ASAS –ASAS
&
PRINSIP PERKEMBANGAN KURIKULUM
Di Susun Oleh
1. Hertati ( 20.01963 )
2. Rena Anda Resta (20.01973)
3. Sutriana (20.01979)
4. Lucy Shafira Apriani (20.01991)
Semester : V A (Kelompok 2)
Mata Kuliah : Telaah Kurikulum SMP/SMA
Dosen Pengampu : Rismiliana,S.Pd.,M.Pd.I
Daftar Isi
Cover............................................................................................................1
BAB I
A.Latar Belakang........................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................3
BAB II
1.Pengertian Kurikulum........................................................................4
2.Asas-asas Kurikulum...........................................................................5
a. Asas Psikologis Kurikulum dan Psikologi Belajar...........................8
b.Asas Psikologi Anak............................................................................10
3.Prinsip-prinsip Kurikulum..................................................................12
BAB III
1.Kesimpulan...............................................................................................14
2.Daftar Pustaka..........................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kurikulum.
2. Macam-macam asas kurikulum.
3. prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui asas-asas kurikulum
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
BAB II
4
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum
Kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster pada tahun 1856,
yang digunakan dalam bidang olahraga, yang berarti jarak yang harus ditempuh
oleh pelari atau kereta mulai awal sampai akhir atau mulai star sampai finish.
Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul dalam kamus tersebut, khusus
digunakan dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran
disekolah atau mata kuliah diperguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tingkat tertentu1.
Di Indonesia sendiri kurikulum baru populer sejak tahun 50-an
yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
amerika serikat. Beberapa definisi kurikulum menurut beberapa ahli
kurikulum:2
Edward A. Krug dalam The Secondary School
Curriulum (1960) mengatakan bahwa kurikulum dilihatnya
sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapai tujuan
persekolahan.
Alice Miel dalam bukunya Changing the
Curriculum: Social Process (1946), ia mengemukakan
bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap
orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak
didik masyarakat, para pendidik dan personalia. Jadi
kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang
bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
Al- Nahlawi memandang bahwa kurikulum adalah rencana
sekolah yang berisi pokok-pokok pembelajaran, tujuan,
tingkatan dan apa yang diberikan setiapa tahun ajaran, yang
dijelaskan pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan
pada tingkatan atau kelas tertentu dengan melihat tingkat
usia anak didik serta berisi tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan anak didik pada tiap pokok bahasan dalam
suatu materi pelajaran.
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain,
sehingga kita peroleh penggolongan sbb:
1
Muhammad Zaini, Pengembangan kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), cet. Ke-1,
hlm.1
2
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-9, hlm. 3-6
5
a. Asas filosofis
Seseorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan
mengenai kurikulum harus memperhatikan falsafah, baik falsafah bangsa,
falsafah lembaga pendidikan, dan falsafah pendidik. Secara etimologis
falsafat berasal dari dua kata yaitu philare yang berarti cinta
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Agar seseorang dapat berbuat
bijak, maka ia harus berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis dan
mendalam. Oleh karena itu filsafat dipandang sebagai induk segala ilmu
( the mother of knowledge). Filsafat meliputi kajian tentang
a) metafisika yaitu studi tentang hakikat kenyataan atau realitas.
b) epistemology yaitu studi tentang hakikat pengetahuan.
c) aksioltudi tentanogi yaitu studi tentang nilai
d) etika yaitu studi tentang hakikat kebaikan
e) estetika yaitu studi tentang hakikat keindahan.
f) logika yaitu studi tentang hakikat penalaran.
6
Dibawah ini dijelaskan beberapa aliran filsafat yang dominan antara
lain:
1) Aliran perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak
melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut, atau perennial
yang ditemukan dan diciptakan para pemikir unggul sepanjang masa,
yang dihimpun dalam the Great Books atau Buku Agung. Kurikulum yang
dinginkan oleh aliran ini terdiri atas subyek atau mata pelajaran terpisah
sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS.
2) Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari “atas”,
dari dunia supranatural dari tuhan. Boleh dikatan hampir seluruh agama
menganut filsafat idealisme. Kebenaran dipercayai datannya dari tuhan
yang diterima melalui wahyu. Kebenaran ini termasuk dogma dan
norma-normanya bersifat mutlak. Apa yang datang dari tuhan baik
dan benar. Tujuan hidup adalah memenuhi kehendak Tuhan. Filsafat ini
umumya diterapkan disekolah yang berorientasi relegius. Semua siswa
diharuskan menikuti pelajaran agama, menghadiri khutbah, dan membaca
kitab suci.
