Anda di halaman 1dari 14

LAPANGAN HUKUM PIDANA

Oleh :

 Nyoman Noviantini (017.3.0006)


 Rosita Dewi (017.3.0013)
 I Made Ngurah Wedana (017.3.0037)
 Gede Budiarta (017.3.0038)
(Kelompok 6)

UNIVERSITAS PANJI SAKTI

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena atas
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun dalam makalah ini penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai
hukum pidana yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat dalam memahami hukum
pidana yang berlaku di Indonesia. Makalah ini dibuat dalam rangka
menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia (PHI) yang
diberikan kepada penulis dengan judul “Lapangan Hukum Pidana”.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penulisan makalah ini, penulis


mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan terima
kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Berikut beberapa pihak yang
membantu penulis, yaitu :

1. Ibu Ni Nyoman Mariadi, SH. MH, selaku dosen mata kuliah Pengantar
Hukum Indonesia (PHI) yang memberikan saran dan judul dalam
penulisan makalah ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan memberikan masukan-
masukan dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung baik
berupa material maupun non material demi terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna, untuk itu penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan, saran dan kritik yang membangun sehingga makalah ini menjadi lebih
baik. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Singaraja, 15 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Pidana....................................................................3


2.2 Tujuan Hukum Pidana..........................................................................6
2.3 Asas-asas Hukum Pidana......................................................................7
2.4 Sumber Hukum Positif Hukum Pidana.................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum, seperti yang dimuat dalam pasal 1 ayat
(3) UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, ras,
dan agama. Keanekaragaman tersebut menimbulkan beragam tingkah laku
manusia, baik tingkah laku yang sesuai dengan norma yang berlaku maupun yang
tidak sesuai, karena dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan
kepada suatu kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan
kadang-kadang karena keinginan atau desakan untuk mempertahankan status diri.
Terhadap kebutuhan yang mendesak pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan
segera biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran yang matang yang dapat
merugikan lingkungan ataupun manusia lain. Oleh karena itu, manusia
membutuhkan aturan-aturan yang mengatur hak dan kewajiban satu antar lainnya
demi mewujudkan kehidupan yang aman dan sejahtera. Terciptanya kehidupan
yang aman dan sejahtera dalam tatanan masyarakat sosial juga tidak terlepas
dengan adanya hukum yang mengatur. Dalam hukum dikenal dengan istilah
perbuatan pidana. Perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang merugikan
masyarakat, maka dari itu untuk lebih memahami mengenai perbuatan pidana dan
hukum yang mengaturnya, penulis mengangkat judul “Lapangan Hukum Pidana”
dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hukum pidana?
1.2.2 Apa tujuan dari hukum pidana?
1.2.3 Apa saja asas-asas yang berlaku dalam hukum pidana?
1.2.4 Apa yang menjadi sumber hukum positif hukum pidana yang
berlaku di Indonesia ?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


a. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan hukum pidana.
b. Untuk mengetahui tujuan dari hukum pidana.
c. Untuk mengetahui asas-asas yang berlaku dalam hukum pidana.
d. Untuk mengetahui sumber hukum positif hukum pidana yang
berlaku di Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengajar
Pengantar Hukum Indonesia di Universitas Panji Sakti.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Pidana

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran –


pelanggaran dan kejahatan – kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan
pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan
penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan. Istilah hukum pidana
merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda, strafrecht straf berarti pidana
dan recht berarti hukum. Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa istilah hukum
pidana itu di pergunakan sejak pendudukan Jepang di Indonesia untuk pengertian
strafrecht straf dari bahasa Belanda, dan untuk membedakannya dari istilah
hukum perdata untuk pengertian burgerlijkrecht atau privaatrecht dari bahasa
Belanda.
Dari rumusan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hukuman pidana
bukan suatu hukum yang mengandung norma-norma baru, tetapi hanya mengatur
tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap norma-norma
hukum yang mengenai kepentingan umum. Hukum pidana merupakan hukum
yang mengatur tentang larangan untuk melakukan suatu perbuatan, syarat-syarat
agar seseorang dapat dikenakan sanksi pidana, sanksi pidana apa yang dapat
dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang dilarang
(delik), dan cara mempertahankan/memberlakukan hukum pidana. Hukum Pidana
terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu:
1. Hukum Materil ialah cabang Hukum Pidana yang menentukan perbuatan-
perbuatan kriminal yang dilarang oleh Undang-Undang, dan hukuman-
hukuman yang ditetapkan bagi yang melakukannya. Cabang yang
merupakan bagian dari hukum publik ini mempunyai keterkaitan dengan
cabang ilmu hukum pidana lainnya,
seperti hukum acara pidana, ilmu kriminologi dan lain sebagainya.
2. Hukum Formil (Hukum Acara Pidana).  Untuk tegaknya hukum materil
diperlukan hukum acara. Hukum acara merupakan ketentuan yang

3
mengatur bagaimana cara agar hukum materil itu terwujud atau dapat
diterapkan/dilaksanakan kepada subyek yang memenuhi perbuatannya.
Tanpa hukum acara maka tidak ada manfaat hukum materil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum pidana diperlukan hukum acara pidana,
untuk hukum perdata maka ada hukum acara perdata. Hukum acara ini
harus dikuasai para praktisi hukum, polisi, jaksa, pengacara, hakim.

Hukum Pidana mempunyai ruang lingkup yaitu apa yang disebut dengan
peristiwa pidana (delik) ataupun tindak pidana. Macam-macam pembagian delik
yaitu :

1. Menurut cara penuntutannya


a) Delik aduan (klacht delict), yaitu suatu delik yang dapat diadili
apabila pihak yang dirugikan atau berkepentingan mengadukan
kejadian tersebut. Contohnya KDRT (Kekerasan dalam rumah
tangga), perzinahan, dan lain sebagainya.
b) Delik biasa, yaitu suatu delik yang dapat diadili tanpa adanya
pengaduan terlebih dahulu. Contohnya pencurian, penggelapan, dan
lain sebagainya.
2. Menurut jumlahnya
a) Delik tunggal (enkelvouding delict), yaitu delik yang terdiri dari satu
perbuatan saja. Contohnya seseorang yang melakukan pembunuhan.
b) Delik jamak (samengesteld delict), yaitu delik yang terdiri dari
beberapa perbuatan tindak pidana. Contohnya seseorang yang
melakukan pemerkosaan yang menyebabkan korban meninggal dan
melarikan barang berharganya.
3. Menurut tindakan/akibatnya
a) Delik materiil, yaitu suatu delik yang dilarang oleh Undang-Undang
karena akibat yang ditimbulkan, misalnya delik pembunuhan pasal
338 KUHP.
b) Delik formil, yaitu suatu delik dinyatakan selesai apabila perbuatan
sebagaimana dirumuskan dalam peraturan pidana telah dilakukan,
misalnya delik pencurian pasal 363 KUHP.

4
Sistem hukuman yang dicantumkan dalam pasal 10 tentang pidana pokok dan
tambahan, menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang
pelaku tindak pidana terdiri dari:

a) Hukuman Pokok (Hoofd straffen)


1) Hukuman mati, tentang hukuman mati ini terdapat negara-
negara yang telah menghapuskan bentuk hukuman ini seperti
Belanda, tetapi di Indonesia hukuman mati ini kadang masih
diberlakukan pada beberapa kasus, seperti narkoba dan
terorisme.
2) Hukuman penjara, hukuman penjara sendiri dibedakan ke
dalam hukuman penjara seumur hidup dan penjara sementara.
Hukuman penjara sementara minimal 1 tahun dan maksimal 20
tahun. Terpidana wajib tinggal dalam penjara selama masa
hukuman dan wajib melakukan pekerjaan yang ada di dalam
maupun di luar penjara dan terpidana tidak mempunyai Hak
Vistol.
3) Hukuman kurungan, hukuman ini kondisinya tidak seberat
hukuman penjara dan dijatuhkan karena kejahatan-kejahatan
ringan atau pelanggaran. Biasanya terhukum dapat memilih
antara hukuman kurungan atau hukuman denda. Bedanya
dengan hukuman penjara adalah pada hukuman kurungan
terpidana tidak dapat ditahan di luar daerah tempat tinggalnya
kalau ia tidak mau, sedangkan pada hukuman penjara dapat
dipenjarakan di mana saja, pekerjaan paksa yang dibebankan
kepada terpidana penjara lebih berat dibandingkan dengan
pekerjaan yang harus dilakukan oleh terpidana kurungan
karena terpidana kurungan memiliki Hak Vistol (hak untuk
memperbaiki nasib).
4) Hukuman denda, dalam hal ini terpidana boleh memilih sendiri
antara denda dengan kurungan, maksimum kurungan pengganti
denda adalah 6 bulan.

