MACAM KURIKULUM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum
Dosen Pengampu : Drs. Sedya Santosa, S.S, M.Pd.
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah serta
perlindungan yang diberikan-Nya sehingga makalah ini dapat di selesaikan. Tak
lupa Sholawat dan Salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, yang senantiasa kami nantikan syafaatnya dan yang selalu menerangi dunia
ini dengan cahaya Islam.
Makalah yang berjudul “Pengertian Kurikulum dan Macam-macam
Kurikulum” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum.
Tentu suksesnya hasil makalah ini berkat bimbingan dari semua pihak
yang membantu kami. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan kami karuniaNya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberi doa dan dukungan.
3. Bapak Drs. Sedya Santosa, S.S, M.Pd. selaku pengampu dan
pembimbing pada mata kuliah Kajian Kurikulum.
4. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini.
Penyusun menyadari, bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, semoga kedepan bisa lebih baik. Amin. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua dan umumnya bagi
teman-teman yang membutuhkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi pendidikan, yakni ada tiga pilar bangsa yang cerdas
memiliki kemampuan dalam aspek kehidupan baik itu ekonomi, sosial,
politik, hukum, ilmu pengetahuan dan agama, selanjutnya bangsa yang
cerdas juga setidaknya harus memiliki kepribadian yang luhur, anggun,
patriotis dan nasionalis, watak kerja keras dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Tujuan pendidikan yang hakiki yakni manusia yang sempurna
(insan kamil).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan
merumuskan masalah yakni:
1
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Teras,
2009), Hal. 1.
2
Syaifuddin Nurdin, Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), Hal. 33.
3
Binti Maunah, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi,... Hal. 3.
Lebih lanjut Webster Dictionare mendefinisikan kurikulum sebagai
berikut: ”the whole of course in an educational institution or by a
departementbthere of usual sence”.
4
Donald E. Orlosky, dkk., Educational Administration Today, (Colombus, Ohio: A Bell
and Howell Company,1984), Hal. 141.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum berfungsi
sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-
masing jenis/jenjang/satuan pendidikan yang pada gilirannya merupakan
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
7
Muktar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza,
2003), Hal. 5.
8
W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis,(Jakarta: Rineka
Cipta, 2001), Hal. 43.
betul-betul diletakkan sebagai pijakan dasar dalam melaksanakan
pendidikan secara praktis dan konkret sebagai berikut:
1. Kurikulim sebagai substansi, yakni rencana kegiatan belajar para siswa
di sekolah, mencakup rumusan-rumusan tujuan, bahan ajar, proses
kegiatan pembelajaran, jadwal, dan hasil evaluasi belajar. Kurikulum
tersebut merupakan konsep yang telah disusun oleh pera ahli dan
disepakati oleh para pengambil kebijakan pendidikan serta oleh
masyarakat sebagai bagian dari hasil pendidikan
2. Kurikulum sebagai sebuah sistem, yakni merupakan serangkaian
konsep tentang berbagai kegiatan pembelajaran yang masing-masing
unit kegiatan memiliki keterkaitan secara koheren dengan lainya.
Kurikulum itu sendiri memiliki korelasi dengan semua unsur dalam
sistem pendidikan secara keseluruhan
3. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan
membuka diri terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian
dengan tuntutan pasar atau tuntutan idealisme pengembangan
peradaban umat manusia.9
B. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam sejarah pengunaan kurikulum di Indonesia setelah merdeka,
ada seepuluh kurikulum yang pernah dipakai, yaitu kurikulum pasca
kemerdekaan 1947, 1949, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan KBK
yang disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).10
Pada setiap periode kurikulum yang pernah diberlakukan tersebut,
model konsep kurikulum yang digunakan, prinsip dan kebijakan
pengembangan yang digunakan, serta jumlah jenis mata pelajaran beserta
kedalaman dan keluasaanya tidak sama.11
9
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), Hlm. 26.
