PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim kita wajib mempelajari agama islam. Dan kita dituntut
untuk mempelajarinya, oleh karena itu pemekalah menyajikan materi dan berkaitan
dengan agama islam. Materi yang disampaikan makalah tentang kurikulum
pendidikan islam, yang mana didalam suatu pendidikan kita sangat membutuhkan
suatu kurikulum, prinsip, model-model pendidikan dan banyak hal yang lainnya,
penyampaian suatu pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan
sesuai dengan agama kita yaitu islam
B. Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas bersama kelompok dan akan didiskusikan tentang
pernyataan yang nantinya datang dari teman-teman, membahas bersama isi materi
inidan berbagi pemahaman dan bertukar pikiran bersama. Seperti:
a. Apa yang dimaksud tentang kurikulum?
b. Apa saja macam-macamnya?
c. Apa yang dimaksud dengan orientasi, model-model, prinsip dan dasar penyusun
kurikulum pendidikan islam?
C. Tujuan
Yang mana tujuan pemakalah adalah untuk menyampaikan materi kepada
pembaca dan juga untuk menjelaskan tugas yang telah di berikan.Dan membuat
pendengar atau teman-teman dapat mengerti materi, yang kami sampaikan nantinya.
Seperti sebab-sebab yang diatas yang tentunya akan kami jelaskan dan persentasikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
b. Secara Terminologi
Defenisi-defenisi para ahli tentang kurikulum diantaranya yaitu:
1) Crow and crow mendefenisikan bahawa kurikulum adalah rancangan
pengajar dan sejumlah para pembelajar yang disusunsecara sistematis
untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh tujuan atau ijazah.
2) M. Arifin mendefenisikan kurikulum adalah seluruh bahan pelajaran yang
harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu system
institusional (kelembagaan) pendidikan.
1
. Hasan Langgulung, manusia dan pendidikan suatu analisa psikologi pendidikan, (jakarta: pustaka al-
husna, 1986), h. 176.
2
. Hasan Langgulung, op.cit, h. 177-178.
2
3) Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang
direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah target atau tujuan pendidikan tertentu.
4) Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang disitir oleh Al-
syaibani, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
olahraga, sosial, kesenian dan kebudayaan yang sediakan oleh sekolah
bagi murid-muridnya didalam dan diluar sekolah guna untuk membantu
mengembangkan seluruh bentuk tingkah laku atau sifat mereka dengan
tujuan-tujuan pendidikan.
3
2. Macam-macam Kurikulum
Ada 4 macam atau 4 model teori pendidikan yang memiliki konsep kurikulum
atau praktek pendidikan yang berbeda antara lain sebagai berikut3:
a. Kurikulum Subyek Akademis
Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, yang berientasi pada
masa lalu, isi kurikulum ini diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan
disiplinnya para ahli.
Model kurikulum ini adalah model yang tertua sejak sekolah yang
pertama berdiri, bahkan masih juga di pelajari sampai sekarang walau pun
sudah banyak tipe-tipe lain. Mengapa demikian, karena jenis kurikulum ini
sangat mudah dipahami, praktis dan mudah untuk menggabungkannya
dengan tipe-tipe lain.
4
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis:
1) Melanjutkan pendekatan struktur kepada murid-murid bagaimana
memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar meningat-
ingatnya.
2) Studi yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap
perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang
lebih komprehensif atau terpadu.
3) Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka
mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis,
dan memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa
dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam
kehidupan.
b. Kurikulum Humanistik
Karakteristik kurikulum model humanistik berfungsi menyediakan
pengalaman dan membantu kelancaran perkembangan pribadi peserta didik.
Hal ini menyebabkan ia berkembang dinamis searah dengan pertumbuhannya
yang mempunyai integritas otonomi kepribadian, dan sikap yang sehat
terhadap diri sendiri.
3
Nasution, pengembangan kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 15-17
4
Hasan Langgulung, op.cit,h. 182-184
4
Jadi, kurikulum ini menjadikan manusia sebagai sentral untuk
menciptakan unsure kreativitas, spontanitas, kemandirian, kebebasan,
aktivitas, pertumbuhan diri, termasuk kebutuhan anak sebagai keseluruhan,
minat dan motivasi interinsik.
Dengan demikian, islam menghendaki adanya kurikulum yang mampu
member stimulus agar peserta didik mampu membuat respoms untuk
berkreasi, mengembangkan daya cipta, rasa, tanpa adanya tekanan dari orang
lain.
c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini di fokuskan pada masalah yang sedang di hadapi oleh
masyarakat.Model kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan
internasional. Desain yang di tampilkan dalam kurikulum rekonstruk sisosial
adalah
1) Asumsi tujuan utama kurikulum model ini adalah menghadapkan peserta
didik pada tantangan atau masalah yang dihadapi masyarakat (teori
konflik).
2) Masalah-masalah sosial yang ada memberikan kontribusi dan pertanyaan
masalah sosial harus di jawab dengan aktivitas kurikulum.
3) Pola-pola organisasi, membuat pleno yang membahas tema utama yang
dijadikan bahan diskusi kelompok.
