MAPEL : FIQIH
KELOMPOK 4
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak di yaumil kiamah.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah yang berjudul “ Wakalah dan Sulhu “ dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas kelompok mata pelajaran Fiqih di sekolah. Penulis
berharap makalah tentang Wakalah dan Sulhu ini dapat dijadikan sebagai penambah
wawasan akan kajian didalam ilmu Fiqih dan tentunya juga akan bermanfaat bagi yang
mengamalkannya.
Penulis menyadari masih banyak yang perlu di perbaiki karena kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini, baik terkait penulisan dan tutur kata yang di sampaikan, penulis memohon
maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun demikian hidupnya harus
bermasyarakat, dalam hal ini allah swt telah menjadikan manusia yang saling berhajat kepada
orang lain, agar mereka tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan
kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam,
dalam urusan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. keterangan di atas menjadi
indikator bahwa manusia untuk memenuhi kebutuhannya memerlukan orang lain sebagai
wakilnya. Salah satu kebutuhan yang memerlukan interaksi dengan orang lain adalah akad
wakalah. peristiwa ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan akibat hukum
yaitu akibat sesuatu tindakan hukum.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Wakalah
1. Pengertian Wakalah
2. Hukum wakalah
Asal hukum wakalah adalah mubah, tetapi bisa menjadi haram bila yang dikuasakan itu
adalah pekerjaan yang haram atau dilarang oleh agama dan menjadi wajib kalau terpaksa harus
mewakilkan dalam pekerjaan yang dibolehkan oleh agama.
a) Rukun wakalah
Agar perwakilan itu dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan
syarak,mereka yang ber-wakalah harus mengikuti rukun sebagai berikut.
1) Ada yang mewakilkan dan wakil. Anak kecil yang dapat membedakan baik dan buruk dapat
(boleh) mewakilkan dalam tindakan-tindakan yang bermanfaat, seperti perwakilan untuk
menerina hibah,sedekah,dan wasiat.
. Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil. Oleh karena itu,batal mewakilkan sesuatu
yang akan dibeli.
· Diketahui dengan jelas. Batal mewakilkan sesuatu yang masih samar,seperti seseorang
berkata,”Aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk menikahkan salah seorang anakku.”
3) Ada lafal yang menunjukkan rida yang mewakilkan dan wakil menerimanya. Contoh : Orang
yang mewakilkan itu berkata,”Saya wakilkan atau saya serahkan kepada engkau untuk
mengerjakan pekerjaan ini.” Pernyataan ini tidak membutuhkan kabul dari pihak yang
diwakilkan. Orang yang mewakili tidak boleh mewakilkan kepada orang lain tanpa seizin dari
pihak yang pertama mewakilkan.
b) Syarat-syarat wakalah
. Pekerjaan yang diwakilkan harus jelas. Tidak boleh mewakilkan pekerjaan kepada orang lain
yang tidak jelas.
. Tidak boleh mewakilkan dalam hal ibadah, karena ibadah menuntut dikerjakan secara
badaniah dan dilakukan sendiri (seperti salat, puasa, dan membaca ayat al-Qur’an.
Beberapa perbuatan yang boleh diwakilkan adalah ibadah haji, menyembelih binatang kurban,
membagi zakat,dan perniagaan (jual beli).
c. Salah seorang dari yang berakad meninggal. karena salah satu syarat sah akad adalah orang
yang berakad masih hidup.
d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil, sekalipun wakil belum
mengetahui (pendapat Syafi’i dan Hanbali).
6. Hikmah Wakalah
2. Mengajarkan kepada manusia untuk merenungi bahwa hidup ini tidak sempurna. Dalam
memenuhi kebutuhannya,tidak semua pekerjaan dapat dilakukan atau diselesaikan sendiri. Oleh
sebab itu,manusia perlu mewakilkan kepada orang lain.
3. Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melakukan sesuatu sehingga mengurangi
pengangguran.
B. Sulhu
1. Pengertian sulhu
Sulhu menurut bahasa berasal dari kata As-sulhu yang berarti damai, memutus
pertengkaran, perselisihan, atau perdamaian. Sedangkan menurut istilah sulhu adalah akad yang
bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan antara dua belah pihak. atau dapat
juga diartikan sebagai perjanjian perdamaian diantara dua belah pihaka yang berselisih.
2. Dasar Hukum Sulhu
Hukum sulhu adalah wajib sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau perintah Allah SWT.
1. Musalih, yaitu masing masing pihak yang melakukan akad perdamaian untuk menghilangkan
permusuhan atau sengketa.
3. Musalih ‘alaih, yaitu hal hal yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap lawannya untuk
memutuskan perselisihan. Hal ini disebut juga dengan badal as- sulhu.
4. Sigat ijab dan kabul, yaitu diantara dua pihak yang melakukan akad perdamaian.
Ke empat rukun itu merupakan ketentuan yang harus ada dalam suatu perjanjian
sulhu.Tanpa keempat rukun secara formal,tidak dapat diketahui terciptanya suatu
perdamaian.Dengan adanya ikatan perdamaian, masing masing pihak yang bersengketa
berkewajiban melaksanakan semua isi perjanjian atau tidak boleh mengingkari isi perjanjian.
Apabila salah satu pihak berkhianat,konsekuensinya dapat dituntut kepengadilan.
Akad perdamaian tidak dapat dibatalkan dengan begitu saja oleh satu pihak, melainkan
harus ada persetujuan antara kedua belah pihak. Apabila hanya sepihak, pembatalan itu tidak sah
atau pihak yang dirugikan dapat melakukan tautan. Syarat sulhu, diklasifikasikan dalam dua hal,
yaitu yang menyangkut subjek (pihak-pihak yang mengadakan perjanjian) dan objek
perdamaian.
Subjek sulhu harus orang yang cakap dalam bertindak menurut hukum, yakni orang
dewasa. Disamping itu, orang yang bersulhu harus memiliki kekuasaan atau kewenangan untuk
melepaskan haknya atas atas hal hal yang dimaksud dalam perdamaian tersebut. Sebab,terkadang
orang yang cakap bertindak, belum tentu memiliki kekuasaan dan kewenangan.
b. Menyangkut objek perdamaian
1) Berbentuk harta, harta disini dapat berbentuk benda berwujud atau benda tidak
berwujudyang dapat dinilai dan dihargaiatau dapat diserah terimakan dan dimanfaatkan.
2) Dapat diketahui secara jelas sehingga tidak menimbulkan kesamaran dan ketidak jelasan
Adapun yang akan dibahaserikut adalah mcam macam sulhu yang berhubungan dengan
dengan perdamaian pembebasan tanggung jawab, perdamaian permintaan ganti rugi, dan
perdamaian dalam harta benda.
Perdamaian dapat pula terjadi atas barang yang dipakai oleh salah satu pihak yang
bersengketa, seperti terjadinya kerusakan kendaraan yang dipinjam oleh seseorang.contoh
perdamaian atas kendaraan yang rusak karena dipakai oleh pihak kedua, lalu pihak pertama
mengajak berdamai denagn meminta ganti rugi atas manfaat kendaraan yang dipakai oleh pihak
kedua. Perdamaian semacam ini dapat digolongkan dalam hal sewa menyewa.
Perdamaian dalam harta benda terbagi menjadi 3, yaitu perdamaian karena pengakuan,
penolakan, dan diam.
1) Perdamaian karena pengakuan. Misalnya Pak Ahmad mengaku mempunyai hutang kepada
Pak Bayu dan dia mengakuinya. Kemudian , Pak Ahmad meberi sesuatu kepada Pak Bayu
sebagai bentuk perdamaian karena Pak Bayu tak membantah piutang yang ada padanya, seperti
memotong sebagian hutang yang diakui Pak Bayu Atau menghaadiahkan sebagian besar yang di
akuinya kepada Pak Bayu.
2) Perdamaian karena penokan. Misalnya Pak Hasan mengaku mempunyai hutang kepada Pak
Hendra tidak mengakuinya. Kemudian, Pak hendra berdamai dengan Pak Hasan agar
membatalkan pengakuannya, menghindarkan dari perselisihan, dan sumpah diwajibkan apa bila
terjadi penolakan dari salah satu pihak.
3) Perdamaian karena diam. Misalnya Pak Herman mengaku mempunyai hutang kepada Pak
Saleh diam, tidak mengakui dan tidak membantah. Selanjutnya, Pak Saleh berdamai dengan Pak
Herman dengan sesuatu yang membatalkan pengakuan dan meninggalkan perelisihannya.
5. Hikmah Sulhu
c. Dapat menghilangkan rasa dendam, angkara murka dan perselisihan di antara sesama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asal hukum wakalah adalah mubah, tetapi bisa menjadi haram bila yang dikuasakan itu
adalah pekerjaan yang haram atau dilarang oleh agama dan menjadi wajib kalau terpaksa harus
mewakilkan dalam pekerjaan yang dibolehkan oleh agama. Rukun wakalah yaitu : Ada yang
mewakilkan dan wakil, ada sesuatu yang diwakilkan, dan ada lafal yang menunjukkan ridha
yang mewakilkan dan wakil menerimanya. Syarat-syarat wakalah yaitu : Orang yang
mewakilkan adalah orang yang sah menurut hukum, pekerjaan yang diwakilkan harus jelas, tidak
boleh mewakilkan dalam hal ibadah.
Sulhu menurut bahasa berasal dari kata As-sulhu yang berarti damai, memutus
pertengkaran, perselisihan, atau perdamaian. Sedangkan menurut istilah sulhu adalah akad yang
bertujuan untuk mengakhiri perselisihan atau persengketaan antara dua belah pihak. Hukum
sulhu adalah wajib sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau perintah Allah SWT., di dalam Al-
Quran : (Q.S Al- Hujurat :10), (Q.S An-Nisaa: 128). Dan dalam hadis Rasulullah SAW.
Rukun sulhu Musalih, Musalih ‘anhu, Musalih ‘alaih, dan Sigat ijab dan kabul. Syarat
sulhu, yaitu : Menyangkut subjek, menyangkut objek perdamaian. Macam – Macam perdamaian
(sulhu), Perdamaian pembebasan tanggung jawab, Perdamaian permintaan ganti rugi, dan
perdamaian dalam harta benda .
B.Saran
Setelah memahami makalah tentang wakalah dan sulhu kami dari penulis menyarankan
para pembaca untuk :
2. Mewakili pekerjaan kepada orang lainsebaiknya dengan pekerjaan yang bisa dilakukan dan
sanggup dilakukan oleh si penerima pekerjaan
3. Jangan mewakilkan pekerjaan kepada orang lain dengan pekerjaan yang dilarang
agama,terlebih jika mengancam si penerima pekerjaan dengan ancaman yang tidak pernah
diperbolehkan dalam agama.
4. Jika hendak mewakilkan pekerjaan kepada orang lain,ikutilah syarat dan ketentuan yang
sudah ditentukan dalam islam dan tidak melanggarnya walau hanya sedikit.
5. Perdamaian dalam islam sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan bagi setiap muslim,maka
dari itu kami penulis mengharapkan agar para pembaca dapat saling mendamaikanorang orang
yang sedang dalam perselisihan.
6. Perdamaian dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu, jika terjadi
perselisihan antara satu orang dengan orang lain,maka segerahlah berdamai.
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto Dzulkifli, perbankan Syariah, 2007, jakarta : zikrul Hakim Rasyid H. Sulaiman. 1992.
Fiqh Islam (hukum fiqh lengkap). Bandung : penerbit Sinar Baru .