10
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2012), Hal. 73
11
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 73
Variabilitas kurikulum yang digunakan berimplikasi terhadap
variabilitas penuangan mata pelajaran yang harus dipelajari. Secara umum,
bisa dijelaskan karena adanya substansi determinan atau landasan
kurikulum yang digunakan tidak sama. Meskipun unsur-unsur umum
determinan kurikulum itu sama, yaitu faktor filosofis, sosiologis,
psikologis, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap masa memiliki
kecenderungan tersendiri yang menjadi warna dominan dari kurikulum
tersebut sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan. Perbedaan ini juga
turut menentukan mata pelajaran yang harus dipelajari, juga cara
mempelajari mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum yang
bersangkutan.12
Landasan filosofis berkaitan dengan pandangan hidup negara.
Filosofis negara ini mengarahkan pada penentuan tujuan umum
pendidikan nasional. Perbedaan filosofis negara atau adanya perbedaan
konsistensi pengamalan nilai-nilai filosofis akan mempengaruhi filsafat
pendidikan dan filsafat kurikulum yang digunakan. Ini mengarah pada
susunan mata pelajaran yang harus dipelajari.13
Landasan sosiologis berkaitan dengan sistem nilai, norma, adat
istiadat tata aturan bermasyarakat dan bernegara berpengaruh terhadap
penggunaan sistem kurikulum. Dalam aspek sosiologis terdapat sistem
politik yang berlaku, ikut menentukan apa yang harus dipelajari,
kedalaman dan keluasaanya, serta teknis pengembangannya.14
Contoh ketika sistem politik negara menggunakan sistem
sentralistik, pengembangan kurikulum didominasi oleh pemerintah pusat,
kurang atau bahkan mungkin tidak melibatkan pemerintah daerah atau
guru. Akan tetapi, ketika sistem politik berubah menjadi desentralisasi,
kebijakan pengembangan kurikulum pun berubah, yang tadinya terpusat
sebagian didesentralisasikan ke daerah (pemerintah daerah dan sekolah,
guru).
12
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 73
13
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 74
14
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 74
Contoh lainnya, terdapat perbedaan kurikulum, jenis, dan jumlah
mata pelajaran antara negara yang demokratis dan negara yang tidak
terlalu menonjolkan demokratis. Bahkan, sesama negara demokratis pun
masih terdapat variabilitas.
15
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 75
16
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,…, Hal. 75-77
Perbandingan Jurusan dan Mata Pelajaran yang Hilang dan Muncul pada
Kurikulum 1964 sampai dengan KTSP
No Kuikulum Jurusan yang Jurusan yang muncul Mapel yang Mapel yang
. hilang hilang muncul
1. 1964 Jurusan Budaya SMA Prakarya
2. 1968 Berhitung Matematika
Pendidikan
Kesehatan
Keluarga
Kecakapan
Khusus
3. 1975 Jurusan SMA: Jurusan IPA, Bahasa Indonesia Muncul
Budaya SMA IPS, Bahasa Tulisan Arab Broadfield:
Jurusan Budaya Bahasa Jawa Matematika, IPA,
menjadi jurusan Kuno IPS, Bahasa
bahasa Indonesia, Civics
menjadi PMP
(Pendidikan
Moral Pancasila)
4. 1984 SMA: Program B Tata Buku Akuntasi,
(Vokasional) tidak Pendidikan Sosiologi,
dilaksanakan. Jurusan Ketrampilan dan Pendidikan
IPS dan Bahasa tetap. Pendidikan Seni Sejarah
Jurusan IPA dibagi tergabung Perjuangan
dua: Jurusan Ilmu menjadi Bangsa (PSPB),
fisik dan jurusan ilmu- Pendidikan Tata negara,
ilmu hayati. Jurusan Kertakes Muatan Lokal,
Agama untuk Pada Pendidikan Ketrampilan
madrasah Aliyah. Bahasa Indonesia
dikenalkan Budaya
Pragmatik
5 1994 Program B Penjurusan di kelas 3 Tata Buku PMP menjadi
SMA, SMA: IPA, IPS, Pendidikan PPKn. B
Jurusan Ilmu- Bahasa Ketrampilan dan Indonesia dan
ilmu Fisik Pendidikan Seni B.Inggris
dan ilmu- tergabung menggunakan
ilmu Hayati menjadi kertakes. communicative
digabung ke Pada Pendidikan approach.
jurusan IPA Bahasa Indonesia Muncul bahasa
dikenalkan Jepang dan
Pragmatik. Mandarin.
