Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN : PROSES DAN FUNGSINYA

DISUSUN OLEH :

1. ANGESTI GITA KARTIKA (23030174070)

2. LAILYYATUL MASRIFAH (23030174210)

3. BETARIA NIKE ANINDA (23030174067)

4. NANDA AYU SILVIA RAHMA (23030174146)

5. NABILA KHOIRUNNISA (23030174141)

6. ZAKKY UBAIDILLAH FAQIH (23030174032)

7. RIZKA SHOLEHAH PUTRI (23030174310)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Dasar Dasar Pendidikan dengan baik.
Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman
mengenai Hakikat Pendidikan : Proses dan Fungsinya pada mata kuliah dasar dasar
pendidikan serta untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah dasar
dasar pendidikan.
Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari
semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada :
1. Ibu Nonik Indrawatiningsih, selaku Dosen Pembimbing mata kuliah
“Dasar Dasar Pendidikan”.
2. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberi masukan untuk
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca terutama Mahasiswa Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

I. Latar Belakang ............................................................................................. 1

II. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

III. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1

IV. Metode Penulisan ......................................................................................... 2

V. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

I. Pengertian Hakikat Pendidikan ............... Error! Bookmark not defined.


Ii. Proses Pendidikan..................................................................................... 9
Iii. Fungsi Pendidikan ................................. 1Error! Bookmark not defined.

BAB III ................................................................................................................. 17

PENUTUP ............................................................................................................ 17

I. Kesimpulan ............................................................................................. 17
II. Saran ..................................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 118

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang


ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses
interaksi yang dilakukan oleh peserta didik diharapkan dapat mengubah
tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
menjadi salah satu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
mengantar peserta didik mencapai tujuan Pendidikan.
Hasbullah (2005:307) menyatakan Tujuan Pendidikan Nasional
sesuai yang tercantum dalam UU nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah:
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab”.

II. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini


adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Bagaimana proses pendidikan berlangsung dari awal hingga akhir, dan
apa saja tahapannya?
3. Apa fungsi-fungsi utama pendidikan dalam masyarakat?

III. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah


ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian hakikat Pendidikan.
2. Menjelaskan proses Pendidikan.

1
3. Menguraikan fungsi Pendidikan.

IV. Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini, kami menggunakan metode


pengumpulan data, yaitu metode dengan mengumpulkan data dan mencari
data tersebut di buku-buku maupun internet. Kemudian memahami data-
data yang telah didapatkan dan menyusun menjadi sebuah makalah.

V. Manfaat Penulisan

Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat


baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Hasil makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca
khususnya mahasiswa dalam hal yang berkaitan dengan Hakikat
Pendidikan:Proses Dan Fungsinya.
b. Secara praktis
Melalui pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan berfikir dan kemampuan menganalisis suatu hal yang
terkait dan juga sebagai salah satu syarat penilaian mata kuliah
pengantar pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Hakikat Pendidikan

Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi penyiapan


anak-anak untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang. Bahkan
gejala proses pendidikan ini sudah ada sejak manusia ada, meskipun proses
pelaksanaanya masih sangat sederhana. Namun hal ini merupakan
fenomena bahwa proses pendidikan sejak dahulu kala sudah ada. Karena
begitu sederhananya proses pendidikan pada jaman dahulu kala itu maka
dirasa orang tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan itu adalah proses
pendidikan.

Proses pendidikan memang masalah universal, dialami oleh setiap


bangsa atau suku bangsa. Oleh karena itu akan terpengaruh oleh berbagai
fasilitas, budaya, situasi serta kondisi bangsa atau suku bangsa tersebut.
Dengan demikian akan terlihat adanya perbedaan-perbedaan yang dapat
dilihat dalam pelaksanaan pendidikan tersebut. Namun yang jelas akan kita
lihat adanya kesamaan tujuan yakni untuk mendewasakan anak dalam arti
anak akan dapat berdiri sendiri di tengah masyarakat luas. Lebih-lebih bila
di lihat di negara-negara yang sudah maju akan jauh berbeda pelaksanaanya.

1. Definisi Pendidikan

Definisi pendidikan dikemukakan tetang berbagai pengertian yang


dikemukakan oleh berbagai ahli yang menggeluti masalah pendidikan
terlebih dahulu.

a. Menurut Para Ahli/Tokoh Pendidikan

1) Langeveld

3
"Mendidik adalah memberikan pertolongan secara sadar dan sengaja
kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhan menuju ke
arah kedewasaan dalam arti berdiri sendiri dan bertanggung jawab sesuai
atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya sendiri" (Yassin,
1965). Langeveld juga mengemukakan tiga inti hakikat kemanusiaan,
yakni:

a) Manusia pada hakekatnya sebagai makhluk individual.

b) Manusia pada hakekatnya sebagai makhluk sosial.

c) Manusia pada hakekatnya sebagai makhluk susila. (Soewarno,1982; 47).

Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai pribadi


perorangan. Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang sebagai
anggota masyarakat, yang selalu berkait/berhubungan dengan orang-orang
lain disekitarnya. Manusia sebagai makhluk susila adalah manusia yang
memahami dan melaksanakan nilai kesusilaan (moral) dalam kehidupannya
di tengah-tengah masyarakat.

2) John Dewey (1859-1952)

John Dewey adalah tokoh pendidikan yang wawasannya


mempunyai pengaruh luas, dan sekaligus mewakili aliran filsafat
pendidikan moderen (Progressivisme) merumuskan definisi pendidikan
sebagai berikut: "Etymologically, the word education means just a process
of leading or bringing up" (John Dewey, 1964: 10).

Di pihak lain John Dewey memandang pendidikan sebagai proses,


yaitu pendidikan diartikan sebagai tuntunan terhadap proses per-tumbuhan
dan proses sosialisasi dari anak. Dalam proses pertumbuhan ini anak
mengembangkan dirinya ke tingkat yang makin lama makin sempurna,
sesuai dengan teori evolusi Darwin (Soemadi Tj. 1981: 24).

Karena dasar pandangannya memang terpengaruh oleh


evolusionisme di samping pragmatisme dan materialisme. Sedangkan yang

4
dimaksud dengan proses sosialisasi adalah proses untuk menyesuaikan diri
ke dalam masyarakat.

3) Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan dengan


merumuskan definisi sebagai berikut:

"Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya"
(Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962) Dilihat dari aspek-aspeknya
maka "Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak" )Majelis
Luhur Taman Siswa, 1957).

b. Menurut Pandangan Mono Disipliner.

Dalam rangka menjawab pertanyaan apa hakekat pendidikan


sementara ahli hanya berorientasi kepada salah satu (mono) disiplin ilmu
tertentu saja.

Mereka itu antara lain adalah:

1) Pandangan Sosiologi.

Menurut pandangan ini pendidikan hendaknya dilihat sebagai sosial.


Oleh karena itu pendidikan dirumuskan sebagai: usaha (proses)pewarisan
social dari generasi ke generasi (Redja Mudyahardjo,1985:3).

2) Menurut Pandangan Antropologi (budaya)

Pandangan ini melihat pendidikan dari segi budaya. Oleh karena itu
pendidikan dirumuskan sebagai usaha pemindahan nilai-nilai budaya ke
generasi berikutnya. Inti kebudayaan disimpulkan adalah bermacam-macam

5
pengetahuan. Hal ini sering dikenal sebagai proses cultuur overdrach.
Pandangan ini sejalan dengan pandangan aliran Essensialisme.

3) Menurut Pandangan Psikologi.

Berbeda dengan kedua pandangan terdahulu, pandangan ini banyak


cabang-cabangnya, sebanyak aliran ilmu jiwa yang ada, misalnya:
behaviorime, individualisme (ilmu jiwa, individual), psiko analitik dan lain-
lainnya. Jika orientasinya kepada behaviorisme, maka aspek tingkah laku
(behavior) yang dipentingkan. Jika orientasinya ilmu jiwa individual, maka
aspek pribadi utuh yang diutamakan.

4) Pandangan dari sudut ekonomi.

Pandangan ini melihat pendidikan sebagai usaha penanaman modal


insani (human ivensment).

5) Menurut Pandangan politik.

Pandangan dari sudut politik, pendidikan diartikan sebagai usaha


pembinaan kader bangsa, cinta bangsa.

6) Menurut Pandangan filosofis tentang hakikat manusia (antropologi


filsafat)

Terhadap hakikat manusia terdapat banyak sekali pandangan-


pandangan yang satu dengan yang lain saling berbeda :

(a) Manusia sebagai homo religius (makhluk beragama), hakekat


pendidikan berarti: mengembangkan kesadaran beragama melalui
pendidikan agama.

(b) Manusia sebagai Homo sapiens (makhluk rasional/berpikir),


maka hakikat pendidikan ialah mengembangkan kemampuan
berpikir anak/subyek didik, melalui pendidikan intelektual.

6
c) Manusia sebagai homo economicus makhluk ekonomis/kesadaran
ekonomi, maka hakikat pendidikan adalah: membimbing anak
hingga dapat bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi

(d) Manusia sebagai homo faber (makhluk berpiranti), maka hakikat

pendidikan adalah: mengembangkan dan melatih berbagai macam


ketrampilan.

(e) Manusia sebagai homo etis (makhluk susila), hakikat pendidikan


ialah: menanamkan norma-norma kesusilaan dan mampu berbuat
susila.

(f) Manusia sebagai homo socius (makhluk sosial), hakikat


pendidikan adalah proses sosialisasi atau mempersiapkan hidup di
masyarakat.

(g) Manusia sebagai homo mono dualis (makhluk dwi tunggal), yaitu
jasmani dan rohani hakikat pendidikan berarti: mengembangkan
kedua aspek tersebut sebagai kesatuan.

(h) Manusia sebagai makhluk homo mono pluralis (makhluk


seutuhnya dari bermacam-macam segi), maka hakikat pendidikan
berarti: mengembangkan semua segi kepribadiannya (individu
sosial, agama, kecerdasan, keterampilan dan seterusnya).

c. Menurut Pandangan Multi Disipliner

Cara membahas pengertian pendidikan ditinjau dari berbagai


disiplin ilmu atau dari aspek kehidupan secara keseluruhan disebut tinjauan
secara multi disipliner. Dalam tinjauan pendidikan dilihat sebagai suatu
sistem.

7
Berdasarkan tinjauan multi disipliner, Redja Mudyahardjo (1986: 3)
mengemukakan bahwa pendidikan adalah keseluruhan kerja insani yang
terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam
membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku
seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang diharapkan.

2. Konsep Pendidikan Ditinjau Dari Perundang-Undangan Indonesia.

Bila dilihat dari perkembangan pendidikan di Indonesia sudah sejak


lama tokoh-tokoh pendidikan di Negara kita menentang sistem pendidikan
penjajahan (Belanda, Inggris, Jepang). Dengan konsepsi masing-masing
sekaligus para tokoh pendidikan ini mulai memikirkan (merenungkan) dan
merintis bagaimana konsep pendidikan (Nasional) yang sebenarnya.

a. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973.

Adapun rumusan tersebut berbunyi sebagai berikut:

"Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan


kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup" Jika dibandingkan dengan rumusan sebelumnya, istilah
"membentuk telah diganti dengan "usaha sadar", selanjutnya diikuti dengan
"mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup". Pada rumusan ini terasa
bahwa pengaruh para ilmuwan pendidikan lebih besar, karena istilah-istilah
yang dipilih mengandung yang nampak proporsinya lebih tepat dari
rumusan sebelumnya.

Istilah membentuk misalnya dapat ditafsirkan merupakan


penekanan yang berlebih-lebihan. Padahal manusia tidak mungkin dapat
dibentuk sesuka hatinya. Ia mempunyai kepribadian sendiri dan
kemampuan sendiri yang tidak dapat dipaksa dan hanya mungkin
dikembangkan. (Wawasan Kependidikan Guru, 1982: 43). Selain itu
pengertian kegiatan kompleks juga menjadi wadah bagi segala elemen atau
unsur yang semula nampaknya saling bertentangan, misalnya apakah

8
hakekat mendidik itu memberi bantuan, menuntun, mempengaruhi,
membentuk atau membimbing mempersiapkan atau melatih seterusnya.

b. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Dalam UUSP No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

II. Proses Pendidikan

a. Proses Pendidikan Dimulai

Langeveld berpendapat bahwa pendidikan dimulai sejak anak telah


mengenal gezag/kewibawaan dan berakhir setelah anak menjadi dewasa.
Secara umum anak mengenal gezag mulai umur sekitar 3 tahun

Pendapat yang kedua adalah bahwa proses pendidikan dimulai


sejak anak masih berada dalam kandungan ibunya. Selama dalam
kandungan anak harus sudah mendapatkan bantuan serta penjagaan yang
baik agar anak nanti lahir dalam keadaan yang baik pula.

Selama anak masih berada dalam kandungan memerlukan situasi


keluarga yang nyaman, tenteram, tenang, dan suasana gembira. Dalam hal
ini peranan seorang ayah sangat menentukan. Seorang ayah sebagai kepala
keluarga memang harus bertanggung jawab atas keselamatan keluarga,
ketenangan keluarga, ketentraman keluarga. Dalam keluarga yang tidak
tentram, keluarga yang kacau, akan sangat berpengaruh negatif terhadap
anggota keluarga. Terutama ibu yang sedang mengandung sehingga
akhirnya akan berpengaruh terhadap janin yang masih berada dalam

9
kandungan itu. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat rasional
adanya pendidikan sebelum anak lahir.

b. Proses Pendidikan Berakhir

Menurut pendapat Langeveld proses pendidikan berakhir setelah


anak mencapai tingkat kedewasaannya. Seorang anak dikatakan dewasa
apabila pertumbuhannya sudah dapat dikatakan relatif selesai dan sudah
dapat bertanggung jawab susila terhadap segala tindakannya atas
pilihannya sendiri.

Menurut Langeveld kedewasaan diartikan dalam dua hal, yakni


kedewasa dalam segi jasmaniah dan kedewasaan dalam segi rohaniah.
Dewasa dalam segi jasmaniah apabila pertumbuhan alat-alat tubuhnya
relatif selesai dan sudah bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan
dewasa dalam segi rokhaniah adalah apabila sudah dapat mempertanggung
jawabkan secara susila atas segala perbuatannya atas pilihannya sendiri.

Dengan demikian akan di ketahui bahwa proses pendidikan


berakhir apabila sudah mencapai kedewasaan jasinani dan rohaninya.
Setelah anak mencapai kedewasaan ini tidak berarti bantuan dari pihak
lain atau pendidikan masih berlangsung tetapi merupakan pendidikan yang
di kenal sebagai pendidikan diri sendiri.

Jadi secara keseluruhan dapat diambil kesamaan bahwa: batas akhir


proses pendidikan ada dua macam, vakni: anak mencapai kedewasaan dan
sampai meninggal dunia. Letak perbedaan pada sudut pandang. Langeveld
memandang pendidikan dalam arti sempit yaitu sampai dewasa, namun
sesudah dewasa masih ada pendidikan tetapi pendidikan oleh diri sendiri

c. Tripusat Pendidikan Sebagai Wadah Proses Pendidikan

Sutan Zanti Arbi, Syahniar Syahrun (1991/1992:31) juga


memberikan pengertian bahwa "Lingkungan pada hakekatnya merupakan

10
sesuatu yang ada diluar diri individu walaupun ada yang menyatakan
bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam diri individu".

Suwarno (1974-55) yang mengutip pendapat. Langeveld dan Ki


Hajar Dewantara, memandang lingkungan sebagai badan atau wadah
berlangsungnya proses pendidikan.

Dengan demikian dari berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa


yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang
ada di luar diri peserta didik, dalam alam semesta ini yang menjadi wadah
atau wahana yang berupa hal-hal yang nyata dapat diamati, seperti
tumbuh- tumbuhan, binatang, orang-orang dsb.

Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan pendidikan dapat


dikatakan sebagai lembaga pendidikan dapat dibedakan atas:

1. Lingkungan Keluarga

Menurut kodratnya manusia adalah sebagai homo socius, yaitu


sebagai makhluk social. Oleh karena itu manusia dalam hidupnya selalu
dalam kelompok. Oleh Charles H. Coobly kelompok dibedakan susunan
organisasinya menajdi dua macam kelompok, yaitu kelompok primer dan
kelompok sekunder.

a. Ciri-ciri kelompok primer/sekunder

Keluarga sebagai kelompok primer mempunyai ciri-ciri:

(1) Terdapat interaksi social yang lebih erat antara anggota-


anggotanya, terdapat hubungan face to face, hubungan yang satu
dengan yang lain dari hati ke hati.

(2) Sering hubungannya bersifat irasional dan tidak didasarkan atas


pamrih.

11
(3) Dalam kelompok primer manusia selalu mengembangkan sifat-
sifat sosialnya seperti mengindahkan norma-norma, melepaskan
kepentingan sendiri demi kepentingan kelompok. Contoh
Kelompok primer adalah keluarga, kelompok belajar, kelompok
permainan, dan kelompok agama (Abu Ahmadi. 1979: 40-41).

b. Ciri Keluarga

Keluarga sebagai lembaga pendidikan mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut:

1) Sebagai Pendidik Pertama

Sebagai pendidik pertama artinya pendidikan yang diberikan oleh


keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali diberikan kepada anak.

2) Sebagai Pendidik Utama

Artinya pendidikan yang diberikan oleh keluarga sangat penting


karena anak sepanjang hidupnya paling banyak waktu dihabiskan dalam
keluarga bila dibandingkan dengan lembaga yang lain.

Fungsi pendidikan keluarga antara lain :

a. Mengembangkan jasmani anak.


b. Perkembangan sosial.
c. Perkembangan keterampilan.
d. Perkembangan emosional/kasih saying.

3) Sebagai Lembaga Pendidikan Informal

Bahwa dalam keluarga tidak terdapat tujuan yang spesifik tanpa


kurikulum dan tanpa jenjang seperti peraturan secara tertulis lembaga
pendidikan formal.

2. Lingkungan Sekolah

12
Sekolah merupakan lembaga pendidikan dalam masyarakat yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan kepada anak-anak yang telah
diserahkan orang tuanya kepada sekolah tertentu. tugas pendidikan oleh
keluarga dialihkan kepada sekolah yang dilaksanakan oleh guru tentu saja
tujuan pendidikan dalam keluarga tidak berbeda dengan sekolah ialah
menjadikan anak manusia yang dewasa ataupun berdiri sendiri atas
tanggung jawab sendiri.

a. Kriteria Lembaga Sekolah

1) formal

Sekolah merupakan lembaga formal artinya dalam sekolah ada


tujuan yang jelas tercantum dalam kurikulum.

2) tidak bersifat kodrat

Sekolah berbeda dengan keluarga yang bersifat kodrat guru


mengajar murid bukan karena hubungan persaudaraan atau hubungan
keturunan melainkan karena guru mempunyai profesi sebagai pendidik
dan pengajar.

1. Sekolah sebagai pusat lembaga lingkungan pendidikan Wiyata Mandala


dengan wawasan ini diharapkan Sekolah benar-benar . berfungsi yang
tepat dan tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.

2. Sekolah berfungsi sosialisasi.

3. Sekolah berfungsi sebagai konservatori dan transmisi nilai-nilai budaya.

4. Sekolah sebagai miniatur masyarakat artinya sekolah hendaknya


menggambarkan kehidupan masyarakat.

5. Sekolah sebagai masyarakat yang ideal.

3. Lingkungan Masyarakat

13
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan pendidik yang
ketiga bagi anak didik. Dalam masyarakat inilah anak akan mendapatkan
pendidikan yang akan membantu perkembangan anak terutama dalam segi
pengembangan sosial. Yang berfungsi sebagai pendidik dalam lingkungan
masyarakat ini adalah karena fungsionaris dalam Masyarakat. Para pejabat
dan para fungsional dalam masyarakat akan berperan sebagai pendidik di
tengah-tengah Masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa
lingkungan sebagai badan atau lembaga tempat berlangsungnya kegiatan
pendidikan adalah keluarga, Masyarakat, dan pemerintah.

