Anda di halaman 1dari 10

PERANAN LITERASI DAN

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Bahasa Indonesia Semester VI
Pengampu: Najma Thalia, S,S. M.Hum.

Oleh:
AFIFAH TSABITAH
B 200200083

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan.....................................................................................................................6
D. Manfaat...................................................................................................................6
BAB 2.............................................................................................................................7
PEMBAHASAN............................................................................................................7
A. Menumbuhkan Budaya Literasi Dalam Mewujudkan Peningkatan Pembentukan
Karakter Siswa...............................................................................................................7
B. Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Karakter Siswa................8
C. Peran Pemerintah dalam Membangun Budaya Literasi Dan Pendidikan Karakter
Siswa............................................................................................................................10
BAB 3...........................................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12
B. Implikasi...............................................................................................................12
C. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah diklaim dan dihakimi sebagai negara yang rendah budaya
bacanya, sehingga menyebabkan rendah pula indeks literasinya. Hanya 1 dari 1000
orang Indnesia yang gemar membaca. Salah satunya yaitu pengaruh kurangnya
literasi atau minat baca pada siswa maupun mahasiswa serta kemampuan dalam
berpikir kritis (critical thinking) yang masih rendah. Hal tersebut juga tidak terlepas
dari budaya baca yang masih asing dalam masyarakat Indonesia. Dengan membaca,
berarti dapat menerjemahkan, menginterprestasikan tanda-tanda atau lambang
dalam bahasa yang dipahami oleh pembaca. Konsep pembelajaran yang dianut di
Indonesia adalah konsep pendidikan sepanjang hayat (long life education) sehingga
tidak ada batasan umur dalam menuntut ilmu khususnya membaca.
Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup
bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna
praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.
Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula
dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan,
mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan
mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan (Mailani,
Zulhaini, & Effendi, 2020). Pada kenyataannya, menanamkan budaya literasi di
Indonesia tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hasil survei yang digagas
oleh UNESCO membuktikan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya
mencapai 0,001% (Prameswari, 2023). Budaya membaca bukan sekedar hobi atau
kecintaan pribadi terhadap membaca, melainkan upaya untuk menghadapi
tantangan zaman. Hal ini dikarenakan kegiatan literasi juga mempengaruhi cara
berpikir seseorang saat membaca situasi dan peluang yang ada, sehingga membuat
seseorang lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan di masa depan. Literasi
satuan pendidikan tidak dapat menghalangi kerja sama dengan berbagai institusi
dan jaringan di luar iklim sekolah. Asosiasi publik diperlukan mengingat sekolah
tidak dapat menjalankan visi dan misinya sendiri. Oleh karena itu, berbagai jenis
upaya terkoordinasi dan kolaborasi antara jaringan dan unit pembelajaran di luar
sekolah diperlukan dalam memperkuat pelatihan karakter (Yuniarto dan Yudha,
2021).
Pendidikan karakter di sekolah merupakan bagian dari reformasi pendidikan
dalam mengintegrasikan pendidikan sebagai suatu usaha membangun sumber daya
manusia yang holistik lewat berbagai upaya yang salah satunya adalah
menghidupkan aktivitas literasi. Pendidikan karakter menjadi hal yang penting,
sebab hal itu merupakan investasi masa depan yang berkaitan dengan peradapan
dalam kehidupan (Siregar, Zulela, & Prayuningtyas, 2018). Melalui pendidikan,
manusia dapat memahami suatu nilai, serta menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan bermasyarakat. Upaya untuk mendapatkan derajat kemanusian yang
tinggi di dalam bermasyarakat juga melalui proses pendidikan Untuk itu,
pendidikan karakter menjadi salah satu upaya dalam membentuk manusia yang
memiliki karateristik yang unggul dan berkarakter. Karakter merupakan watak,

3
tabiat, atau kepribadian seseorang dalam bertingkah laku yang diyakini dan
digunakan sabagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Robi
& Abidin, 2020). Pendidikan karakter kini marak dilakukan di sekolah-sekolah baik
melalui literasi hingga di implementasikan ke dalam pembelajaran. Selain di
sekolah, pendidikan karakter juga harus ditanamkan di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Hal ini mengingat pembentukan karakter harus dilakukan secara terus
menerus sehingga dapat membentuk pribadi yang berkembang.
Dalam pengembangan literasi dan pembentukan karakter yang berjalan secara
bersamaan dan signifikan maka diasumsikan bahwa adanya pembentukan karakter
dari hasil literasi tersebut akan saling berhubungan. Menanggapi era teknologi dan
informasi, kecerdasan intelektual dan kecerdasan karakter memiliki peran yang
besar dalam upaya mewujudkan seseorang yang berkarakter dan mampu
beradaptasi dengan perubahan. Salah satu karakter yang krusial dan berperan
penting dalam tingkah laku dan peradaban manusia adalah sikap jujur dan
bertanggung jawab. Peran sekolah dalam upaya menanamkan sikap jujur dan
tanggungjawab menjadi hal yang utama, walaupun peran keluarga dan lingkungan
sekitar juga berpengaruh dalam hal ini, tetapi peran lingkungan sekolah berperan
sangat penting dalam upaya proses penanaman sikap kejujuran dan rasa tanggung
jawab (Robi & Abidin, 2020). Penguasaan kemampuan literasi, penguatan
pendidikan karakter menjadi satu kesatuan dalam terciptanya generasi emas 2045.
Hal tersebut diupayakan dengan asimilasi proses dengan kemampuan literasi
sehingga secara mandiri siswa mampu membaca dan memprediksi berbagai
tantangan dan peluang masa depan. Tantangan dan peluang masa depan inilah yang
akan dijadikan dasar baginya untuk bertahan sekaligus berkembang (Harfiyani,
2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka fokus masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk menumbuhkan budaya literasi dalam mewujudkan
peningkatan pembentukan karakter siswa?
2. Apakah pendidikan karakter memiliki pengaruh penting dalam pembentukan
karakter siswa?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam membangun budaya literasi dan
pendidikan karakter siswa?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara untuk menumbuhkan budaya literasi dalam mewujudkan
peningkatan pembentukan karakter siswa.
2. Mengetahui pentingnya pendidikan karakter dalam pembentukan karakter
siswa.
3. Mengetahui peran pemerintah dalam membangun budaya literasi dan
pendidikan karakter siswa.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menumbuhkan Budaya Literasi Dalam Mewujudkan Peningkatan


Pembentukan Karakter Siswa
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya adalah literacy berasal dari bahasa Latin
littera yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan
konvensi-konvensi yang menyertainya. Peran literasi sangat penting karena
kemampuan membaca adalah dasar bagi setiap individu untuk memeroleh
pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan. Pengembangan literasi sekolah
bertujuan untuk memperluas inspirasi siswa dalam belajar, mendorong pemikiran
inovatif siswa dan mendorong kepercayaan siswa dan instruktur. Sehingga nantinya
mereka bisa menjadi mahasiswa luar biasa yang mampu bersaing di era globalisasi
saat ini. Pada dasarnya, aktivitas literasi hanya dua yaitu membaca dan menulis
sebagai bentuk kecermatan dalam menganalisis teks informasi (Mailani, Zulhaini,
dan Effendi, 2020). Ada enam jenis literasi yang berkembang di era ini, yaitu:
1. Literasi Dini, yaitu kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan
berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.
2. Literasi Dasar, yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, dan menghitung. Namun pada perkembangan berikutnya, literasi
dasar berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan,
mempersepsikan informasi, mengomunikasikan, serta menggambarkan
informasi berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
3. Literasi Perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan
bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal.
4. Literasi Media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media
yang berbeda. Seperti media cetak, media elektronik, media digital, dan
memahami tujuan penggunaannya.
5. Literasi Teknologi, yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti
teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika
dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Dalam praktiknya, literasi teknologi
bersinggungan langsung dengan komputer seperti akses internet, menyimpan
dan mengelola data, serta mengoperasikan berbagai program perangkat lunak.
6. Literasi Visual, adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan
literasi teknologi, yang memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara
kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung,
baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya
disebut teks multi modal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di
dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring
berdasarkan etika dan kepatutan.
Dalam upaya pelaksanaan pendidikan karakter dan membentuk individu yang
berbudi pekerti untuk menumbuhkan budaya membaca atau literasi pada siswa
dapat diwujudkan melalui program sekolah yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
yang dihadirkan untuk memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti. Pada Tahun

5
2015 kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengeluarkan Peraturan
No 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti melalui Gerakan Literasi
Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah (GLS), memandang literasi sebagai
upaya penumbuhan budi pekerti yang menekankan pada kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas
seperti, menyimak, membaca, menulis, melihat, dan atau berbicara (Supiandi,
2016). Jadi, pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan program
pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi warga sekolah
khususnya siswa, dan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan menjadi
pembelajaran sepanjang hayat sebagai hasil dari kebijakan itu sendiri melalui
berbagai kegiatan yang melibatkan warga sekolah dan berbagai pihak (Diana dan
Juairiah, 2022).
Tahapan pertama dalam Program GLS ini yaitu tahapan pembiasaan, tahap ini
menuntut sekolah untuk menerapkan kegitan membaca buku nonpelajaran selama
10-15 menit sebelum belajar. Kedua, tahap pengembangan, tahap ini menuntut
peserta didik menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dalam proses
membaca dan menulis tanpa ada penilaian secara akademik. Ketiga, tahap
pembelajaran, tahap ini menekankan pada pelaksanaan literasi di semua mata
pelajaran yang ditambah dengan tagihan akademik. Pentingnya Pendidikan Karakter
Dalam Pembentukan Karakter Siswa.
Di era sekarang ini moral anak bangsa semakin turun yang mengakibatkan
disintergrasi bangsa. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu adanya pembiasaan
tentang pentingnya nilai-nilai luhur bangsa, nilai-nilai karakter kepada anak bangsa.
Salah satunya melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter membentuk
kecenderungan individu untuk memiliki karakter yang baik dan berguna bagi orang
lain yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seserorang yaitu tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggungjawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya. Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam diri seorang
individu, maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk sistem dan
komponen pendidikan serta pengajarannya yang mendukung terwujudnya
pembentukan karakter. Ada lima nilai utama sebagai prioritas di dalam
pembentukan karakter, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas. Peran pendidik sebagai role model di sekolah sangat berpengaruh
terhadap efektifitas penerapan pembentukan karakter. Kehadiran pendidik sebagai
key actor in the learning process sangat penting karena melalui pendidiklah akan
tercipta sumber daya manusia yang berkarakter kuat, cerdas, serta bermoral luhur.
Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan nilainilai luhur dan juga karakter pada
peserta didik, sehingga mereka mempunyai karakter yang baik dan dapat sedikit
demi sedit memperbaiki moral anak bangsa (Rohmah, 2016).
Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal
ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan. Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan
yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi,
kreativitas, dan spiritual) (Sahroni, 2017). Selain itu keberhasilan pendidikan

6
karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan
dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak. Dengan demikian,
pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang mampu
membentuk karakter yang baik.
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan
antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang
dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara
pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk
melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa
dan Negara serta dunia internasional. Terdapat empat jenis pendidikan karakter
yang selama ini dilaksanakan dalam proses pendidikan:
a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu
Tuhan (konservasi moral);
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya , antara lain yang berupa budi
pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para
pemimpin bangsa (konservasi lingkungan);
c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);
d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses
kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan (konservasi humanis).

B. Peran Pemerintah dalam Membangun Budaya Literasi Dan Pendidikan


Karakter Siswa
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Budaya
membaca, menulis dan berhitung selanjutnya disebut literasi, dijelaskan dalam
undang-undang nomor 43 tahun 2017 tentang sistem perbukan. Secara lebih
terperinci, pemerintah kembali menegaskan pentingya membangun budaya
membaca dalam undang-undang perpustakaan nomor 43 tahun 2007 pasal 48
tentang Pembudayaan Kegemaran Membaca. Melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, pemerintah secara bertahap telah membeli hak cipta penulis buku teks
pelajaran dari mulai tingkat SD sampai tingkat SLTA. Setelah membeli dan
memeriksa isi, pemerintah selanjutnya mengunggah soft file buku tersebut di
website kemendikbud. Masyarakat boleh mencetak, menggandakan, dan
memperjualbelikan dengan catatan harus sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi
yang tercantum di cover belakang buku.
Peningkatan literasi tidak hanya untuk siswa tetapi juga para guru pendidik.
Selain itu, Perlu dipastikan pelaksanaan pembudayaan literasi oleh masing-masing
Kementerian dan Lembaga, serta informasi kendala dan tantangan yang dihadapi
sehingga dapat dibuat strategi-strategi untuk mengatasinya. Untuk itu koordinasi
dan sinkronisasi program antar Kementerian dan Lembaga menjadi penting untuk
dilakukan, dan program yang direncanakan tersebut harus dapat diimplementasikan
dengan baik. Sebagai informasi, pemerintah saat ini memperkuat literasi melalui
tiga program. Pertama, Program Literasi Keluarga yaitu penyiapan konten literasi
keluarga dan penyusunan panduan literasi di keluarga seperti membacakan buku
mendongeng, dan lainnya. Kedua, Program Literasi Satuan Pendidikan yaitu

7
penyusunan panduan literasi dalam pembelajaran untuk mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Ketiga, Program Literasi
Masyarakat merupakan peningkatan akses dan konten literasi masyarakat melalui
peningkatan layanan perpustakaan secara nasional. 
Pembangunan manusia dapat dilakukan berlandaskan pada tiga pilar
pembangunan yaitu layanan dasar dan perlindungan sosial, produktivitas, serta
pembangunan karakter untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan berdaya saing.  Salah satu pilar pembangunan manusia yang perlu diperhatikan
yaitu pembangunan karakter yang dapat dilakukan dengan cara pembudayaan
literasi baik di lingkup keluarga, pendidikan, maupun masyarakat. Pemerintah
memiliki peranan penting dalam membentuk karakter siswa yang baik dengan
mengkondisikan pengaruhnya budaya literasi dan pendidikan karakter pada siswa.
Dari segi pemerintah, pendidikan memiliki tujuan yang sangat mulia bagi
kehidupan manusia dan berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan pendidikan
karakter disemua lembaga formal. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membentuk manusia indonesia yang bermoral
2. Membentuk manusia indonesia yang cerdas dan rasional
3. Membentuk manusia indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras
4. Membentuk manusia indonesia yang optimis dan percaya diri
5. Membentuk manusia indonesia yang berjiwa patriot

8
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rendahnya budaya membaca siswa dapat menjadi nilai negatif bagi kemajuan
bangsa Indonesia dan menurunkan value dalam diri seseorang. Jika literasi rendah
maka berkaitan dengan pembentukan karakternya pula, karena literasi yang rendah
menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kepribadian, karakter/budi pekerti
yang rendah bahkan jauh dari kata baik sehingga perlu adanya pendidikan karakter.
Kegiatan literasi sangat berperan dalam membentuk karakter siswa dengan
menerapkan program Gerakan Literasi Siswa. Melalui kegiatan literasi yang
terprogram, akan menumbuhkan karakter jujur dan tanggungjawab. Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Penguatan pendidikan karakter dalam proses
pendidikan di satuan pendidikan pada umumnya dapat dilaksanakan secara optimal
melalui proses habituasi dalam keseharian siswa di sekolahnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pentingnya peranan lingkungan sekitar dalam menanamkan
budaya membaca dan pendidikan karakter siswa dalam membentuk karakter/budi
pekerti yang baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Muhammad (2022, Desember 17). Kumparan. Retrieved from


https://kumparan.com/muhammad-akmal-1671002666930664381/kurangnya-
literasi-di-indonesia-1zRD3UhcGVe(d ( Diakses 5 Juni 20232 pukul 09:01)
Diana, dan Juairiah. (2022). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Untuk
Menumbuhkan Minat Baca Siswa di SMA Negeri 7 Banjarmasin. Jurnal El-
Pustaka, 3(1), 67-80.
Harfiyani, A. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Budaya Literasi Dalam
Konteks Pembelajaran Abad 21 di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar dan Diskusi
Nasional Pendidikan Dasar.
Mailani, I., Zulhaini,dan Effendi, F. (2020). Peran Kegiatan Literasi Terhadap
Pembentukan Karakter Mahasiswa Pendidikan Agama Islam FTK-UNIKS.
JRTIE: Journal of Research and Thought on Islamic Education, 3(2), 172-193.
Prameswari, D. (2023, Januari 07). Jurnal Post. Retrieved from
https://jurnalpost.com/rendahnya-budaya-literasi-masyarakat-indonesia-di-era-
digital/42109/
Robi, N., & Abidin, Z. (2020). Literasi Membaca Sebagai Upaya Pembentuk Karakter
Peserta Didik (Jujur Dan Bertanggung Jawab). Seminar Nasional Pascasarjana.
Rohmah, F. D. (2016). Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Siswa Sekolah Dasar
Untuk Memperbaiki Moral Generasi Bangsa. Retrieved from
http://fatmawatidwirohmah.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/
15389/2017/10/Pentingnya-Pendidikan-Karakter-Pada-Siswa-Sekolah-Dasar-
Untuk-Memperbaiki-Moral-Generasi-Bangsa.pdf
Sahroni, D. (2017). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Prosiding
Seminar Bimbingan dan Konseling, 1(1), 115-124.
Siregar, Y. E., Zulela, & Prayuningtyas. (2018). Self Regulation, Emotional Intelligence
With Character Building. Proceedings of the Annual Civic Education Conference
(ACEC), 251. doi:10.2991/acec-18.2018.72
Supiandi. (2016). Menumbuhkan Budaya Literasi Dengan Menggunakan "Program
Kata" di SMA Muhammadiyah Toboali Kab. Bangka Selatan. Jurnal LP2M
STUDIA, 1(1).
Yuniarto, B., & Yudha, R. P. (2021). Literasi Digital Sebagai Penguatan Pendidikan
Karakter Munuju Era Society 5.0. Jurnal Pendidikan Sosial Ekonomi, 10(2), 176-
194.

10

Anda mungkin juga menyukai