Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN KURIKULUM DAN MACAM-

MACAM KURIKULUM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum
Dosen Pengampu : Drs. Sedya Santosa, S.S, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. WULAN MAZIA FUADATI 12480029


2. LAILATUL MUNAWWARAH 12480044
3. NURROQIM INDRASUMARNO 12480050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah serta
perlindungan yang diberikan-Nya sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Tak
lupa Sholawat dan Salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang senantiasa kami nantikan syafaatnya dan yang selalu menerangi dunia
ini dengan cahaya Islam.
Makalah yang berjudul “Pengertian Kurikulum dan Macam-macam
Kurikulum” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum.
Tentu suksesnya hasil makalah ini berkat bimbingan dari semua pihak
yang membantu kami. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan kami karuniaNya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberi doa dan dukungan.
3. Bapak Drs. Sedya Santosa, S.S, M.Pd. selaku pengampu dan
pembimbing pada mata kuliah Kajian Kurikulum.
4. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini.
Penyusun menyadari, bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, semoga kedepan bisa lebih baik. Amin. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua dan umumnya bagi
teman-teman yang membutuhkan.

Yogyakarta, 13 Februari 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi pendidikan, yakni ada tiga pilar bangsa yang cerdas
memiliki kemampuan dalam aspek kehidupan baik itu ekonomi, sosial,
politik, hukum, ilmu pengetahuan dan agama, selanjutnya bangsa yang
cerdas juga setidaknya harus memiliki kepribadian yang luhur, anggun,
patriotis dan nasionalis, watak kerja keras dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Tujuan pendidikan yang hakiki yakni manusia yang sempurna
(insan kamil).

Untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu mengadakan reformasi


dalam bidang pendidikan, terutama masalahnya adalah kurikulum. Oleh
karena itu, pembaharuan pendidikan harus dimulai dari perbaikan
kurikulum. Dalam rangka melakukan perbaikan dan perubahan terhadap
kurikulum maka perlu bagi kita calon pendidik patut untuk mengetahui
apa itu kurikulum.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis akan membahas


mengenai kurikulum yang meliputi apa itu pengertian kurikulum, sejarah
perkembangan kurikulum,dan macam-macam kurikulum yang ada di
Indonesia dan secara umum

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan
merumuskan masalah yakni:

1. Apa pengertian kurikulum?


2. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?
3. Apa saja macam-macam kurikulum yang pernah diterapkan di
Indonesia?
4. Apa saja macam-macam model kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik,
pada zaman yunani kuno yang berasal dari kata Curir yang artinya pelari
dan Curere yang artina tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan
Curriculum mempunyai arti “Jarak” yang harus ditempuh oleh pelari. Bila
dilihat dalam dalam kamus Webster tahun 1812 Kurikulum ialah (1) a
race course, a place for ranning, a chariot, (2) a course, in general;
applied particulary to course of study in a university.1
Maksud pengertian kurikulum sebagaimana definisi tersebut
mempunyai dua pengertian, yakni suatu jarak untuk perlombaan yang
harus ditempuh oleh para pelari dan juga diartikan sebagai chairat, yaitu
semacam kereta pacu pada zaman dahulu yang berupa alat untuk
membawa sesorang dari awal atau start hingga finish. 2 Perkembangan
selanjutnya istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan
pengajaran, sebagaimana termuat dalam Webster Dictionare tahun 1955
kurikulum didefinisikan sebagai berikut: “a course, especially a specified
course of study, as in a school or college, as one leading to a degree”.

Pada definisi ini terkandung makna bahwa kurikulum merupakan


sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademi atau college yang
harus ditempuh oleh siswa untuk mencapai suatu degree (tingkat) atau
ijazah.3

1
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Teras,
2009), Hal. 1.
2
Syaifuddin Nurdin, Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), Hal. 33.
3
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi,... Hal. 3.
Lebih lanjut Webster Dictionare mendefinisikan kurikulum sebagai
berikut: ”the whole of course in an educational institution or by a
departementbthere of usual sence”.

Harold B. Alberty mendefinisikan kurikulum adalah “All of the


activities that are provided for students by the school” yakni semua
aktivitas yang dilakukan oleh sekolah terhadap para siswanya.

Menurut Edward A. Krug (1960) menyebutkan sebagai berikut “a


curriculum consists of the means used to achieve or carry our given
purposes of scholling”. Pengertian ini menunjukan pada usaha-usaha yang
mengarah pada tujuan pendidikan atau tujuan sekolah.

Sedangkan J.G. Taylor dan William H. Alexander mendefinisikan


(1956): “the curriculum is the sun total of school’s efforts to playground
or out of school” yakni segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk
mempengaruhi belajar anak baik di dalam atau luar kelas, dapat
dikategorikan kurikulum, apabila ada empat sisi yaitu: (1) kurikulum
sebagai tujuan, (2) kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana,
(3) kurikulum sebagai mata pelajaran , dan (4) kurikulum sebagai
pengalaman. Sementara Caswell mendefinisikan kurikulum sebagai
sejumlah atau keseluruhan pengalaman yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi sekolah.4

Pengertian ini menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum


tidak hanya terbatas di dalam ruangan kelas saja, melainkan juga
mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di luar ruang kelas. Artinya,
semua pengalaman belajar atau pengalaman pendidikan bagi siswa pada
hakikatnya adalah kurikulum.

4
Donald E. Orlosky, dkk., Educational Administration Today, (Colombus, Ohio: A Bell
and Howell Company,1984), Hal. 141.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum berfungsi
sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-
masing jenis/jenjang/satuan pendidikan yang pada gilirannya merupakan
pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Dengan demikian, kurikulum merupakan salah satu faktor dalam


proses pendidikan yang berperan seperti perangkat lunak dari proses
tersebut. Kurikulum mempunyai peranan sentral karena menjadi arah atau
titik pusat dari proses pendidikan.

Suatu kurikulum harus mencerminkan, baik secara eksplisit


maupun implisit, asumsi-asumsi yang dianutnya, mengenai tujuan dan
hakikat pendidikan, tujuan dan hakikat kurikulum, asumsi mengenai
siswa, proses pendidikan dan pengajaran, visi penyusunan kurikulum
mengenai harapan, tuntutan serta kebutuhan yang sedang akan dihadapi
oleh pengguna jasa pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum harus
dikembangkan dengan substansi keunggulan kompetitif yang mampu
bersaing secara substansial maupun metodologi.5

Kurikulum sebenarnya bukanlah merupakan faktor pendidikan


yang terpisah dari dinamika dan tuntutan masyarakat. Muara dari
kurikulum adalah masyarakatr sebagai pengguna jasa pendidikan.
Kurikulum pada intinya merupakan formula yang menjembatani siswa dari
keadaan tidak mengetahui menjadi mengetahui dan dapat memberikan
kontribusi secara positif terhadap perkembangan masyarakat.6
Berkenaan dengan hal ini, desain kurikulum perlu diperhatikan
berdasarkan pada berbagai pertimbangan. Desain kurikulum ini harus
diciptakan pemberdayaanya sebagai guidance yang mampu mengarahkan
5
Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2009),
Hal. 26-27.
6
Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan,.., Hal. 27.
seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah agar dapat menghasilkan output
yang berkualitas dengan berorientasi pasar (market oriented), tidak hanya
sekedar berorientasi produk (product oriented)7.
Desain kurikulum ini harus dilaksanakan berdasarkan konsep
pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, sikap dan
moral, sehingga visi dan misi kurikulum yang dikembangkan dapat
membentuk pribadi yang kuat dalam posisi temporal dan spiritualnya.
Karena kurikulum bersifat subjektif maka ada kecenderungan bagi
sebagian orang untuk mendefinisikan dengan kata-kata yang sukar
dipahami secara umum. Definisi kurikulum yang menunjukan
“Pengalaman” pelajar kiranya mencampuradukan tujuan dengan prosedur
tanpa pembedaan kedua hal ini, kurikulum tidak dapat diselidiki.
Kurikulum menunjukan hasil pengajaran yang diinginkan karena itu
penggunaan tes sebagai pengukur hasil belajar lebih jelas menunjukkan
arti kurikulum daripada daftar buku atau bahan yang dibahas dalam
pengajaran.8
Berdasarkan pada definisi-definisi para ahli tersebut di atas
menunjukan bahwa kurikulum diartikan tidak secara sempit atau terbatas
pada mata pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu, merupakan
aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi
anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan
kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur
strategi dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program
pengembangan pengajaran, dan sebagainya.
Menurut Dr. Dede Rosyada,M.A. ada beberapa prinsip yang dapat
dipegang guna memahami makna kurikulum sejatinya sehingga kurikulum

7
Muktar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza,
2003), Hal. 5.
8
W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2001), Hal. 43.
betul-betul diletakkan sebagai pijakan dasar dalam melaksanakan
pendidikan secara praktis dan konkret sebagai berikut:
1. Kurikulim sebagai substansi, yakni rencana kegiatan belajar para siswa
di sekolah, mencakup rumusan-rumusan tujuan, bahan ajar, proses
kegiatan pembelajaran, jadwal, dan hasil evaluasi belajar. Kurikulum
tersebut merupakan konsep yang telah disusun oleh pera ahli dan
disepakati oleh para pengambil kebijakan pendidikan serta oleh
masyarakat sebagai bagian dari hasil pendidikan
2. Kurikulum sebagai sebuah sistem, yakni merupakan serangkaian
konsep tentang berbagai kegiatan pembelajaran yang masing-masing
unit kegiatan memiliki keterkaitan secara koheren dengan lainya.
Kurikulum itu sendiri memiliki korelasi dengan semua unsur dalam
sistem pendidikan secara keseluruhan
3. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan
membuka diri terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian
dengan tuntutan pasar atau tuntutan idealisme pengembangan
peradaban umat manusia.9
B. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam sejarah pengunaan kurikulum di Indonesia setelah merdeka,
ada seepuluh kurikulum yang pernah dipakai, yaitu kurikulum pasca
kemerdekaan 1947, 1949, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan KBK
yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).10
Pada setiap periode kurikulum yang pernah diberlakukan tersebut,
model konsep kurikulum yang digunakan, prinsip dan kebijakan
pengembangan yang digunakan, serta jumlah jenis mata pelajaran beserta
kedalaman dan keluasaanya tidak sama.11
9
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), Hlm. 26.
10
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2012), Hal. 73
11
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 73
Variabilitas kurikulum yang digunakan berimplikasi terhadap
variabilitas penuangan mata pelajaran yang harus dipelajari. Secara umum,
bisa dijelaskan karena adanya substansi determinan atau landasan
kurikulum yang digunakan tidak sama. Meskipun unsur-unsur umum
determinan kurikulum itu sama, yaitu faktor filosofis, sosiologis,
psikologis, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap masa memiliki
kecenderungan tersendiri yang menjadi warna dominan dari kurikulum
tersebut sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan. Perbedaan ini juga
turut menentukan mata pelajaran yang harus dipelajari, juga cara
mempelajari mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum yang
bersangkutan.12
Landasan filosofis berkaitan dengan pandangan hidup negara.
Filosofis negara ini mengarahkan pada penentuan tujuan umum
pendidikan nasional. Perbedaan filosofis negara atau adanya perbedaan
konsistensi pengamalan nilai-nilai filosofis akan mempengaruhi filsafat
pendidikan dan filsafat kurikulum yang digunakan. Ini mengarah pada
susunan mata pelajaran yang harus dipelajari.13
Landasan sosiologis berkaitan dengan sistem nilai, norma, adat
istiadat tata aturan bermasyarakat dan bernegara berpengaruh terhadap
penggunaan sistem kurikulum. Dalam aspek sosiologis terdapat sistem
politik yang berlaku, ikut menentukan apa yang harus dipelajari,
kedalaman dan keluasaanya, serta teknis pengembangannya.14
Contoh ketika sistem politik negara menggunakan sistem
sentralistik, pengembangan kurikulum didominasi oleh pemerintah pusat,
kurang atau bahkan mungkin tidak melibatkan pemerintah daerah atau
guru. Akan tetapi, ketika sistem politik berubah menjadi desentralisasi,
kebijakan pengembangan kurikulum pun berubah, yang tadinya terpusat
sebagian didesentralisasikan ke daerah (pemerintah daerah dan sekolah,
guru).
12
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 73
13
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 74
14
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 74
Contoh lainnya, terdapat perbedaan kurikulum, jenis, dan jumlah
mata pelajaran antara negara yang demokratis dan negara yang tidak
terlalu menonjolkan demokratis. Bahkan, sesama negara demokratis pun
masih terdapat variabilitas.

Determinan berikutnya, yaitu unsur psikologis. Situasi kondisi


sasaran kurikulum ikut mempengaruhi konsep dan model kurikulum.
Dengan demikian, ada perbedaan mata pelajaran, setidaknya tingkat
kesulitan dan cakupannya, antara jenjang pendidikan satu dengan lainnya;
antara pendidikan formal dan pendidikan luar biasa.

Selain itu, pandangan psikologis atas cara manusia belajar itu


bermacam-macam, diantaranya ada behavioristik, kognitivistik, dan
konstruktivistik. Ketiga jenis pandangan tersebut berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Penggunaan salah satu dari ketiga pandangan atas
belajar di atas, akan berpengaruh terhadap apa yang harus dipelajari dan
cara mempelajarinya.
Determinan terakhir, yaitu bidang ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Termasuk didalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi
kurikulumnya. Kemajuan IPTEK akan melahirkan tuntutan untuk
mempelajari IPTEK kontemporer, IPTEK kontemporer memiliki
karakteristik tersendiri tentang cara mempelajarinya.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa perkembangan mata pelajaran
dipengaruhi oleh model konsep kurikulum yang digunakan. Suatu jenis
model kurikulum memilki karakteristik desain (tujuan, materi, strategi,
dan evaluasi) tersendiri.15
Dibawah ini tabel perbandingan jurusan dan mata pelajaran yang
hilang dan muncul padakurikulum 1964 sampai dengan KTSP.16
Tabel 1

15
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 75
16
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 75-77
Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaran yang Hilang dan Muncul pada
Kurikulum 1964 sampai dengan KTSP

No Kuikulum Jurusan yang Jurusan yang muncul Mapel yang Mapel yang
. hilang hilang muncul
1. 1964 Jurusan Budaya SMA Prakarya
2. 1968 Berhitung Matematika
Pendidikan
Kesehatan
Keluarga
Kecakapan
Khusus
3. 1975 Jurusan SMA: Jurusan IPA, Bahasa Indonesia Muncul
Budaya SMA IPS, Bahasa Tulisan Arab Broadfield:
Jurusan Budaya Bahasa Jawa Matematika, IPA,
menjadi jurusan Kuno IPS, Bahasa
bahasa Indonesia, Civics
menjadi PMP
(Pendidikan
Moral Pancasila)
4. 1984 SMA: Program B Tata Buku Akuntasi,
(Vokasional) tidak Pendidikan Sosiologi,
dilaksanakan. Jurusan Ketrampilan dan Pendidikan
IPS dan Bahasa tetap. Pendidikan Seni Sejarah
Jurusan IPA dibagi tergabung Perjuangan
dua: Jurusan Ilmu menjadi Bangsa (PSPB),
fisik dan jurusan ilmu- Pendidikan Tata negara,
ilmu hayati. Jurusan Kertakes Muatan Lokal,
Agama untuk Pada Pendidikan Ketrampilan
madrasah Aliyah. Bahasa Indonesia
dikenalkan Budaya
Pragmatik
5 1994 Program B Penjurusan di kelas 3 Tata Buku PMP menjadi
SMA, SMA: IPA, IPS, Pendidikan PPKn. B
Jurusan Ilmu- Bahasa Ketrampilan dan Indonesia dan
ilmu Fisik Pendidikan Seni B.Inggris
dan ilmu- tergabung menggunakan
ilmu Hayati menjadi kertakes. communicative
digabung ke Pada Pendidikan approach.
jurusan IPA Bahasa Indonesia Muncul bahasa
dikenalkan Jepang dan
Pragmatik. Mandarin.
Muatan Lokal di
SD dan SMP.
6. KBK Jurusan Penjurusan kembali ke PPKN menjadi Bahasa Inggris
Agama SMA kelas 2 SMA. Tematik Pkn. Di SMA SD dan Komputer
untuk kelas I dan II Antropologi SD menjadi
SD. digabungkan ke pilihan ICT di
Sosiologi. Diberi SMA. Konsep
jam untuk Kimia
pembiasan di SD dimasukkan ke
dan SMP. Muatan IPA.
lokal tidak KonsepSosiologi
ditangani. dimasukkan ke
IPS. Pembiasaan
di SD dan SMP.
7. KTSP Tematik kelas I-III SD Antropologi
terpisah dari
Sosiologi di
SMA. IPA dan
IPS Terpadu di
SMP Muatan
Lokal dihidupkan
lagi bahkan
sampai SMA .
Pengembangan
Diri (Pembiasaan)
bahkan sampai
SMA.

Secara formal sejak zaman Belanda sudah terdapat sekolah, dan


artinya kurikulum juga sudah ada. Pada zaman belanda, pelaksanaan
pendidikan dan persekolahan memiliki ciri khas, yang mana kurikulum
pendidikan diwarnai oleh misi penjajahan belanda, begitu juga dengan
kurikulum zaman jepang, sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan
atau tujuan pendidikan pada masa ini adalah menciptakan sumber daya
manusia yang dapat membantu misi penjajahan.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17
Agustus 1945, pendidikan di tanah air terus berkembang, termasuk dalam
hal perhatian pemerintah dalam perkembangan kurikulum. Kurikulum di
tanah air dalam perspektif sosio-historis, yang dapat diklasifikasikan
menjadi tiga periode, yakni 1) Periode sebelum kemerdekaan (penjajahan),
2) Periode Orde Lama, 3) Periode Orde Baru, dan 4) Periode Reformasi.17
1. Periode Sebelum Kemerdekaan (Periode Penjajahan)
1) Kurikulum Sekolah Dasar pada Masa Kompeni (sampai
1960)

Pada awalnya, bangsa Eropa baik Portugis maupun


kompeni (Belanda) belum memperhatikan pendidikan, dan
tujuan mereka hanya mencari rempah-rempah dan berdagang.
Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa
17
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Rajawali Press,
2014), Hlm. 1.
Eropa ini datang ke Indonesia mempunyai tujuan lain, misalnya
menyebarkan misi agamanya. Pada abad ke-16 dan ke-17,
berdirilah lembaga-lembaga pendidikan dalam upaya dalam
upaya penyebaran agama Kristen di tanah air (oleh kompeni).
Sedangkan Portugis mendirikan lembaga pendidikan di Maluku
dalam rangka mengembangkan agama Katolik.

Pihak kompeni merasakan perlunya pegawai rendahan


yang dapat membaca dan menulis dalam membantu
pengembangan usaha pendidikan itu. Karena itu, kompeni
terdorong untuk membukan sekolah-sekolah, yang mana dalam
peraturan sekolah tahun 1964 menyatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah agar anak didik nantinya sanggup
dipekerjakan pada pemerintahan dan gereja.

Pada zaman Inggris (1811-1816), masalah pendidiakan


tidak diperhatikan. Sekolah-sekolah yang dibangun pada zaman
Deandls (1808-1811) hampir tidak ada lagi. Namun, pada
zaman Van den Bosch (1830-1834), belanda memerlukan
pegawai rendahan yang dapat membaca dan menulis yang
jumlahnya cukup banyak untuk keperluan Tanam Paksa.

Tahun 1848, biaya pendidikan di tanah air agak besar


jumlahnya. Berdirilah sekolah-sekolah bagi bangsa Belanda
dan juga bagi pribumi. Pada tahun 1892, terdapat dua macam
sekolah rendah, yaitu:

SEKOLA PESERT LAMA PELAJARAN


H A PENDIDIKA
N
Sekolah Anak 3 Tahun Berhitung,
Kelas pribumi Menulis, dan
Dua Membaca.
Sekolah Anak Awalnya 4 Ilmu Bumi,
Kelas pegawai tahun, Sejarah, Ilmu
Satu pemerinta kemudian 5 Hayat/Menggamb
h Hindia tahun dan ar, dan Ilmu
Belanda akhirnya 7 Mengukur
tahun Tanah.18

2) Kurikulum SD pada Zaman Kolonial Belanda


Pada masa ini, di jawa telah dibangun Sekolah Dasar
yang lamanya 3 tahun, semacam Sekolah Kelas Dua. Sekolah-
Sekolah Kelas Dua pada waktu itu (1905) sudah menjadi 5
tahun yang pada tahun 1914 didirikan Sekolah Sambungan
yang lamanya 2 tahun setelah Sekolah Desa.
Undang-undang Hindia Belanda membagi jenis
penduduk menjadi 3 golongan, sehingga didirikan pula
beberapa jenis sekolah rendah bagi anak-anak berdasarkan 3
(tiga) jenis penduduk tersebut, yakni:
a. ELS (Europe Largere School), untuk anak-anak Eropa,
Tionghoa, dan Indonesia yang menurut undang-undang
haknya disamakan dengan bangsa eropa.
b. HCS (Holland Chinese School), untuk golongan Tionghoa.
c. HIS (Holland Inlandse School), untuk rakyat golongan
Pribumi atau Bumipuntera kalangan atas.
d. Sekolah Desa dan Sekolah Sambungan, untuk Pribumi dari
kalangan bawahan.

Semua gambaran pendidikan rendah di Indonesia pada


zaman Belanda diatas , berlangsung hingga 1942.19
18
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,… Hlm. 2.
19
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,… Hlm. 3.
3) Kurikulum SD pada Zaman Jepang
Pada zaman ini, semua sekolah rendah yang bermacam-
macam tingkatnya sudah dihilangkan sama sekali, dan
tinggallah Sekolah Rendah untuk bangsa Indonesia yaitu
sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako (6 tahun) lamanya.
Jenis pendidikan ini kurang memperhatikan isinya.
Anak didik (pada waktu itu) harus membantu Jepang dalam
peperangan, sehingga anak-anak pribumi harus mengikuti
latihan militer di sekolah. Pelajaran olahraga sangat penting.
Karenanya anak didik harus mengumpulkan batu, krikil dan
pasir untuk kepentingan pertahanan. Kemudian anak-anak
sekolah juga disuruh untuk menanam pohon jarak untuk
membuat minyak demi kepentingan perang. Selanjutnya,
pelajaran berbau Belanda dihilangkan, dan Bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa pengantar. 20
4) Kurikulum SD Pasca Kemerdekaan (sampai 1964)
a. Masa Setelah Merdeka sampai 1952
Setelah kembali menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), yang diresmikan pada tanggal 17
Agustus 1950, pendidikan pun disatukan kembali atau
seragam kembali. Keadaan ini berlangsung sampai 1952.
b. Sejak 1952 sampai 1964
Pada masa ini, pendidikan di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952, pemerintahan Republik
Indonesia c.q. kementrian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan menertibkan Rencana pengajaran terurai
untuk Sekolah Rakyat III dan IV yang berguna untuk guru
sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar pada
sekolah dasar.

20
Jenis-jenis pelajarannya adalah: Bahasa Indonesia,
Bahasa daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat Ilmu
Bumi, dan Sejarah.
Kurikulum Sekolah Dasar (SD) dari 1952 sampai
1964 dapat dikategorikan kurikulum tradisional, yakni
separated subject curriculum.
c. Sejak 1952-1964
Kurikulum ini merupakan perbaikan dari kurikukum
sebelumnya (yang berlaku sejak tahun 1952 sampai 1964).
Tujuan pendidikan pada masa ini adalah membentuk
manusia Pancasila dan Manipol atau Usdek yang
bertanggung jawab atas terselenggarakannya masyarakat
adil dan makmur, materiil dan spiritual.
Sistem pendidikan dinamakan Sistem Panca
Wardana atau sistem 5 (lima) aspek perkembangan: a)
Perkembangan moral, b) Perkembangan intelegensi, c)
Perkembangan emosional artistik (rasa keharuan), d)
Perkembangan keprigelan, dan e) Perkembangan
jasmaniah.
Kelima wardana tersebut diuraikanmenjadi
beberapa bahan pelajaran, yakni:
1) Perkembangan moral: pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan agama/budi
pekerti;
2) Perkembangan intelegensi: Bahasa Indonesia,
bahasa daerah, berhitung, dan pengetahuan
alamiah;
3) Perkembangan emosional/artistik: seni
sastra/musik, seni lukis/rupa, seni tari, seni
sastra/drama;
4) Perkembangan keprigelan:
pertanian/peternakan, industri kecil/pekerjaan
tangan, koperasi/tabungan, dan keprigelan-
keprigelan yang lain;
5) Perkembangan jasmaniah: pendidikan
jasmaniah, pendidikan kesehatan.
d. Kurikulum SD Sejak Orde Baru (1965) hingga 1968
Perubahan terletak pada landasan pendidikannya
yang berdasarkan Falsafah Negara Pancasila, yaitu pada: 1)
dasar pendidikan nasional, 2) tujuan pendidikan nasional,
3) isi pendidikan nasional.
Kurikulum SD 1968 dibagi menjadi tiga kelompok
besar:
1) Kelompok pembina pancasila: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan Bahasa Indonesia, bahasa daerah dan
olahraga.
2) Kelompok pembinaan pengetahuan dasar:
berhitung, ilmu pengetahuan alam, pendidikan
kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga
(termasuk ilmu kesehatan).
3) Kelompok kecakapan khusus: kejuruan agraria
(pertanian, peternakan, perikanan), kejuruan
teknik (pekerjaan tangan/perbekalan), kejuruan
ketatalaksanaan/jasa (koperasi,tabungan).21
5) Kurikulum KBK (2004)
Secara umum, pada era reformasi ini prinsip
implementasi Kurikulum 2004 adalah lahirnya KBK, yang
meliputi antara lain: kegiatan belajar mengajar (KBM),
penilaian berbasis kelas dan kurikulum berbasi sekolah.

21
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,… Hlm. 4-6.
Kurikulum 2004 merupakan kurikulum eksperiman yang
ditetapkan secara terbatas di sejumlah sekolah atau madrasah
untuk eksperimen kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
6) Kurikulum KTSP (2006)
Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional
No.22/2005 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah yang selama ini dipermasalahkan karena lambat
disosialisasi, hanya memberi kesempatan peranan orang tua
dalam pelaksanaan kurikulum struktur pendidikan dasar dan
menengah yang menurut Permen itu, ialah: (1) mata pelajaran,
(2) muatan lokal, (3) pengembangan diri. Komponen ke-3
bukanlah komponen mata pelajaran yang harus diampu oleh
guru.
7) Kurikulum 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah
mempersiapkan penyusunan K 2013 sejak 2010. Wacana itu
semakin berkembangdan populer sejak dilontarkan Wakil
Presiden, Budiono (kompas,29/8/2012), bertalian dengan ide
tentang relevansi dan beban di sekolah.
Perubahan Kurikulum KTSP 2006 ke K 2013 terletak
pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-
integratif. Mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi
tantangan masa depan. Titik berat K 2013 adalah bertujuan
agar peserta didik atau siswa memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya (wawancara),
bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan apa
yang diperoleh atau diketahui setelah menerima materi
pembelajaran.22
C. Macam-macam Model Kurikulum
Macam-macam kurikulum:

22
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,… Hlm. 22-29.
1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya kurikulum dapat
dibagi menjadi:
1) Kurikulum ideal
Yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang
dicita-citakan sebagimana yang tertuang di dalam dokumen
kurikulum.
2) Kurikulum aktual
Yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran
dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang berbda
dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual
seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal .
3) Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
Yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan
kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu
bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi,
atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaaan guru
datang tepat waktu ketika mengajar dikelas, sebagai contoh,
akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh
kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
2. Berdasarkan struktur dan materi pelajaran yang akan
diajarkan, kurikulum dapat dibagi menjadi:
1) Kurikulum Terpisah-pisah (separated curriculum)
Yakni kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk
diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya mata pelajaran
sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan
seterusnya.
2) Kurikulum Terpadu (Integrated curriculum)
Yakni kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu.
Misalnya ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari
beberapa mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi
dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan
pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah
Dasar. Mata Pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan
beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema
tertentu.
3) Kurikulum terkolerasi (corelated curriculum)
Yakni kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan
secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
3. Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum
dapat dibedakan menjadi.
1) Kurikulum nasional (national curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat
nasional dan digunakan secara nasional.
2) Kurikulum negara ( state curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara
bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika
Serikat.
3) Kurikulum sekolah (school curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah.
Kurikulum Tingkat (KTSP) merupakan kurikulum sekolah.
Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan
diferensiasi dalam kurikulum.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum berfungsi
sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-
masing jenis/jenjang/satuan pendidikan yang pada gilirannya merupakan
pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Sedangkan sejarah perkembangan kurikulum diIndonesia terbagi


menjadi tiga bagian yakni: 1) Periode sebelum kemerdekaan (penjajahan),
2) Periode Orde Lama, 3) Periode Orde Baru, dan 4) Periode Reformasi.
Yang dari periode tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa kurikulum.
Macam-macam kurikulum dapat dibagi berdasarkan : ditinjau dari konsep
dan pelaksanaannya, berdasarkan struktur dan materi pelajaran yang akan
diajarkan dan berdasarkan pengembangan dan penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Eva L. Baker, W. James Popham. 2001. Teknik Mengajar Secara Sistematis.


Jakarta: Rineka Cipta

Hamid, Hamdani . 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV


Pustaka Setia

Idi, Abdullah . 2014. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jakarta:


Rajawali Press

Maunah, Binti. 2009. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetens.


Yogyakarta: Teras
Muktar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Misaka
Galiza
Orlosky, Donald E. dkk. 1984. Educational Administration Today. Colombus,
Ohio: A Bell and Howell Company

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model


Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media
Usman, Basyiruddin & Syaifuddin Nurdin. 2003. Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press
Yamin, Moh. 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: Diva
Press

Anda mungkin juga menyukai