Muatan Lokal di
SD dan SMP.
6. KBK Jurusan Penjurusan kembali ke PPKN menjadi Bahasa Inggris
Agama SMA kelas 2 SMA. Tematik Pkn. Di SMA SD dan Komputer
untuk kelas I dan II Antropologi SD menjadi
SD. digabungkan ke pilihan ICT di
Sosiologi. Diberi SMA. Konsep
jam untuk Kimia
pembiasan di SD dimasukkan ke
dan SMP. Muatan IPA.
lokal tidak KonsepSosiologi
ditangani. dimasukkan ke
IPS. Pembiasaan
di SD dan SMP.
7. KTSP Tematik kelas I-III SD Antropologi
terpisah dari
Sosiologi di
SMA. IPA dan
IPS Terpadu di
SMP Muatan
Lokal dihidupkan
lagi bahkan
sampai SMA .
Pengembangan
Diri (Pembiasaan)
bahkan sampai
SMA.
20
Jenis-jenis pelajarannya adalah: Bahasa Indonesia,
Bahasa daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat Ilmu
Bumi, dan Sejarah.
Kurikulum Sekolah Dasar (SD) dari 1952 sampai
1964 dapat dikategorikan kurikulum tradisional, yakni
separated subject curriculum.
c. Sejak 1952-1964
Kurikulum ini merupakan perbaikan dari kurikukum
sebelumnya (yang berlaku sejak tahun 1952 sampai 1964).
Tujuan pendidikan pada masa ini adalah membentuk
manusia Pancasila dan Manipol atau Usdek yang
bertanggung jawab atas terselenggarakannya masyarakat
adil dan makmur, materiil dan spiritual.
Sistem pendidikan dinamakan Sistem Panca
Wardana atau sistem 5 (lima) aspek perkembangan: a)
Perkembangan moral, b) Perkembangan intelegensi, c)
Perkembangan emosional artistik (rasa keharuan), d)
Perkembangan keprigelan, dan e) Perkembangan
jasmaniah.
Kelima wardana tersebut diuraikanmenjadi
beberapa bahan pelajaran, yakni:
1) Perkembangan moral: pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan agama/budi
pekerti;
2) Perkembangan intelegensi: Bahasa Indonesia,
bahasa daerah, berhitung, dan pengetahuan
alamiah;
3) Perkembangan emosional/artistik: seni
sastra/musik, seni lukis/rupa, seni tari, seni
sastra/drama;
4) Perkembangan keprigelan:
pertanian/peternakan, industri kecil/pekerjaan
tangan, koperasi/tabungan, dan keprigelan-
keprigelan yang lain;
5) Perkembangan jasmaniah: pendidikan
jasmaniah, pendidikan kesehatan.
d. Kurikulum SD Sejak Orde Baru (1965) hingga 1968
Perubahan terletak pada landasan pendidikannya
yang berdasarkan Falsafah Negara Pancasila, yaitu pada: 1)
dasar pendidikan nasional, 2) tujuan pendidikan nasional,
3) isi pendidikan nasional.
Kurikulum SD 1968 dibagi menjadi tiga kelompok
besar:
1) Kelompok pembina pancasila: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan Bahasa Indonesia, bahasa daerah dan
olahraga.
2) Kelompok pembinaan pengetahuan dasar:
berhitung, ilmu pengetahuan alam, pendidikan
kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga
(termasuk ilmu kesehatan).
3) Kelompok kecakapan khusus: kejuruan agraria
(pertanian, peternakan, perikanan), kejuruan
teknik (pekerjaan tangan/perbekalan), kejuruan
ketatalaksanaan/jasa (koperasi,tabungan).21
5) Kurikulum KBK (2004)
Secara umum, pada era reformasi ini prinsip
implementasi Kurikulum 2004 adalah lahirnya KBK, yang
meliputi antara lain: kegiatan belajar mengajar (KBM),
penilaian berbasis kelas dan kurikulum berbasi sekolah.
21
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,… Hlm. 4-6.
Kurikulum 2004 merupakan kurikulum eksperiman yang
ditetapkan secara terbatas di sejumlah sekolah atau madrasah
untuk eksperimen kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
6) Kurikulum KTSP (2006)
Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional
No.22/2005 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah yang selama ini dipermasalahkan karena lambat
disosialisasi, hanya memberi kesempatan peranan orang tua
dalam pelaksanaan kurikulum struktur pendidikan dasar dan
menengah yang menurut Permen itu, ialah: (1) mata pelajaran,
(2) muatan lokal, (3) pengembangan diri. Komponen ke-3
bukanlah komponen mata pelajaran yang harus diampu oleh
guru.
7) Kurikulum 2013
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah
mempersiapkan penyusunan K 2013 sejak 2010. Wacana itu
semakin berkembangdan populer sejak dilontarkan Wakil
Presiden, Budiono (kompas,29/8/2012), bertalian dengan ide
tentang relevansi dan beban di sekolah.
Perubahan Kurikulum KTSP 2006 ke K 2013 terletak
pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-
integratif. Mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi
tantangan masa depan. Titik berat K 2013 adalah bertujuan
agar peserta didik atau siswa memiliki kemampuan yang lebih
baik dalam melakukan observasi, bertanya (wawancara),
bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan apa
yang diperoleh atau diketahui setelah menerima materi
pembelajaran.22
C. Macam-macam Model Kurikulum
Macam-macam kurikulum:
22
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,… Hlm. 22-29.
1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya kurikulum dapat
dibagi menjadi:
1) Kurikulum ideal
Yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang
dicita-citakan sebagimana yang tertuang di dalam dokumen
kurikulum.
2) Kurikulum aktual
Yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran
dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang berbda
dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual
seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal .
3) Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
Yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan
kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Segala sesuatu itu
bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi,
atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaaan guru
datang tepat waktu ketika mengajar dikelas, sebagai contoh,
akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh
kepada pembentukan kepribadian peserta didik.
2. Berdasarkan struktur dan materi pelajaran yang akan
diajarkan, kurikulum dapat dibagi menjadi:
1) Kurikulum Terpisah-pisah (separated curriculum)
Yakni kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk
diberikan secara terpisah-pisah. Misalnya mata pelajaran
sejarah diberikan terpisah dengan mata pelajaran geografi, dan
seterusnya.
2) Kurikulum Terpadu (Integrated curriculum)
Yakni kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu.
Misalnya ilmu Pengetahuan Sosial merupakan fusi dari
beberapa mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi
dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran dikenal dengan
pembelajaran tematik yang diberikan di kelas rendah Sekolah
Dasar. Mata Pelajaran matematika, sains, bahasa Indonesia, dan
beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema
tertentu.
3) Kurikulum terkolerasi (corelated curriculum)
Yakni kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan
secara terkorelasi dengan bahan ajar yang lain.
3. Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum
dapat dibedakan menjadi.
1) Kurikulum nasional (national curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat
nasional dan digunakan secara nasional.
2) Kurikulum negara ( state curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara
bagian, misalnya di masing-masing negara bagian di Amerika
Serikat.
3) Kurikulum sekolah (school curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah.
Kurikulum Tingkat (KTSP) merupakan kurikulum sekolah.
Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan
diferensiasi dalam kurikulum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan