Anda di halaman 1dari 13

KURIKULUM PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Kelompok Pengembangan Kurikulum PAI

Dosen Pengampu : Dr. Anton Musa, M.pd.

Disusun oleh kelompok 1 :

Akhsanul Kholqi
Abdul Gofur
Dwi Septia
Muhammad Ikhsan G
Raida Kustiani

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

i
STAI ALMASTHURIYAH
SUKABUMI 2024

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb

Alhamdulillah puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan karunia nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Kemudian Shalawat dan salam kita panjatkan Kepada Nabi Muhammad SAW.
yang mana beliau telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah kepada
zaman ilmu pengetahuan, seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang kekurangan dan kesalahan
dalam menyelesaikan makalah ini, karena kami sangat menyadari banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan kemampuan. Semoga Makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam meningkatkan kemampuannya.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Sukabumi, Februari 2024

ii
Penyusun

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu
proses pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan
kelihatan amburadul dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan
perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum
menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan
diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa
depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum
pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk
menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia
dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Semua aspek pendidikan kemudian menjadi sorotan seluruh


masyarakat Indonesia. Aspek pendidikan yang dimaksud adalah guru,
kurikulum, tujuan, dan metode, pemerintah sebagai penanggung jawab,
dan tentu saja sistem yang memayungi kegiatan pendidikan tersebut.
Semua aspek tersebut bagaikan mata rantai yang mana harus di benahi
terlebih dahulu.

Dalam kaitannya dengan usaha membenahi masalah-masalah


tersebut mungkin aspek kurikulum yang paling mendesak untuk mendapat
sentuhan terlebih dahulu. Hal ini bukan berarti aspek yang lain tidak
mendesak untuk ditinjau ulang. Yang jadi pertanyaan di sini mengapa
kurikulum? Karena kurikulum dipandang sebagai perangkat pendidikan
yang akan membawa arah pendidikan itu sendiri. Kurikulum bagaikan
jarum kompas di tengah gelombang yang menimbulkan ketidak pastian
seorang guru dan peserta didik di tengah samudra pendidikan yang sangat
luas.

1
B. Rumusan Masalah
Bertumpu pada latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan yang berkaiatan dengan kurikulum pendidkan yaitu:

1. Apa pengertian Kurikulum?


2. Apa saja fungsi-fungsi Kurikulum?
3. Apa saja faktor mempengaruhi perubahan Kurikulum?
4. Bagaimana Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi kurikulum.
3. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi perubahan Kurikulum.
4. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:

1. Sockett mengatakan bahwa kurikulum adalah the curriculum is look upon as


being composed of all actual experience pupils have under school direction,
writing a ourse of study became but small part of curriculum program.
(Kurikulum tersusun dari semua pengalaman murid yang bersifat aktual di bawah
bimbingan sekolah, sedangkan mata pelajaran yang ada hanya sebagian kecil dari
program kurikulum).[2]

2. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang


direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu.[3]

2
3. Ronald C. Doll mengatakan bahwa kurikulum adalah all the experince which
are offered to learners under the auspices or direction of the school (Kurikulum
meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada peserta didik di bawah
bantunan atau bimbingan sekolah)

Definisi Doll tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi
kepada proses, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup, dari konsep
yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Jadi, pengalaman tersebut dapat
berlangsung di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat, bersama guru atau tanpa
guru, berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak. Definisi tersebut juga
mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut
serta sebagai fasilitas yang mendukungnya.[4]

4. Mauritz Johnson mengatakan bahwa kurikulum adalah a structured series of


intended learning outcomes.(....)

Definisi Mauritz Johson ini merupakan bentuk pengajuan keberatan terhadap


konsep pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh Ronald C Doll. Lebih lanjut
menurutnya bahwa pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi
pengajaran. Johson membedakan antara kurikulum dengan pengajaran. Semua
yang berkenaan dengan perencanaan, dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi,
kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum
hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap pendapat Muaritz Johnson, Mac Donald
memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan atau pengajaran. Menurut dia,
sistem persekolahan terbentuk atas empat subsistem, yaitu:

a) Mengajar merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang diberikan oleh


guru.

b) Belajar merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan siswa sebagai respon
terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru.

3
c) Pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang memungkinkan dan
berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar mengajar.

d) Kurikulum merupakan suatu perencanaan yang memberi pedoman atau


pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.[5]

Dari sejumlah pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa kurikulum adalah


semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan peserta didik di bawah bimbingan
dan tanggung jawab sekolah atau guru. Dengan demikian semua kegiatan yang
dilakukan peserta didik memberikan pengalaman belajar, yang selanjutnya akan
menjadi kristal nilai yang akan dipraktikkan dalam kehidupan yang lebih luas di
masyarakat.

B. Fungsi-fungsi Kurikulum

Fungsi kurikulum dapat dilihat dari tiga sudut: 1. Bagi sekolah yang bersangkutan,
2. Bagi sekolah pada tingkatan di atasnya, 3. Bagi masyarakat/pemakai lulusan
sekolah tersebut.

Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum sekurang-kurangnya memiliki dua


fungsi:

Ø Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.

Ø Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari-hari.[6]

Menurut para ahli pendidikan mengenai fungsi kurikulum telah dijabarkan di


antaranya adalah:

1) Fungsi penyesuaian. Kurikulum pendidikan harus menyesuaikan diri dengan


perkembangan masyarakat.

4
2) Fungsi pengintegrasian. Kurikulum harus mampu mengentegrasikan
perbedaan-perbedaan yang ada untuk kemudian diarahkan pada satu tujuan, yaitu
kedewasaan mental, intelektual, dan spritual masing-masing individu masyarakat.

3) Fungsi pembeda (deferensiasi). Kurikulum dituntut untuk mengaktualisasikan


potensi tersebut.

4) Fungsi penyiapan. Kurikulum harus menyiapkan seperangkat pengalaman yang


akan mengantarkan peserta didiknya untuk menemukan proses belajar.

5) Fungsi pemilihan. Oleh karena itu rancangan kurikulum akan menjadi


pertimbangan tersendiri bagi peserta didik untuk memilih pendidikan yang sesuai
dengan keinginannya sendiri.

6) Fungsi Diagnosis. Kurikulum akan memberikan acuhan bagi guru dalam


memberikan diagnosa tentang perkembangan belajar peserta didik. Hasil
diagnosis tersebut akan menjadi pedoman dalam memberikan langkah bimbingan
dan penyuluhan.

Beberapa fungsi kurikulum tersebut, akan menjelaskan kepada kita bahwa


kurikulum sangat dominan dalam kesuksesan pendidikan. Dengan mengacu pada
fungsi kurikulum, seorang pendidik akan memiliki wawasan yang luas dalam
menjalankan tugasnya.

C. Faktor yang mempengaruhi perubahan Kurikulum

Faktor-faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum?


Perubahan kurikulum dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Beberapa
faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum antara lain:

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung mempengaruhi
perubahan kurikulum. Perkembangan ilmu pengetahuan baru mengharuskan
penyempurnaan dan pembaruan materi pelajaran agar tetap relevan dengan
perkembangan zaman.
5
2. Kebutuhan Dunia Kerja
Dunia kerja juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan
kurikulum. Kurikulum harus dapat mempersiapkan lulusan untuk memiliki
keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

3. Tuntutan Global dan Standar Internasional


Tuntutan global dan standar internasional dalam dunia pendidikan juga
memengaruhi perubahan kurikulum. Seiring dengan adopsi standar global,
kurikulum harus diubah agar sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan
internasional.

4. Konsultasi dan Partisipasi Stakeholder


Partisipasi stakeholder, seperti guru, orangtua, siswa, ahli pendidikan, dan
pemerintah, menjadi penting dalam merumuskan perubahan kurikulum.
Konsultasi dengan berbagai pihak membantu menciptakan kurikulum yang
mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

5. Evaluasi dan Penelitian Pendidikan


Evaluasi dan penelitian pendidikan berperan penting dalam menentukan
efektivitas kurikulum yang ada. Temuan dari evaluasi dan penelitian membantu
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kurikulum yang dapat dijadikan acuan
untuk perubahan.

D. Sejarah perkembangan Kurikulum di Indonesia

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hingga tuntutan global menjadi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kurikulum di suatu negara.

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai fase
yang mencerminkan perubahan sosial dan politik negara. Beberapa fase penting
dalam sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia adalah:

1. Rentjana Pelajaran 1947 (Kurikulum 1947)


Kurikulum ini dibuat tepat setelah dua tahun peristiwa proklamasi kemerdekaan.
Penamaan kurikulum ini awalnya masih menggunakan istilah Belanda, yaitu
Leerplan. Karena pada masa itu, Indonesia berada dalam pergolakan akibat agresi
militer Belanda beserta sekutunya.

Saat menciptakan kurikulum ini, pemerintah mencoba rancangan sistem


pembelajaran untuk para pelajar di masa revolusi yang menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan
bangsa lain di muka bumi ini. Sehingga belum berfokus pada pendidikan pikiran,
melainkan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat.
6
2. Rentjana Pelajaran Terurai 1952 (Kurikulum 1952)
Pemerintah melakukan penyempurnaan terhadap Kurikulum 1947 di tahun 1952.
Kurikulum ini mengatur pembahasan topik tiap mata pelajaran dengan kehidupan
masyarakat harus berkaitan.

Dalam kurikulum ini, berlaku pula ketentuan satu orang tenaga pendidik hanya
bisa mengajar satu mata pelajaran saja.

3. Rentjana Pendidikan 1964 (Kurikulum 1964)


Konsep pembelajaran dalam Kurikulum 1964 berfokus pada pengembangan
moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani. Konsep-
konsep pembelajaran ini lebih dikenal dengan sebutan Pancawardhana.

Penerapan Kurikulum 1964 di dalam proses pembelajaran dilakukan secara aktif,


kreatif, dan produktif. Kurikulum 1964 bertujuan untuk menanamkan
pengetahuan akademik dari jenjang Sekolah Dasar (SD).

Selain itu pemerintah menetapkan hari Sabtu sebagai hari bagi siswa untuk
berlatih berbagai kegiatan sesuai minat dengan bakatnya.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini memiliki ciri materi dari jenjang pendidikan rendah memiliki
korelasi dengan jenjang pendidikan selanjutnya. Tujuan utama kurikulum ini
adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama.

Pada Kurikulum 1968 ini pula, sistem penjurusan dimulai pada kelas 2 SMU atau
kelas 11.

5. Kurikulum 1975
Kurikulum ini mulai digunakan setelah program Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita) tahap pertama di masa pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini
menekankan pendidikan yang lebih efektif dan efisien.

Kurikulum 1975 juga lebih merinci metode, materi, dan tujuan pengajaran dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sehingga memunculkan
istilah satuan pelajaran (rencana pelajaran setiap satuan bahasan).

Namun penerapan kurikulum ini ramai dikritik, karena guru menjadi lebih sibuk
untuk menuliskan rincian tiap kegiatan pembelajaran.

Beberapa mata pelajaran akhirnya mengalami perubahan nama seperti mata


pelajaran ilmu alam dan ilmu hayat diubah menjadi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Mata pelajarn ilmu aljabar dan ilmu ukur menjadi Matematika.
7
6. Kurikulum 1984
Di tahun 1984 terjadi lagi perubahan kurikulum di Indonesia, karena kurikulum
sebelumnya dianggap lambat dalam merespons kemajuan di kalangan masyarakat.

Dalam kurikulum 1984, ditambahkan juga mata pelajaran Pendidikan Sejarah


Perjuangan Bangsa (PSPB).

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kedua kurikulum ini dibuat dari hasil kombinasi Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984.

Pada praktiknya, kurikulum ini banyak mendapatkan kritikan dari praktisi


pendidikan hingga orangtua pelajar. Karena materi pembelajaran dianggap lebih
berat dan padat. Kurikulum ini juga menambahkan mata pelajaran muatan lokal
seperti bahasa daerah, kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.

Dalam Kurikulum ini pula terjadi perubahan sistem pembagian evaluasi


pembelajaran dari semester ke caturwulan. Selain itu terjadi perubahan singkatan
dan nama SMP (Sekolah Menengah Pertama) menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama), serta SMA (Sekolah Menengah Atas) menjadi SMU (Sekolah
Menengah Umum).

Mata pelajaran PSPB dihapuskan pada penerapan kuriulum ini dan penjurusan
SMA dibagi menjadi tiga program, yakni IPA, IPS, dan Bahasa.

8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004


Setelah 10 tahun Kurikulum 1994 berjalan, kurikulum ini digantikan oleh KBK di
tahun 2004.

Dengan berlakunya KBK, sekolah diberi kuasa untuk menyusun dan


mengembangkan komponen kurikulum yang mulanya berbasis materi menjadi
kompetensi, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah serta peserta didiknya.

Kurikulum ini menekankan 3 unsur pokok kompetensi, yaitu pemilihan


kompetensi, indikator-indikator evaluasi dalam penentuan keberhasilan
pencapaian, serta pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan tenaga
pengajar.

Dalam Kurikulum 2004 ini, pemerintah mengubah kembali nama SLTP menjadi
SMP dan SMU menjadi SMA kembali.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006


Kurikulum ini mulai digunakan sejak berlakunya Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijelaskan dengan lebih rinci
dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2003.
8
Meskipun kurikulum ini hampir mirip dengan KBK 2004, pemerintah hanya
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kemudian tenaga pengajar
bisa mengembangkan silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah serta kebutuhan
peserta didik di masing-masing daerah.

10. Kurikulum 2013 (K-13)


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan pemerintah menggantikan
KTSP 2006. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran berbasis kompetensi
dan pendekatan saintifik. Tujuan kurikulum 2013 adalah membentuk siswa yang
aktif, kreatif, inovatif, dan mampu menghadapi tantangan abad ke-21.

Ada 4 aspek penilaian dalam K-13 ini antara lain, aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku.

11. Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka diperkenalkan oleh Kemendikbudristek pada bulan Februari
2022 sebagai langkah untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning crisis) yang
cukup lama. Selain itu, kondisi ini diperparah akibat pandemi Covid-19 yang
banyak mengubah proses pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak
jauh.

Kurikulum ini berfokus untuk mengasah minat dan bakat anak sedini mungkin.
Sehingga peserta didik memiliki waktu untuk memahami konsep dan menguatkan
kompetensi.

Akibatnya terjadi adaptasi besar-besaran oleh semua elemen sistem pendidikan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kurikulum di Indonesia merupakan cerminan dari


dinamika dan evolusi pendidikan dalam menghadapi berbagai perubahan
zaman dan tuntutan global. Pembaruan kurikulum yang terus menerus
diperlukan untuk menjaga relevansi dan kualitas pendidikan. Dalam
menghadapi tantangan masa depan, pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada pengembangan keterampilan, keberagaman, partisipasi
stakeholder, dan pemahaman terhadap sejarah perkembangan kurikulum

9
menjadi kunci untuk menciptakan pendidikan yang lebih berkualitas dan
berdaya saing.
B. Saran
Alhamdulillah akhirnya dengan do’a dan usaha, kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami harap supaya makalah ini dapat berguna dan dapat
dimanfaatkan oleh kalangan banyak. Dan kami berharap kritik dan saran
dari dosen pebimbing dan teman – teman sekalian. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

- Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


- Suparman, M. A. (2015). Pengembangan Kurikulum Pendidikan: Teori dan
Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Soedijarto, A. (1994). Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Sudjana, N. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
- Djamarah, S. B. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

10

Anda mungkin juga menyukai