Anda di halaman 1dari 46

LATAR BELAKANG

   Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.


berbangsa, dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang
dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal
yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum
baru pada setiap jenjang pendidikan. Beberapa hal yang melatar belakangi
penyusunan kurikulum baru antara lain:
1. Adanya peraturan penundang-undangan yang baru telah membawa implikasi
terhadap paradigma pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah
antara lain pembaharuan dan divensifikasi kurikulum, serta pembagian
kewenangan pengembangan kurikulum.
2. Perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang
begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan
serius.
3. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu
dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi
yang multidimensional.
4. Pengembangan kurikulum harus dapat mengantisipasi persoalan-persoal-an yang
mempunyai kemungkinan besar sudah dan/atau akan terjadi.
5. Kurikulum yang dibutuhkan di masa depan adalah kurikulum yang mampu
memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan,
pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan.
Oleh karena itu kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Penyempurnaan kurikulum
dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan
demokratis, persatuan dan kesatuan, kepastian hukum, kehidupan beragama dan
ketahanan budaya, pembangunan daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi, serta pengelolaan lingkungan.
6. Kurikukulum Berbasis Kompetensi ini sebenarnya memiliki justifikasi didaktis
pedagogis yang kuat untuk menggantikan Kurikulum 1994, karena pendidikan
dengan kurikulum 1994 ternyata tidak melahirkan unjuk kerja siswa secara
bermakna. Siswa banyak tahu informasi, tetapi tidak bermakna bagi kehidupannya.
7. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu
PENGERTIAN TELAAH KURIKULUM
Kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan.
Peran ini menjadi kunci bagaimana pendidikan akan diarahkan. Ini berkaitan erat
dengan proses pembelajaran sebagai ruang beraktivitas belajar anak didik supaya
mereka mendapat bekal pengetahuan yang baik dan mampu membangun kekuatan
kecerdasan baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Diakui maupun tidak, kurikulum
harus dibangun dengan sedemikian cerdas, mencakup segala kebutuhan anak didik,
dan meliputi segenap alat penggali dan pengembangan potensi sekaligus bakat anak
didik sehingga mampu melakukan pertunjukan diri terhadap bakat dan potensi yang
dimiliki. Pendidikan akan melahirkan generasi muda yang berkualitas, berdaya saing
tinggi, dan bisa berkompetisi secara elegan. Kurikulum yang berasal dari kata
Kurikulum yang berarti lintasan untuk balap kereta kuda yang biasa dilakukan oleh
bangsa Romawi pada zaman kaisar Gaius Julius Caesar di abad pertama tahun
masehi. Namun, istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan suatu konsep yang
abstrak. Sehingga kemudian melahirkan banyak pengertian tentang kurikulum,
diantaranya:
1. Schubert berpendapat sederhana bahwa kurikulum sebagai mata pelajaran, muatan
hasil belajar, adanya unsur reproduksi kebudayaan dan pembangunan sosial, serta
pentingnya kecakapan hidup.
2. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan nilai, pengetahuan dan ketrampilan
yang harus ditransfer kepada peserta didik dan bagaimana proses transfer tersebut
harus dilaksanakan.
3. Kurikulum sebagai sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai
tujuan pendidikan.
4. Kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi
sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya.
5. Sementara itu, Mochtar Buchori mengatakan bahwa kurikulum sebagai blue print
(cetak biru), sebagai suatu penggambaran terhadap sosok manusia yang
diharapkan akan tumbuh setelah menjalani semua proses pendidikan, pengajaran
dan pelatihan yang digariskan dalam kurikulum. Ibarat suatu proses pendirian
bangunan kurikulum merupakan sketsa awal yang menggambarkan bangunan
tersebut akan didirikan dalam bentuk model yang telah dibayangkan dan
diinginkan oleh pemiliknya.
Adapun kuatnya suatu bangunan, bagusnya suatu model yang telah digambarkan
sebelumnya sangat bergantung kepada kecanggihan para tukang yang menggarap
bangunan tersebut, termasuk juga mutu meteri yang digunakan untuk mendirikan
bangunan itu. Para tukang ini sebagai pendidik, sedangkan materi bangunan ialah
seluruh bahan yang digunakan untuk melaksanakan proses pendidikan terhadap
siswa yang sedang menjalani proses pertumbuhan menjadi sosok manusia ideal
yang dicita-citakan. Dengan demikian, kurikulum bukanlah satu-satunya faktor
penentu yang mendukung lahirnya jati diri seseorang di masyarakat di kemudian
hari. Meskipun begitu, kurikulum menjadi perangkat yang strategis untuk
menyemaikan kepentingan dan membentuk konsepsi dan perilaku individu
masyarakat.
PENGERTIAN TELAAH KURIKULUM
Beragam pengertian tersebut selalu akan menampilkan hal-hal yang berbeda, bahkan
sering pula bertentangan. Namun, pada dasarnya sama sebagai bentuk upaya untuk
memberikan atau menggali pengetahuan, pengalaman yang ada dalam diri masing-
masing peserta didik agar mampu menghadapi masa depan dengan lebih gemilang
dengan materi, metode, fasilitas yang telah ada.
KONSEP KURIKULUM
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata
pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Pandangan yang
muncul sejak zaman Yunani kuno ini, dalam lingkungan tertentu masih diakui hingga
kini, sebagaimana pendapat Robert S. Zais, “a recesourse of subject matters to be
mastered”. Menurut pendapat ini, kurikulum identik dengan bidang studi. Di
Indonesia, istilah kurikulum menjadi populer sejak tahun 1950-an yang diperkenalkan
oleh sejumlah kalangan pendidik lulusan Amerika Serikat. Sebelumnya, kita lebih
akrab dengan istilah rencana pembelajaran. Hakekatnya, kurikulum sama dengan
rencana pembelajaran dan yang membedakan hanya cara pandangnya.
Kurikulum sebagai komponen penting dalam pendidikan, harus memiliki tujuan
dan sasaran yang akan dicapai, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk
dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan
kurikulum hanya berada pada penekanan unsur-unsur tertentu. ebih tegas, Dr. Dede
Rosyada, M.A. mengatakan bahwa kurikulum merupakan inti dari sebuah
penyelenggaraan pendidikan. Guna memahami konsep pemaknaan kurikulum
sejatinya sehingga kurikulum betul-betul diletakkan sebagai pijakan dasar dalam
melaksanakan pendidikan secara praktis dan konkret, maka Sukmadinata dalam Dede
Rosyada memiliki beberapa prinsip yang bisa dipegang, diantaranya:
1. Kurikulum sebagai substansi, yakni rencana kegiatan belajar para siswa di sekolah,
mencakup rumusan-rumusan tujuan, bahan ajar, proses kegiatan pembelajaran,
jadwal, dan hasil evaluasi belajar. Kurikulum tersebut merupakan konsep yang
telah disusun oleh para ahli dan disepakati oleh para pengambil kebijakan
pendidikan serta oleh masyarakat sebagai bagian dari hasil pendidikan;
2. Kurikulum sebagai sebuah sistem, yakni merupakan rangkaian konsep tentang
berbagai kegiatan pembelajaran yang masing-masing unit kegiatan memiliki
keterkaitan secara koheren dengan lainnya. Kurikulum itu sendiri memiliki
korelasi dengan semua unsur dalam sistem pendidikan secara keseluruhan
3. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, terbuka, dan membuka diri
terhadap berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan pasar
atau tuntutan idealisme pengembangan peradaban umat manusia.
Dalam konteks pendidikan Nasional, kurikulum adalah rencana tertulis tentang
kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu
dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan
tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian
kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan
pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan
pendidikan tertentu. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Rumusan ini lebih spesifik mengandung pokok-pokok pikiran,
sebagai berikut:
1. Kurikulum merupakan suatu rencana/perencanaan;
2. Kurikulum merupakan pengaturan, yang sistematis dan terstruktur;
3. Kurikulum memuat isi dan bahan pelajaran bidang pengajaran tertentu;
4. Kurikulum mengandung cara, metode dan strategi pengajaran;
5. Kurikulum merupakan pedoman kegiatan belajar mengajar;
6. Kurikulum, dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan;
7. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan.
Rumusan tersebut menjadi lebih jelas dan lengkap, karena suatu kurikulum harus
disusun dengan memperhatikan berbagai faktor penting. Dalam undang-undang telah
dinyatakan, bahwa: “Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan.” Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
penyusunan suatu kurikulum, ialah:
1. Tujuan pendidikan nasional, dijabarkan menjadi tujuan-tujuan institusional, dirinci
menjadi tujuan kurikuler, dirumuskan menjadi tujuan-tujuan instruksional (umum
dan khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
2. Perkembangan peserta didik merupakan landasan psikologis yang mencakup
psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
3. Mengacu pada landasan sosiologis dibarengi oleh landasan kultur ekologis.
4. Kebutuhan pembangunan nasional yang mencakup pengembangan SDM dan
pembangunan semua sektor ekonomi.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya bangsa dengan multi
dimensionalnya.
6. Jenis dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya.
TUJUAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Kurikulum memiliki posisi sentral dalam setiap upaya pendidikan Klein,
1989:15). Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan di atas harus diakui ada
kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga pendidikan modern
dan yang telah memiliki rencana tertulis. Sedangkan lembaga pendidikan yang tidak
memiliki rencana tertulis dianggap tidak memiliki kurikulum. Pengertian di atas
memang pengertian yang diberlakukan untuk semua unit pendidikan dan secara
administratif kurikulum harus terekam secara tertulis.
Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan kegiatan
kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara peserta didik,
pendidik, sumber dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan pula bahwa setiap
interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan
pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat dilakukan tanpa interaksi dan kurikulum
adalah desain dari interaksi tersebut.
Dalam posisi maka kurikulum merupakan bentuk akuntabilitas lembaga
pendidikan terhadap masyarakat. Setiap lembaga pendidikan, apakah lembaga
pendidikan yang terbuka untuk setiap orang ataukah lembaga pendidikan khusus
haruslah dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya terhadap
masyarakat. Lembaga pendidikan tersebut harus dapat memberikan "academic
accountability" dan "legal accountability" berupa kurikulum. Oleh karena itu jika ada
yang ingin mengkaji dan mengetahui kegiatan akademik apa dan apa yang ingin
dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan maka ia harus melihat dan mengkaji
kurikulum. Jika seseorang ingin mengetahui apakah yang dihasilkan ataukah
pengalaman belajar yang terjadi di lembaga pendidikan tersebut tidak bertentangan
dengan hukum maka ia harus mempelajari dan mengkaji kurikulum lembaga
pendidikan tersebut.
Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Posisi pertama
adalah kurikulum adalah "construct" yang dibangun untuk mentransfer apa yang
sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan
atau dikembangkan. Pengertian kurikulum berdasarkan pandangan filosofis
perenialisme dan esensialisme sangat mendukung posisi pertama kurikulum ini.
Kedua, adalah kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai
masalah social yang berkenaan dengan pendidikan. Posisi ini dicerminkan oleh
pengertian kurikulum yang didasarkan pada pandangan filosofi progresivisme. Posisi
ketiga adalah kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan dimana kehidupan
masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan
bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.
Jenjang Pendidikan Dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) dan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) atau program Paket A dan Paket B. Setiap lembaga pendidikan ini
memiliki tujuan yang berbeda. SD/MI memiliki tujuan yang tidak sama dengan
SMP/MTs baik dalam pengertian ruang lingkup kualitas mau pun dalam pengertian
jenjang kualitas. Oleh karena itu maka kurikulum untuk SD/MI berbeda dari
kurikulum untuk SMP/MTs baik dalam pengertian dimensi kualitas mau pun dalam
pengertian jenjang kualitas yang harus dikembangkan pada diri peserta didik.
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36
ayat (3) menyatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa
2. Peningkatan akhlak mulia
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
6. Tuntutan dunia kerja,
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
8. Agama
9. Dinamika perkembangan global, dan
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan
dalam bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk
kehidupan bangsa di masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke
masyarakat industri, reformasi dari system pemerintahan sentralistis ke system
pemerintahan disentralisasi, pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap
dan tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat kebangsaan
tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca, sikap senang dan
kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup sehat dan fisik sehat,
dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan
setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan
kurikulum.
Posisi kurikulum yang dikemukakan di atas barulah pada posisi kurikulum dalam
mengembangkan kehidupan social yang lebih baik. Posisi ketiga yaitu kurikulum
merupakan "construct" yang dikembangkan untuk membangun kehidupan masa
depan sesuai dengan bentuk dan karakteristik masyarakat yang diinginkan bangsa.
Posisi ini bersifat konstruktif dan antisipatif untuk mengembangkan kehidupan masa
depan yang diinginkan. Dalam posisi ketiga ini maka kurikulum seharusnya menjadi
jantung pendidikan dalam membentuk generasi baru dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik mengembangkan potensi dirinya memenuhi kualitas yang
diperlukan bagi kehidupan masa mendatang. Posisi kurikulum di jenjang pendidikan
tinggi memang berbeda dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jika kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah lebih memberikan perhatian yang lebih
banyak pada pembangunan aspek kemanusiaan peserta didik maka kurikulum
pendidikan tinggi berorientasi pada pengembangan keilmuan dan dunia kerja.
MANFAAT KURIKULUM BAGI GURU
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:
1. Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar para anak
didik.
2. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam
rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum akan berakibat
kurang efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan, sehingga segala
sesuatu yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Sedangkan tujuan
pembelajaran beserta bagaimana cara strategi yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan merupakan komponen penting dalam sistem kurikulum. Bagi Kepala Sekolah,
kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program belajar. Dengan
demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan sarana dan prasarana sekolah.
Menyusun berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan – kegiatan lain.

SEJARAH KURIKULUM INDONESIA


Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian
Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum
memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun
1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
1.  Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.
Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis:
dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum
1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam
pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947
mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran
bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu
mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas
periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan
dan Tanjung Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul
Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan
daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah:
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis: Mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia
Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat
mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito,
Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional
khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa
yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5.   Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah
Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode
1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta -
periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di
sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat
diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA.
6.    Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, antara pendekatan proses. Sayang, perpaduan tujuan dan proses
belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.
Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum
1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada
1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada
menambal sejumlah materi.
7. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai
berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan
muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir
sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi
yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian
yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski
baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar
di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru
pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat
kurikulum.
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol
adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap
satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
KURIKULUM  BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi  dan hasil belajar, serta pemberdayaan sumber daya
pendidikan. Batasan tersebut menyiratkan bahwa KBK itu dikembangkan dengan
tujuan agar peserta didik (siswa) memperoleh kompetensi dan kecerdasan yang
mampu dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Dalam arti, melalui
penerapan KBK tamatan sekolah diharapkan memiliki kompetensi atau kemampuan
akademik yang baik, keterampilan untuk menunjung hidup yang memadai,
pengembangan moral yang terpuji, pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup
yang sehat, semangat bekerja sama yang kompak dan apresiasi estetika yang tinggi
terhadap dunia sekitar.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum
dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau
sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum
diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum
1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar dikelas.Dalam kurikulum
terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam
kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para
murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari
guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan
keterampilan untuk menerapkan IPTEK tanpa meninggalkan kerja sama dan
solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru
hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah
pendidikan untuk semua.Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,namun
subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu desain kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Mengacu pada
pengertian tersebut, dan juga untak merespons terhadap keberadaan PP No.25/2000,
maka salah satu kegiatan yang perlu dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini
Depdiknas adalah menyusun standar nasional untuk seluruh mata pelajaran, yang
mencakup komponen-komponen; (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3)
materi pokok, dan (4) indikator pencapaian. Sesuai dengan komponen-komponen
tersebut maka format Kurikulum 2004 yang memuat standar kompetensi nasional
matapelajaran adalah seperti tampak pada Standar kompetensi diartikan sebagai
kebulatan pengetahuan, keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan
dicapai dalam mempelajari suatu matapelajaran.
Ranah kompetensi yang terdapat dalam KBK,antara lain: kompetensi
akademik(academic competency), kompetensi kehidupan(life competency),dan
kompetensi karakter nasional(national character competency). Untuk mencapai
kompetensi tersebut, maka pembelajaran  ditekankan pada bagaimana siswa belajar
tentang belajar(learning how to learn). KBK itu sendiri Cakupannya ialah  standar
kompetensi , standar isi (content standard) dan standar penampilan (performance
standard). Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari standar kompetensi, adalah
pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat
diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau
materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar,
isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan
indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang lebih
spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai ketuntasan belajar.
  Kelebihan/Keunggulan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
2. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara
pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan
subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk
bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer
pengetahuan (transfer of knowledge).
3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa
(studentoriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar
dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh
serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat
belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar,
belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan
memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat
diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa,
berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut
dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang
diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran.
7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian
yang terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan ketrampilan.
  Kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai berikut:
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang
kondisi peserta didik dan lingkungan.
2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang
pembelajaran secara berkelanjutan.
3. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
4. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal
kompetensi merupakan ”a complex  combination of knowledge,attitudes,
skills and values displayed in the context of task performance “.
( Gonczi,1997), sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma
behaviorisme ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang
dihasilkan dari pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan
Pace,1997), dan kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK
adalah waktu,biaya dan tenaga yang banyak.
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar
dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah
itu sendiri. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP
lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat
dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam mengembangan
kurikulum. OIeh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan
tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan
untuk mengembangan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa
komponen kurikulum lainnya.
a)  Kelebihan / Keunggulan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan. Tidak dapat diungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan
pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah adanya penyeragaman kurikulum di
seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang
menghargai atau meninjau potensi keunggulan local yang ada bias
dimunculkan sekolah didaerah atau provinsi.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-
program pendidikan dan dapat tercapainya pendidikan karakter.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata
pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
4. Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan ,namun secara umum,KTSP 
biasadiandalkan menjadi patokan mengadapi tantangan masa depan dengan
pembekalan keterampilan peserta didik.
5. Peserta didik juga diajak bicara,diskusi,wawancara dan membahas masalah –
masalah yang kontekstual ,yang dalam kenyataanya memang diperlukan
sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya
karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari- hari.
6. Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun yang lebih penting sudah
adalah belajar proses sehingga mendorong peserta didik untuk meneliti dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.
7. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20 persen.
8. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
9. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
10. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah,
kemampuan peserta didik dan kondisi daerahnya masing-masing.
11. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik
kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
12. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai
pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik
14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
17. Menggunakan berbagai sumber belajar.
18. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
19. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar siswa.
  Kelemahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan
profesi.
5. Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
6. Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif juga
merupakan kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak satuan
pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang
menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
7. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina perkembangan
peserta didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan dibawah rata –
rata.Kenyataan membuktikan ,kondisi social,dan ekonomi yang menghimpit
kesejahteraan hidup para guru.
8. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluasi dengan prtofolio.karena ketidakpemahaman  ini
mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes –tes dan ulangan –
ulangan yang cognitive based semata.

PERBEDAAN KBK DENGAN KTSP


a)  Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas 2002) memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Pencapaian kompetensi siswa (individual/klasikal)
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian pembelajaran dengan pendekatan dan metode bervariasi
4. Sumber belajar guru dan sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar (penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi)
6. Menggunakan sistem sentralisasil penuh dari pusat
b)  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-
program pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan
memberatkan kurang lebih 20%.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Kedua kurikulum tersebut sama-sama mempunyai tujuan yang baik untuk
memajukan pendidikan Indonesia. Akan tetapi dari sisi sistem dan proses
pelaksanannya di lapanagan menganggap dan berpendapat bahwa Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan lebih baik untuk di terapkan di Indonesia. Sistem dan proses yang
digunakan oleh KTSP adalah sistemdesentralisasi atau otonomi pendidikan dimana
setiap sekolah-sekolah di seluruh indonesia diberi kebebasan untuk mengembangkan
dan menyusun sendiri muatan-muatan mata pelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing setiap sekolah.
Dengan demikian KTSP menekankan pada proses kontekstual dalam
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan lingkungan serta dunia kerja.
Bila dibandingkan dengan KBK dimana sistem yang diterapkan oleh KBK adalah
sistem sentralisasi yang semua perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
disusun dan dilaksanakan semuanya berdasarkan ketentuan dari pusat, tanpa
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan sekolah serta siswa di lapangan.
PERSAMAAN KBK DAN KTSP
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang bertujuan untuk  
menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas
budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan,
keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, serta
membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Akan tetapi
baik KBK maupun KTSP memilki tujuan yang sama terhadap kemajuan dunia
pendidikan di indonesia yaitu sama-sama bertujuan untuk menciptakan sumber
daya manusia indonesia yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas
budaya dan bangsa, berbudi pengerti yang luhur, serta bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

SUMBER:
http://basrib.wordpress.com/2011/11/22/perbedaan-ktsp-dengan-kbk-dan-esensi-dari-
pada-kurikulum-yang-selalu-berubah-ubah-dengan-membandingan-semua-
kurikulum-kurikulum-1975-1984-1994-2004-2006/diakses tanggal 27 agustus 2015
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-ktsp.html 
diakses tanggal 27 agustus 2015

KESIMPULAN :
KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan
reformasi, diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah
otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan
nasional. KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran
dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu
peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dimaknai sebagai
perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir, dan bertindak. Seseorang telah memiliki kompetensi dalam
bidang tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Kurikulum KTSP adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran, serta cara untuk digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, standar
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilain pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.  KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana
dan pengaturan tentang kompetensi  dan hasil belajar, serta pemberdayaan sumber
daya pendidikan. KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia.

PENGERTIAN SILABUS
Menurut para ahli, Silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-
pokok isi/materi pembelajaran (Salim, 1987:98). Silabus merupakan seperangkat
rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun
secara sistematis memuat komponen-komponen yang saling berkaitan untuk
mencapai penguasaan kompetensi dasar (Yulaelawati,2004:123). Silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu,
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan (Mulyasa,2010:190). Berikut adalah beberapa definisi
tentang silabus dalam konteks dunia pendidikan dari berbagai sumber yang berhasil
dihimpun:
1. Di dalam dokumen-dokumen tentang KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menyebutkan bahwa silabus
adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
3. Menurut About.com, silabus adalah dokumen-dokumen yang ditulis dan dibagikan
oleh profesor (dosen/guru) untuk memberikan siswa suatu pengetahuan awal
(overview) tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Silabus umumnya
dibagikan di hari pertama masuk kelas, dan mengandung unsur-unsur seperti:
judul-judul perkuliahan dan penjadwalan pembelajaran, nama profesor/guru/dosen
lengkap dengan alamat kontaknya, harapan-harapan selama pembelajaran dan
kehadiran, topik dan bab yang dicakup, tanggal-tanggal tes, tanggal-tanggal
penting lainnya, kebijakan penilaian (perangkingan), buku teks yang dibutuhkan
dan material lainnya.
4. Menurut the free dictionary, silabus adalah suatu garis besar atau poin-poin utama
dari suatu teks, atau perkulian, atau pemngajaran.
5. Menurut dictionary.reference, silabus (jamak: silabi) adalah sebuah outline (garis
besar) pernyataan dari poin-poin utama suatu kursus/pendidikan/pembelajaran,
subjek dari suatu pembelajaran/kursus, konten dari kurikulum, dan sejenisnya.
Pengertian silabus menurut wikipedia adalah: "silabus adalah suatu outline dan
ringkasan dari topik-topik yang dicakup dalam suatu pendidikan atau kursus." Silabus
bersifat deskriptif dan menentukan, atau kurikulum yang spesifik. Silabus biasanya
dibuat oleh suatu lembaga pengujian, atau disiapkan oleh profesor yang mensupervisi
atau mengontrol kualitas suatu kursus/pendidikan, dan disiapkan dalam bentuk paper
(tercetak) atau online. Silabus dan kurikulum seringkali saling dileburkan dan
seringkali diberikan kepada siswa pada sesi pertama kelas sehingga tujuan
kursus/pendidikan/pembelajaran menjadi jelas bagi siswa. Silabus acapkali
mengandung informasi khusus tentang kursus/pendidikan/pembelajaran sepertin
informasi mengenai dimana, kapan, dan bagaimana menghubungi pengajar
(guru/dosen) dan asisten pengajar, outline tentang materi apa yang akan
dicakup/diajarkan, jadwal dan tanggal-tanggal pelaksanaan tes hingga tanggal-tanggal
penugasan, sistem grading (perangkingan)/penilaian, tata tertib kelas, dsb. Berkaitan
dengan ujian, silabus menyediakan batasan apa yang seharusnya guru ajarkan dan
ujian hanya boleh mengetes apa yang diamanatkan oleh silabus.
SUMBER
Salim, Peter (1987). The Contemporary English - Indonesia Dictionary. Jakarta:
Modern English Press.
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan
Aplikasi.  Bandung:Pakar Raya
http://snwulandari.blogspot.com/2012/05/pengertian-silabus-dan-rpp.html
Dari beberapa definisi silabus di atas dapat disimpulkan menurut kelompok kami
silabus adalah seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok
pembelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
PRINSIP PENGEMBANGAN SILABUS
Dalam KTSP, pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap
satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melakukannya. Oleh karena
itu setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam
mengembangkan silabus sesuai dengan  kondisi kebutuhan masing-masing. Agar
pengembangan silabus yang dilakukan oleh setiap satuan pendidikan tetap berada
dalam bingkai pengembangan kurikulum nasional (standar nasional), maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus. Prinsip- prinsip tersebut
adalah:
1.  Ilmiah
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan dengan prinsip ilmiah,
yang mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung jawabkan secara
keilmuan.
2.  Relevan
Relevan dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat
kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik yakni tingkat perkembangan intelektual, sosial,
emosional dan spiritual peserta didik. Disampig itu, relevan mengandung arti
kesesuaian atau keserasian antara silabus dengan kebutuhan dan tuntutan
kehidupan masyarakat pemakai lulusan. Dengan demikian lulusan pendidikan
harus sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dilapangan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Relevan juga dikaitkan dengan jenjang pendidikan yang ada
di atasnya, sehingga terjadi kesinambungan dan pengembangan silabus. Relevan
dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu relevan secara internal dan eksternal.
Relevan secara internal adalah kesesuaian antara silabus yang dikembangkan
dengan komponen-komponen kurikulum secara keseluruhan, yakni standar
kompetensi, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Sedangkan relevan
secara eksternal adalah kesesuaian antara silabus dengan karakteristik peserta
didik,kebutuhan masyarakat dan lingkungannya.
3. Fleksibel
Pengembangan silabus KTSP harus dilakukan secara fleksibel. Fleksibel dalam
silabus dapat dikaji dari dua sudut pandang yang berbeda, yakni fleksibel sebagai
suatu pemikiran pendidikan, dan fleksibel sebagai kaidah dalam penerapan
kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan berkaitan dengan
dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai suatu kaidah dalam
penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus.
Prinsip fleksibel tersebut mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta
didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Guru
sebagai sarana pelaksana silabus, tidak mutlak harus menyajikan program dengan
konfigurasi seperti dalam silabus (dokumen tertulis), tetapi dapat mengakomodasi
sebagai ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Demikian halnya peserta
didik, mereka diberikan berbagai pengalaman belajar yang dapat dipilih sesuai
dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing. Sedangkan fleksibel dari
segi lulusan mereka memiliki kewenangan dan kemampuan yang multi arah
berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasukinya.
4. Kontinuitas
Kontinuitas atau kesinambungan mengandung arti bahwa setiap program
pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain
dalam kompetensi dan pribadi peserta didik. Kontinuitas atau kesinambungan
tersebut bisa secara vertikal, yakni dengan jenjang pendidikan yang ada
di atasnya dan bisa juga secara horizontal yakni dengan program-program lain atau
dengan silabus lain yang sejenis.
5. Konsisten
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara konsisten, artinya
bahwa antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang
konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik.
6. Memadai
Memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi
standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang
dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping
itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang berarti
bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya ditunjang
oleh sarana dan prasarana yang memadai.
7. Aktual dan Kontekstual
Aktual dan kontekstual mengandung arti bahwa ruang lingkup kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
yang dikembangkan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi dan
berlangsung di masyarakat.
8. Efektif
Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif, yakni
memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan
tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan. Silabus yang efektif adalah yang dapat diwujudkan dalam kegiatan
pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan, sebaliknya silabus tersebut dapat
dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan.
Keefektifan silabus tersebut dapat dilihat dari kesenjangan yang terjadi antara
silabus sebagai kurikulum tertulis (written curriculum), potensial curriculum atau
kurikulum yang diharapkan (intended curriculum) dengan curriculum yang
teramati (observer curriculum) atau silabus yang dapat dilaksanakan (actual
curriculum). Sehubungan dengan itu, dalam pengembangansilabus guru atau
pengembang silabus harus membayangkan situasi nyata di kelas agar kendala-
kendala yang mungkin terjadi dapat diantisipasi sehingga tidak terjadi kesenjangan
yang terlalu menganga.
9. Efisien
Efisien dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat
penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi
standar yang ditetapkan. Efisien dalam silabus bisa dilihat dengan cara
membandingkan antara biaya,tenaga,dan waktu yang digunakan untuk
pembelajaran dengan hasil yang dicapai atau kompetensi yang dapat dibentuk oleh
peserta didik. Dengan demikian, setiap guru dituntut untuk dapat mengembangkan
silabus dan perencanaan pembelajaran sehemat mungkin, tanpa mengurangi
kualitas pencapaian dan pembentukan kompetensi.
1.   Prosedur pengembangan Silabus
Pengembangan Silabus KTSP dalam garis besarnya mencangkup langkah-
langkah sebagai berikut:
Mengisi kolom identitas
Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
Mengidentifikasi materi standar
Mengembangkan pengalaman (standar proses)
Merumuskan indikator pencapaian kompetensi
Menentukan jenis penilaian
Alokasi waktu
Menentukan sumber belajar
Mengisi kolom identitas
2. Mengkaji dan Menganalisis Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan
harus dicapai siswa sebagai hasil belajarnya dalam setiap satuan pendidikan
(SKL). Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi mata pelajaran
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,
melainkan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan.
b. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran.
c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
3.  Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan rincian dari standar kompetensi, berisi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang secara minimal harus dikuasai
siswa. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar mata pelajaranan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Urutan berdasarkan hirarki konsep disiplin ilmu dan dengan urutan yang ada
dalam standar isi.
b. Keterkaitan antara kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c. Keterkaitan kompetensi dasar dengan standar kompetensi
4. Mengidentifikasi Materi Standar
Mengidentifikasi materi standar yang menunjang standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual
peserta didik.
b. Kebermanfaatan bagi peserta didik.
c. Struktur keilmuan.
d. Kedalam dan keluasan materi.
e. Relevensi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
f. Alokasi waktu.
5. Mengembangkan Pengalaman Belajar (Standar Proses)
Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilaskukan
peserta didik dalam proses pembentukan kompetensi, dengan berintraksi aktif
dengan sumber belajar mlaui pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang
bervariasi. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai
oleh peserta didik. Rumusan pengalaman belajar mencerminkan menajeman
pengalaman belajar peserta didik.
6. Merumuskan Indikator Keberhasilasn
a. Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan
tanda-tanda, perbuatan dan respon yang dilskukan atau ditampilkan oleh
peserta didik.
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan ,
potensi daerah, dan peserta didik.
c. Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional yang dapat diukur dan
dapat diobservasi , sehingga dasar dalam menyusun alat penilaian.
7. Menentukan Penilaian (Standar Penilaian)
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau
produk, penggunaan portofolio, penilaian diri. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan penilaian,yaitu :
a. Penilaian dilakukan untuk mengujur pencapaian kompetensi.
b. Menggunakan acuan criteria.
c. Menggunakan system penilaian berkelanjutan.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan
pembelajaran.
8.  Alokasi Waktu
  Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi mata pelajaran perminggu dengan
mempertimbangkan kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat
kepentingannya. bangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan. Alokasi waktu
yang tercantum dalam silabus merupakan pemikiran waktu yang dibutuhkan oleh
rata-rata peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
9. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, social, budaya. Penentuan sumber belajar
dilakukan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar , indikator
kompetensi serta materi pokok, dan kegiatan pembelajaran.
PROSES PENGEMBANGAN SILABUS
Untuk memberi kemudahan guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan silabus
berbasis KTSP, perlu dipahami proses pengembangannya, baik yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi.
1. Perencanaan
Dalam perencanaan ini tim pengembang harus mengumpulkan informasi dan
referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang
diperlukan dalam pengembangan silabus.Pengumpulan informasi dan referensi
dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi, seperti
computer dan internet.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan menyusun silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan materi
standar yang memuat kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan
indicator hasil belajar.
b. Menentukan strategi, metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model
pembelajaran.
c. Menentukan alat evaluasi berbasis kelas ( EBK) dan alat ujian berbasis sekolah
atau school based exam ( SBE) sesuai dengan visi dam misi sekolah.
Menganalisis kesesuaian silabus dengan ;pengorganisasian pengalaman belajar
dan waktu yang tersedia sesuai dengan kurikulum beserta perangkatnya.
3. Penilaian
Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, dengan
menggunakan model-model penilaian.
4. Revisi
Draft silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis
kualitas silabus, penilaian, ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan
kemudian dilakukan revisi. Revisi ini pada hakikatnya perlu dilakukan secara
kontiniu dan berkesinambungan, sejak awal penyusunan draft sampai silabus
tersebut dilaksanakan dalam situasi belajr yang sebenarnya. Revisi silabus harus
dilakukan setiap saat, sebagai aktualisasi dari peningkatan kualitas yang
berkelanjutan (continuous quality improvement).

PENGEMBANG SILABUS
Pengembangan silabus  dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas
Pendikan.
1. Disusun secara mandiri oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu
mengenali karakteristik siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
2. Apabila guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan
pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat mengusahakan
untuk membentuk kelompok guru mata pelajaran untuk mengembangkan silabus
yang akan digunakan oleh sekolah tersebut.
3. Di SD/MI semua guru kelas, dari kelas I sampai dengan kelas VI, menyusun
silabus secara bersama. Di SMP/MTs untuk mata pelajaran IPA dan IPS terpadu
disusun secara bersama oleh guru yang terkait.
4. Sekolah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya
bergabung dengan sekolah-sekolah lain melalui forum MGMP/PKG untuk
bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolah-sekolah
dalam lingkup MGMP/PKG setempat.
5. Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya
masing-masing.
KOMPONEN-KOMPONEN SILABUS
Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdiri dari beberapa komponen,
sebagai berikut.
1. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Standar kompetensi mata pelajaran adalah batas dan arah kemampuan yang harus
dimiliki dan dapat dilakukan oleh peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu, kemampuan yang dapat dilakukan atau
ditampilkan siswa untuk suatu mat pelajaran, kompetensi dalam mata pelajaran
tertentu yang harus dimiliki siswa, kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan
dalam dalam suatu mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi terdapat dalam
Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata pelajaran yang
harus dicapai siswa. Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk
mengarahkan guru mengenai target yang harus dicapai dalam
pembelajaran.Misalnya, mampu menyelesaikan diri dengan lingkungan dan
sebagainya.Kompetensi Dasar terdapat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar.Hasil belajar dalam silabus
berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh
siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.Hasil belajar bisa berbentuk
pengetahuan, keterampilan,maupun sikap.
4. Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar adalah ciri penanda ketercapain kompetensi dasar.Indikator
dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya
perubahan perilaku pda diri siswa.Tanda-tanda ini lebih spesifik dan lebih dapat
diamati dalam diri siswa, target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi atau
tercapai.
5. Materi Pokok
Materi pokok adalah pokok-pokok materi yang harus dipelajari siswa sebagai
sarana pencapaian kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan
instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator  pencapaian belajar.Secara
umum  materi pokok dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis,yaitu 
fakta,konsep,prisip,dan prosedur.
6. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah bentuk atau pola umum kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan.Strategi pembelajaran meliputi kegiatan  tatap muka dan non
tatap muka (pengalaman belajar).
7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing
kompetensi dasar.
8. Adanya Penilaian
Penilaian adalah jenis, bentuk, dan instrumen yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur  keberhasilan belajar siswa.
9. Sarana dan Sumber Belajar
Sarana dan sumber belajar adalah sarana dan sumber belajar yang digunakan
dalam proses belajar mengajar.
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS
Sebagaimana telah dikemukakan dalam uraian sebelumnya Silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.  Silabus 
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian. Mengembangkan silabus dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Penentuan Jenis Penilaian
6. Menentukan Alokasi Waktu
7. Menentukan Sumber Belajar
8. Format dan Model Silabus
Pada dasarnya tidak ada format dan model silabus yan baku.Hal ini disebabkan
banyaknya variable yang mempengaruhi pengembangan model silabus, yang
mengkibatkan silabus bersifat dinamis, dalam artian suatu model dapat dilaksanakan
dengan baik untuk kondisi tertentu,belum tentu cocok untuk kondisi yang lain,atau
suatu model berhasil diterapkan dengan baik oleh guru tertentu,belum tentu
berhasildengan baik jika diterapkan oleh guru yang lain.Oleh karena itu, setiap guru
diharapkan dapat mengembangkan silabus-silabus yang sesuai dengan karakteristik
pribadi guru dan kondisi lingkungan dimana guru bertugas.
FORMAT SILABUS
Format silabus yaitu:
SILABUS
Mata Pelajaan                    :................................              
Alokasi Waktu                   :  ...............................
Kelas/Semester                  :..................................  
No Standar Kompetensi Materi Indikator Pengalama Evaluasi Media
Kompetensi Dasar Pokok n Belajar dan
Sumber
Belajar

MANFAAT SILABUS
a. Pedoman bagi pengembangan pembelajaran lebih lanjut
b. Pembuatan rencana satuan pembelajaran
c. Pengelolaan kegiatan pembelajaran
d. Penyediaan sumber belajar
e. Pengembangan sistem penilaian
Sumber :
Mulysa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
http://edu-articles.com/pengembangan-silabus/diakses tanggal 27 agustus 2015
http://www.sdnleuwimunding3.sch.id/2010/10/pengertian-silabus-dan-
pengembangannya.html diakses tanggal 27 agustus 2015
http://PENDIDIKAN/Pengertian/Silabus/dan/RPP_html diakses tanggal 27 agustus
2015.
KESIMPULAN
Silabus adalah seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok
pembelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Prinsip-prinsip Pengembangan silabus
yaitu, Ilmiah, Relevan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual dan kontekstual,
Fleksibel, Menyeluruh.
PENGERTIAN RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.  Lingkup Rencana
Pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu
indicator atau beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar.
Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi
emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk
meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan silabus mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu
mempunyai persamaan. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk
menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya
beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya
belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu, rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu
dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus terlihat tindakan apa
yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan
selanjutnya setelah pertemuan selesai.
Anderson (1989:47) membedakan perencanaan dalam dua kategori, yaitu
perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut
dengan unit plans, merupakan perencanaan yang bersifat komprehensif, dimana dapat
dilihat aktivitas yang direncanakan guru selama satu semester. Perencanaan umum ini
memerlukan uraian yang lebih rinci dalam perencanaan jangka pendek  yang disebut
dengan rencana pembelajaran. Gagne dan Briggs ( 1998 ) mengisyaratkan bahwa
dalam mengembangkan rencana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran perlu memperhatikan empat asumsi sebagai berikut :
1. Rencana pembelajaran perlu dikembangkan dengan baik dan menggunakan
pendekatan sistem. Pengembangan rencana pembelajaran dipengaruhi oleh teori-
teori yang melandasinya dengan langkah – langkah yang ditempuh dalam proses
pembuatannya. Gagne merumuskan bahwas sistem pembelajaran merupakan
serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi
proses belajar pada dirinya demi mencapai suatu kompetensi. Proses pembelajaran
dipandang sebagai suatu sistem karena memiliki sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, memiliki fungsi masing- masing untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik
2. Rencana pembelajaran harus dikembangkan secara ilmiah berdasarkan
pengetahuan  tentang peserta didik , yaitu teori-teori belajar dan pembelajaran
yang telah diteliti oleh para ahli ilmu pendidikan
3. Rencana pembelajaran harus dikembangkan untuk memudahkan peserta didik
belajar dan membentuk kompetensi dirinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, yaitu :
a. Informasi harus disiapkan dengan baik
b. Berikan contoh-contoh dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan peserta didik
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipassi dalam
proses pembelajaran
d. Menggunakan sarana dan alat pendukung yang berfariasi ( Wahab,2001 )

TUJUAN DAN FUNGSI RPP


Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1) mempermudah,
memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar mengajar; (2) dengan menyusun
rencana pembelajaran secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru
akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program
pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Sementara itu, fungsi
rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran ) agar lebih terarah dan berjalan secara
efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan
sebagai scenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan
pembelajaran hendaknya bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi
guru untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang
sesungguhnya.
UNSUR-UNSUR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENYUSUNAN
RPP
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyususnan rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah :
1. Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta
materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan
didalam silabus
2. Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan
kecakapan hidup ( life skill ) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-
hari
3. Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan
pengalaman langsung
4. Penilaian dengan system pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada
system pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

KOMPONEN-KOMPONEN RPP
Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut
permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari :
Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi : satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran.
Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.
Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/ atau diobservasi untuk
menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi.
Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar
atau seperangkat indicator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap indicator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik
digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan
pendahuluan, guru : (1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran; (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (3)
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan (4)
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktifitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indicator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.
Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP
Prinsip-prinsip rencana pembelajaran menurut Permendinas no 41 tahun 2007 tentang
standar proses terdiri dari :
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didi.
RPP disusun dengan memerhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial,emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik.
b. Mendorong Partisipasi aktif peserta didik.
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
c. Mengembangkan Budaya Membaca dan menulis.
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam bentuk tulisan.
d. Memberikan Umpan Balik dan Tindak Lanjut.
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, remedi.
e. Keterkaitan dan Keterpaduan.
RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,KD,
Materi Pembelajaran, Kegiatn Pembelajaran, Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
RPP disusun dengan mempertimbangkan peneraan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RPP
Langkah-langkah menyusun suatu rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi
beberapa hal berikut.
a.  Identitas mata pelajaran
Tuliskan nama mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu ( jam
pertemuan).
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tuliskan standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan Standar Isi.
c. Indikator
Pengembangan indikator dilakukan dengan beberapa pertimbangan berikut.
1. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indicator (lebih dari dua).
2. Indicator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan
diobservasi.
3. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja
KD atau SK.
4. Prinsip pengembangan indicator adalah urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan
Kontekstual.
5. Keseluruhan indicator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan
lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap,
berfikir dan bertindak secara konsisten.
d. Materi pembelajaran
Cantumkan materi pembelajaran dan lengkapi dengan uraiannya yang telah
dikembangkan dalam silabus. Dalam menetapkan dan mengembangkan materi
perlu diperhatikan hasil dari pengembangan silabus, pengalaman belajar yang
bagaimana yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang didukung oleh
uraian materi materi untuk mencapai kompetensi tersebut. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu,
kesesuaian, ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan
guru, tingkat perkembangan peserta didik, dan fasilitas.
Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar,
maka perlu diperhatikan criteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan
sebagai berikut.
1. Sahih ( valid ), artimya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran
benar-benar  telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
2. Relevensi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan
kemampuan dasar yang ingin dicapai.
3. Konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pembelajaran dengan
kemampuan dasar dan standar kompetensi.
4. Adequasi ( kecukupan ), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan
cukup lengkap untuk tercapainya kemampuan yang telah ditentukan.
5. Tingkat kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan
pertanyan berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari?  Penting
untuk siapa? Di mana dan mengapa penting ? dengan demikian, materi yang
dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh
siswa.
6. Kebermanfaatan, artinya materi yang diajarkan benar-benar bermanfaat, baik
secara akademis, maupun nonakademis.
7. Layak dipelajari, artinya materi tersebut memungkinkan untuk dipelajari, baik
dari aspek tingkat kesulitannya ( tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit )
maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatna bahan ajar dan kondisi
setempat.
8. Menarik minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut.
e. Tujuan pembelajaran
Dalam tujuan pembelajaran dijelaskan apa tujuan dari pembelajaran tersebut.
Tujuan pembelajaran diambil dari indicator.
f.  Strategi atau Skenario Pembelajaran
Strategi atau scenario pembelajaran adalah strategi atau scenario apa dan
bagaimana dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara
terarah, aktif, efektif, bermakna dan menyenangkan. Strategi atau scenario
pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara
beruntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penentuan urutan langkah
pembelajaran sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan
prasyarat tertentu. Rumusan pernyataan dalam langkah pembelajaran minimal
mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan siswa dan materi
pembelajaran adalah :
a. Hendaknya memberikan bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
sendiri pengetahuan dibawah bimbingan guru;
b. Merupakan pola yang mencerminkan cirri khas dalam pengembangan
keterampilan dalam mata pelajaran yang bersangkutan , misalnya observasi
dilingkungan sekitar;
c. Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia;
d. Bervariasi dengan mengombinasikan antar kegiatan belajar perseorangan,
pasangan, kelompok, dan klasikal;
e. Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat,
kemampuan, minat, latar belakang keluarga, social ekonomi, dan budaya, serta
masalah khusus yang dihadapai siswa yang bersangkutan.
g. Sarana dan Sumber Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, sarana pembelajaran sangat membantu siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.Sarana berfungsi memudahkan terjadinya
proses pembelajaran. Sementara itu, sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dijadikan sumber dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar yang utama
bagi guru adalah sarana cetak, seperti buku, brosur, majalah, poster, lembar
informasi lepas, peta, foto, dan lingkungan sekitar, baik alam, system ataupun
budaya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih sarana adalah :
(1) menarik perhatian dan minat siswa
(2) meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkret dan
sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme
(3) merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha pengembangan nilai-nilai
(4) berguna dan multifungsi
(5) sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri pleh guru atau
diambil dari lingkungan sekitar.
Sementara itu, dasar pertimbangan untuk memilih dan menetapkan media
pelajaran yang seharusnya digunakan adalah :
(1) tingkat kematangan berpikir dan usia siswa
(2) kesesuaian dengan materi pelajaran
(3) keterampilan guru dalam memanfaatkan media
(4) mutu teknis dan media yang bersangkutan
(5) tingkat kesulitan dan konsep pelajaran
(6) alokasi waktu yang tersedia
(7) pendekatan atau strategi yang digunakan
(8) penilaian yang akan diterapkan.
h. Penilaian dan Tindak Lanjut
Tuliskan system penilaian  dan prosedur yang digunakan untuk menilai pencapaian
belajar siswa berdasarkan system penilaian yang telah dikembangkan selarans
dengan pengembangan silabus.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian
hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Jenis penilaian yang dapat digunakan dalam system penilaian berbasis kompetensi,
antara lain sebagai berikut.
1. Kuis, bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang bersifat
prinsip. Biasanya dilakukan sebelum mata pelajaran dimulai, kurang lebih 15
menit. Kuis dilakukan untuk mengungkap kembali penguasaan pembelajaran
oleh siswa
2. Pertanyaan lisan di kelas, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru
dengan tujuan memperkuat pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teori.
3. Ulangan harian, adalah ujian yang dilakukan setiap saat, misalnya 1 atau 2
materi pokok selesai diajarkan.
4. Tugas individu, yaitu tugas yang diberikan kapan saja, biasanya untuk
memeperkaya materi pembelajaran, atau untuk persiapan program-program
pembelajaran tertentu.
5. Tugas kelompok, yaitu tugas yang dikerjakan secara kelompok (5-7 siswa).
Jenis tagihan ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja sama di dalam
kelompok.
6. Ujian sumatif, yaitu ujian yang dilakukan setiap satu standar kompetensi atau
beberapa satuan komptensi dasar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian adalah sebagai
berikut.
a. Untuk mengukur pencapaian kompetensi peseta didik, yang dilakukan
berdasarkan indikator,
b. Menggunakan acuan criteria,
c. Menggunakan system penilaian berkelanjutan,
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut,
e. Sesuai dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran
i.   Prinsip Pengembangan
Pengembangan RPP harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik
terhadap materi standar dan kompetensi dasar yang dijadikan bahan kajian. Dalam
hal ini harus diperhatikan guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi
juga harus berperan sebagai motivator, mendorong peserta didik untuk belajar,
dengan menggunakan berbagai variasi media dan sumber belajar yang sesuai, serta
menunjang pembentukan kompetensi dasar. Untuk kepentingan tersebut, berikut
ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan daklam pengembangan RPP
dalam menyesuaikan implementasi, antara lain :
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas
2. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel , serta dapat dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik
3. Kegiatan–kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus
menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan
4. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya
5. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama
apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim.
Dalam hal ini, perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender
pendidikan dan jadwal pembelajaran, pembagian waktu yang digunakan secara
proporsional, seperti penetapan penilaian , penetapan norma kenaikan kelas dan
kelulusan, pencatatan kemajuan belajar peserta didik, pembelajaran remedial,
progra,m pengayaan, program percepatan , peningkatan kualitas pembelajaran, dan
pengisian waktu jam kosong. Dalam kaitannya dengan RPP, terdapat beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Persiapan dipandang sebagai suatu proses yang secara kuat diarahkan pada
tindakan mendatang, misalnya untuk pembentukan  kompetensi, dan melibatkan
orang lain
2. Persiapan diarahkan pada tindakan dimasa mendatang, yang dihadapkan pada
berbagai masalah , tantangan serta hambatan yang tidak pasti
3. Rencana pembelajaran erat hubungannya dengan bagaimana sesuatu dapat
dikerjakan, karena itu RPP yang baik adalah yang dapat dilaksanakan secara
optimal dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.
Kesimpulan Kelompok : Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa
pengembangan rencana pembelajaran menuntut pemikiran, pengambilan keputusan ,
pertimbangan guru serta usaha intelektual, pengetahuan teoritis , pengalaman yang
ditunjang oleh sejumlah aktifitas, seperti ,memperkirakan, mempertimbangkan,
menata dan memvisualisasikan. Guru profesional harus mampu mengembangkan
rencana pembelajaran yang baik , logis, dan sistematis. Setiap guru harus memiliki
rencana pembelajaran yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik
persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Rencana pembelajaran mencerminkan apa
yang akan dilakukan guru dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta
didik, bagaimana melakukannya dan mengapa guru melakukan itu.  Oleh karena itu
RPP memiliki kedudukanm esensial dalam pembelajaran yang efektif karena akan
membantu membuat disiplin kerja yang baik , suasana yang lebih menarik, pembel
ajaran yang dioliki sejumlah kompomrganisasikan dengan baik, relevan dan akurat.
Rencana pembelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk
menunjang pembentukan kompetensi yang di harapkan. Dalam hal ini guru harus
menjabarkan SKKD dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu
semester, beberapa minggu atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan semester
disebut program unit , sedangkan untuk beberapa jam pelajaran disebut RPP, yang
dalam implementasi KTSP memiliki komponen- komponen kompetensi dasar, materi
standarn pengalaman belajar, metode mengajar, dan penilaian berbasis kelas.
4. Rencana pembelajaran hendaknya tidak dibuat asal-asalan, program satuan
pelajaran harus disusun sesuai dengan  prosedur ilmiah.
5. Prosedur Pengembangan
Prosedur Pengembangan RPP dalam menyukseskan implementasi KTSP dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu :
1. Menambah kolom silabus
2. Membuat format Satpel

DAFTAR PUSTAKA
http://basrib.wordpress.com/2011/11/22/perbedaan-ktsp-dengan-kbk-dan-esensi-
dari-pada-kurikulum-yang-selalu-berubah-ubah-dengan-membandingan-semua-
kurikulum-kurikulum-1975-1984-1994-2004-2006/diakses tanggal 27 agustus 2015
http://noor-ekha.blogspot.com/2012/07/kelemahan-dan-kelebihan-kbk-dan-
ktsp.html diakses tanggal 27 agustus 2015
Imron Ali, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara, 2011
Mulyasa, Implementasi Kurukulum Tingkat satuan Pendidikan kemandirian guru
dan kepala sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2009
http://PENDIDIKAN/Pengertian/Silabus/dan/RPP_html diakses tanggal 27
agustus 2015
Mulysa. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
http://edu-articles.com/pengembangan-silabus/diakses tanggal 27 agustus 2015
http://www.sdnleuwimunding3.sch.id/2010/10/pengertian-silabus-dan-
pengembangannya.html diakses tanggal 27 agustus 2015
Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, cet,2,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
Ali imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, cet,1, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2011),h. 120
Ali imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan,h.121
Mulyasa, Implementasi Kurukulum Tingkat satuan Pendidikan kemandirian guru dan
kepala sekolah, (jakarta : Bumi Aksara, 2009),h. 156-157

Pengembangan Evaluasi dan telaah kurikulum adalah suatu aktivitas ilmiah yang


memiliki keterkaitan erat dengan proses pengembangan kurikulum. Keduanya tidak
terpisahkan dan hubungan antar keduanya adalah seperti gigi roda yang tergambar
nantinya dalm tulisan ini. Pada tahun 70 an dunia evaluasi kurikulum di Amerika
serikat didominasi oleh persaingan dua kelompok metodologi yaitu kuantitatif dan
kualitatif. Pada waktu itu tradisi kuantitatif sudah berakar dalam evaluasi kurikulum,
mendapat tantangan yang cukup keras dari tradisi kualitaif. Pandangan mengenai
kebenaran ilmiah yang bersifat universal yang dianut tradisi kulitatif mendapat
tantangan dari pandangan filosofi fenomenologi yang mengakui adanya “myriad of
truth”. Kekuatan metodologi kualitatif yang memiliki vaiditas tinggi dalam
menghasilkan data tentang proses walaupun berlaku untuk suatu tempat.
Secara legal Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
Nasional telah menberikan dasar bagi pelaksanaan evaluasi kurikulum. Pasal 55 UU
nomor 20 tahun 2003 menyebutkan “evaluasi dilakukan dalam rangka
pengendalian mutu pendidikan secara Nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Sedangkan
pasal 59 ayat (2) menyebutkan: “ masyarakat dan/atau organisasi profesi dapat
membentuk lembga yang mandiri untuk melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 58.
Amerika serikat adalah Negara paling maju dalam organisasi profesi evaluasi. Secara
Khusus Amerika serikat memiliki organisasi yang dinamkan American Evoluatin
Associ ation (AEA). Anggota tersebut memiliki berbagai latar belakang bidang
spesialisasi dari evaluasi kurikulum, evaluasi pendidikan, evaluasi program sosial,
evaluasi kebijakan, evaluasi program bisnis, program kesehatan, dll. Keseluruhan
proses pengembangan kurikulum di atas memperlihatkan ruang lingkup yang harus
menjadi fokus evaluasi kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan satuan
pendidikan. Uraian berikut membahas mengenai ruang lingkup yang dimaksudkan
pada Gambar di atas

Anda mungkin juga menyukai