Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN DALAM KERANGKA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”

Mata Kuliah: Analisis Kebijakan Pendidikan

Oleh Kelompok 9:

Putri Zildjian 105191106821

Muh. Agung Nugraha 105191106321

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada penulis, sehingga makalah “

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Nonformal ” dapat

terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu

Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masihlah jauh dari kata sempurna.

Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya

makalah yang lebih baik. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang telah ikut

berkontribusi demi tersusunnya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan dapat menjadi bahan referensi.

Makassar, 29 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Analisis Sistem Pendidikan................................................ 3

B. Perbedaan masyarakat dalam sebuah Analisis Sistem Pendidikan ...... 7

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ..................................................... 13

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18

A. Simpulan .............................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

dapat dilihat dari setiap individu yang umumnya menginginkan pendidikan

terbaik bagi dirinya. Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan status

sosial dan ekonomi yang akan dicapai pada masa mendatang. Semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak pula berbagai hal

yang diketahui melalui ilmu yang didapat, sehingga nantinya orang tersebut

dapat memiliki kualitas hidup yang semakin baik. Pentingnya pendidikan

dasar dalam kaitannya dengan pembangunan dan kualitas sumber daya

manusia telah diterapkan oleh berbagai negara lain seperti Jepang misalnya.

Sen (2000) menjelaskan bahwa pada masa restorasi Meiji di pertengahan

abad 19, Jepang telah memiliki tingkat keaksaraan yang lebih tinggi

daripada Eropa meskipun Jepang belum memulai industrialisasi maupun

pembangunan ekonomi modern, yang telah dialami Eropa satu abad

sebelumnya. Perhatian yang besar pada pendidikan dasar ini semakin

ditingkatkan oleh Jepang di awal periode pembangunannya, yaitu di era

Meiji antara tahun 1811 - 1911. Sebagai contoh, antara tahun 1906 – 1911,

pendidikan mendapatkan porsi anggaran sebesar 43% dari anggaran

perkotaan dan pedesaan untuk negara Jepang secara keseluruhan.

1
Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dibahas lebih mendasar

tentang bagaimana peran pendidikan nonformal dalam membangun dan

memberdayakan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Analisis Sistem Pendidikan ?

2. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dalam sebuah Analisis Sistem

Pendidikan ?

3. Bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Memahami analisis sistem pendidikan.

2. Mengetahui pemberdayaan nasyarakat dalam sebuah analisis sistem

pendidikan.b

3. Memahami konsep pemberdayaan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN

Sistem pendidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang

diperoleh untuk membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat

mengalami perubahanperubahan bentuk dan model sesuai dengan tuntutan

kebutuhan hidup masyarakat dalam rangka mengejar cita-cita hidup yang

sejahtera lahir maupun batin. Pendidikan sebagai sistem dapat ditinjau dari dua

hal :

1. Sistem pendidikan secara mikro Pendidikan secara mikro lebih menekankan

pada unsur pendidik dan peserta didik, sebagai upaya mencerdaskan peserta

didik melalui proses interaksi dan komunikasi. Oleh karena itu, fungsi

pendidik adalah sebagai pengyampai materi melalui kegiatan pembelajaran di

kelas maupun di luar kelas

2. Sistem pendidikan secara makro

Sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas

lagi, yaitu :

a. Input (masukan), berupa sistem nilai dan pengetahuan, sumber daya

manusia, masukan instrumental berupa kurikulum, silabus, dll.

Sedangkan masukan sarana termasuk di dalam fasilitas dan sarana

pendidikan yang harus disiapkan. Unsur masukan (input), contohnya

peserta didik.

3
b. Proses, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar atau

proses pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam

komponen proses ini termasuk di dalamnya telaah kegiatan belajar

dengan segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta

telaah kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik untuk memberi

kemudahan kepada peserta didik dalam terjadinya proses

pembelajaran. Unsur proses contohnya metode atau cara yang

digunakan dalam proses pembelajaran.

c. Keluaran (Output), yaitu hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya

terbentuknya pribadi yang memiliki pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sesuai yang diharapkan. Namun juga keluaran

pendidikan mencakup segala hal yang dihasilkan berupa kemampuan

peserta didik (human behavior), produk jasa (services) dalam

pendidikan seperti hasil penelitian, produk barang berupa karya

intelektual ataupun karya yang sifatnya fisik material.

Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen

pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas

proses pendidikan

Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada proses

pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Pendidik dan Non Pendidik

Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk

membimbing. Pendidik berbeda dengan pengajar sebab pengajar

4
berkewajiban untuk menyampaikan materi pelajaran kepada murid,

sedangkan pendidik tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi

pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik.

Non pendidik yang sering disebut sebagai tenaga kependidikan

adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1,

BAB 1 Ketentuan Umum). Atau juga bisa diartikan merupakan tenaga yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan,

pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses

pendidikan pada satuan pendidikan. 9

b. Kurikulum (Materi Pendidikan)

Kurikulum menunjukkan makna pada materi yang disusun secara

sistematika guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lester D. Crow dan

Ali yang melakukan penelitian tentang hasil studi terhadap anak

menyarankan hubungan salah satu komponen pendidikan, yaitu kurikulum

dengan anak didik adalah sebagai berikut:

• Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan keadaan perkembangan anak.

• Isi kurikulum hendaknya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan

sikap yang dapat digunakan anak dalam pengalamannya sekarang dan

berguna untuk menghadapi kebutuhannya pada masa yang akan datang.

• Anak hendaknya didorong untuk belajar, karena kegiatannya sendiri dan

tidak sekadar menerima pasif apa yang dilakukan oleh guru.

c. Prasarana dan Sarana

5
Prasarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan,

kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid untuk

memudahkan penyelenggaraan pendidikan dan sarana pendidikan dapat juga

diartikan segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan

penyampaian materi pelajaran.

d. Administrasi

Administrasi pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan

dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana

pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam

administrasi pembiayaan meliputi tiga hal, yaitu: penyusunan anggaran,

pembukuan, dan pemeriksaan.

e. Anggaran

Anggaran adalah biaya yang dipersiapkan dengan suatu rencana

terperinci. Secara lebih khusus dapat dikatakan bahwa anggaran adalah

rencana yang disusun secara terorganisasikan untuk menerima dan

mengeluarkan dana bagi suatu periode tertentu.

Analisis posisi sistem pendidikan merupakan salah satu aspek penting

dalam menjalankan manajemen pendidikan. Beberapa alasan pentingnya analisis

posisi sistem pendidikan, antara lain dikemukakan Abin Syamsuddin (1996)

yang menyatakan bahwa “hasil analisis itu akan memberikan gambaran tentang

kedudukan dan keadaan sistem yang bersangkutan pada saat ini, yang mencakup

segi-segi kekuatan (strengths) dan kelemahan

6
(weakness) yang ada dalam sistem itu sendiri serta peluang (opportunities) dan

tantangan (threats) dari luar sistem itu”.

Gambaran yang jelas dan objektif tentang posisi sistem pendidikan pada

saat ini dapat digunakan sebagai :

1) Bahan untuk membandingkan dengan posisinya dimasa yang akan datan.

Hal itu dinyatakan dalam visi (wawasan) dan misi (tujuan) serta bidang

hasil pokok atau sasaran yang ditetapkan oleh para pembuat kebijakan

bersama (stakeholders), sehingga dapat diidentifikasi kesenjangannya dan

dapat diangkat permasalahan pokoknya untuk kemudian dirumuskan

rencana upaya pemecahannya.

2) Bahan penyusunan atau penyempurnaan visi, misi, tujuan, dan sasaran

organisasi, sehingga dapat disusun sasaran-sasaran yang realistis serta

strategi upaya pencapaiannya.

3) Bahan untuk merumuskan kiat, taktik, dan strategi bersaing dengan

sistem-sistem lain. Berbagai hasil studi empiris menunjukkan bahwa

manajemen akan berhasil jika mampu mengoptimalkan pemberdayaan dan

pemanfaatan kekuatan dan peluang yang dimilikinya serta mampu

meminimalkan intensitas pengaruh faktor kelemahan dan hambatan

disertai upaya untuk memperbaiki atau mengatasinya.

B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM ANALISIS SISITEM

PENDIDIKAN

Chambers (dalam Kartasasmita, 1996: 142) menyatakan bahwa

pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

7
merangkum nilai-nilai sosial yakni bersifat people-centered, participatory,

empowering and sustainable. Pengertian lain yang disampaikan oleh

Tjokrowinoto (dalam Kusnadi, 2006: 219) konsep ini lebih luas dari hanya

sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic need) akan tetapi juga menyediakan

mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety need).

Sumodingrat (1996: 185) menyatakan memberdayakan masyarakat adalah

upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang

dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkat

kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat

bermaksud untuk mengembangkan kemampuan masyarakat agar secara berdiri

sendiri memiliki ketrampilan untuk mengatasi masalah-masalah mereka

sendiri.

Pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan dan merupakan

hakekat pendidikan itu sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan

termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal adalah usaha

memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan

talentatalenta yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/potensi

yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pendidikan/pembelajaran.

Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal,

sesungguhnya merupakan sebuah upaya yang memungkinkan masyarakat

dengan segala keberadaanya dapat memberdayakan dirinya. Dengan pusat

aktivitas harusnya berada di tangan masyarakat itu sendiri dengan bertitik

tolak dari masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan manfaatnya untuk

8
masyarakat atau dengan istilah lain pendidikan berbasis pada masyarakat..

Dalam kaitannya dengan hal ini, menurut Yunus (2004: 3) ada lima prinsip

dasar yang patut diperhatikan: (1) keperdulian terhadap masalah, kebutuhan

dan potensi/sumberdaya masyarakat; (2) kepercayaan timbal balik dari

pelayan program dan dari masyarakat pemilik program; (3) fasilitasi

(pemerintah) dalam membantu kemudahan masyarakat dalam berbagai proses

kegiatan; (4) adanya partisipatif, yaitu upaya melibatkan semua komponen

lembaga atau individu terutama warga masyarakat dalam proses kegiatan dan

(5) mengayomi peranan masyarakat dan hasil yang dicapai.

Ada beberapa pendekatan yang perlu dipergunakan dalam pendidikan

non formal yang menekankan pada proses pemberdayaan antara lain yang

dikemukakan oleh

Kindervatter dalam Kusnadi (2007: 222) terdiri atas:

1) Community organization, yaitu karakteristik yang mengarah pada

tujuan untuk mengaktifkan masyarakat dalam usaha meningkatkan

dan mengubah keadaan sosial ekonomi mereka. Hal yang perlu

diperhatikan antara lain (a). Peranan partisipan ikut terlibat dalam

kepengurusan atau tugas kelompok; (b) peranan tutor hanya

sebagai perantara, pembimbing dan motivator serta fasilitator; (c)

metode dan proses mengutamakan metode pemecahan masalah,

mengorganisasi masyarakat sebagai kekuatan dasar

2) Participatory approaches, yaitu pendekatan yang menekankan pada

keterlibatan setiap anggota dalam seluruh kegiatan, perlunya

9
melibatkan para pemimpin, tokoh masyarakat serta tenaga-tenaga

ahli setempat

3) Education for justice, yaitu pendekatan yang menekankan pada

terciptanya situasi yang memungkinkan warga masyarakat tumbuh

dan berkembang analisisnya serta memiliki motivasi untuk ikut

berperan serta.

Sedangkan menurut Sudjana (2000), agar pendidikan nonformal dapat

memberdayakan masyarakat maka harus didasarkan pada lima strategi dasar

yaitu:

1) pendekatan kemanusiaan (humanistic approach), masyaraka dipandang

sebagai subjek pembangunan dan masyarakat diakui memiliki potensi

untuk berkembang sedemikian rupa ditumbuhkan agar mampu

membangun dirinya,

2) pendekatan partisipatif (participatory approach), mengandung arti

bahwa masyarakat, lembaga-lembaga terkait dan atau komunitas

dilibatkan dalam pengelolaan dan pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat,

3) pendekatan kolaboratif (collaborative approach), dalam melaksanakan

pemberdayaan masyarakat perlu adanya kerjasama dengan pihak lain

(terintegrasi) dan terkoordinasi dan sinergi,

4) pendekatan berkelanjutan (continuing approach), yaitu pemberdayaan

masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan dan untuk itulah

10
pembinaan kader yang berasal dari masyarakat menjadi hal yang

paling pokok, dan

5) pendekatan budaya (cultural approach), penghargaan budaya dan

kebisaan, adat istiadat yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat

dalam pemberdayaan masyarakat adalah hal yang perlu diperhatikan.

Agar Masyarakat memiliki kemampuan mengembangkan potensinya

dalam rangka pemberdayaan masyarakat maka peran pendidikan nonformal

sangat strategis. Pendidikan Luar sekolah, atau pendidikan nonformal adalah

setiap kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan

yang mapam, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari

kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik

tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya (Coombs, dalam Sudjana, 2000:

23).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan itu, sistema pendidikan

nacional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajamen pendidikan sesuai

dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga

perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan

berkesinambungan.

11
Penyelenggaraan pendidikan nonformal (PNF) merupakan upaya

dalam rangka mendukung perluasan akses dan peningkatan mutu layanan

pendidikan bagi masyarakat. Jenis layanan dan satuan pembelajaran PNF

sangat beragam, yaitu meliputi:

1. Pendidikan kecakapan hidup.

2. Pendidikan anak usia dini.

3. Pendidikan kesetaraan seperti Paket A, B, dan C.

4. Pendidikan keaksaraan pendidikan pemberdayaan perempuan.

5. Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja ( kursus, magang,

kelompok belajar usaha ).

6. Pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik.

Dalam situasi demikian, makna dibalik fenomena bermunculannya

lembaga pendidikan nonformal sebenarnya lebih ingin memberikan ruang

kesadaran baru pada masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar

kegiatan untuk meraih sertifikasi atau legalitas semata. Lebih daripada itu,

upaya pendidikan sejatinya merupakan kegiatan penyerapan dan

internalisasi ilmu, yang pada akhirnya diharapkan mampu membawa

peningkatan taraf kehidupan bagi individu maupun masyarakat dalam

berbagai aspek.

Keunggulan lain yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan non

formal sebenarnya ada pada fleksibilitas waktu yang dimiliki. Selain bisa

dijalankan secara manunggal, pendidikan nonformal bisa dijalankan pula

12
secara berdampingan dengan pendidikan formal. Tak mengherankan apabila

belakangan lembaga pendidikan nonformal tumbuh dengan pesat,

berbanding lurus dengan tingginya minat masyarakat terhadap jenis

pendidikan tersebut. Tidak hanya itu, lembaga pendidikan non formal juga

berpeluang untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai. Hal ini

terbukti dari banyaknya lembaga pendidikan nonformal seperti ADTC dan

Macel lEducation Center (MEC) yang siap menyalurkan lulusan terbaiknya

keberbagai perusahaan rekanan. Ini merupakan tawaran yang patut

dipertimbangkan ditengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan seperti

sekarang ini.

Tujuannya, tentu tidak lain supaya keahlian yang didapatkan dari

pelatihan lembaga pendidikan non formal dapat berjalan beriringan dan

saling melengkapi minat dan dunia yang kita geluti, serta meningkatkan

keunggulan kompetitif yang kita miliki. Lebih lanjut, kejelian dalam

memilih juga berfungsi pula agar investasi finansial yang telah ditanamkan

tidak terbuang percuma karena program yang sedang dijalani " terhenti di

tengah jalan".

C. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pengembangan masyarakat ( community development ) merupakan

konsep pembangunan masyarakat yang dikembangkan dan diterapkan sejak

dasawarsa 1960-an, yaitu dalam rencana pembangunan lima tahun 1956-

1960 atau dikenal dengan nama Rencana Juanda yang disusun oleh Biro

Perancang Negara ( Zamhariri, 2008 ).Perserikatan Bangsa - Bangsa ( PBB )

13
bahkan sejak tahun 1954 telah menggunakan istilah community

development sebagai suatu penggunaan berbagai pendekatan dan teknik

dalam suatu program tertentu pada masyarakat setempat sebagai kesatuan

tindakan dan mengutamakan perpaduan antara bantuan yang berasal dari

luar dengan keputusan dan upaya masyarakat yang terorganisasi. Program-

program tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong prakarsa

dan kepemimpinan setempat sebagai sarana perubahan sesungguhnya. Di

negara-negara berkembang, program ini memberikan perhatian utama pada

kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

warga masyarakat, termasuk di dalamnya pemenuhan kebutuhan non-

material ( Mohd. Shukri Abdullah, 1994 ).

James Christenson dan Jerry Robinson tahun 1980 seperti dikutip oleh

Lyon ( 1987 ) dalam Saharudin ( 2000 ) menyatakan bahwa dalam konsep

pembangunan masyarakat, komunitas digambarkan sebagai elemen-elemen

pokok masyarakat yang ada dalam batas geografis tertentu dimana mereka

dapat mengembangkan interaksi sosial dengan ikatan-ikatan psikologi satu

sama lain dan dengan tempat tinggal mereka. Selanjutnya James

Christensen mengidentifikasi tiga pendekatan dalam pengembangan

masyarakat, yaitu menolong diri sendiri ( self-help ), pendekatan konflik,

dan pendampingan teknik ( technical assistance ).

Dalam kajian-kajian tentang pemberdayaan masyarakat, para pakar

ilmu sosial lebih suka menggunakan istilah pengembangan masyarakat yang

14
sifatnya bottom updaripada pembangunan masyarakat yang cenderung

bersifat top down untuk menerjemahkan kata community development.

Pengembangan masyarakat dengan demikian merupakan suatu

aktivitas pembangunan yang berorientasi pada kerakyatan. Syarat

pembangunan kerakyatan menurut Corten ( 1990 ) adalah tersentuhnya

aspek-aspek keadilan, keseimbangan sumberdaya alam dan adanya

partisipasi masyarakat. Dalam konteks seperti itu maka pembangunan

merupakan gerakan masyarakat, seluruh masyarakat, bukan proyek

pemerintah yang dipersembahkan kepada rakyat di bawah. Pembangunan

adalah proses di mana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan

kapasitas perorangan dan institusional mereka dalam memobilisasi dan

mengelola sumberdaya untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang

berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai aspirasi mereka

sendiri.

Dalam konsep pembangunan masyarakat juga dikenal istilah

pemberdayaanyang berasal dari kata empowerment. Konsep ini digunakan

sebagai alternatif dari konsep-konsep pembangunan yang selama ini

dianggap tidak berhasil memberikanjawaban yang memuaskan terhadap

masalah-masalah besar, khususnya masalahkekuasaan (power) dan

ketimpangan (inequity) ( Kartasasmita, Ginandjar 1996 ).

Pemberdayaan adalah suatu proses menolong individu dan kelompok

masyarakat yang kurang beruntung agar dapat berkompetisi secara efektif

dengan kelompok kepentingan lainnya dengan cara menolong mereka untuk

15
belajar menggunakan pendekatan lobi, menggunakan media, terlibat dalam

aksi politik, memberikan pemahaman kepada mereka agar dapat bekerja

secara sistematik, dan lain-lain ( Ife, 1995 ). Sedangkan Friedman ( 1992 )

mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah politik pembangunan

alternatif yang menekankan keutamaan politik sebagai sarana pengambilan

keputusan untuk melindungi kepentingan masyarakat yang berlandaskan

pada sumberdaya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokrasi, dan

pembelajaran sosial melalui pengamatan langsung.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep

pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini

mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people

centred, participatory, empowering, and sustainable” ( Chambers, 1995 ).

Konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar ( basic

needs ) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan

lebih lanjut. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi

untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedman ( 1992 ) disebut

sebagai alternative development, yang menghendaki ‘inclusive democracy,

appropriate economic growth, gender equality and intergenerational

equaty” ( Kartasasmita, Ginanjar 1996 ).

Kaitan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat diuraikan

dengan sangat baik oleh Adi Fahrudin yang mengatakan bahwa

pengembangan masyarakat harus didasarkan pada asumsi, nilai, dan prinsip-

prinsip agar dalam pelaksanaannya dapat memberdayakan masyarakat

16
berdasarkan inisiatif, kemampuan, dan partisipasi mereka sendiri. Dengan

demikian, konsep pengembangan masyarakat yang di dalamnya terkandung

makna partisipatif harus benar-benar dapat memberdayakan masyarakat

yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka menolong diri mereka sendiri (

self-help ) dan dapat bersaing secara efektif dengan kelompok masyarakat

lainnya.

17
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan dan merupakan

hakekat pendidikan itu sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan

termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal adalah usaha

memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan

talentatalenta yang ada pada diri manusia agar dengan kemampuan/potensi

yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pendidikan/pembelajaran.

Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal,

sesungguhnya merupakan sebuah upaya yang memungkinkan masyarakat

dengan segala keberadaanya dapat memberdayakan dirinya. Dengan pusat

aktivitas harusnya berada di tangan masyarakat itu sendiri dengan bertitik

tolak dari masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan manfaatnya untuk

masyarakat atau dengan istilah lain pendidikan berbasis pada masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hilal, Syamsu.2010.Pendidikan Non Formal.(Online).

(http://syamsuhilal.blogspot.com, diakses 5 Mei 2013)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 tentang

Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Non

Formal.2007.Jakarta:Mendiknas.

Suharsaputra, Uhar.2006.Peran Pendidikan Non Formal.(Online).

(http://www.paudni.kemdikbud.go.id, diakses 5 Mei 2013).

Ihat Hatimah, dkk. 2007. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:

Penerbit Universitas Terbuka

Mustofa Kamil. (2007). Kompetensi Tenaga Pendidik Pendidikan Nonformal

dalam Membangun Kemandirian Warga Belajar, dalam Jurnal Ilmiah Visi Vol 2,

No 2-2007.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pengabdian/makalah-ppm-

pemberdayaan-masyakat-pnf.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai