Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RUMUSAN TELAAH KURIKULUM


Dosen Pengampu Mata Kuliah: Nurhidaya M, S.Pd.I., M.Pd.I

DI SUSUN OLEH:

Kelompok II

Rina 105191105820

Nurfaida 105191103920

Aryana Herawati 105191106220

Wahidin Lumbessy 105191104620

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan
Rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga mampu menyusun makalah yang
berjudul “Rumusan Telaah Kurikulum” dengan baik dan tepat waktu guna untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Telaah Kurikulum. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad Saw. Kepada keluarganya, sahabatnya, dan
kita selaku umatnya. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Makassar, 28 Maret 2023

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran atau pengetahuan yang ditempuh suatu
tingkat tertentu. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyrakat, pendirian
tradisional mengenal kurikulum mulai ditingkatkan karena dianggap terlalu sempit dan
terbatas. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil penelitian. Pendidikan merupakan
usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun kelingkungan masyarakat. Pendidikan
bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masrakat.
Dengan pendidikan, diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum yang berisi pada tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan perkembangan
yang ada di masyarakat. Kurikulum merupakan suatu program yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, penyelenggaraan sebuah pendidikan
memerlukan sebuah konsep yang berfungsi menjadi alat yang selalau bisa diubah sesuai
dengan perkembangan zaman.
Selama ini, mengenal kurikulum sebagai sebuah alat yang menjadi dasar
penyelenggaraan pendidikan saja. Namun, jika kita mengkaji lebih jauh lagi kurikulum
memiliki sebuah konsep yang sangat kompleks dalam dunia pendidikan. Kurikulum memiliki
arti sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku dalam jangka waktu tertentu dan perlu perubahan
agar sesuai dengan perkembangan zaman (Silahuddin, 2014).
B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah untuk mengkaji pembahasan tentang rumusan telaah
kurikulum, diantaranya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa saja yang termasuk dalam ranah telaah kurikulum dan bagaimana proses dari
pemgembangan kurikulum?
3. Apa saja prinsip-prinsip serta evaluasi dari pengembangan telaah kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah salah satu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan
menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang
pendidikan. Kurikulum harus sesuai dengan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila dan
UUD 1945 yang menggambarkan pandangan hidup suatu bangsa. Tujuan dan pola kehidupan
suatu negara banyak ditentukan oleh sistem kurikulum yang digunakan, mulai dari kurikulum
taman kanak-kanak sampai kurikulum perguruan tinggi. Apabila terjadi perubahan sistem
ketatanegaraan, maka dapat berakibat pada perubahan sistem pemerintahan dan sistem
pendidikan, bahkan sistem kurikulum yang berlaku. Misalnya di Negara Indonesia, dalam
perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006,
dan 2013.
Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta
didik, budaya, sistem nilai, dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, para pengembang
kuirkulum, termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal
tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitoring dan dievaluasi untuk perbaikan dan
penyempurnaan.
Sebagai suatu pedoman, kurikulum memegang kedudukan strategis dalam seluruh
kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan kurikulum
membutuhkan adanya pemahaman terhadap konsep dasar kurikulum. Kurikulum yang
disusun di pusat berisikan beberapa mata pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik
di seluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama. Pengembangan kurikulum
dilakukan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, semua komponen tenaga
kependidikan di setiap satuan pendidikan hendaknya memiliki pemahaman yang luas dan
mendalam tentang konsep dasar kurikulum. Konsep dasar kurikulum yang dipahami tersebut
secara operasional menjadi pedoman dalam implementasi kurikulum di masing-masing
satuan pendidikan.
Zainal Arifin mengemukakan bahwa ada empat implikasi dari pengertian tradisional dari
kurikulum ini. Keempat implikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran adalah kumpulan warisan
budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai-nilai positif
untuk disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua
aspek kehidupan dan semua domain hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
2. Peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran.
3. Mata pelajaran tersebut hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah.
4. Tujuan akhir kurikulum adalah memperoleh ijazah.
Adapun juga Zainal Arifin mengemukakan empat implikasi dari pengertian modern dari
kurikulum ini, diantaranya:
1. Kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi sesuai
kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah.
2. Kegiatan dan pengalaman belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar
sekolah atas tanggungjawab sekolah.
3. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multistrategi dan pendekatan
serta berbagai sumber balajar secara bervariasi.
4. Tujuan akhir kurikulum bukan untuk memperoleh ijazah, tetapi untuk mecapai tujuan
pendidikan.
Menurut Orsntein dan Hunkins memberikan lima pokok pengertian kurikulum, diantaranya
meliputi: 1) kurikulum dapat didefinisikan sebagai sebuah rencana yang disusun untuk
mencapai tujuan-tujuan; 2) definisi secara luas, kurikulum berhubungan dengan pengalaman-
pengalaman belajar peserta didik; 3) kurikulum adalah sebuah sistem yang berhubungan
dengan orang banyak; 4) kurikulum dapat didefinisikan sebagai bidang studi yang terdiri dari
dasar, bidang ilmu pengetahuan, penelitian, teori, prinsip dan ahli-ahli didalamnya; dan 5)
kurikulum didefinisikan sebagai dengan istilah mata pelajaran atau materi (cara yang
ditempuh untuk mengorganisasi dan mengasimilasi informasi).
Di Indonesia, pengertian kurikulum diterjemahkan pada Undang-Undang No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 adalah sebagai berikut. Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sesuai dengan perkembangan pendidikan, kurikulum yang awalnya dipandang sebagai
kumpulan dari mata pelajaran kemudian berubah makna menjadi kumpulan semua kegiatan
atau semua pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan dan berada dalam tanggung jawab sekolah, lebih khususnya hasil belajar
yang diharapkan (Nurmadiah, 2018).
B. Dimensi Kurikulum
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan. Dengan beragamanya pendapat para ahli tentang pengertian kurikulum,
maka secara teoritis satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat yang sulit untuk
ditentukan.
R. Ibrahim mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi, yaitu kurikulum sebagai
substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Dimensi pertama,
kurikulum sebagai substansi, memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi
siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat
juga merujuk pada suatu dokumen yang berisi rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan
pembelajaran, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pe,egang
kebijakan pendidikan dan masyarkat. Dimensi kedua, kurikulum sebagai sistem, memandang
kurikulum sebagai bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja
bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya suatu kurikulum dan fungsi
dari sistem kurikulum adalah memelihara agar tetap dinamis.
Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu bidang studi
kurikulum. Kurikulum merupakan hasil kajian dari para ahli kurikulum dan ahli pendidikan
dan pengajaran. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep
dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan, dan berbagai kegiatan penelitian dan
percobaan, sehingga menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat
bidang studi kurikulum.
Pembahasan lebih lanjut dimensi kurikulum dalam makalah ini difokuskan pada enam
dimensi diantaranya kurikulum sebagai suatu ide, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis,
kurikulum sebagai suatu kegiatan, kurikulum sebagai hasil belajar, kurikulum sebagai suatu
disiplin ilmu, dan kurikulum sebagai suatu sistem.
Dimensi ide artinya kurikulum itu adalah kumpulan berbagai gagasan-gagasan, atau
pemikiran tentang pendidikan. Gagasan yang dimaksud adalah konsep-konsep pendidikan
yang muncul terkait dengan tujuan, konten atau materi, metode dan evaluasi, Dimensi
dokumen atau rencana tertulis artinya kuirikulum itu merupakan sebuah dokumen tertulis
yang isinya terkait dengan rumusan tujuan-tujuan, kumpulan materi-materi yang akan
diajarkan, metode atau pendekatan yang akan digunakan dan Evaluasi yang akan
dilaksanakan, Dimensi proses atau implementasi artinya kurikulum itu sebuah proses ketika
di implementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Dimensi ini kurikulum dilihat dari
aspek proses dan Inilah kurikulum yang sesungguhnya terjadi. Sehingga kalau kita ingin
melihat baik atau tidaknya kurikulum bisa dilihat dari aspek proses.
C. Komponen Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan akan direncanakan
mempunyai komponen-komponen pokok tujuan, isi, organisasi, dan strategi (Winarno dkk,
2008).
1. Tujuan
Dalam setiap kurikulum sekolah, pasti dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang akan
atau harus dicapai oleh sekolah yang bersangkutan. Ada dua tujuan yang terdapat dalam
sebuah kurikulum sekolah, yaitu: a) Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara
keseluruhan. Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan sekolah yang bersangkutan.
Itulah sebabnya tujuan ini disebut tujuan institusional atau kelembagaan; dan b) Tujuan
yang ingin dicapai setiap bidang studi. Tujuan ini adalah penjabaran tujuan institusional
di atas yang meliputi tujuan kurikulum dan instruksional yang terdapat dalam setiap
GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) tiap bidang studi. Baik tujuan kurikulum
maupuan instrusional juga mencakup askpek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang diharapakan dimiliki anak setelah mempelajari tiap bidang studi dan
pokok bahasan dalam proses pengajaran.
2. Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan
belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis
bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-
jenis bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan.
Jadi, ia berdasarkan kriteria apakah suatu bidang studi menopang tujuan itu atau tidak.
Berdasarkan kriteria itu maka jenis bidang studi yang diberikan pada suatu sekolah
misalnya SMA, akan berbeda dengan sekolah lain misalnya SMK. Isi program suatu
bidang studi yang diajarkan sebenarnya adalah isi kurikulum itu sendiri., atau ada juga
yang menyebutkan sebagai silabus. Silabus biasanya dijabarkan ke dalam bentuk pokok-
pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan
pelajaran inilah yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar
mengajar di kelas oleh pihak guru. Penentuan pokok-pokok dan sub pokok bahasan
didasarkan pada tujuan instruksional.
3. Organisasi
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Organisasi
kurikulum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu srtuktur horisontal dan struktur
vertikal. Struktur horisontal berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum
dalam bentuk penyusunan bahan-bahan pengajaran yang akan disampaikan. Bentuk-
bentuk penyusunan mata pelajaran itu dapat secara terpisah (separate subject), kelompok-
kelompok mata pelajaran (correlated), atau penyatuan seluruh pelajaran (integrated).
Tercakup pula di sini adalah jenis-jenis program pendidikan umum, akademis, keguruan,
keterampilan, dan lain-lain. Struktur vertikal berhubungan dengan masalah pelaksanaan
kurikulum di sekolah. Misalnya apakah kurikulum dilaksanakan dengan sistem kelas,
tanpa kelas, atau gabungan antara keduanya, dengan sistem unit semester atau
caturwulan.
4. Strategi
Dengan komponen strategi dimaksudkan strategi pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Masalah strategi pelaksanaan itu dapat dilihat dalam cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pengajaran, penilaian, bimbingan dan konseling, pengaturan kegiatan
sekolah secara keseluruhan, pemilihan metode pengajaran, alat atau media pengajaran,
dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya dilakukan dengan pendekatan
PPSI (berlaku untuk seluruh bidang studi) atau dengan cara lain seperti sistem pengajaran
modul, paket pelajaran, dan sebagainya.
D. Fungsi Kurikulum
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa, dalam literatur lain, Alexander Inglis (dalam
Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum sebagai berikut:
1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function),artinya; kurikulum itu mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan yang terjadi, sehingga kurikulum
tersebut dapat menyesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan saat ini.
2. Fungsi Integrasi (the integrating function),artinya ; kurikulum tersebut menggambarkan
suatu keutuhan yang teritegrasi dalam satu kesatuan secara menyeluruh atau
konprehensif, artinya kurikulum terintegrasi dalam satu kesatuan secara konprehensif dan
holistic.
3. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function), fungsi yang ke tiga adalah the
differentiating function artinya bahwa kurikulum tersebut harus mampu menyediakan
bahan atau materi yang beragam sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan
peserta didik.
4. Fungsi Persiapan (the propaedeutic funtction), artinya kurikulum mampu mengarahkan
setiap peserta didik untuk memilih keahlian yang ditekuni sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
5. Fungsi Pemilihan (the selectivefunction) artinya bahwa kurikulum tersebut menyediakan
pilihan-pilihan bagi peserta didik yang sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
Kurikulum mampu menyediakan pilihan-pilihan kepada peserta didik untuk diseleksi
sesuai dengan minatnya
6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function), artinya kurikulum tersebut disusun dan
dikembangkan dengan mempertimbangkan hasil telaah atas kebutuhan, maksudnya
kurikulum yang dirumuskan tersebut berangkat dari hasil kebutuhan yang diperoleh
melalui survai atau observasi lapangan.
E. Model Konsep Pengembangan Kurikulum
Model konsep Pengembangan kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam
pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar
untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan
kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada. Model konsep kurikulum
sangat berkaitan dengan aliran filsafat pendidikan yang dianut. Aliran filsafat pendidikan
dapat dibedakan menjadi empat aliran, yaitu:
a. Aliran Pendidikan Klasik. Aliran pendidikan klasik ini digunakan untuk mengembangan
model konsep kurikulum subjek akademis.
b. Aliran Pendidikan Pribadi. Aliran ini digunakan dalam mengembangan model konsep
kurikulum humanistik.
c. Aliran Teknologi Pendidikan. Aliran ini digunakan dalam mengembangkan kurikulum
teknologis.