5
d. Kurikulum sebagai model teknologi
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada
penyusunan program pengejaran dan rencana pelajaran dengan menggunakan
pendekatan sistem.
Dalam konteks kurikulum model teknologi, mempunyai dua aspek, yakni
hadware merupa alat benda atau perangkat keras seperti proyektor dan lain-
lain.Dan software berupa teknik penyusunan kurikulum baik secara mikro
maupun makro yang telah diterapkan seperti PPSI (prosedur pengembangan
sistem intrusional), pelajaran dan modul pada segala kebijakan yang teknis
praktis.Islam memberikan otonomi bagi penyelenggara pendidikan seluas-
luasnya termasuk kurikulum ini.
5
Amien Rais M., cakrawala. Islam, antara cita dan fakta, (Bandung: Mizan, 1989), h. 136-137.
6
Pertama konserfatif mengarah pada pelestarian atau nilai-nilai lama yang sudah
mapan yang nilainya irasional.
Kedua radikal refolusi mengarah pada pencabutan nilai sampai keakarnya
sehingga cenderung asal mengubah.
Ketiga reformis mengarah pada perbaduan antara konserfatif dan radikal-reformis
yakni perubahan dan pergeseran nilai perlahan-lahan sesuai tuntunan Rasulullah
Saw.
Hal ini tidak berarti kurikulum pada masyarakat saja, tetapi juga perpaduan
juga keseimbangan peserta didik dan masyarakat (child in his society)
7
Untuk mewujudkan orientasi kebutuhan sosial Abu A’la Al-Maududi6 tujuh
pola prinsip umum dalam mengatur kehidupan sosial yaitu saling menolong dalam
berbuat kebaikan dan taqwa persahabatan dan permusuhan seseorang harus
ditunjukkan untuk memperoleh keridhoan Allah SAW. Manusia adalah sebaik-
baik umat yang mengajak pada kebaikan dan melarang pada perbuatan yang
mungkar jauhilah dirimu dari buruk sangka.Janganlah membantu oerng yang
berbuat jahat, mendukung masyarakat yang salah. Sayangilah orang lain seperti
engkau menyayangi diri sendiri.
3. Orientasi pada tenaga kerja
Manusia adalah makhluk biologis yang memiliki banyak kebutuhan baik
primer skunder maupun tersier. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang layak salah satu cara persiapannya adalah melalui pendidikan.
Dengan adamya pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang dapat
menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.
Hal ini berarti kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
kerja. Dengan demikian, peserta didik dipersiapkan untuk menjadi hamba-hamba
yang sholeh yang mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah yang baik.
4. Orientasi pada peserta didik
Orientasi ini mengarahkan pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik dengan bakat minat dan kemampuannya.
Untuk merealisasikan orientasi ini jadi Benjamin S. Bloom, sebagaimana
dikutip Ahmad Tafsir7 mengemukakan taksonomi dengan tiga dominan yaitu:
a. Dominan kognitif
Dominan kognitif ini mencakup enam daerah garapan diantaranya:
Knowledge, kemampuan mengingat (recall), kondep yang umum dan yang
khusus metode, proses, dan struktur.
1) Comprehension, kemampuan memahami tanpa mengetahui hubungannya
dengan yang lain.
6
Abu A’la al-maududi, islam sebagai pandangan hidup, terj. Mashuri. Sirojuddin Iqbal, (Bandung:
sinarbaru, 1983), h. 70-71.
7
Ahmad Tafsir, metodik khusus pendidikan agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 49-
53
8
2) Application, kemampuan menggunakan konsep abstrak pada objek khusus
dan kongkret.
3) Analysis, kemampuan memahami dengan jelas hierki ide-ide dalam suatu
unit bahasa.
4) Synthesis, kemampuan merakit bagian-bagian menjadi suatu keutuhan.
Kemampuan untuk menilai bahan metode yang digunakan dalam
memecahkan suatu masalah.
b. Dominan afektif (al-majal al-infi’ali)
1) Receving, pembinaan dan penerimaan hasil nilai-nilai yang diajarkan denga
kesediaannya .
2) Responding, pembinaan melalui upayah motivasi agar peserta didik mau
menerima ajaran yang diajarkan kepadanya.
3) Oranigazation, pembinaan untuk mengorganisasikan nilai kedalam suatu
sistem dan diinternalisasikan kedalam kehidupan nyata.
4) Valuing, pembinaan yang tidak terfokus pada penerimaan melainkan
mampun menilai konsep dan fenomena.
c. Dominan psikomotrik ( al-majala al-nafsi al-haraki)
Dominan psikomotrik tebagi atas tujuh daerah garapan yaitu :
1) Perception, keterampilan persepsi dalam menggunakan alat indra.
2) Set, keterampilan kesiapan untuk melakukan kegiatan khusus
3) Guided response, keterampilan terpimpin dalam melakukan hal yang
kompleks
4) Mechanism, keterampilan mekanis (respon yang telah dipelajari sudah
terbiasa sehingga muncul keterampilan baru).
5) Complex overt respose, keterampilan gerak nyata dalam suatu kegiatan
motorik didalam koordinasi tinggi.
6) Adabtion, keterampilan beradaptasi dan berkembang dengan baik sekali.
7) Organization, keterampilan organisasi untuk menciptakan pola baru dalam
menyesuaikan dengan situasi.
9
afektif, kedua rukun kowliah (ucapan) yang berdimensi pengalaman kognitif,
ketiga rukun filiah (tindakan) yang berdimensi psikomotorik.
5. Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemajuan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dengan adanya iptek
masalah yang rumit akan menjadi lebih mudah. Namun sebaliknya hal ini juga
berdampak buruk bahkan merugikan bila tidak dilandasi imtak (iman dan taqwa)8.
8
Abdul Mujid, Ilmu pendidikan Islam. (Jakarta: Prenada Media Grup, 2008), h. 128-130.
9
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 209.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.
740
11
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 2-3.
12
Umar Muhammad Ath-Thaumi Asy-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, hlm. 553.
10
1. Metode hiwar (percakapan)
Adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu
topik dan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik.
Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam yaitu:
a. Hiwar khitabi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan
Hamba-Nya.
b. Hiwar washfi, yaitu dialog antara Tuhan dan Makhluk-Nya. Misalnya,
Surah Al-Baqarah (2) ayat 30-31.
11
“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib.
Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan
bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan
sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat)". Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.”
d. Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah, baik
dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolok kabatilan.
Contohnya terdapat dalam Surah An-Najm (53) ayat 1-4 yang
mendeskripsikan tentang:
12
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”
e. Hiwar nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik
sahabat-sahabatnya.
2. Metode kisah Qurani dan nabawi adalah pengajian bahan pembelajaran yang
menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam Al-quran dan hadits Nabi.
Kisah Qurani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga cara
mendidik umat agar beriman kepada-Nya.
3. Metode amtsal (perumpamaan) Alqurani adalah pengajian bahan pembelajaran
dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam Alquran. Metode ini
mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak bagi
peserta didik serta menumbuhkan daya motivasi untuk meningkatkan imajinasi
yang baik dan meninggalkan imajinasi yang tercela.
4. Metode keteladan (uswah hasanah) adalah memberikan teladan atau contoh
yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
merupakan pedoman untuk bertindsk dslsm merealisasikan tujuan pendidikan
secara institusional maupun nasional.
5. Metode Pembiasaan adalah membiasakan peserta didik untuk melakukan
sesuatu sejak lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan. Jadi, sesuatu
yang dilkukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu
seterusnya.
6. Metode ibrah dan mau’izah. Metode ibrah adalah penyajian bahan
pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajaran dalam
menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi psikis ysng
menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan. Sementara itu,
metode mau’izah adalah pemberian motivasi dengan mengguanakn keuntungan
dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
7. Metode targhib dan tarhib. Metode targhib adalah penyajian pembelajaran
dalam konteks kebahagiaan hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap
kesenangan dan kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Sementar itu, tarhib
13
adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman (ancaman Allah)
akibat perbuatan dosan yang dilakukan.
13
Bukhari Umar, Ilmu pendidikan Islam. (Jakarta: Amzah, 2011), h. 79-80.
14
Yang mana mkasudnya adalah semua sistem yang ada dalam masyarakat
harus didasari dengan agama yaitu AL-quran dan Hadist.
2. Dasar falsafah
Adalah dasar yang memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan islam secara
filosofis sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum menghasilkan suatu
pandangan hidup dalam membentuk nilai yang diyakini sebagai kebenaran.
3. Dasar psikologis
Yaitu dasar yang memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang
sejalan dengan perkembangan sikis peserta didik seusai dengan kematangan dan
bakatnya ,dan perbedaan personal antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya.
4. Dasar sosial
Merupakan dasar yang memberikan gambaran untuk kurikulum pendidikan
islam yang mencerminkan dasar sosial yangb mengandung ciri-ciri masyarakat
islam dan budayanya.
5. Dasar organisasi
Adalah dasar yang memberikan landasan penyusunan bahan pembelajaran
dan penyajiannya dalam proses pembelajaran berserta penyajiannya dalam
proses penyajian14.
14
Bukhari Umar, op.cit, h. 76-77
15
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu kurir yang artinya pelari dan curare
yang berarti tempat berpacu. Sedangkan secara modern kurikulum diarikan sebagai
program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang
studi dan belajar saja tetapi juga merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan pribadi siswa. Dengan demikian kurikulum sangat
berpengaruh dalam suatu pendidikan karena dengan kurikulum kita bisa mencapai
tujuan pendidikan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.
B. Saran
Kami sebagai pemakalah menyarankan agar kita selalu menggunakan
kurikulum pendidikan islam dalam menjalankan suatu pendidikan. Supaya
pendidikan yang kita jalani dapat di ridhoi oleh Allah SAW dan mencapat tujuan
pendidikan yangs sesuai dengan apa yang diharapkan.
16