Pendidikan dalam lingkungan masyarakat akan berfungsi sebagai (a)


Pelengkap (complementer), (b) Pengganti (substitute), dan (c) Tambahan
(suplemen), terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan yang
lain.

Kegiatan pendidikan yang berfungsi sebagai pelengkap perkembangan


individual maupun kelompok. Kegiatan seperti ini mencangkup antara
lain:

• Perkembangan rasa sosial dalam berkomunikasi dengan orang


lain.
• Pembinaan sikap dan kerjasama dengan anggota Masyarakat.
• Pembina keterampilan dan kecakapan khusus yang belum
didapat di sekolah.

III. Fungsi Pendidikaan

Menurut Para Ahli :

• Wuradji(1988)

1. Fungsisosialisasi

2. Fungsikontrolsosial

14
3. Fungsipelestarianbudayamasyarakat

4. Fungsilatihandan pengembangan

tenagasosial

5. Fungsiseleksidan alokasi

6. Fungsipendidikandan perubahansosial

7. Fungsireproduksibudaya

8. Fungsidifusikultural

9. fungsipeningkatansosial

10. Fungsimodifikasisosial

• JeaneH. Ballantine (1983)

1. Fungsi sosialisasi.

2. Fungsi seleksi, latihan dan alokasi.

3. Fungsi inovasi dan perubahan.

4. Fungsi pengembangan pribadi dan social.

• Meta Spencer dan Alec Inkeles (1982)

1. Memindahkan nilai-nilai budaya.

2. Nilai-nilai pengajaran.

3. Peningkatan mobilitas sosial

4. Fungsi stratifikasi

5. Latihan jabatan

6. Mengembangkan dan pemantapan hubungan sosial

7. Membentuk semangat kebangsaan

8. Mengasuh anak

15
• Fungsi Sosialisasi

Pendidikan diharapkan mampu berperan sebagai proses sosialisasi


dalam masyarakat bisa berjalan dengan baik.

• Fungsi Kontrol Sosial

Setiap individu bisa mengambil nilai-nilai sosial dan melakukan


interaksi dalam kehidupannya sehari-hari.

• Fungsi Pelestarian Budaya Masyarakat

Sekolah melestarikan nilai- nilai budaya daerah yang layak


dipertahankan.

• Fungsi Pendidikan dan Perubahan Sosial

Dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta didik yang


analisis kritis berperan untuk menanamkan keyakinan dan nilai-nilai baru
tentang cara berpikir manusia.

• Fungsi Sekolah dalam Masyarakat

Sekolah sebagai partner masyarakat dan sebagai penghasil tenaga


kerja.

16
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan
transfer pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Proses pendidikan terdiri dari berbagai tahap, mulai dari pembelajaran
awal hingga pendidikan formal di sekolah. Proses ini bertujuan untuk
mempersiapkan individu menjadi anggota masyarakat yang berfungsi
dengan baik.
Fungsi utama pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi
individu, memungkinkan mereka untuk berkontribusi pada masyarakat, dan
mempromosikan perkembangan sosial dan ekonomi. Pendidikan juga
berperan dalam membangun karakter dan moral individu serta
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai kemanusiaan dan
keadilan.
II. Saran

Kami dari penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyusunan isi makalah masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan
baik dari segi kata bahasa dan kalimat, untuk itu kritik dan dan asran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan penyusunan
makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Roesminingsih dan Lamijan Hadi Susarno. (2012). Teori dan Praktek


Pendidikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

Scribd.com. 3 Oktober 2014. Makalah Fungsi Pendidikan. Diakses pada 6


September 2023, dari https://id.scribd.com/doc/241786840/makalah-fungsi-
pendidikan

18

Anda mungkin juga menyukai