3) Aliran Realisme
Filsafat realisme memcari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui
pengematan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam.
Mutu kehidupan senantiasa ditingkatkan melalui kemjuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup adalah memperbaiki
kehidupan melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang beraliran
realisme mngutamakan pengetahuanyang sudah mantap sebagai hasil
penelitian ilmiah yang dituangkan secra sistematis dalam berbagai
disiplin ilmu atau mata pelajaran. Disekolah akan dimulai dengan
teori-teori dan prinsip-prinsip yang fundamental, kemudian praktik dan
aplikasinya.
5) Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam
menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara
individual dan di tentukan masing-masing secara bebas, namun dengan
pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup
adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri.Sekolah yang
berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan
dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas
berfikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab.
Sekolah ini menolak segala kurikulum, pedoman, intruksi, buku wajib dan
lain-lain dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri,
menentukan setandarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Dngan
sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional.
4. Teori Gestalt
Tokoh teori ini adalah Max Wertheimer, kurt lewin dan john
dewey. Teori ini berpendapat bahwa keseluruhan lebih dari jumlah bagian-
bagiannya. Kelebihan itu terjadi karena manusia cenderung melihat suatu
pola, organisasi, integrasi atau konfigurasi terhadap apa yang dilihatnya.
Konfigurasi yang membentuk kebulatan keseluruhan itulah dalam bahasa
jerman disebut gestalt. Menurut teori gestalt belajar adalah
mengembangkan insight pada anak dengan melihat hubungan-hubungan
antara unsure situasi problematic sehingga melihat makna baru dalam
situasi itu. Teori gestalt mempunyai tujuan yang luas yakni bukan hanya
memberikan pengetahuan tapi juga proses menghadapi dan memecahkan
masalah, pengembangan pribadi dan sikap terhadap dunia. Belajar
bukanlah suatu yang pasif. Dalam belajar siswa mempunyai tujuan,
mengadakan eksplorasi, menggunakan imajinasi dan bersikap kreatif.
Teori belajar gestalt antara lain:
E. Asas organistor
Suatu aktifitas dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu
suatu bentuk pola yang jelas tentang bahan yang akan disajikan atau di
proseskan kepada peserta didik. Pola atau bentuk bahan yang akan
disajikan inilah yang dimaksud organisasi kurikulum. Organisasi
kurikulum adalah suatu yang penting sekali dalam pengembangan dan
pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program
pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan isi
bahan pelajaran dan cara menyajikannya.
Organisasi bahan yang dipilih harus serasi dengan tujuan dan sasaran
kurikulum, yang pada dasarnya di susun dari yang sederhana kepada
yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, dan dari tingkat
rendah ke tingkat lebih tinggi, baik kognitif, maupun afektif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan asas organisatoris
adalah:
1. Tujuan bahan pelajaran
Apakah mengajarkan keterampilan untuk masa sekarang atau mengajarkan
keterampilan untuk keperluan masa depan, apakah untuk memecahkan
masalah, untuk mengembangkan nilai-nilai, untuk mengembangkan ciri
ilmiyah, atau memupuk jiwa warga Negara yang baik.
2. Sasaran bahan pelajaran
Siapakah peserta didiknya? Apakah latar belakang pendidikan dan
pengamalannya? Sampai manakah tingkat perkembangannya? Bagaimana
profil kepribadian dan motivasinya?
3. Pengorganisasian bahan
Bagaimana pelajaran di organisir, apakah berdasarkan topik, konsep
kronologi atau yang lainnya? Apakah jenis organisasi kurikulum yang di
pakai apakah sparated subject curriculum atau correlated curriculum atau
integrated curriculum?
Pemahaman terhadap asas-asas tersebut bagi para pengembang kurikulum
sangat penting dan amat di butuhkan untuk dapat menghasilkan suatu
bentuk kurikulum yang ideal yang di harapkan oleh semua pihak. Pertama
kurikulum harus sesuai dengan falsafah bangsa yaitu pancasila, relevan
dengan kebutuhan, minat, psikologi belajar dan psikologi perkembangan
anak, sesuai dengan kondisi social masyarakat dan keanekaragaman
budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memilih organisasi kurikulum yang sesuai dengan latar belakang anak,
materi pelajaran, dan jenjang atau jenis pendidikan tertentu.
3. Prinsip-prinsip kurikulum
12
Secara umun ada tiga prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu (a)
prinsip relavansi; (b) prinsip fleksibel; dan (c) prinsip kontinuitas.3
a. Prinsip Relvansi
Prinsip relavansi mengacu kepada kesesuaian kurikulum dengan
tututan hidup masyarakat. Diantara tuntutan hidup masyarakat adalah
misalnya, agar lulusan dapat ikut proses produksi yang menggunakan
teknolgi tertentu. Dengan kata lain, ada kesesuaian antara kurikulum
dengan tututan dunia kerja pada waktu tertentu.
Kesesuaian kurikuum dengan dunia kerja memang penting, namun
bukan berarti pendidikan hanya akan menghasilkan tenaga-tenaga teknis
yang terampil menerapkan teknologi tertentu dalam dunia kerjanya saja.
Sebab, jika demikian, lulusan-lulusan ini tidak akan mampu mengikuti
perkembangan iptek yang demikian cepat. Oleh karena itu, kata “relavan”
tersebut dapat dipandang sebagai kemampuan adaptasi aktif dengan
berbagai perubahan yang berkembang dalam dunia lulusan (diantaranya
dunia kerja). Kemampuan adaptasi aktif dengan berbagai perkembangan
dan perubahan yang terjadi dalam dunialulusan dan yang tidak mengenal
batas waktu ini akan menjadi daya hidup, daya hadap, dan daya
menghidupi dunia lulusan yang sangat kuat. Oleh karena itu, kurikulum
yang baik itu tidak sekedar yang mampu mengatsi persoalan hidup lulusan
yang bersifat sementara tetapi lebih dari itu.
b. Prinsip Fleksibilitas
Menurut pendapat Hasan yang yang dikutip oleh Dr. Sa’dun Akbar
dan Dr. Hadi Sriwiyana dalam bukunya4, fleksibilitas dalam dunia
pendidikan dapat ditelaah dari dua posisi yang
berbeda.Pertama,fleksibiltas sebaga suatu pemikiran
pendidikan. Kedua, fleksibilitas sebagai kaedah dalam pengembangan
kurikulum. Prinsip fleksibilitas dari konteks ini adalah fleksibilitas delam
pengembangan kurikulum. Fleksibilitas sebagai kaedah pengembangan
kurikulum diistilahkan dengan fleksibilitas dimensi pelaksana.
Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum dapat
digambarkan dengan kaedah-kaedah yang memberikan ruang gerak
(kebebasan) kepada pelaksana program –kurikulum, siswa, dan lulusam
dalam bertindak. Adanya peluang munculnya gagasan-gagasan baru,
pengalaman-pengelaman belajar baru, dan kewenangan-kewenangan baru
dalam dunia kerja lulusan.
3
Akbar, Sa’dun dan Hadi Sriwiyana, Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Yogyakarta : Cipta Media hal 29
4
Ibid hal 30
13
c. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas (kesinambungan) dalam konteks ini bisa
kontinuitas yag bersifat vertikal dan kontinuitas yang bersifat horizontal.
Kontinuitas vertikal adalah kontinuitas antar level pendidikan yang satu
dengan yang lainnya. Level yang dimaksud dapat berbentuk
kesinambungan antar janjang pendidikan yang satu dengan yang lainnya,
misalnya antara pendidikan pra sekolah, SD, SLTP. SLTA, dan perguruan
tinggi. Level ini juga dapat dipahami sebgai kesinambungan antar kelas
yang satu dengan kelas selanjutnya : ada kesinambungan antara kelas
1,2,3,4,5,6 SD; ada kesinambungan antara kelas 1,2,3 SLTP, dst.
Kontinuitas horizontal dapat dipahami ada kesinambungan anatar mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Pokok bahasan tertentu yang
disajikan pada semester tertentu pada pelajaran IPS misalnya, hendaknya
dikaitkan dengan pokok bahasan tertentu pada mata pelajaran agama,
bahasa indonesia, bahasa indonesia pad semester tertentu pula.
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA