Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman ini banyak putra-putri minang yang tidak mengetahui sisrem
kekerabatan serta peran dan kedudukan mereka dalam kaum. Hal itu tentu sangat
menyedihkan mengingat mereka adalah generasi penerus yang diharapkan dapat
mengangkat dan mengharumkan nama minang. Tapi bagaimana hal itu dapat terjadi
jika mereka sendiri kurang mengetahui tentang sistem kekerbatan yang berlaku di
nagari mereka sendiri. Hal ini dapat di sebabkan oleh banyak faktor salah satunya
yaiu minimnya pengetahuan yang mereka dapatkan tentang sistem kekerabatan yang
ada di minang. Untuk itu lah makalah ini hadir sebagai salah satu sumber informasi
bagi para generasi muda minang khususnya, yang kurang mengetahui mengenai seluk
beluk sistem kekerabatan yang ada di minang kabau.

B. Rumusan masalah

1. apa sistem kekerabatan yang berlaku di minangkabau?

2. Apa yang di maksud dengan sistem kekerabatan matrilineal?

3. Bagaimana tata cara perkawinan di minang kabau?

4. Bagaimana pula cara pewarisan harta pusako di minangkabau?

C. Tujuan Masalah

1. untuk mengetahui sistem kekerabatan yang berlaku di minang kabau

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem kekerabatan matrilineal

3. Untuk mengetahu tatacara perkaeinan di minang kabau

4. Untuk mengetahui cara pewarisan harta pusaka di minangkabau


BAB II

PEMBAHASAN

A. MATRILINEAL
Masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang berada dari masyarakat
etnis lainnya, karena masyarakat minang kabau menganut sistem materileneal. Sistem
materilneal adalah sisitem yang mengantur kehidupan dan ketertiban suatu
masyarakat yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang
anak laki-laki atau perempuan dalam keluarga merupakan bagian garis keturunan
yang dibawa oleh darah ibu. Ayah dalam keluarga inti tidak dapat memasukan
anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sister patrilineal yang
dianut oleh mayoritas suk lainnya di indonesia.

Asal-usul mengapa susku minangkabau memegang sistem materilineal


menjadi menanarik unutk diketahui, karena tidak banyak suku bangsa di indonesia,
bahkan didunia, yang mempraktikan sistem ini. Sistem materilineal telah mengakar
dalam kebudayaan minangkabau sejak lama, dan hal ini termasuk faktor dominan
yang membentuk masyarakat sumatera barat hingga sekarang.

Sistem materilineal diartikan sebgai susunan kekerabatan garis keturunan yang


ditentukan berdasarkan garis ibu. Sistem ini di ajarkan secara turun menurun,
kemudian disepakati dan dipatuhi, tidak ada buku rujukan atau kitab undang-
undangnya. Berdasarkan kutipan diatas dapat di simpulkan bahwa sistem kekerabatan
materilineal adalah sistem berdasarkan garis keturuna ibu, baik itu menyangkut
persukuan, pertalian darah, hak kewarisan dan kepemilikan, maupun dari segi tempat
tinggal.

Adapun karakteristik dari sistem kekerabatan matrilineal dalam kebudayaan


minangkabau adalah sbb:

1. keturunan diurutkan berdasarkan garis darah ibu. Seorang minangkabau akan


masuk kedalam

suku dimaana ibunya berasal.

2. Suku terbentuk menurut garis ibu. Seorang laki-laki di minangkabau tidak bisa
mewariskan sukunya kepada anaknya.

3. Tiap orang diharuskan menikah dengan orang diluar sukunya ( atau dikenal sebagai
sistem eksogami). menurut aturan adat minangkabau sesorang tidak dapat menikah
dengan seseorang yang berasal dari suku yang sama. Apabila hal itu terjadi maka ia
dapat dikenakan hukum adat seperti di kucilkan dari pergaulan.

4. meskipun perempuan memegang semua kekayaan keluarga, pihak yang sebenarnya


berkuasa dalam penentuan keputusan hal dalam keseharian dan lingkungan
adalah saudara laki-laki tertua dalam keluarga tersebut, yang di sebut sebagai
mamak

5. perkawinan bersifat matrilokal, yaitu suami yang mengunjungi rumah istrinya.

6. hak-hak dan pusaka diwariskan oleh mamak kepada kemenakannya, dan dari
saudara laki-laki ibu kepada anak dari saudara perempuan.

Berdasarkan kebudayaan matrilineal ini pula kemudia masyarakat


minangkabau memiliki satu kebuayaan lain-lainnya, yaitu merantau. Merantau adalah
meninggalkan kampung halaman untuk beberapa saat. Tujuan merantau atau alasan
utamanya adalah, mengembangkan kampung (nagari).

B. Perkawinan
Perkawinan merupakan acara yang sakral di Minangkabau, karena perkawinan
di minangkabau dinilai cukup unik. Minangkabau memiliki prosesi pernikahan yang
sangat beragam, begitu pula atribut pakaian dan perhiasan yang dikenakan
pengantinnya dikala melangsungkan pernikahan. Masing-masing nagari memiliki
karaterisitk busana pengantin dan hiasan kepala yang di kenakan pengantin juga
berbeda. Berikut ini tatacara perkawinan adat minang, yang bercirikan kemegahan,
mewah dan meriah, pelaminan bernuansa emas dan perak. Gaun pengantin umumnya
berbentuk dimensi. Pada dasarnya prosesi pernikahan terdiri dari beberapa tahapan.
Secara garis besar dapat dilihat berikut:

1. Meresek

Meresek adalah langkah pertama dari proses pra nikah di Minangkabau;


anggota keluarga calon pengantin wanita akan melamar calon mempelai pria, yang
akhirnya akan menciptakan kesepakatan bersama. Prencanaan dan pelaksanaan
pernikahan umumnya melibatkan sejumlah besar anggota keluarga, terutama dari sisi
mempelai wanita. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah tangan
berupa kue atau buah-buahaan. Pada awalnya beberapa wanita yang berpengalaman
diutus mencari tahu apaakah pemuda yang dituju berminat untuk menikah dan cocok
dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai
sebuah kesepakatan kedua belah pihak.

2. Memeninang dan Bertukar Tanda.

Meminang di Minangkabau berbeda dengan cara meminang pada umumnya,


karena di Minangkabau yang meminang itu adalah kelurga calon mempelai wanita.
Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai laki-laki untuk
melaksanakan hajat mulianya yaitu meminang. Bila pinangan diterima, berlanjut
dengan bertukar tanda sebagai simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat di putuskan
secara sepihak. Acara piangan melibatkan ninik mamak dan para sesepuh dari kedua
pihak. Rombongan keluarga wanita membawa sirih pinang lengkap disusun dalam
carano atau kampia yaitu tas yang terbuat dari daun pandan. Menyuguhkan sirih dari
awal pertemuan dngan harapan apabila ada kekurangan atau kejanggalan tidak akan
menjadi gunjingan.

Benda-benda yang di pertukarkan saat pinangan biasanya benda pusaka seperti


keris, kain adat atau benda lainnya yang bernilai sejarah bagi keluarga. Benda-benada
tersebut akn dikembaliakn dala suatu acara resmi setelah berlangsung akad nikah.
Meminang dilakukan oleh keluarga perempuan, tatacara diawali dengan juru bicara
keluarga wanita yang menyguh kna sirih lengkap untuk dicicipi keluarga pria sebagi
tanda persembahan. Juru bicara menyampaikan lamaran resmi. Jika diterima belanjut
dengan bertukar tanda ikatan masing-masing. Selanjutnya berembug soal tata cara
penjeputan calon mempelai pria.

3. Mahanta atau Minta izin

Mahanta siriah merupakan acara meminta izin atau memohon do’a restu dari
kedua calon mempelai pengantin kepada mamak-mamaknya, saudara ayah, kakak
yang telah berkeluarga dan sesepuh yang dihormati. Ritual ini bertujuan untuk
memohon do’a dan memberitahukan rencana pernikahan can mempelai pria
membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (kalau sekarang diganti
dengan rokok). sedangkan calon mempelai wanita menyertakan sirih lengakap.
Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul
beban dan biaya pernikahan sesuai kemampuan.

4. Babako-Babaki

Babako-Babaki dilakukan sebelum acara puncak perkawinan. Pihak keluarga


dari ayah calon mempelai wanita (disebu bako) ingin memperlihatkan ksih sayangnya
dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Perlengkapan yang disertakan
biayanya berupa sirih lengakap( sebagai kepala adat), nasi kuning singgang
ayam(makanan adat), antaran barang yang di perlukan calon mempelai wanita seperti
seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk, baik yang sudah dimasak maupun
masih mentah, kue-kue dll. Sesui tradisi, calon mempelai wanita dijemput ke rumah
kelurga ayahnya. Kemudian para tetua memberi nasihat, keesokanya, calon mempelai
wanita di arak kembali kerumah ayahnya diringi keluarga ayah dan membawa barang
bantuan tadi.

5. Malam Bainai.

Malam baiani dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Baianai berarti
melakatkan tumbukan halus dau pacar merah dan daun inai ke kuku calon mempelai
wanita. Tradisi ini mengungkapkan kasih ayang dan do’a restu dari para sesepuh
keluarga wanita. Filosofinya: bimbingan terakhir dari seorang ayah dan ibu yang telah
membesarkan puterinya dengan penuh kehormatan, karena setelah menikah maka
yang akan membimbingnya adalah suaminya. Busana khusus untuk upacara bainai
yakni baju tokoh dan bersunting rendah. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain
air yang berisi keharuuman tujuh kembang, daun inai yang di tumbuk, payung kuning,
kain jajakan kuning, kain simpai dan kursi untuk calon mempelai.

6. Manjapuik Marapulai

Manjapuik marapulai adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh
rangkaian acara perkawinan menurut adat Minangkabau. Calon pengantin pria di
jemput dan dibawa kerumah calon mempelai wanita untuk melaksanakan akad nikah.
Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelr pusaka kepada calon mempelai pria sebagai
tanda sudh dewasa. Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai wanita
menjemput calon mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi
sambah-manyambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang bawaan
itu pun diserahkan. Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman
calon mempelai wanita.

7. Penyambutan dirumah Anak Daro

Penyambutan dirumah anak daro(pengantin wanita) maksudnya adalah


keluarga pihak wanita menanti kedatangan mempelai pria. Tradisi menyambut
kedatang calon mempelai pria dirumah calon mempelai wanita lazimnya merupakan
momen meriah dan besar. Diringi musik tradisional khas minang yaitu talempong dan
gandang tabuik, serta barian gelombang adat timbal-balik yang terdiri dari pemuda-
pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian adat yang
menyuguhkan sirih.
Para sespuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning.
Sebelum memasuki pintu rumah, kaki clon mempelai pria diperciki air sebagai
lambang mensucikan, lalu berjalan menapati kain putih menuju ke tempat
berlangsungnya akad.

8. Akad Nikah

Akad nikah merupakan pengikran ijab dan qabul wali mempelai wanita
dengan mempelai pria. Biasanya di Minangkabau ijab-qabul dilaksanakan di hari
jum’at. Akad nikah diawali pembacaan ayat suci, ijab-qabul, nasihat perkawinan dan
do’a. prosesi akad nikah dilangsungkan sebagimana biasa, sesuai dengan syariat islam.
Ini merupakan pengejawantahan dari ( adat bersandi syara’, syara’ basandi kitabullah)
dan (syarak mangato, adat mamakai). akad nikah di minangkabau disertai dengan
pepata-petitih dan pantun adat dalam pelaksanaa yang dipandu pembawa acara.

9. Basandiang di Pelaminan

Basandiang di palaminan dilakukan setelah akad nikah, pengantin wanita atau


anak daro dan marapulai memakai pakaian pengantin adat yang berlaku di
Minagkabau. Anak daro dan marapulai mananti tamu alek salingka dan di warnai
musik dihalaman rumah. Ada lima acara adat yaitu : memulangkan tanda,
mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi kuning,
bermain coki.

a. Memulangkan tanda

Setelah resmi sebagai suami dan istri maka tanda yang diberikan sebagai
ikatan janji sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak, sebab barang
tersebut memiliki nilai historis dan simbol pengikat mempelai.

b. Mengumumkan gelar pengantin pria

Gelar mempelai pria lazimnya di umumkan langsung oleh niniak mamak


kaumnya. Sesuautu yang khas dari Minangkabau ialah bahwa setiap laki-laki
yang telah dianggap dewasa harus mempunyai gelar. Oleh karena itulah, setiap
pemuda minang, pada hari perkawinannya ia harus diberi gelar pusaka kaumya.
Gelar suku tertentu berbeda dengan suku lainnya.

c. Mengadu kening.

Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuh


kening merek satu sama lain. Kedua mempelai didudukan saling berhadapan dan
di antara wajah keduanya di pisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan
secara perlahan. Setelah itu kening pengantin akan bersentuhan. Filosofinya:
mereka sudah syah menjadi muhrim dan sepasang suami istri.

d. Mengaruak nasi Kuning

Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerja sama antara suami dan istri
harus saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pihak
denagn kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di
dalam nasi kuning. Bagian tubuh ayam yang terambil menandakan peranan
masing-masing dalam rumah tangga. Kepala ayam artinya dominan dalam
perkawinan. Dada ayam artinya berlapang dada dan penyabar. Paha dan sayap
berarti menjadi pelindung keluarga dan anak-naknya.

e. Bermain coki

Coki adalah permainan tradisional ranah minang, yakni semacam


permainan catur yang di lakukan oleh dua orang. Papan permainan menyerupai
halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan
egonya agar tercipta kemesraan.

f. Tari payung

Dipercaya sebagai tarian pengantin baru. Syair ‘Berbendi-bendi ke sungai


tanang’, berarti pasangan yang baru menikah pergi mandi ke kolam yang di
namai sungai tanang, yang mencerminkan berbulan madu. Penari memakai
payung berlambangkan peranan suami sebagai pelindung istri.

10. Menikam jajak

Maikam jajak adalah tradisi setelah seluruh rangkaian pernikahan


dilaksanakan. Manikam jajak umumnya dilakanakan pada hati jum’at sore, kedua
penganin baru pergi kerumah orang tua serta ninik mamak pengantin pria dengan
membawa makanan. Tujuannya menikam jajak adalah untuk menghormati atau
memuliakan orang tua serta ninik mamak pengantin pria seperti orang tua dan
ninik mamak sendiri.
C. Pewarisan (sako dan pusako)

1. Sako

Sako artinya warisan yang tidak bersifat benda seperti gelar pusako. Sako juga
berarti asal, atau tua, sperti dalam kaliamat berikut.

Sawah banyak padi dek urang

Lai karambia sako pulo

Sako dalam pengertian adat Minangkabau adalah segala kekayaan asal atau harta
tua berupa hak dan kekayaan tanpa wujud. Warisan yang termasuk sako:

a. Gelar penghulu

b. Garis keturanan dari ibu yang disebut dengan “sako induak”

c. Papatah petitih

d. Hukum adat

e. Pidato adat

f. Tatakrama dan hukum sopan santun diwariskan kepada semua anak


kemanakan dalam suatu nagari, dan kepada seluruh ranah minangkabau.

g. Sifat perangai bawaaan juga disebut degan sako

Sako sebagai kekayaan tanpa wujud merupakan rohnya adat dan memegang peranan
yang sangat menentukan dalam membentuk moralitas masyarakt minang kabau.

2. Pusako

Pusako atau harato pusako adalah segala kekayaan materi dan harta benda. Yang
termasuk harto pusako : hutan, tanah, sawah ladang, kolam, dan padang, rumah, dan
perkarangan, pandam perkuburan dan lain-lain. Pusako ini adalah jaminan utama
untuk kehidupan dan perlengkapan bagi anak kamanakan di Minangkabau.

Ketentuan adat mengenai barang sako dan harato pusako adalah sebagai berikut:

Hak bapunyo

Harato bamilik

Barang sah maupun harato pusako pada dasarnya dikuaai menjadi milik bersama
(milik kolektif) oleh kelompok-kelompok sebagai berikut:

a. Kelompok Samande
b. Kelompok sajurai atau sakaum

c. Kelompok sasuku

d. Kelompok nagari

Harta pusako minangkabau dibagi atas dua yaitu:

a. Harato pusako tinggi

Harta pusako tinggi adalah segala harta pusako yang diwariskan secara turun menurun
sesuai dengan pantun

Biriak-biriak tabang kasasak

Dari sasak turun ka halaman

Dari niniak turun ka mamak

Dari mamak turun kamanakan

Proses perpindahan kekuasaan dari mamak kamanakan dalam istilah adat disebut
degan pusako basalin. Bagi harta pusako tinggi berlaku ketentuan adat seperti

Tajua indak dimakan bali

Tasando indak dimakan gadai

Hal ini berarti bahwa harta pusako tinggi tidak boleh di jual. Jadi harta pusako tinggi
tidak saja milik orang yang hidup di masa sekarang tetapi juga anak cucu yang akan
lahir seratus atau seribu tahun lagi. Orang yang hidup wajib menjaga dan memlihara
dan memamfaatkannya, untuk kepentingan dan kehidupan sekarang, seperti pepatah
“ aianyo buliah disauak, buahnyo buliah dimakan tanahjo buminyo adat nan punyo”

b. Harto pusako randah

Adalah segala harta pencahrian dari bapak dan ibunya selama ikatan perkawinan,
ditambah dengan pemberian, dan hasil pencahrian kakek bersam nenek.

Pemberian harta pencarian orng tua untuk diwariskan kepada anak-anaknya


memakai hukum faraidh(hukum agama). disebut harto pusako randah karena harta
tersebut diwariskan dati satu generasi di atas orang menerima warisan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Minankabau menganut sisitem kekerabatan matrilineal dimana wanita


mempunyai peran penting sebagi pengikat, pemelihara, dan penyimpan harta pusaka.
Sedangkan laki-laki mempunyai peranan penting untuk mengatur dan
mempertahankan harta pusaka.

Kedudukan laki-laki dan perempuan di dalam adat minangkabau berada


didalam posisi seimbang. Laki-laki punya hak untuk mengatur segala yang ada di
dalam perkauman, hak aturan pemakaian, pembagian harta pusaka, sedangkan
perempuan sebagai pemilik dapat mempergunakan semua itu untuk keperluannya.
DAFTAR PUSTAKA

Zulfahmi.2018. Islam Dan Budaya Minangkabau. Padang.

Anda mungkin juga menyukai