Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang muslim kita wajib mempelajari agama islam. Dan kita dituntut
untuk mempelajarinya, oleh karena itu pemekalah menyajikan materi dan berkaitan
dengan agama islam. Materi yang disampaikan makalah tentang kurikulum
pendidikan islam, yang mana didalam suatu pendidikan kita sangat membutuhkan
suatu kurikulum, prinsip, model-model pendidikan dan banyak hal yang lainnya,
penyampaian suatu pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dan
sesuai dengan agama kita yaitu islam

B. Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas bersama kelompok dan akan didiskusikan tentang
pernyataan yang nantinya datang dari teman-teman, membahas bersama isi materi
inidan berbagi pemahaman dan bertukar pikiran bersama. Seperti:
a. Apa yang dimaksud tentang kurikulum?
b. Apa saja macam-macamnya?
c. Apa yang dimaksud dengan orientasi, model-model, prinsip dan dasar penyusun
kurikulum pendidikan islam?

C. Tujuan
Yang mana tujuan pemakalah adalah untuk menyampaikan materi kepada
pembaca dan juga untuk menjelaskan tugas yang telah di berikan.Dan membuat
pendengar atau teman-teman dapat mengerti materi, yang kami sampaikan nantinya.
Seperti sebab-sebab yang diatas yang tentunya akan kami jelaskan dan persentasikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Kurikulum dan Macam-Macamnya


1. Pengertian Kurikulum
a. Secara Etimologis
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu kurii yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman romawi kuno di yunani, yang
mengandung pengertian jarak yang harus ditempuh dari garis start sampai
dengan garis finish.1
Dalam bahasa arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan munhaj yang
berarti jalan yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan kurikulum pendidikan (munhaj al-dirasah) dalam kamus tarbiyah
adalah seperangkat perencana dan media yang dijadikan panduan oleh
lembaga pendidikan dalam mewujudkan target atau tujuan-tujuan
pendidikan.2

b. Secara Terminologi
Defenisi-defenisi para ahli tentang kurikulum diantaranya yaitu:
1) Crow and crow mendefenisikan bahawa kurikulum adalah rancangan
pengajar dan sejumlah para pembelajar yang disusunsecara sistematis
untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh tujuan atau ijazah.
2) M. Arifin mendefenisikan kurikulum adalah seluruh bahan pelajaran yang
harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu system
institusional (kelembagaan) pendidikan.

1
. Hasan Langgulung, manusia dan pendidikan suatu analisa psikologi pendidikan, (jakarta: pustaka al-
husna, 1986), h. 176.
2
. Hasan Langgulung, op.cit, h. 177-178.

2
3) Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang
direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah target atau tujuan pendidikan tertentu.
4) Dr. Addamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang disitir oleh Al-
syaibani, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
olahraga, sosial, kesenian dan kebudayaan yang sediakan oleh sekolah
bagi murid-muridnya didalam dan diluar sekolah guna untuk membantu
mengembangkan seluruh bentuk tingkah laku atau sifat mereka dengan
tujuan-tujuan pendidikan.

Dengan demikian pengertian kurikulum dalam pandangan modern


merupakan program pendidikan yang di sediakan oleh sekolah yang tidak
hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajar saja, akan tetapi meliputi
segala sesuatu yanf dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan
pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan, sehingga
dapat meningkatkan mutu kehidupan yang pelaksanaannya bukan hanya
disekolah akan tetapi juga diluar sekolah.
Jika dibawa atau diaplikasikan ke dalam kurikulum islam, maka
kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk
membimbing kearah tujuan tertinggi pendidikan islam, melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dalam perkembangan selanjutnya pengertian kurikulum tidak hanya
terbatas pada program pendidikan namun juga menurut fungsinya:
a) Kurikulum sebagai program studi
b) Kurikulum sebagai konten
c) Kurikulum sebagai kegiatan berencana
d) Kurikulum srbagai hasil belajar
e) Kurikulum sebagai reproduksi kultural
f) Kurikulum sebagai pengalaman belajar
g) Kurikulum sebagai produksi

3
2. Macam-macam Kurikulum
Ada 4 macam atau 4 model teori pendidikan yang memiliki konsep kurikulum
atau praktek pendidikan yang berbeda antara lain sebagai berikut3:
a. Kurikulum Subyek Akademis
Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, yang berientasi pada
masa lalu, isi kurikulum ini diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan
disiplinnya para ahli.
Model kurikulum ini adalah model yang tertua sejak sekolah yang
pertama berdiri, bahkan masih juga di pelajari sampai sekarang walau pun
sudah banyak tipe-tipe lain. Mengapa demikian, karena jenis kurikulum ini
sangat mudah dipahami, praktis dan mudah untuk menggabungkannya
dengan tipe-tipe lain.
4
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis:
1) Melanjutkan pendekatan struktur kepada murid-murid bagaimana
memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar meningat-
ingatnya.
2) Studi yang bersifat integratif ini merupakan respon terhadap
perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang
lebih komprehensif atau terpadu.
3) Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka
mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis,
dan memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa
dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam
kehidupan.
b. Kurikulum Humanistik
Karakteristik kurikulum model humanistik berfungsi menyediakan
pengalaman dan membantu kelancaran perkembangan pribadi peserta didik.
Hal ini menyebabkan ia berkembang dinamis searah dengan pertumbuhannya
yang mempunyai integritas otonomi kepribadian, dan sikap yang sehat
terhadap diri sendiri.

3
Nasution, pengembangan kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 15-17
4
Hasan Langgulung, op.cit,h. 182-184

4
Jadi, kurikulum ini menjadikan manusia sebagai sentral untuk
menciptakan unsure kreativitas, spontanitas, kemandirian, kebebasan,
aktivitas, pertumbuhan diri, termasuk kebutuhan anak sebagai keseluruhan,
minat dan motivasi interinsik.
Dengan demikian, islam menghendaki adanya kurikulum yang mampu
member stimulus agar peserta didik mampu membuat respoms untuk
berkreasi, mengembangkan daya cipta, rasa, tanpa adanya tekanan dari orang
lain.
c. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini di fokuskan pada masalah yang sedang di hadapi oleh
masyarakat.Model kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan
internasional. Desain yang di tampilkan dalam kurikulum rekonstruk sisosial
adalah
1) Asumsi tujuan utama kurikulum model ini adalah menghadapkan peserta
didik pada tantangan atau masalah yang dihadapi masyarakat (teori
konflik).
2) Masalah-masalah sosial yang ada memberikan kontribusi dan pertanyaan
masalah sosial harus di jawab dengan aktivitas kurikulum.
3) Pola-pola organisasi, membuat pleno yang membahas tema utama yang
dijadikan bahan diskusi kelompok.

Kurikulum ini pada dasarnya menghendaki proses belajar yang


menghasilkan perubahan secara relatif. Bila pendidikan dapat mengubah
perilaku individu maupun masyarakat. Sehingga hal ini menyebabkan sekolah
di pandang sebagai “agent of change”, walau sifat pendidikan mengacu pada
masa depan, sekalipun menggunakan masa lampu dan masa kini, sebagai
pijakkannya. Oleh karena itu pendidikan dapat di gunakan sebagai pengatur
dan pengendali, perkembangan sosial menggunakan teknik “social
engineering” menuju masyarakat yang di cita-citakan.
Model rekonstruksi tidak semuanya relevan dengan ajaran islam, sebagai
agama wasath (pertengahan), sebab islam menghendaki adanya perpaduan
antara kurikulum subjek akademis dan kurikulum rekonstruksi sosial.

5
d. Kurikulum sebagai model teknologi
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada
penyusunan program pengejaran dan rencana pelajaran dengan menggunakan
pendekatan sistem.
Dalam konteks kurikulum model teknologi, mempunyai dua aspek, yakni
hadware merupa alat benda atau perangkat keras seperti proyektor dan lain-
lain.Dan software berupa teknik penyusunan kurikulum baik secara mikro
maupun makro yang telah diterapkan seperti PPSI (prosedur pengembangan
sistem intrusional), pelajaran dan modul pada segala kebijakan yang teknis
praktis.Islam memberikan otonomi bagi penyelenggara pendidikan seluas-
luasnya termasuk kurikulum ini.

B. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam


Pada dasarnya kurikulum pendidikan islam dapat dirangkum menjadi lima
diantaranya:
1. Orientasi pelestarian nilai-nilai
Dalam pandangan islam, nilai terbagi atau dua macam, yaitu nilai yang turun
dari Allah SWT. Yang disebut dengan nilai ilahia, dan nilai yang tumbuh dan
berkembang membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut
dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.
Sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, kita berkewajiban untuk
mengamalkannya dengan upaya yang ditopang oleh dua komitmen, yaitu
komitmen terhadap hubungan vertical (habl min Allah) dan komitmen terhadap
hubungan horizontal (habl min al-nas habl min al-alam). Tugas kurikulum
pendidikan adalah memberikan situasi-situasi dan program tertentu untuk
tercapainya kelestarian kedua tersebut, orientasi ini menfokuskan kurikulum
sebagai alat mempertahankan nilai-nilai yang baik.
Disisi lain, nilai-nilai pada suatu masyarakat mengalami suatu perubahan dan
pergerseran nilai-nilai. Menurut Amien Rais M5. Diklasifikasikan menjadi tiga
bagian yaitu :

5
Amien Rais M., cakrawala. Islam, antara cita dan fakta, (Bandung: Mizan, 1989), h. 136-137.

6
Pertama konserfatif mengarah pada pelestarian atau nilai-nilai lama yang sudah
mapan yang nilainya irasional.
Kedua radikal refolusi mengarah pada pencabutan nilai sampai keakarnya
sehingga cenderung asal mengubah.
Ketiga reformis mengarah pada perbaduan antara konserfatif dan radikal-reformis
yakni perubahan dan pergeseran nilai perlahan-lahan sesuai tuntunan Rasulullah
Saw.

Posisi kurikulum adalah bukan hanya berfungsi sebagai “agent ofconservativ”,


tetapi juga sebagai “agent of change” artinya nilai-nilai untuk bersifat universal
dan objektif (nilai ilmiah) secara instrinsik tetap dilestarikan pada generasi
berikutnya. Namun, konvigurasinya dapat dirubah dan berkembang sesuai
tuntutan zaman sebaliknya untuk nilai local yang bersifat subjektif (nilai insaniah).
2. Orientasi pada kebutuhan social (social demand)
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang mengalami perubahan dan
mengalami perkembangan yang pesat. Orientasi kurikulum ini mengarah
bagaimana memberi kontribusi yang positif dalam perkembangan social dan
kebutuhannya sehingga output lembaga pendidikan mampu menjawab masalah
yang dihadapi oleh masyarakat.
Orientasi model ini pernah dikembangkan oleh OLSON yang dikutip oleh
Suntari Imam Barnadip1.Dengan menawarkan sekolah masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memusatkan pendidikan pada perhatian dan kebutuhan masyarakat
b. Menggunakan buku-buku dan sumber dari masyarakat sebanyak-banyaknya
c. Mempraktekan dan menghargai paham demokrasi
d. Menyusun kurikulum berdasarkan kehidupan manusia
e. Memupuk jiwa lapang dalam kehidupan masyarakat
f. Mendorong peserta didik untuk aktif bekerja sama dan saling mengerti antara
sesama.

Hal ini tidak berarti kurikulum pada masyarakat saja, tetapi juga perpaduan
juga keseimbangan peserta didik dan masyarakat (child in his society)

7
Untuk mewujudkan orientasi kebutuhan sosial Abu A’la Al-Maududi6 tujuh
pola prinsip umum dalam mengatur kehidupan sosial yaitu saling menolong dalam
berbuat kebaikan dan taqwa persahabatan dan permusuhan seseorang harus
ditunjukkan untuk memperoleh keridhoan Allah SAW. Manusia adalah sebaik-
baik umat yang mengajak pada kebaikan dan melarang pada perbuatan yang
mungkar jauhilah dirimu dari buruk sangka.Janganlah membantu oerng yang
berbuat jahat, mendukung masyarakat yang salah. Sayangilah orang lain seperti
engkau menyayangi diri sendiri.
3. Orientasi pada tenaga kerja
Manusia adalah makhluk biologis yang memiliki banyak kebutuhan baik
primer skunder maupun tersier. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang layak salah satu cara persiapannya adalah melalui pendidikan.
Dengan adamya pendidikan, pengalaman dan pengetahuan seseorang dapat
menentukan kualitas dan kuantitas kerjanya.
Hal ini berarti kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
kerja. Dengan demikian, peserta didik dipersiapkan untuk menjadi hamba-hamba
yang sholeh yang mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah yang baik.
4. Orientasi pada peserta didik
Orientasi ini mengarahkan pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik dengan bakat minat dan kemampuannya.
Untuk merealisasikan orientasi ini jadi Benjamin S. Bloom, sebagaimana
dikutip Ahmad Tafsir7 mengemukakan taksonomi dengan tiga dominan yaitu:
a. Dominan kognitif
Dominan kognitif ini mencakup enam daerah garapan diantaranya:
Knowledge, kemampuan mengingat (recall), kondep yang umum dan yang
khusus metode, proses, dan struktur.
1) Comprehension, kemampuan memahami tanpa mengetahui hubungannya
dengan yang lain.

6
Abu A’la al-maududi, islam sebagai pandangan hidup, terj. Mashuri. Sirojuddin Iqbal, (Bandung:
sinarbaru, 1983), h. 70-71.
7
Ahmad Tafsir, metodik khusus pendidikan agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h. 49-
53

8
2) Application, kemampuan menggunakan konsep abstrak pada objek khusus
dan kongkret.
3) Analysis, kemampuan memahami dengan jelas hierki ide-ide dalam suatu
unit bahasa.
4) Synthesis, kemampuan merakit bagian-bagian menjadi suatu keutuhan.
Kemampuan untuk menilai bahan metode yang digunakan dalam
memecahkan suatu masalah.
b. Dominan afektif (al-majal al-infi’ali)
1) Receving, pembinaan dan penerimaan hasil nilai-nilai yang diajarkan denga
kesediaannya .
2) Responding, pembinaan melalui upayah motivasi agar peserta didik mau
menerima ajaran yang diajarkan kepadanya.
3) Oranigazation, pembinaan untuk mengorganisasikan nilai kedalam suatu
sistem dan diinternalisasikan kedalam kehidupan nyata.
4) Valuing, pembinaan yang tidak terfokus pada penerimaan melainkan
mampun menilai konsep dan fenomena.
c. Dominan psikomotrik ( al-majala al-nafsi al-haraki)
Dominan psikomotrik tebagi atas tujuh daerah garapan yaitu :
1) Perception, keterampilan persepsi dalam menggunakan alat indra.
2) Set, keterampilan kesiapan untuk melakukan kegiatan khusus
3) Guided response, keterampilan terpimpin dalam melakukan hal yang
kompleks
4) Mechanism, keterampilan mekanis (respon yang telah dipelajari sudah
terbiasa sehingga muncul keterampilan baru).
5) Complex overt respose, keterampilan gerak nyata dalam suatu kegiatan
motorik didalam koordinasi tinggi.
6) Adabtion, keterampilan beradaptasi dan berkembang dengan baik sekali.
7) Organization, keterampilan organisasi untuk menciptakan pola baru dalam
menyesuaikan dengan situasi.

Ketiga dominan dapat diilustrasikantentang rukun sholat dan masalah


keimanan. Sholat terdiri atas tiga : pertama rukun kolbiah (hati) yang berdimensi

9
afektif, kedua rukun kowliah (ucapan) yang berdimensi pengalaman kognitif,
ketiga rukun filiah (tindakan) yang berdimensi psikomotorik.
5. Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemajuan zaman ditandai dengan kemajuan teknologi, dengan adanya iptek
masalah yang rumit akan menjadi lebih mudah. Namun sebaliknya hal ini juga
berdampak buruk bahkan merugikan bila tidak dilandasi imtak (iman dan taqwa)8.

C. Metode Pendidikan Islam


Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata ini berasal
dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan
atau cara9. Dalam Kamus Besar Indonesia, kata metode diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan10. Dalam bahasa Arab, metode
dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus
dipersiapkan untuk melaksanakn suatu pekerjaan11.
Secara terminologi, Umar Muhammad mendefinisikan bahwa metode
mengajar bermakna segala kegiatan yang terarahyang dikerjakan oleh guru dalam
rangka memantapkan mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan
muridnya, dan suasana alam sekitarnya12.

Dalam pendidikan Islam, An-Nahlawi, seorang pakar pendidikan Islam,


mengemukakan metode pendidikan yang berdasarkan metode Al-Qur’an dan
hadis yang dapat menyentuh perasaan, yaitu sebagai berikut:

8
Abdul Mujid, Ilmu pendidikan Islam. (Jakarta: Prenada Media Grup, 2008), h. 128-130.
9
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 209.
10
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm.
740
11
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 2-3.
12
Umar Muhammad Ath-Thaumi Asy-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, hlm. 553.

10
1. Metode hiwar (percakapan)
Adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu
topik dan sengaja diarahkan pada satu tujuan yang dikehendaki oleh pendidik.
Jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam yaitu:
a. Hiwar khitabi merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan dan
Hamba-Nya.
b. Hiwar washfi, yaitu dialog antara Tuhan dan Makhluk-Nya. Misalnya,
Surah Al-Baqarah (2) ayat 30-31.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"

c. Hiwar qishashi, adalah percakapan yang baik bentuk maupun rangkaian


ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian dari uslub kisah dalam
Al-Quran. Misalnya, kisah Syuaib dan kaumnya yang terdapat dalm Surah
Huud (11) ayat 84-85.

11
“Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib.
Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan
bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan
sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang
membinasakan (kiamat)". Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku,
cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

d. Hiwar jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan hujjah, baik
dalam rangka menegakkan kebenaran maupun menolok kabatilan.
Contohnya terdapat dalam Surah An-Najm (53) ayat 1-4 yang
mendeskripsikan tentang:

“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan


tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut

12
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).”
e. Hiwar nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik
sahabat-sahabatnya.

2. Metode kisah Qurani dan nabawi adalah pengajian bahan pembelajaran yang
menampilkan cerita-cerita yang terdapat dalam Al-quran dan hadits Nabi.
Kisah Qurani bukan semata-mata karya seni yang indah, tetapi juga cara
mendidik umat agar beriman kepada-Nya.
3. Metode amtsal (perumpamaan) Alqurani adalah pengajian bahan pembelajaran
dengan mengangkat perumpamaan yang ada dalam Alquran. Metode ini
mempermudah peserta didik dalam memahami konsep yang abstrak bagi
peserta didik serta menumbuhkan daya motivasi untuk meningkatkan imajinasi
yang baik dan meninggalkan imajinasi yang tercela.
4. Metode keteladan (uswah hasanah) adalah memberikan teladan atau contoh
yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
merupakan pedoman untuk bertindsk dslsm merealisasikan tujuan pendidikan
secara institusional maupun nasional.
5. Metode Pembiasaan adalah membiasakan peserta didik untuk melakukan
sesuatu sejak lahir. Inti dari pembiasaan ini adalah pengulangan. Jadi, sesuatu
yang dilkukan peserta didik hari ini akan diulang keesokan harinya dan begitu
seterusnya.
6. Metode ibrah dan mau’izah. Metode ibrah adalah penyajian bahan
pembelajaran yang bertujuan melatih daya nalar pembelajaran dalam
menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi psikis ysng
menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan. Sementara itu,
metode mau’izah adalah pemberian motivasi dengan mengguanakn keuntungan
dan kerugian dalam melakukan perbuatan.
7. Metode targhib dan tarhib. Metode targhib adalah penyajian pembelajaran
dalam konteks kebahagiaan hidup akhirat. Targhib berarti janji Allah terhadap
kesenangan dan kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Sementar itu, tarhib

13
adalah penyajian bahan pembelajaran dalam konteks hukuman (ancaman Allah)
akibat perbuatan dosan yang dilakukan.

D. Prinsip-prinsip Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam


Prinsip-prinsip 13adalah sebagai berikut :
1. Prinsip berasaskan islam termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Prinsip ini
menjelaskan agar setiap komponen yang ada dalam kurukulum tersebut harus
dilandaskan kepada agama islam
2. Prinsip mengarah pada tujuan, yaitu seluruh aktifitas dalam kurikulum harus
mencapai sebuahb tujuan yang telah ditentukan.
3. Prinsip relevasi, adalah prinsip yang biasa menyesuaikan pendidikan dengan
lingkungan hidup.
4. Prinsip fleksibilitas, adalah prinsip yang memberikan kebebasan agar bisa
mneyesuaikan dengan kurikulum dengan perkembangan zaman supaya mencapai
tujuan pendidikan dengan baik.
5. Prinsip integritas, adalah prinsip yang bisa menghasilkan manusia seutuhnya yang
bisa menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
6. Prinsip efisiensi, adalah prinsip yang bisa membagi waktu, tenaga, dan biaya
dengan sebaik-baiknya supaya menghasilkan sesuatu yang memuaskan.
7. Prinsip individualitas, adalah prinsip yang mana bisa memahami perbedaan
masing-masing individu, seperti perbedaan perilaku, watak dan segala kekurangan
dan kelebuhannya.
8. Prinsip yang bermanfaat secara praktis bagi kehidupan, adalah prinsip ilmu yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita yang akan menghindarkan kita dari
kekeliruan berfikir, ilmu hitung dan ilmu ukur yang berguna agar kita teliti dalam
berfikir,bebicara, dan berbuat. Termasuk juga ilmu fiqih yang menuntun kita
dalam melakukan ibadah dengan baik.

E. Dasar Penyusunan kurikulum Pendidikan Islam


Dasar-dasarnya adalah :
1. Dasar agama

13
Bukhari Umar, Ilmu pendidikan Islam. (Jakarta: Amzah, 2011), h. 79-80.

14
Yang mana mkasudnya adalah semua sistem yang ada dalam masyarakat
harus didasari dengan agama yaitu AL-quran dan Hadist.
2. Dasar falsafah
Adalah dasar yang memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan islam secara
filosofis sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum menghasilkan suatu
pandangan hidup dalam membentuk nilai yang diyakini sebagai kebenaran.
3. Dasar psikologis
Yaitu dasar yang memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang
sejalan dengan perkembangan sikis peserta didik seusai dengan kematangan dan
bakatnya ,dan perbedaan personal antara peserta didik yang satu dengan yang
lainnya.
4. Dasar sosial
Merupakan dasar yang memberikan gambaran untuk kurikulum pendidikan
islam yang mencerminkan dasar sosial yangb mengandung ciri-ciri masyarakat
islam dan budayanya.
5. Dasar organisasi
Adalah dasar yang memberikan landasan penyusunan bahan pembelajaran
dan penyajiannya dalam proses pembelajaran berserta penyajiannya dalam
proses penyajian14.

14
Bukhari Umar, op.cit, h. 76-77

15
BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan
kurikulum berasal dari bahasa yunani yaitu kurir yang artinya pelari dan curare
yang berarti tempat berpacu. Sedangkan secara modern kurikulum diarikan sebagai
program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang
studi dan belajar saja tetapi juga merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan pribadi siswa. Dengan demikian kurikulum sangat
berpengaruh dalam suatu pendidikan karena dengan kurikulum kita bisa mencapai
tujuan pendidikan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan.

B. Saran
Kami sebagai pemakalah menyarankan agar kita selalu menggunakan
kurikulum pendidikan islam dalam menjalankan suatu pendidikan. Supaya
pendidikan yang kita jalani dapat di ridhoi oleh Allah SAW dan mencapat tujuan
pendidikan yangs sesuai dengan apa yang diharapkan.

16

Anda mungkin juga menyukai