dan saran dari pembaca dan
pendengar guna memperbaiki dalam membuat makalah berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahim. Pendidikan Inklusif Sebagai Strategi Dalam Mewujudkan Pendidikan


Untuk Semua. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 1, September
2016, 68-71

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen pendidikan. ALFABETA,


2010. 229

https://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/6-tenaga-pendidik-pada-pendidikan.html
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003,
Bab XI pasal 39 ayat (1) dan (2), 30.

Endis Firdaus. “Pendidikan Inklusif dan Implementasinya di Indonesia”. Disampaikan


dalam Seminar Nasional Pendidikan di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
Purwokerto, 24 Januari 2010.

Triyanto dan Desty Ratna Permatasari. “Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus
di Sekolah Inklusi” Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, 176-186.

14

Anda mungkin juga menyukai