5
b) Hukuman Tambahan (Bijkomende staffen)
1) Pencabutan beberapa hak tertentu 
2) Perampasan barang-barang tertentu 
3) Pengumuman putusan hakim.

2.2 Tujuan Hukum Pidana

Secara konkrit tujuan hukum pidana itu ialah :


1) Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan
yang tidak baik.
2) Menegakkan nilai kemanusiaan
3) Memberikan sanksi kenestapaan bagi manusia yang melanggarnya
4) Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik
menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkunganya.
Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan
terhadap gejala-gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang
sudah terlanjur tidak berbuat baik. Tetapi kalau di dalam kehidupan ini masih ada
manusia yang melakukan perbuatan tidak baik yang kadang-kadang merusak
lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai akibat dari moralitas individu
itu. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu perbuatan yang tidak baik
itu sebagai pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana, maka dipelajari oleh
kriminologi.
Di dalam kriminologi itulah akan diteliti mengapa sampai seseorang
melakukan suatu tindakan tertentu yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidup
sosial. Di samping itu juga ada ilmu lain yang membantu hukum pidana, yaitu
ilmu Psikologi. Jadi, kriminologi sebagai salah satu ilmu yang membantu hukum
pidana bertugas mempelajari sebab-sebab seseorang melakukan perbuatan pidana,
apa motivasinya, bagaimana akibatnya dan tindakan apa yang dapat dilakukan
untuk meniadakan perbuatan itu.

6
2.3 Asas-asas Hukum Pidana

Asas-asas hukum pidana merupakan hal-hal yang mendasari terjadinya suatu


perbuatan akan dikenakan sanksi hukum apabila melanggar ketentuan hukum
pidana di manapun ia, dan tidak melihat status orang itu.

1) Asas Legalitas
Asas legalitas mengandung tiga prinsip dasar :
a. Nulla poena sine lege (Tiada pidana tanpa undang-undang / Asas Legalitas
/ Lex Scripta), tidak ada suatu perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum dinyatakan dalam suatu
aturan undang-undang. Yang dimaksud dengan UU disini adalah dalam
arti luas, bukan saja yang tertulis yang telah dituangkan dalam bentuk UU
oleh pemerintah dengan DPR tetapi produk lain seperti Perpu, PP,
Keppres, Per/Instruksi menteri, Gubernur, dsb. Intinya harus dituangkan
secara tertulis dalam suatu perundang-undangan.
b. Nulla poena sine crimine (Tiada pidana tanpa perbuatan pidana/ Asas
Larangan menggunakan analogi/Lex certa), untuk menentukan adanya
perbuatan pidana tidak boleh digunakan analogi. Artinya perbuatan pidana
yang dimaksud harus diuraikan unsur-unsurnya oleh undang-undang
secara jelas dan lengkap.
c. Nulla crimen sine poena legali (Tiada perbuatan pidana tanpa undang-
undang pidana yang terlebih dulu ada / Asas non-retroaktif), aturan hukum
pidana tidak berlaku surut.

2) Asas Teritorial
Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan
bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di
Indonesia. Tindak pidana yang terjadi di wilayah teritorial  Indonesia (di
darat, laut, maupun udara) maka akan dikenakan aturan hukum  pidana
Indonesia baik itu dilakukan oleh warga negara/warga asing. Tindak
pidana yang dimaksud adalah tindak pidana di dalam kendaraan air atau
pesawat udara Indonesia. Ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas

7
semua peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah
teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal
berbendera Indonesia, pesawat terbang Indonesia, dan gedung kedutaan
dan konsul Indonesia di negara asing.
3) Asas  Perlindungan / Nasionalitas Pasif
Ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi semua orang baik
WNI/WNA, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia untuk
melindungi kepentingan hukum Indonesia. Jenis kejahatan yang
mengancam kepentingan hukum Indonesia yang mendasar, berupa
keamanan dan keselamatan Negara, perekonomian Indonesia, serta sarana
dan prasarana angkutan Indonesia.
4) Asas Personalitas / Nasionalitas Aktif
Ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku bagi semua WNI yang
melakukan tindak pidana di mana pun ia berada atau yang biasa disebut
nasional aktif. Asas ini tidak dapat diterapkan pada semua tindak pidana.
5) Asas Universalitas
Asas melindungi kepentingan Internasional (asas universal) adalah
dilandasi pemikiran bahwa setiap negara di dunia wajib turut
melaksanakan tata hukum sedunia / hukum internasional.

2.4 Sumber Hukum Positif Hukum Pidana

Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang pada
saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan
melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia.

Sumber Hukum Positif Hukum Pidana Indonesia

a. Sumber Hukum Tertulis yang Terkodifikasi (Sumber hukum utama)


Sumber hukum ini tersusun dalam satu buku. Sumber hukum pidana
tertulis yang terkodifikasi yakni Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) . KUHP dikatakan sebagai sumber hukum utama dikarenakan
dalam KUHP terdapat aturan-aturan umum hukum pidana yang berlaku
bagi semua peraturan hukum pidana selama peraturan tersebut idak

8
mengatur sendiri. Dalam hal ini berlaku asas Lex Specialis Derograt
Lege Generale.  Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) aslinya
berbahasa Belanda (Wetboek van Strafrecht). Berlaku di Indonesia
sejak tahun 1946 (setelah kemerdekaan RI) dengan UU Nomor 1 Tahun
1946. Merupakan warisan kolonial Belanda yang diberlakukan di
Indonesia sejak 1 Januari 1918. Sebagai sumber hukum pidana yang
tertulis dan terkodifikasi, KUHP memiliki sistematika sebagai berikut:
 Buku I memuat pasal 1 - pasal 103, berisi Ketentuan Umum.
Buku I ini disebut sebagai ketentuan umum karena berlaku
untuk semua peraturan pidana, baik yang terdapat dalam KUHP
maupun peraturan lain di luar KUHP sepanjang tidak mengatur
secara khusus.
 Buku II memuat Pasal 104 - pasal 448, berisi tentang Kejahatan.
 Buku III memuat Pasal 449- pasal 669, berisi tentang
Pelanggaran.
b. Sumber Hukum Tertulis yang Tidak Terkodifikasi 
Sumber hukum ini meliputi segala peraturan Perundangan hukum pidana
lain diluar KUHP, yaitu :
 Undang-Undang No. 30 tahun 1999 dan Undang-Undang No.20
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 Undang-Undang No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga
 Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang
 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Pasal 1 angka 1 tentang
Psikotropika
 Undang-Undang No.10 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
  Undang-Undang No. 9 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
 Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta
 Dan sebagainya

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran –


pelanggaran dan kejahatan – kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan
pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan
penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan. Hukum pidana memiliki tujuan
yaitu untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan
yang tidak baik, menegakkan nilai kemanusiaan, memberikan sanksi kenestapaan
bagi manusia yang melanggarnya, dan untuk mendidik orang yang telah pernah
melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam
kehidupan lingkunganya,. Beberapa asas yang berlaku dalam hukum pidana antara
lain asas legalitas, asas teritorial, asas perlindungan, asas personalitas, dan asas
universalitas. Kemudian, saat ini sumber hukum positif hukum pidana yang
berlaku di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu hukum yang terkodifikasi (KUHP),
dan hukum yang tidak terkodifikasi yang meliputi hukum peundang-undangan
lain diluar KUHP.

3.2 Saran
Warga negara Indonesia hendaknya lebih memahami dan mentaati hukum
yang berlaku di Indonesia. Hukum di Indonesia juga harus lebih di tegakkan agar
angka kasus hukum di Indonesia bisa menurun demi tercapainya keharmonisan
dan kedamaian di lingkungan masyarakat Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, Ni Ketut Sari.2015.Pengantar Ilmu Hukum Dalam Telaah Teori dan


Praktik.Yogyakarta:Graha Ilmu

Cuma orang biasa, “Sumber Hukum Pidana di Indonesia”, dalam


http://dionxsaturniev.blogspot.com

Diennissa Putriyanda, “Asas-asas Hukum Pidana dan Pengertian Perbuatan


Pidana Menurut Para Ahli”, dalam http://www.slideshare.net

Hariyanto Imadha, “Beberapa pendapat tentang hukum positif”, dalam


http://fhui.wordpress.com

Hukum, Pengertian Hukum Pidana, dalam http://hukum-on.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai