Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

WAKALAH DAN SULHU

MAPEL : FIQIH

KELAS / JURUSAN : X KEAGAMAAN 2

GURU PEMBIMBING : MAHZURI, S.Ag

KELOMPOK 4

1. HAVIZ ALMADANI NUR


2. MUHAMMAD SYAILI
3. NURUL HIKMAH
4. OKTAFIMA NURI KHOLISYA
5. WIWIK NURROHMAH

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRASAH ALIYAH NEGRI TANAH LAUT

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak di yaumil kiamah.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “ Wakalah dan Sulhu “ dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Fiqih di sekolah. Penulis
berharap makalah tentang Wakalah dan Sulhu ini dapat dijadikan sebagai penambah
wawasan akan kajian didalam ilmu Fiqih dan tentunya juga akan bermanfaat bagi yang
mengamalkannya.

Penulis menyadari masih banyak yang perlu di perbaiki karena kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, baik terkait penulisan dan tutur kata yang di sampaikan, penulis memohon
maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian hidupnya harus
bermasyarakat, dalam hal ini allah swt telah menjadikan manusia yang saling berhajat kepada
orang lain, agar mereka tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan
kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam,
dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. keterangan di atas menjadi
indikator bahwa manusia untuk memenuhi kebutuhannya memerlukan orang lain sebagai
wakilnya. Salah satu kebutuhan yang memerlukan interaksi dengan orang lain adalah akad
wakalah. peristiwa ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan akibat hukum
yaitu akibat sesuatu tindakan hukum.

Dalam urusan bermuamalah dilarang apabilah terdapat unsur yang mengandung


penindasan, pemerasan atau penganiyaan terhadap orang lain, semisal jual beli tersebut
mengandung unsur penipuan dan merugikan orang lain karena pada dasarnya, dalam
permasalahan muamalah banyak terjadi spekulasi transaksi dimana hal tersebut bertujuan
mengambil manfaat dari transaksi dengan cara yang tidak dibenarkan di dalam islam. Pengertian
Muamalah menurut Idris Muhammad adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara
yang baik-baik. Dalam kehidupan masarakat manusia tidak dapat hidup sendiri pastilah
membutuhkan bantuan orang lain oleh karena itu didalam Islam jual beli yang dilakukan dengan
perantara orang lain diatur oleh Islam melalui metode wakalah yaitu menyerahkan pekerjaan
yang dikerjakan kepada orang lain agar ia kerjakan, tolong menolong antara sesama manusia
tersebut tidak jarang terdapat perselisihan. Kita sering sekali berselisih dengan orang lain dalam
berbagai masalah. Perselisihan tersebut bisa bersifat kecil dan bahkan bisa membesar. Namun
Islam telah mengajarkan kita untuk mengadakan sebuah perjanjian atau penyelesaian masalah
tersebut dengan mengadakan perdamaian. Sulhu atau perdamaian sangatlah penting agar
manusia dapat berdampingan secara harmonis, Adapun wakalah dalam pelaksanaannya terdapat
landasan hukum, syarat maupun rukun dalam pelaksanaannya agar sempurna. Dari dahulu
hingga sekarang, masyarakat membutuhkan akad wakalah untuk menyelesaikan segala persoalan
hidup mereka. Hal ini terjadi karena unsur keterbatasan yang senantiasa melingkupi kehidupan
manusia. Untuk itu, syariah memberikan legalitas atas keabsahan akad tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan wakalah dan sulhu?