d. Aliran Pendidikan Interaksionis. Aliran ini digunakan dalam pengembangan model konsep
kurikulum rekonstruksi sosial.
Berangkat dari 4 aliran filsafat pendidikan tersebut, maka ada para ahli kurikulum yang
telah mengembangkan model konsep kurikulum yang sampai saat ini masih mempunyai
relevansinya dengan kebutuhan peserta pendidik dan pengguna lulusan. Keempat macam
model konsep kurikulum yaitu (1) Kurikulum Subjek Akademis, (2) Kurikulum Humanistik,
(3) Kurikulum Rekonstruksi Sosial, dan (4) Kurikulum Teknologis (Sukmadinata, 2005:81).
Keempat model konsep Kurikulum tersebut dijadikan rujukan dalam pengembangan
pendidikan khususnya di Indonesia.
F. Model Implementasi Kurikulum
Ada beberapa pendekatan dalam implementasi kurikulum menurut para ahli, yaitu ;
Pendekatan Fidelity, Pendekatan Mutual Adaptive dan Enactment. Ke tiga model pendekatan
implementasi kurikulum tersebut masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda. Model fidelity adalah implementasi kurikulum sesuai dengan desain yg telah standar,
artinya implementasi kurikulum beroreintasi pada rumusan yang telah disusun sebelumnya.
Model Mutual Adaptive adalah implementasi kurikulum dengan melakukan perubahan-
perubahan atau penyesuaian-penyesuaian yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan serta
tuntutan masyarakat sebagai pengguna lulusan. Model Enactment adalah implementasi
kurikulum dengan mengoptimalkan pelaksanaan kurikulum. Peesi lain Implementasi
kurikulum dapat dilihat dari 3 aspek pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Mata Pelajaran
Ada beberapa pandangan terhadap kajian mata pelajaran dilihat dari aspek kajian
keilmuan, yaitu subject matter, interdisipliner,intergatif. Untuk lebih jelasnya ke tiga
pandangan tersebut dapat dilihat penjelasannya di bawah ini : (subject matter) sebagai
suatu disiplin ilmu. Setiap mata pelajaran merupakan suatu disiplin ilmu yang terpisah
antara satu dan lainnya. Mata pelajaran tersebut tidak saling berhubungan dan tidak ada
kaitan satu sama lain. Pola kurikulum dari pendekatan ini merupakan kurikulum yang
terpisah- pisah. Implementasinya juga terpisah-pisah dengan sistem pembagian tanggung
jawab guru sebagai "guru mata pelajaran".
b. Pendekatan Interdisipliner
Masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan nyata tidak mungkin ditinjau hanya
dari salah satu segi saja. Suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang akan
mempengaruhi segi-segi kehidupan harus ditinjau dari berbagai segi. Selain itu, untuk
mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah ditersusun secara sistematis dan logis
diperlukan kematangan intelektual tertentu, di mana siswa sekolah tampaknya belum
sepenuhnya memiliki kematangan tersebut. Dengan pendekatan mata pelajaran ternyata
para siswa sekolah tidak memiliki kesempatan membahas masalah-masalah sosial yang
ada di lingkungannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, sebaiknya kurikulum sekolah
tidak disusun berdasarkan mata pelajaran yang terpisah, melainkan sejumlah mata
pelajaran yang memiliki ciri-ciri yang sama dipadukan menjadi suatu bidang studi
(broadfield). Pendekatan seperti itu disebut dengan pendekatan interdisipliner.
Pendekatan interdisipliner terdiri dari tiga jenis pendekatan, yaitu: pendekatan struktural,
pendekatan fungsional, dan pendekatan daerah (interfield). Pendekatan struktural bertitik
tolak dari struktur suatu disiplin ilmu tertentu.
c. Pendekatan Integratif
Pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang bermakna
dan berstruktur. Bermakna artinya bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna, arti,
dan faedah tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagianbagian, melainkan
suatu totalitasyang memiliki maknanya sendiri. Pendekatan ini berasumsi bahwa setiap
bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi, dalam suatu struktur
tertentu. Manusia bukanlah jumlah dari bagian-bagian tubuh atau penjumlahan dari
badaniah dan rohaniah, melainkan merupakan sesuatu yang utuh. Pendidikan anak adalah
pendidikan yang menyeluruh dalam rangka pembentukan pribadi siswa yang terintegrasi.
Karena itu kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan
pribadi yang utuh. Mata pelajaran atau bidang studi hanyalah merupakan sebagian saja
yang mempengaruhi perkembangan anak. Pendekatan terpadu dewasa ini banyak
dikembangkan dalam persekolahan di negara kita, dan dikenal dengan istilah integrated
curriculum dengan sistem penyampaian yang menggunakan konsep pembelajaran
terpadu. Semua mata pelajaran atau bidang studi tidak terlepas-lepas ataupun terpisah
satu sama lain, melainkan semuanya merupakan suatu kesatuan tiada batas satu sama
lain.
Setelah mencermati uraian di atas, maka dapat kita pahami bahwa dalam penyusunan
suatu kurikulum sangatlah penting ditentukan terlebih dahulu jenis pendekatan apa yang
akan dipergunakan. Tetapi tidaklah berarti bahwa dalam penyusunan kurikulum tersebut
hanya digunakan suatu pendekatan saja. Kita dapat menerapkan beberapa jenis
pendekatan sekaligus.
d. Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan rekonstruksionisme disebut juga rekonstruksi sosial, karena memfokuskan
kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat, seperti: polusi, ledakan
penduduk, Tsunami, malapetaka akibat tujuan teknologi dan sebagainya. Dalam gerakan
ini, terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangan terhadap kurikulum, yaitu (1)
Rekonstruksi konservatif, yaitu pendekatan yang menganjurkan agar pendidikan
ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan
mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak dihadapi masyarakat., (2)
Rekonstruksionalisme dan radikal, yaitu pendekatan yang menganjurkan agar pendidik
formal maupun non-formal mengabdikan diri demi terciptanya tatanan sosial bagu
berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata. Golongan
radikal ini berpendapat bahwa kurikulum yang sedang mencari pemecahan masalah sosial
ini tidaklah memadai. Kelompok ini ingin menggunakan pendidikan untuk merombak
tata sosial dan lembaga sosial yang ada dan membangun struktur sosial dan lembaga
sosial yang ada dan membangun struktur sosial baru (Nasution, 1993).
e. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik adalah kurikulum yang berpusat pada siswa (student centered)
dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian
integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental
dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu
memberikan hasil maksimal. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan
pada tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan anak (Soemantri, 1993).
f. Pendekatan Akuntabilitas
Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta
mengatur efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.
G. Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis
kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.
a. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan
mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga
hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari
pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek
perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari
berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di
masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari
kebijakankebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan,
baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek
tersebut kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai
bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan. Pendekatan yang dapat dilakukan
untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan
analisis tugas.
b. Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-
tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks)
sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan tersebut
meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan
instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan juga
dapat dibagi ke dalam beberapa taksonomi tujuan.
c. Pengorganisasian Materi
Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedurprosedur tertentu yang
merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan. Hal
ini berkaitan. dengan keaiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa
yang harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-pokok
dan subpokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope (ruang
lingkup) dan sequence (urutan)-nya..Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh
tujuan-tujuan dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan.
d. Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulumdipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah memilih
dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. Semua
pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa, guru, bahan, tujuan, waktu, sumber,
fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup berbagai
kegiatan mentalfisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya,
dan merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.
e. Penggunaan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang
telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977)
mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum,
yaitu (1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu
memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2) apakah
kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara
memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut
diperoleh, langkah selanjutnya adalah memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu
diberlakukan dan dilaksanakan.
Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap beberapa komponen-komponen kurikulum
itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang
dicapai.
H. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
a. Prinsip berorientasi pada tujuan
Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen-
komponen lainnya dalam pengembangan kurikulum. Untuk itu tujuan hurikulum harus
jelas, artinya tujuan kurikulum harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana
kurikulum untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan
operasional. Tujuan kurikulum juga harus komprehensif, yakni meliputi berbagai aspek
domain tujuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.
b. Prinsip Kontiunitas
Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu ada kesinambungan, khususnya
kesinambungan bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang program pendidikan.
Bahan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari
jenjang SD, SLTP, SMU/SMK sampai ke PT. Materi kurikulum harus memiliki
hubungan hierarkis fungsional. Untuk itu dalam pengembangan materi kurikulum harus
diperhatikan minimal dua aspek kesinambungan, yaitu: (1) materi kurikulum yang
diperlukan pada sekolah (tinakat) yang ada di atasnya harus sudah diberikan pada sekolah
(tingkat) yang ada di bawahnya dan (2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada
sekolah (tingkat) yang ada di bawahnya tidak perlu lagi diberikan pada sekolah (tingkat)
yang ada di atasnya. Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi
kurikulum, yang dapat mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau ketidaksiapan
siswa untuk memperoleh materi di mana mereka sebelumnya tidak memperoleh materi
dasar yang memadai.
c. Prinsip fleksibilitas
prinsip fleksibilitas juga terkait dengan adanya kebebasan siswa dalam memilih program
studi yang dipilih. Artinya, pengembang kurikulum atau sekolah harus mampu
menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa diperkenankan memilih sesuai
dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.Selain memberi kebebasan kepada
siswa, fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khususnya dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah
digariskan dalam kurikulum.
d. Prinsip Integritas
Prinsip ini menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk
manusia yang utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang berkemampuan
selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai persoalan yang
dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu kurikulum harus dapat mengembangkan
berbagai keterampilan hidup (life skills).
I. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai. Secara umum evaluasi atau penilaian adalah sebuah proses sistematis
pengumpulan informasi, baik berupa angka ataupun deskripsi verbal, analisis, dan interpretasi
informasi untuk memberikan keputusan terhadap kualitas hasil kerja.22 Kedudukan evaluasi
dalam pencapaian tujuan suatu program memegang peranan yang sangat penting sebagai
umpan balik terthadap pekerjaan yang sudah dilaksanakan. Apakah program tersebut mampu
melahirkan suatu perubahan yang lebih baik atau masih memerlukan perbaikan untuk
mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-
hasil evaluasi dapat digunakan oleh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pemegang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Dan juga dapat digunakan dalam
membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, metode, dan alat-alat bantu
pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu perangkat yang harus ada dalam suatu lembaga
pendidikan. Kurikulum memegang peranan cukup strategis dalam mencapai tujan
pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan agama. Sedangkan tujuan dari
kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan tuntutan, serta kebutuhan. Dan juga
desain kurikulum merupakan rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan visi
dan misi sekolah.
Kurikulum diperuntukkan agar peserta didik dapat berkembang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Sebuah kurikulum meliputi perencanaan, pengalaman belajar, serta
perencanaan program pembelajaran demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, pada
intinya kurikulum tidak hanya menyangkut perencanaan materi yang akan dipelajari, tetapi
juga tentang cara mengajarkan materi tersebut kepada peserta didik serta sebagai startegi dn
tolak ukur pencapaian tujuan yang ditetapkan.
Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta
didik, budaya, sistem nilai, dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, para pengembang
kuirkulum, termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal
tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitoring dan dievaluasi untuk perbaikan dan
penyempurnaan.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat maupun menambah wawasan bagi
yang membacanya. Terlebih lagi yang menjadi sumbangsih bagi terciptanya suatu kurikulum
pendidikan yang mana nantinya dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C.2009. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: Qitshoh Digital

R. Masykur. 2019. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: Aura

Idi, Abdullah. 2011. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Ladjid, Hafni. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Padang: Quantum Teaching

Toto, Ruhimat, dkk. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Nurhayati. 2020. Telaah Kurikulum (Sebuah Pengantar Mata Kuliah Telaah Kurikulum di
Perguruan Tinggi Agama Islam Yang Mengacu Pada KKNI). Penerbit Widina Bhakti
Persada Bandung: Bandung

Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya offset

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Poerwati, L. E. dan Amri S. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi
Pustakarayaa

Anda mungkin juga menyukai