Anda di halaman 1dari 15

1

ASAS –ASAS
&
PRINSIP PERKEMBANGAN KURIKULUM

Di Susun Oleh
1. Hertati ( 20.01963 )
2. Rena Anda Resta (20.01973)
3. Sutriana (20.01979)
4. Lucy Shafira Apriani (20.01991)

Semester : V A (Kelompok 2)
Mata Kuliah : Telaah Kurikulum SMP/SMA
Dosen Pengampu : Rismiliana,S.Pd.,M.Pd.I

YAYASAN PERGURUAN AGAMA ISLAM ( YPAI )


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ( STI-TAR )
TAHUN AKADEMIK 2022/ 2023
2

Daftar Isi
Cover............................................................................................................1
BAB I
A.Latar Belakang........................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................3

BAB II
1.Pengertian Kurikulum........................................................................4
2.Asas-asas Kurikulum...........................................................................5
a. Asas Psikologis Kurikulum dan Psikologi Belajar...........................8
b.Asas Psikologi Anak............................................................................10
3.Prinsip-prinsip Kurikulum..................................................................12

BAB III
1.Kesimpulan...............................................................................................14
2.Daftar Pustaka..........................................................................................15
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam


pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan
mulus. Kurikulum di perlukan sebagai salah satu komponen untuk
menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum
terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan
arah proses pembelajaran. Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji
kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi guru.

Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu yang dapat


mempengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar
sekolah. Namun, kurikulum haruslah direncanakan agar pengaruhnya
terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya. Adapun
hasil–hasil belajar tersebut haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diinginkan, sejalan dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, relevan
dengan kebutuhan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, sesuai
dengan tuntutan minat, kebutuhan dan kemampuan para siswa sendiri,
serta sejalan dengan dengan proses belajar para siswa yang menempuh
kegiatan-kegiatankurikulum.

B. Rumusan Masalah

1.      Pengertian Kurikulum.
2.      Macam-macam  asas kurikulum.
3.      prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2.      Untuk mengetahui asas-asas kurikulum
3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum

BAB II
4

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kurikulum

  Kata kurikulum muncul pertama pada kamus Webster pada tahun 1856,
yang digunakan dalam bidang olahraga, yang berarti jarak yang harus ditempuh
oleh pelari atau kereta mulai awal sampai akhir atau mulai star sampai finish.
Kemudian pada tahun 1955 kata kurikulum muncul dalam kamus tersebut, khusus
digunakan dalam bidang pendidikan yang artinya sejumlah mata pelajaran
disekolah atau mata kuliah diperguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tingkat tertentu1.
  Di Indonesia sendiri  kurikulum baru populer sejak tahun 50-an
yang           dipopulerkan   oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
amerika serikat.      Beberapa definisi kurikulum  menurut beberapa ahli
kurikulum:2
 Edward A. Krug dalam The Secondary School
Curriulum (1960) mengatakan bahwa kurikulum dilihatnya
sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapai tujuan
persekolahan.
 Alice Miel dalam bukunya Changing the
Curriculum: Social Process (1946), ia mengemukakan
bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana
sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap
orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak
didik masyarakat, para pendidik dan personalia. Jadi
kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang
bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
 Al- Nahlawi memandang bahwa kurikulum adalah rencana
sekolah yang berisi pokok-pokok pembelajaran, tujuan,
tingkatan dan apa yang diberikan setiapa tahun ajaran, yang
dijelaskan pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan
pada tingkatan atau kelas tertentu dengan melihat tingkat
usia anak didik serta berisi tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan anak didik pada tiap pokok bahasan dalam
suatu materi pelajaran.

                                                                                                                   
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain,
sehingga kita peroleh penggolongan sbb:
1
Muhammad Zaini, Pengembangan kurikulum, (Yogyakarta:  Teras, 2009), cet. Ke-1,
hlm.1
2
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta:  Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-9, hlm. 3-6
5

1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya


para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu
panitia.hasilnya dituangkan dlam bentuk buku atau pedoman
kurikulum, yang mislnya berisi sejumlah mata pelajaran yang
harus diajarkan.
2. Kurikulum dapat dipandang juga sebagai program, yakni alat yang
digunakan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat
berupa mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga
meliputi segala kegiatan yang  dianggap dapat mempengaruhi
perkembangan siswa.
3. Kurikukum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan
akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, ketrampilan
tertentu.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa.

2. Asas- asas kurikulum

           Mengingat sangat pentingnya kurikulum, maka dalam


pengembangannya diperlukan landasan dan asas yang kuat, melalui
pemikiran dan perenungan yang mendalam. Demikian pula dengan
kurikulum, apabila proses pengembangannya secara acak-acakan dan tidak
memiliki landasan yang kuat maka out put pendidikan yang dihasilkan
tidak akan terjamin kualitasnya. Asas-asas utama dalam pengembangan
kurikulum yaitu asa filosofis, psikologis, sosiocultural ilmu pengetahuan
dan tehnologi serta organisatoris.

a.       Asas filosofis
Seseorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan
mengenai kurikulum harus memperhatikan falsafah, baik falsafah bangsa,
falsafah lembaga pendidikan, dan falsafah pendidik. Secara etimologis
falsafat berasal dari dua kata yaitu philare yang berarti cinta
dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Agar seseorang dapat berbuat
bijak, maka ia harus berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui proses berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis dan
mendalam. Oleh karena itu filsafat dipandang sebagai induk segala ilmu
( the mother of knowledge). Filsafat meliputi kajian tentang
a) metafisika yaitu studi tentang hakikat kenyataan atau realitas.
b) epistemology yaitu studi tentang hakikat pengetahuan.
c) aksioltudi tentanogi yaitu studi tentang nilai
d) etika yaitu studi tentang hakikat kebaikan
e) estetika yaitu studi tentang hakikat keindahan.
f) logika yaitu studi tentang hakikat penalaran.
6

     Dibawah ini dijelaskan beberapa aliran filsafat yang dominan antara
lain:

1)      Aliran perennialisme
            Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak
melalui pengetahuan yang abadi, universal dan absolut, atau perennial
yang ditemukan dan     diciptakan para pemikir unggul sepanjang masa,
yang dihimpun dalam the Great Books atau Buku Agung. Kurikulum yang
dinginkan oleh aliran ini terdiri atas subyek  atau mata pelajaran terpisah
sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA atau IPS.

2)      Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari “atas”,
dari dunia supranatural dari tuhan. Boleh dikatan hampir seluruh agama
menganut filsafat idealisme. Kebenaran dipercayai datannya dari tuhan
yang diterima melalui wahyu.    Kebenaran ini termasuk dogma dan
norma-normanya bersifat mutlak. Apa yang       datang dari      tuhan baik
dan benar. Tujuan hidup adalah memenuhi kehendak Tuhan. Filsafat ini
umumya diterapkan disekolah yang berorientasi relegius. Semua siswa
diharuskan menikuti pelajaran agama, menghadiri khutbah, dan membaca
kitab  suci.

3)      Aliran Realisme
Filsafat realisme memcari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui
pengematan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam.
Mutu kehidupan senantiasa             ditingkatkan melalui kemjuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup      adalah memperbaiki
kehidupan melalui penelitian ilmiah. Sekolah yang beraliran           
realisme mngutamakan pengetahuanyang sudah mantap sebagai hasil
penelitian             ilmiah yang dituangkan secra sistematis dalam berbagai
disiplin ilmu atau mata       pelajaran. Disekolah akan dimulai dengan
teori-teori dan prinsip-prinsip yang fundamental, kemudian praktik dan
aplikasinya.

4)      Aliran Pragmatisme/ utilitarianisme


Aliran  ini juga disebut aliran instrumentalisme atau untilitarianisme dan
berpendapat         bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan
pengelamannya. Tidak ada        kebenaran mutlak, kebenaran adalah relatif
dan dapat berubah. Yang baik, ialah yang   berakibat baik kepada
masyarkat. Tujuan hidup ialah mengambdi kepada masyarakat      dengan
peningkatan kesejahteraan manusia.
7

Tugas guru mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan,


melainka memberi     kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai
kegiatan guna memecahkan         masalah, atas dasr kepercayaan bahwa
belajar itu hanya dapat dilakukan oleh anak      sendiri, bukan karena “
dipompakan kedalam otaknya”. Yang penting ialah  bukan”what to think”
melainkan “how to think” yankni melalui pemecahan
masalah.         Pengetahuan di peroleh bukan dengan mempelajari mata
pelajaran, melainkan          karna digunakan secara fungsional     dalam
memecahkan masalah.

5)      Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam
menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara
individual dan di tentukan masing-masing secara bebas, namun dengan
pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain. Tujuan hidup
adalah menyempurnakan diri, merealisasikan diri.Sekolah yang
berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan
dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas  orang lain. Ia harus bebas
berfikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggung jawab.
Sekolah ini menolak segala kurikulum, pedoman, intruksi, buku wajib dan
lain-lain dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri,
menentukan setandarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Dngan
sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional.

Pentingnya filsafat bagi pendidikan nyata bila kita ketahui besar


manfaatnya bagi kurikulum yakni:

a. Filsafat pendidikan menentukan arah kemana anak-anak harus


dibimbing
b. Dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang
hasil
c. pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yanga
harus dibentuk.
d. Filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan
untuk mencapai tujuan itu.
e. Filsafat member kebulatan kepad usaha pendidikan, sehingga tidak
lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam
perkembangan anak.
f. Tujuan pendidikan memberi petunjuk apa yang harus dinilai dan
hingga mana tujuan itu telah tercapai.
g. Tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar,
mengajar,bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
8

B.     Asas Psikologis kurikulum dan Psikologis Belajar


Dalam proses perkembangan kurikulum, seorang pengembang harus
memperhatikan psiklogis anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-
teori dan psikologi belajar. Para pengembangan kurikulum seharusnya
menjadikan anak sebagai pokok pemikiran, agar anak dapat belajar dengan
baik, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat merubah sikapnya,
dapat menerima norma-norma atau nilai-nilai serta dapat menguasai
sejumlah ketrampilan yang diharapkan. Dalam mengambil keputusan
tentang kurikulum pengetahuan tentang psikologi anak dan bagaimana
anak belajar, sangat diperlukan antara lain dalam Seleksi dan organisasi
bahan pelajaran. Menentukan kegiatan belajar yang paling
serasi.  Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar
tercapai.Materi yang akan dipelajari perlu mengenal tahap perkembangan
anak, bagaimana anak belajar secara tepat, serta membutuhkan
pengetahua tentang berbagai teori belajar.

Macam-macam teori belajar diantaranya:


1. Teori Ilmu Jiwa Daya
Teori ini berangapan bahwa otak atau mental manusia terdiri atas
sejumlah daya, yang memiliki fungsi-fungsi tertentu. Daya-daya itu antara
lain daya ingat, daya pikir, daya tanggap, daya fantasi dan lain-lain.
Tujuan pendidikan adalah memperkuat daya-daya jiwa itu, yang dilakukan
dengan latihan untuk mendisiplinkannya. Misalnya daya ingat bisa di latih
dengan pelajaran menghafal. Daya fikir di latih dengan menghadapkan
anak didik dengan berbagai pemecahan masalah seperti matematika dan
lain-lain.
2. Teori Apersepsi Herbart
J.F. Herbart (1776-1841) menurut Nasution dapat dipandang
sebagai tokoh pertama psikologi belajar yang menyimpang dari teori
psikologi daya. Ia terkenal dengan teori apersepsi yang dikemukakannya.
Apersepsi adalah proses asosiasi antara ide yang baru dengan ide yang
lama yang tersimpan dalam bawah sadar individu. Setiap ada persepsi baru
yang masuk maka akan disambut oleh yang lama. Ide lama berlomba
memasuki alam sadar untuk menyambut ide baru. Misalnya bila seseorang
melihat pesawat terbang, maka akan muncul ide tentang burung terbang
atau perjalanan yang pernah dilakukan dengan pesawat atau tehnologi
canggih atau bergantung pada adanya ide yang tersimpan atau persepsi
yang telah ada. Persepsi diperoleh melalui pengamatan terhadap
lingkungan melalui panca indra. Ada 5 langkah metode pembelajaran
menurut teori ini yaitu persiapan, penyajian, perbandingan dan abstraksi,
generalisasi dan aplikasi.
9

3.  Teori Asosiasi, Teori S-R


Teori S-R adalah belajar dengan menghubungkan antara stimulus
dan respon. Stimulus adalah rangsangan baik dari dalam maupun dari luar
individu anak didik. Tokoh teori ini adalah Edward L. Thorndike yang
beraliran connectionism yaitu hubungan antara dua hal yang dikenal
sebagai S-R (stimulus-respon). Pendapatnya tentang teori belajar ini
adalah bahwa semakin sering S-R dilatih, maka makin lama hubungan itu
bertahan dan hubungan S-R akan lebih erat bila disertai rasa senang. S-R
termasuk dalam aliran psikologi behaviorisme yang beranggapan bahwa
dalam proses belajar, individu itu pasif, ia menerima stimulus dan member
respon secara otomatis. Stimulus dianggap sebab dan respon dianggap
akibat.

4. Teori Gestalt
Tokoh teori ini adalah Max Wertheimer, kurt lewin dan john
dewey. Teori ini berpendapat bahwa keseluruhan lebih dari jumlah bagian-
bagiannya. Kelebihan itu terjadi karena manusia cenderung melihat suatu
pola, organisasi, integrasi atau konfigurasi terhadap apa yang dilihatnya.
Konfigurasi yang membentuk kebulatan keseluruhan itulah dalam bahasa
jerman disebut gestalt.  Menurut teori gestalt belajar adalah
mengembangkan insight pada anak dengan melihat hubungan-hubungan
antara unsure situasi problematic sehingga melihat makna baru dalam
situasi itu. Teori gestalt mempunyai tujuan yang luas yakni bukan hanya
memberikan pengetahuan tapi juga proses menghadapi dan memecahkan
masalah, pengembangan pribadi dan sikap terhadap dunia. Belajar
bukanlah suatu yang pasif. Dalam belajar siswa mempunyai tujuan,
mengadakan eksplorasi, menggunakan imajinasi dan bersikap kreatif. 
Teori belajar gestalt antara lain:

1.      Belajar itu berdasarkan keseluruhan


2.      Anak yang belajar merupakan keseluruhan
3.      Belajar berkat insigh/ pembiasaan
4.      Belajar berdasarkan pengalaman
5.      Belajar adalah suatu proses perkembangan dan proses yang kontinu
6.      Belajar akan berhasil bila dihubungkan  dengan minat dan tujuan
anak.
10

C.    Asas psikologis anak


Perkembangan anak, fisik, emosional, sosial, dan mental
intelektual, faktor yang sangat penting untuk memperhitungkan dalam
perkembangan kurikulum. Banyak peneliti yang telah mempelajari anak
secara ilmiyah, ada yang mengadakan studi crosssetional, yakni
mempelajari sejumlah besar anak pada usiatertentu, adapula setudi
longitudinal, yang mengikuti perkembangan anak selama bertahun-tahun,
bahkan sampai dewasa.

D.    Asas sosial budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi


Dengan mengambil keputusan tentang kurikulum para guru harus
mempertimbangkan kondisi rill dan keragaman budaya
(multikulturalisme) dalam masyarakat serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Setiap kurikulum mencerminkan keinginan,
cita-cita, tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah didirikan oleh dan
untuk rakyat, sudah sewajarnya pendidikan harus memperhatikan dan
merespon terhadap suara-suara dalam masyarakat.
Dari segi ini pendidikan mempunyai fungsi bagi kepentingan masyarakat
sebagai berikut :
1. Mengadakan perbaikan bahkan perombakan social.
2. Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebadan mengadakan
penelitian ilmiyah.
3. Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan
nasional.
4. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional.
5. Mewujudkan revolusi social untuk melenyapkan pengaruh
pemerintahan terdahulu.
6. Menyebarluaskan falsafah, politik dan kepercayaan tertentu.
7. Mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Memberikan keterampilan pokok seperti membaca, menulis dan
berhitung serta keterampilan hidup (live skill).
11

E.     Asas organistor
Suatu aktifitas dalam mencapai tujuan pendidikan formal perlu
suatu bentuk pola yang jelas tentang bahan yang akan disajikan atau di
proseskan kepada peserta didik. Pola atau bentuk bahan yang akan
disajikan inilah yang dimaksud organisasi kurikulum. Organisasi
kurikulum adalah suatu yang penting sekali dalam pengembangan dan
pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan program
pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum menentukan isi
bahan pelajaran dan cara menyajikannya.
Organisasi bahan yang dipilih harus serasi dengan tujuan dan sasaran
kurikulum, yang pada dasarnya di susun dari yang sederhana kepada
yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak, dan dari tingkat
rendah ke tingkat lebih tinggi, baik kognitif, maupun afektif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan asas organisatoris
adalah:
1. Tujuan bahan pelajaran
Apakah mengajarkan keterampilan untuk masa sekarang atau mengajarkan
keterampilan untuk keperluan masa depan, apakah untuk memecahkan
masalah, untuk mengembangkan nilai-nilai, untuk mengembangkan ciri
ilmiyah, atau memupuk jiwa warga Negara yang baik.
2. Sasaran bahan pelajaran
Siapakah peserta didiknya? Apakah latar belakang pendidikan dan
pengamalannya? Sampai manakah tingkat perkembangannya? Bagaimana
profil kepribadian dan motivasinya?
3.   Pengorganisasian bahan
Bagaimana pelajaran di organisir, apakah berdasarkan topik, konsep
kronologi atau yang lainnya? Apakah jenis organisasi kurikulum yang di
pakai apakah sparated subject curriculum atau correlated curriculum atau
integrated curriculum?
Pemahaman terhadap asas-asas tersebut bagi para pengembang kurikulum
sangat penting dan amat di butuhkan untuk dapat menghasilkan suatu
bentuk kurikulum yang ideal yang di harapkan oleh semua pihak. Pertama
kurikulum harus sesuai dengan falsafah bangsa yaitu  pancasila, relevan
dengan kebutuhan, minat, psikologi belajar dan psikologi perkembangan
anak, sesuai dengan kondisi social masyarakat dan keanekaragaman
budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
memilih organisasi kurikulum yang sesuai dengan latar belakang anak,
materi pelajaran, dan jenjang atau jenis pendidikan tertentu.

3.      Prinsip-prinsip kurikulum
12

Secara umun ada tiga prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu (a)
prinsip relavansi; (b) prinsip fleksibel; dan (c) prinsip kontinuitas.3

a.      Prinsip Relvansi
Prinsip relavansi mengacu kepada kesesuaian kurikulum dengan
tututan hidup masyarakat. Diantara tuntutan hidup masyarakat adalah
misalnya, agar lulusan dapat ikut proses produksi yang menggunakan
teknolgi tertentu. Dengan kata lain, ada kesesuaian antara kurikulum
dengan tututan dunia kerja pada waktu tertentu.
Kesesuaian kurikuum dengan dunia kerja memang penting, namun
bukan berarti pendidikan hanya akan menghasilkan tenaga-tenaga teknis
yang terampil menerapkan teknologi tertentu dalam dunia kerjanya saja.
Sebab, jika demikian, lulusan-lulusan ini tidak akan mampu mengikuti
perkembangan iptek yang demikian cepat. Oleh karena itu, kata “relavan”
tersebut dapat dipandang sebagai kemampuan adaptasi aktif dengan
berbagai perubahan yang berkembang dalam dunia lulusan (diantaranya
dunia kerja). Kemampuan adaptasi aktif dengan berbagai perkembangan
dan perubahan yang terjadi dalam dunialulusan dan yang tidak mengenal
batas waktu ini akan menjadi daya hidup, daya hadap, dan daya
menghidupi dunia lulusan yang sangat kuat. Oleh karena itu, kurikulum
yang baik itu tidak sekedar yang mampu mengatsi persoalan hidup lulusan
yang bersifat sementara tetapi lebih dari itu.

b.      Prinsip Fleksibilitas
Menurut pendapat Hasan yang yang dikutip oleh Dr. Sa’dun Akbar
dan Dr. Hadi Sriwiyana dalam bukunya4, fleksibilitas dalam dunia
pendidikan dapat ditelaah dari dua posisi yang
berbeda.Pertama,fleksibiltas sebaga suatu pemikiran
pendidikan. Kedua, fleksibilitas sebagai kaedah dalam pengembangan
kurikulum. Prinsip fleksibilitas dari konteks ini adalah fleksibilitas delam
pengembangan kurikulum. Fleksibilitas sebagai kaedah pengembangan
kurikulum diistilahkan dengan fleksibilitas dimensi pelaksana.
Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum dapat
digambarkan dengan kaedah-kaedah yang memberikan ruang gerak
(kebebasan)  kepada  pelaksana program –kurikulum, siswa, dan lulusam
dalam bertindak. Adanya peluang munculnya gagasan-gagasan baru,
pengalaman-pengelaman belajar baru, dan kewenangan-kewenangan baru
dalam dunia kerja lulusan.

3
Akbar, Sa’dun dan Hadi Sriwiyana, Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Yogyakarta : Cipta Media hal 29

4
Ibid hal 30
13

c.       Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas (kesinambungan) dalam konteks ini bisa
kontinuitas yag bersifat vertikal dan kontinuitas yang bersifat horizontal.
Kontinuitas vertikal adalah kontinuitas antar level pendidikan yang satu
dengan yang lainnya. Level yang dimaksud dapat berbentuk
kesinambungan antar janjang pendidikan yang satu dengan yang lainnya,
misalnya antara  pendidikan pra sekolah, SD, SLTP. SLTA, dan perguruan
tinggi. Level ini juga dapat dipahami sebgai kesinambungan antar kelas
yang satu dengan kelas selanjutnya : ada kesinambungan antara kelas
1,2,3,4,5,6 SD; ada kesinambungan antara kelas 1,2,3 SLTP, dst.
Kontinuitas horizontal dapat dipahami ada kesinambungan anatar mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Pokok bahasan tertentu yang
disajikan pada semester tertentu pada pelajaran IPS misalnya, hendaknya
dikaitkan dengan pokok bahasan tertentu pada mata pelajaran agama,
bahasa  indonesia, bahasa indonesia pad semester tertentu pula.
14

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan

Mengingat sangat pentingnya kurikulum, maka dalam


pengembangannya diperlukan landasan dan asas yang kuat, melalui
pemikiran dan perenungan yang mendalam. Demikian pula dengan
kurikulum, apabila proses pengembangannya secara acak-acakan dan tidak
memiliki landasan yang kuat maka out put pendidikan yang dihasilkan
tidak akan terjamin kualitasnya.
Seseorang pengembang kurikulum dalam mengambil keputusan
mengenai kurikulum harus memperhatikan falsafah, baik falsafah bangsa,
falsafah lembaga pendidikan, dan falsafah pendidik.
Dalam proses perkembangan kurikulum, seorang pengembang harus
memperhatikan psiklogis anak, kebutuhan dan minat mereka, serta teori-
teori dan psikologi belajar.
Dengan mengambil keputusan tentang kurikulum para guru harus
mempertimbangkan kondisi rill dan keragaman budaya
(multikulturalisme) dalam masyarakat serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Organisasi kurikulum adalah suatu yang penting sekali dalam
pengembangan dan pembinaan kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan
program pendidikan yang hendak dicapai, karena bentuk kurikulum
menentukan isi bahan pelajaran dan cara menyajikannya.
Secara umun ada tiga prinsip dalam pengembangan kurikulum yaitu :
a.       Prinsip relavansi mengacu kepada kesesuaian kurikulum dengan
tututan hidup masyarakat.
b.      Prinsip fleksibilitas sebagai kaedah pengembangan kurikulum
diistilahkan dengan fleksibilitas dimensi pelaksana.
c.       Prinsip kontinuitas (kesinambungan) dalam konteks ini bisa
kontinuitas yag bersifat vertikal dan kontinuitas yang bersifat horizontal.
15

DAFTAR PUSTAKA

Zaini , Muhammad, Pengembangan kurikulum, Yogyakarta:  Teras, 2009,


cet. Ke-1

Nasution, S,  Asas-asas Kurikulum, Jakarta:  Bumi Aksara, 2008, cet. Ke-9

Sa’dun, Akbar,  dan Sriwiyana,  Hadi, Pengembangan kurikulum dan


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Yogyakarta : Cipta Media

Anda mungkin juga menyukai