2. Apakah hukum dari wakalah dan shulhu?

3. Apa sajakah rukun, syarat atau ketentuan wakalah dan shulhu?

4. Apakah hikmah dari wakalah dan shulhu?

5. Apakah pembagian dari shulhu?

C. Tujuan Penulisan

1. Mampu menjelaskan pengertian dari wakalah dan shulhu.

2. Dapat menjelaskan hukum dari wakalah dan shulhu.

3. Mengetahui syarat-syarat, rukun atau ketentuan dari wakalah dan shulhu.

4. Mampu mengimplementasikan atau mengamalkan hikmah dari wakalah dan shulhu.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Wakalah

1. Pengertian Wakalah

Wakalah menurut bahasa berarti mewakilkan, penyerahan,pendelegasian, atau


pemberian mandat. Sedangkan menurut istilah wakalah adalah permintaan perwakilan oleh
seseorang kepada orang lain yang bisa menggantikan dirinya dalam hal-hal yang diperbolehkan
untuk diwakilkan seperti jual beli. Dapat pula berarti mewakilkan atau menyerahkan pekerjaan
kepada orang agar bertindak atas nama orang yang mewakilkan selama batas waktu yang
ditentukan.

2. Hukum wakalah

Asal hukum wakalah adalah mubah, tetapi bisa menjadi haram bila yang dikuasakan itu
adalah pekerjaan yang haram atau dilarang oleh agama dan menjadi wajib kalau terpaksa harus
mewakilkan dalam pekerjaan yang dibolehkan oleh agama.

3. Rukun dan syarat

a) Rukun wakalah

Agar perwakilan itu dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
syarak,mereka yang ber-wakalah harus mengikuti rukun sebagai berikut.

1) Ada yang mewakilkan dan wakil. Anak kecil yang dapat membedakan baik dan buruk dapat
(boleh) mewakilkan dalam tindakan-tindakan yang bermanfaat, seperti perwakilan untuk
menerina hibah,sedekah,dan wasiat.

2) Ada sesuatu yang diwakilkan.

Syarat-syarat sesuatu yang diwakilkan adalah sebagai berikut.


. Menerima penggantian,maksudnya boleh diwakilkan pada orang lain untuk
mengerjakannya. Tidak sah mewakilkan sesuatu,seperti shalat,puasa,dam membaca ayat al-
Qur’an .

. Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil. Oleh karena itu,batal mewakilkan sesuatu
yang akan dibeli.

· Diketahui dengan jelas. Batal mewakilkan sesuatu yang masih samar,seperti seseorang
berkata,”Aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk menikahkan salah seorang anakku.”

3) Ada lafal yang menunjukkan rida yang mewakilkan dan wakil menerimanya. Contoh : Orang
yang mewakilkan itu berkata,”Saya wakilkan atau saya serahkan kepada engkau untuk
mengerjakan pekerjaan ini.” Pernyataan ini tidak membutuhkan kabul dari pihak yang
diwakilkan. Orang yang mewakili tidak boleh mewakilkan kepada orang lain tanpa seizin dari
pihak yang pertama mewakilkan.

b) Syarat-syarat wakalah

Terselenggaranya wakalah sah apabila memenuhi persyaratan berikut.

. Orang yang mewakilkan adalah orang yang sah menurut hukum.

. Pekerjaan yang diwakilkan harus jelas. Tidak boleh mewakilkan pekerjaan kepada orang lain
yang tidak jelas.

. Tidak boleh mewakilkan dalam hal ibadah, karena ibadah menuntut dikerjakan secara
badaniah dan dilakukan sendiri (seperti salat, puasa, dan membaca ayat al-Qur’an.

4. Hal – hal yang boleh diwakilkan

Beberapa perbuatan yang boleh diwakilkan adalah ibadah haji, menyembelih binatang kurban,
membagi zakat,dan perniagaan (jual beli).

5. Berakhirnya akad Wakalah

Akad wakalah akan berakhir apabila terdapat hal-hal berikut.


a. Salah seorang yang berakad hilang akalnya. Syarat sah akad salah satunya adalah orang
yang berakad berakal.

b. Dihentikannya pekerjaan yang dimaksud.

c. Salah seorang dari yang berakad meninggal. karena salah satu syarat sah akad adalah orang
yang berakad masih hidup.

d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil, sekalipun wakil belum
mengetahui (pendapat Syafi’i dan Hanbali).

e. Wakil memutuskan sendiri.

f. Keluarnya orang yang mewakilkan dari status pemilikan.

6. Hikmah Wakalah

Hikmah yang diperoleh dari wakalah,antara lain sebagai berikut.

1. Mengajarkan prinsip tolong-menolong antara satu dengan lainnya untuk tujuan


kebaikan,bukan untuk kejahatan atau kemaksiatan.

2. Mengajarkan kepada manusia untuk merenungi bahwa hidup ini tidak sempurna. Dalam
memenuhi kebutuhannya,tidak semua pekerjaan dapat dilakukan atau diselesaikan sendiri. Oleh
sebab itu,manusia perlu mewakilkan kepada orang lain.

3. Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melakukan sesuatu sehingga mengurangi
pengangguran.

B. Sulhu

1. Pengertian sulhu

Sulhu menurut bahasa berasal dari kata As-sulhu yang berarti damai, memutus
pertengkaran, perselisihan, atau perdamaian. Sedangkan menurut istilah sulhu adalah akad yang
bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan antara dua belah pihak. atau dapat
juga diartikan sebagai perjanjian perdamaian diantara dua belah pihaka yang berselisih.
2. Dasar Hukum Sulhu

Hukum sulhu adalah wajib sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau perintah Allah SWT.

3. Rukun Dan Syarat Sulhu

Rukun sulhu adalah sebagai berikut :

1. Musalih, yaitu masing masing pihak yang melakukan akad perdamaian untuk menghilangkan
permusuhan atau sengketa.

2. Musalih ‘anhu, yaitu persoalan persoalan yang diperselisihkan atau disengketakan.

3. Musalih ‘alaih, yaitu hal hal yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap lawannya untuk
memutuskan perselisihan. Hal ini disebut juga dengan badal as- sulhu.

4. Sigat ijab dan kabul, yaitu diantara dua pihak yang melakukan akad perdamaian.

Ke empat rukun itu merupakan ketentuan yang harus ada dalam suatu perjanjian
sulhu.Tanpa keempat rukun secara formal,tidak dapat diketahui terciptanya suatu
perdamaian.Dengan adanya ikatan perdamaian, masing masing pihak yang bersengketa
berkewajiban melaksanakan semua isi perjanjian atau tidak boleh mengingkari isi perjanjian.
Apabila salah satu pihak berkhianat,konsekuensinya dapat dituntut kepengadilan.

Akad perdamaian tidak dapat dibatalkan dengan begitu saja oleh satu pihak, melainkan
harus ada persetujuan antara kedua belah pihak. Apabila hanya sepihak, pembatalan itu tidak sah
atau pihak yang dirugikan dapat melakukan tautan. Syarat sulhu, diklasifikasikan dalam dua hal,
yaitu yang menyangkut subjek (pihak-pihak yang mengadakan perjanjian) dan objek
perdamaian.

a. Menyangkut subjek ( pihak – pihak yang mengadakan perjanjian )

Subjek sulhu harus orang yang cakap dalam bertindak menurut hukum, yakni orang
dewasa. Disamping itu, orang yang bersulhu harus memiliki kekuasaan atau kewenangan untuk
melepaskan haknya atas atas hal hal yang dimaksud dalam perdamaian tersebut. Sebab,terkadang
orang yang cakap bertindak, belum tentu memiliki kekuasaan dan kewenangan.
b. Menyangkut objek perdamaian

Objek perdamaian harus memenuhi ketentuan, antara lain sebagai berikut.

1) Berbentuk harta, harta disini dapat berbentuk benda berwujud atau benda tidak
berwujudyang dapat dinilai dan dihargaiatau dapat diserah terimakan dan dimanfaatkan.

2) Dapat diketahui secara jelas sehingga tidak menimbulkan kesamaran dan ketidak jelasan

4. Macam – Macam perdamaian (sulhu)

Ada banyak macam akad sulhu(perdamaian),seperti perdamaian antar muslimdan


nonmuslim,perdamaian antara istri dan suami,perdamaian dengan orang orang yang bugat
(pemberontak), perdamaian pembebasan tanggung jawab, permintaan ganti rugi, dan perdamaian
dalam harta benda

Adapun yang akan dibahaserikut adalah mcam macam sulhu yang berhubungan dengan
dengan perdamaian pembebasan tanggung jawab, perdamaian permintaan ganti rugi, dan
perdamaian dalam harta benda.

a. Perdamaian pembebasan tanggung jawab

Perdamain pemintaan tanggung jawab dapat dicontohkan dengan perkataan “saya


bebaskan hutang mu yang seribubrupiah itu dengan lima ratus rupiah. Ini adalah pembebasan
sebagian hutang dengan kata damai. Sementara itu, perdamaian dengan cara permintaan ganti
rugi atas barang yang disengkatakan dapat dilihat dari contoh berikut. Ada 2 orang yang
bersengketa atas sebuah rumah, lalu satu pihak mengajak berdamai dengan meminta sebidang
tanah sebaga ganti rugi atas rumah yang disengketakan tersebut”. Perdamaian semacam ini dapat
digolongkan dalam masalah jual beli.

b. Perdamaian permintaan ganti rugi

Perdamaian dapat pula terjadi atas barang yang dipakai oleh salah satu pihak yang
bersengketa, seperti terjadinya kerusakan kendaraan yang dipinjam oleh seseorang.contoh
perdamaian atas kendaraan yang rusak karena dipakai oleh pihak kedua, lalu pihak pertama
mengajak berdamai denagn meminta ganti rugi atas manfaat kendaraan yang dipakai oleh pihak
kedua. Perdamaian semacam ini dapat digolongkan dalam hal sewa menyewa.

c. Perdamaian dalam harta benda

Perdamaian dalam harta benda terbagi menjadi 3, yaitu perdamaian karena pengakuan,
penolakan, dan diam.

1) Perdamaian karena pengakuan. Misalnya Pak Ahmad mengaku mempunyai hutang kepada
Pak Bayu dan dia mengakuinya. Kemudian , Pak Ahmad meberi sesuatu kepada Pak Bayu
sebagai bentuk perdamaian karena Pak Bayu tak membantah piutang yang ada padanya, seperti
memotong sebagian hutang yang diakui Pak Bayu Atau menghaadiahkan sebagian besar yang di
akuinya kepada Pak Bayu.

2) Perdamaian karena penokan. Misalnya Pak Hasan mengaku mempunyai hutang kepada Pak
Hendra tidak mengakuinya. Kemudian, Pak hendra berdamai dengan Pak Hasan agar
membatalkan pengakuannya, menghindarkan dari perselisihan, dan sumpah diwajibkan apa bila
terjadi penolakan dari salah satu pihak.

3) Perdamaian karena diam. Misalnya Pak Herman mengaku mempunyai hutang kepada Pak
Saleh diam, tidak mengakui dan tidak membantah. Selanjutnya, Pak Saleh berdamai dengan Pak
Herman dengan sesuatu yang membatalkan pengakuan dan meninggalkan perelisihannya.

5. Hikmah Sulhu

a. Dapat menyelesaikan perselisihan dengan sebaik-baiknya. Bila mungkin tanpa campur


tangan pihak lain.

b. Dapat meningkatkan rasa ukhuwah/ persaudaraan sesama manusia.

c. Dapat menghilangkan rasa dendam, angkara murka dan perselisihan di antara sesama.

d. Menjungjung tinggi derajat dan martabat manusia untuk mewujudkan keadilan.

e. Mewujudkan kebahagiaan hidup baik individu maupun kehidupan masyarakat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wakalah menurut bahasa berarti mewakilkan, penyerahan,pendelegasian, atau


pemberian mandat. Sedangkan menurut istilah wakalah adalah permintaan perwakilan oleh
seseorang kepada orang lain yang bisa menggantikan dirinya dalam hal-hal yang diperbolehkan
untuk diwakilkan seperti jual beli.

Asal hukum wakalah adalah mubah, tetapi bisa menjadi haram bila yang dikuasakan itu
adalah pekerjaan yang haram atau dilarang oleh agama dan menjadi wajib kalau terpaksa harus
mewakilkan dalam pekerjaan yang dibolehkan oleh agama. Rukun wakalah yaitu : Ada yang
mewakilkan dan wakil, ada sesuatu yang diwakilkan, dan ada lafal yang menunjukkan ridha
yang mewakilkan dan wakil menerimanya. Syarat-syarat wakalah yaitu : Orang yang
mewakilkan adalah orang yang sah menurut hukum, pekerjaan yang diwakilkan harus jelas, tidak
boleh mewakilkan dalam hal ibadah.

Hikmah Wakalah yaitu : Mengajarkan prinsip tolong-menolong antara satu dengan


lainnya, mengajarkan kepada manusia untuk merenungi bahwa hidup ini tidak sempurna,
memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melakukan sesuatu sehingga mengurangi
pengangguran.

Sulhu menurut bahasa berasal dari kata As-sulhu yang berarti damai, memutus
pertengkaran, perselisihan, atau perdamaian. Sedangkan menurut istilah sulhu adalah akad yang
bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan antara dua belah pihak. Hukum
sulhu adalah wajib sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau perintah Allah SWT., di dalam Al-
Quran : (Q.S Al- Hujurat :10), (Q.S An-Nisaa: 128). Dan dalam hadis Rasulullah SAW.

Rukun sulhu Musalih, Musalih ‘anhu, Musalih ‘alaih, dan Sigat ijab dan kabul. Syarat
sulhu, yaitu : Menyangkut subjek, menyangkut objek perdamaian. Macam – Macam perdamaian
(sulhu), Perdamaian pembebasan tanggung jawab, Perdamaian permintaan ganti rugi, dan
perdamaian dalam harta benda .

Hikmah Sulhu yaitu : Dapat menyelesaikan perselisihan dengan sebaik-baiknya, dapat


meningkatkan rasa ukhuwah/ persaudaraan sesama manusia, dapat menghilangkan rasa dendam,
angkara murka dan perselisihan di antara sesama, menjungjung tinggi derajat dan martabat
manusia untuk mewujudkan keadilan, dan mewujudkan kebahagiaan hidup baik individu
maupun kehidupan masyarakat.

B.Saran
Setelah memahami makalah tentang wakalah dan sulhu kami dari penulis menyarankan
para pembaca untuk :

1. Dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mewakili pekerjaan kepada orang lainsebaiknya dengan pekerjaan yang bisa dilakukan dan
sanggup dilakukan oleh si penerima pekerjaan

3. Jangan mewakilkan pekerjaan kepada orang lain dengan pekerjaan yang dilarang
agama,terlebih jika mengancam si penerima pekerjaan dengan ancaman yang tidak pernah
diperbolehkan dalam agama.

4. Jika hendak mewakilkan pekerjaan kepada orang lain,ikutilah syarat dan ketentuan yang
sudah ditentukan dalam islam dan tidak melanggarnya walau hanya sedikit.

5. Perdamaian dalam islam sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan bagi setiap muslim,maka
dari itu kami penulis mengharapkan agar para pembaca dapat saling mendamaikanorang orang
yang sedang dalam perselisihan.

6. Perdamaian dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu, jika terjadi
perselisihan antara satu orang dengan orang lain,maka segerahlah berdamai.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman al Gharyani. Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer. Surabaya: Pustaka Progresif.


2004

Sunarto Dzulkifli, perbankan Syariah, 2007, jakarta : zikrul Hakim Rasyid H. Sulaiman. 1992.
Fiqh Islam (hukum fiqh lengkap). Bandung : penerbit Sinar Baru .

Anda mungkin juga menyukai