Anda di halaman 1dari 15

SUMBER-SUMBER HUKUM

OLEH :
NYOMAN NOVIANTINI (017.3.0006)

UNIVERSITAS PANJI SAKTI


TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena atas
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun dalam makalah ini penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai
sumber-sumber hukum yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber. Makalah
ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum
yang diberikan kepada penulis . Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penulisan
makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis
mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Berikut
beberapa pihak yang membantu penulis, yaitu :
1. Bapak Putu Sugi Ardana, SH., MH, Selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang membimbing dan memberikan tema
di dalam penulisan makalah ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan memberikan masukan-
masukan dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung baik
berupa material maupun non material demi terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran
dan kritik yang membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Singaraja, 14 Januari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sumber Hukum................................................................2
2.2 Sumber Hukum Materil......................................................................2
2.3 Sumber Hukum Formil.......................................................................3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia ialah Negara hukum, dengan itu Indonesia memiliki kekuatan
untuk mengendalikan tindakan masyarakat untuk mencapai nilai-nilai yang
positif. Hukum di Indonesia mengatur banyak aspek kehidupan masyarakat ,
mulai dari sosial, politik, ekonomi, budaya maupun agama. Dengan bermaksud
ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hukum , tentu harus mengetahui sebagian
aspek yang dikaji di dalam ilmu hukum,salah satunya adalah sumber hukum.
Realisasi yang penulis wujudkan adalah dengan pembuatan makalah mengenai
sumber hukum. Timbul pertanyaan besar,kenapa kita perlu mengetahui sumber
hukum? Jawabannya adalah merupakan sesuatu yang melandasi atau sebagian hal
yang melatar belakangi penyusunan makalah ini yaitu supaya kita mengetahui asal
muasal hukum yang kita jadikan acuan dan pedoman hidup agar kita tidak hanya
tahu dan menjalankannya saja tanpa pengetahuan mengapa hal itu bisa ada
sehingga itu bisa menjadi sebuah aturan yang mengikat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum yang melatar
belakangi penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman mengenai sumber hukum yang selama ini menjadi tolak ukur kita
dalam bertindak dan bertingkah laku, sehingga dapat mngetahui sumber hukum
dan penerapan hukum itu sendiri untuk kini dan di masa depan. Harapan penulis
semoga makalah tentang sumber hukum ini dapat menjadi pedoman untuk
mempelajari ilmu hukum lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum?
2. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum materil?
3. Apa yang dimaksud dengan sumber hukum formil?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sumber hukum.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sumber hukum materil.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sumber hukum formil.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Hukum


Sumber Hukum adalah sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mengikat dan memaksa,sehingga apabila aturan-aturan itu di langgar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. Berikut definisi
sumber hukum menurut para ahli :
 Sumber hukum dalam pengertian sebagai “asal hukum”.
 Sumber hukum dalam pengertian sebagai “tempat” ditemukannya
peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
 Sumber hukum dalam pengertian sebagai ‘hal-hal yang dapat atau
seyogyanya mempengaruhi kepada penguasa dalam menentukan
hukumnya”.
Sumber Hukum pada hakikatnya dapat di bedakan menjadi dua , yaitu sumber
hukum materiil dan sumber hukum formil.
2.2 Sumber Hukum Materil
Sumber hukum materil adalah faktor-faktor yang turut serta menentukan isi
hukum. Faktor –faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus
ditaati oleh para pembentuk undang-undang ataupun para pembentuk hukum yang
lain dalam melaksanakan tugasnya. Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang
benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada aturan – aturan yang
berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan.
Yang termasuk dalam kategori faktor kemasyarakatan adalah :
a. Struktur ekonomi dan kebutuhan masyarakat.
b. Kebiasaan atau adat istiadat yang telah melekat pada masyarakat dan
berkembang menjadi aturan tingkah laku yang tetap.
c. Hukum yang berlaku ,yaitu hukum yang tumbuh berkembang dalam
masyarakat dan mengalami perubahan menurut kebutuhan masyarakat
yang bersangkutan.
d. Tata hukum negara-negara lain.

2
e. Keyakinan tentang agama dan kesusilaan.
f. Berbagai gejala dalam masyarakat baik yang sudah menjadi peristiwa
maupun yang belum menjadi peristiwa.
2.3 Sumber Hukum Formil
Sumber hukum formil adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang
merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal
merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh
masyarakat maupun oleh para penegak hukum atau di sebut juga causa efficient.
Yang termasuk dalam sumber hukum formal ialah :
1) Undang – undang
Undang – undang ialah peraturan negara yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat masyarakat. Undang-
undang dibedakan menjadi dua yaitu undang-undang dalam arti materiil dan
undang-undang dalam arti formal. Undang-undang dalam arti materiil adalah
setiap peraturan perundang-undangan yang isinya mengikat langsung
masyarakat secara umum. Undang-undang dalam arti formal adalah setiap
peraturan perundangan yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang
berwenang melalui tata cara dan prosedur yang berlaku. Undang –undang
dalam arti formal pada hakekatnya adalah keputusan alat perlengkapan negara
yang karena cara pembentukannya di sebut undang-undang. Di indonesia
undang-undang dalam arti formal dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan
DPR (pasal 5 ayat 1 UUD ‘ 45). Adapun Asas berlakunya undang – undang :
a. Undang-undang tidak berlaku surut
b. Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang
terdahulu,sejauh undang-undang itu mengatur objek yang sama (ex
posterior derogat legipriori )
c. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi mempunyai
derajat yang lebih tinggi,sehingga apabila ada dua macam undang-undang
yang tidak sederajat mengatur obyek yang sama dan saling
bertentangan,maka hakim harus menerapkan ubdang-undang yang lebih
tinggi dan menyatakan undang-undang yang lebih rendah tidak mengikat
(lex superior derogat legiinferiori )

3
d. Undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum, maka jika ada dua macam ketentuan dari peraturan
perundanganyang setingkat dan berlaku pada waktu bersamaan serta saling
bertentangan hakim harus menetapkan yang khusus dan
mengesampingkan yang umum (lex specialis derogat legi generali)
e. Undang-undang tidak dapat ganggu gugat . undang –undang tidak berlaku
apabila :
- Jangka waktu undang-undang itu sudah habis.
- Hal-hak atau objek yang di atur oleh undang-undang itu sudah
tidak ada.
- Undang-undang itu dicabut oleh pembentuknya atau oleh instansi
yang lebih tinggi.
- Telah di keluarkan undang-undang yang baru yang isinya
bertentangan dengan isi undang-undang terdahulu.

Berlakunya undang-undang menurut syarat yaitu bahwa undang-undang


harus lebih duhulu diundangkan dan dimuat dalam lembaran negara. Dengan
begitu lembaran negara adalah tempat pengundangan suatu undang-undang
agar mempunyai daya mengikat. Dasar hukum pengundangan suatu undang-
undang adalah UU no.2 tahun 1950. Berita Negara adalah tempat memuat
berita lain yang sifatnya penting yang berkaitan dengan peraturan negara dan
pemerintah. Misalnya : akte pendirian perseroan terbatas ( PT ) , akta
pendirian firma,akta pendirian koperasi, nama-nama orang yang di
naturalisasi.
Ada tiga macam kekuatan berlakunya undang-undang ,yaitu kekuatan
berlaku yuridis,sosiologis dan filosofis. Undang-undang mempunyai kekuatan
berlaku yuridis apabila persyaratan formal terbentuknya undang-undang itu
telah terpenuhi. Undang-undang mempunyai kekuatan berlaku sosiologis
apabila undang-undang itu efektif berlaku di masyarakat. Undang-undang
mempunyai kekuatan berlaku sosiologis dapat melalui dua macam cara yaitu
dengan dipaksakan oleh penguasa atau secara sadar kehadiran undang-undang
itu di terima oleh masyarakat dan di taatinya. Undang-undang mempunyai

4
kekuatan berlaku filosofis apabila undang-undang tersebut memang sesuai
dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi.
2) Kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang
dilakukan berulang-ulang. Kebiasaan yang diterima oleh suatu masyarakat
,selalu dilakukan oleh orang lain sedemikian rupa, sehingga masyarakat
beranggapan bahwa memang harus berlaku demikian. Namun demikian tidak
semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yang baik dan adil. Oleh sebab
itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum
formal. Ada kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yang justru
sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak
berperikemanusiaan sahingga bertentangan dengan Pancasila yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Misalnya kebiasaan Mengayau pada suku
Dayak. Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat tertentu
yaitu :
a. Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang didalam
masyarakat tertentu.
b. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.
Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan
merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral,mengatur tata kehidupan
masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat
tertentu dan dapat menjadi hukum adat, jika mendapat dukungan sanksi
hukum.
3) Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan pengadilan atau keputusan hakim yang
terdahulu. Mengapa yurisprudensi menjadi sumber hukum formal. Menurut
ketentuan pasal 22 AB jo.pasal 14 UU No.14/1970 bahwa seorang hakim
tidak boleh menolak jika diminta memutuskan perkara,dengan alasan karena
belum ada aturan hukumnya,tetapi justru dia diminta untuk menemukan
hukumnya melalui peradilan. Apabila hakim menolak permintaan itu
dikenakan sanksi pidana. Meskipun pada dasarnya hakim tidak terikat oleh
yurisprudensi , tetapi bila ia menghadapi kasus demikian hakim akan

5
menggunakan yurisprudensi sebagai dasar pertimbangan keputusannya.
Bahkan tidak mustahil jika hakim itu akan mengikuti keputusan hakim
terdahulu manakala keputusan itu dianggap sudah tepat dan adil , sedang
kasus yang diperiksanya sama atau hampir sama. Ada dua macam
yurisprudensi yaitu :
a. Yurisprudensi tetap , ialah keputusan hakim yang terjadi karena
rangkaian keputusan serupa dan dijadikan dasar atau patokan untuk
memutuskan suatu perkara ( standard arresten ).
b. Yurisprudensi tidak tetap , ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan
standard arresten.
Yurisprudensi dikatakan sebagai sumber hukum formal karena menjadi
standar bagi hakim untuk memutuskan parkara yang di periksanya.
4) Traktat
Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.
Perjanjian antar negara sebagai sumber hukum formal harus memenuhi syarat
formal tertentu. Untuk perjanjian antar negara yang biasa dilakukan oleh
pemerintah Indonesia , dalam hal ini Presiden dengan dasar hukum pasal 11
UUD 1945. Traktat atau perjanjian antar negara sebelum disahkan oleh
Presiden harus mendapat persetujuan DPR terlebih dahulu. Dengan kata lain
suatu Traktat untuk dapat menjadi sumber hukum formal harus disetujui oleh
DPR lebih dulu kemudian baru diratifikasi oleh Presiden dan setelah itu baru
berlaku mengikat terhadap negara peserta dan warga negaranya. Traktat yang
memerlukan persetujuan DPR adalah traktat yang mengandung materi seperti
berikut :
a. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat mempengaruhi haluan
politik luar negeri misalnya perjanjian persekutuan , perjanjian tentang
perubahan wilayah.
b. Ikatan-ikatan yang dapat mempengaruhi haluan politik luar negeri
seperti perjanjian kerja sama ekonomi , pinjaman uang.
c. Soal-soal yang menurut UUD dan sistem perundang-undangan kita
harus diatur dengan bentuk undang-undang misalnya tentang kewarga
negaraan , soal kehakiman.

6
Ada beberapa bentuk Traktat yaitu :
a. Traktat bilateral , yaitu perjanjian antar negara yang diikuti oleh dua
negara.
b. Trakatat multilateral , adalah perjanjian antar negara yang pesertanya
lebih dari dua negara.
c. Traktat kolektif , ialah traktat multilateral yang masih memungkinkan
masuknya negara lain menjadi peserta asal negara itu menyetujui isi
perjanjian yang sudah ada.
Prosedur pembuatan Traktat adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama penetapan isi perjanjian oleh para wakil negara peserta
yang bersangkutan.
b. Tahap ke dua persetujuan isi perjanjian oleh badab perwakilan rakyat
negara peserta masing-masing.
c. Tahap ke tiga pengesahan isi perjanjian oleh pemerintah masing-masing
negara peserta.
d. Tahap ke empat tukar menukar piagam perjanjian yang sudah di
sahkan.
5) Perjanjian
Perjanjian ( overeenkomst ) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau
lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan
tertentu. Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang
diperjanjikan berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya. Perjanjian
menimbulkan hubungan hukum yang di sebut perikatan (verbintenis ). Salah
satu pihak yang ingkar janji akan mendapat resiko untuk di gugat oleh pihak
yang dirugikan. Perjanjian adalah sah bila memenuhi syarat-syarat tertentu
(ps.1320 KUH Perdata ) yaitu :
a. Orang yang mengadakan perjanjian harus cakap artinya mampu
membuat perjanjian ( orang harus dewasa ,tidak sakit ingatan )
b. Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak antara para pihak yang
bersangkutan.
c. Mengenai objek tertentu.

7
d. Dasar yang halal atau kausa.

Perjanjian mengandung beberapa unsur :


a. Unsur Essentialia adalah unsur yang merupakan syarat untuk sahnya
perjanjian.
b. Unsur yang melekat pada perjanjian atau unsur naturalia
c. Unsur accidentalia adalah unsur yang harus secara tegas dimuat dalam
perjanjian,misalnya mengenai tempat tinggal yang dipilih.
Disamping unsur-unsur ada juga asas-asas perjanjian. Asas-asas yang ada
dalam perjanjian ialah :
a. Asas konsensualisme, adalah perjanjian itu telah terjadi apabila telah
ada konsensus antara pihak-pihak yang mengadakan pejanjian.
b. Asas kebebasan berkontrak,artinya seseorang bebas untuk mengadakan
perjanjian,bebas mengenai apa yang diperjanjikan,bebas pula
menentukan bentuk perjanjiannya.
c. Asas pacta sunt servanda,maksudnya bila perjanjian itu telah disepakati
berlaku mengikat para pihak yang bersangkutan,sebagai undang-
undang.
6) Doktrin
Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar
pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil keputusannya. Seringkali
terjadi hakim dalam memutuskan perkara yang diperiksannya menyebut
pendapat sarjana hukum tertentu sebagai dasar pertimbangannya. Dengan
demikian maha dapat dikatakan bahwa hakim menemukan hukumnyadalam
doktrin itu. Doktrin yang demikian adalah sumber hukum formal. Doktrin
yang belum digunakan hakim dalam mempertimbangkan keputusannya belum
merupakan sumber hukum formal. Jadi suatu doktrin untuk dapat menjadi
sumber hukum formal harus memenuhi syarat tertentu yaitu doktrin itu telah
menjelma menjadi keputusan hakim. Doktrin sebagai sumber hukum formal
tampak jelas pada hukum internasional karena dalam ketentuan pasal 38 ayat 1
Mahkamah Internasional secara tegas dikatakan bahwa Doktrin atau pendapat

8
para sarjana hukum terkemuka sebagai salah satu sumber hukum formal.
Secara lengkap sumber hukum formal internasional adalah :
a. Perjanjian internasional
b. Kebiasaan internasional
c. Asas-asas hukum yang di akui oleh bangsa-bangsa beradab
d. Keputusan hakim
e. Pendapat para sarjana hukum terkemuka.
Secara tegas L.J. Van Apeldoorn menyatakan bahwa
yurisprudensi,perjanjian dan doktrin bukan sumber hukum formal tetapi
ketiganya merupakan faktor-faktor pembantu dalam pembentukan hukum.
Hal tersebut bertentangan dengan pendapat Bellefroid ,karena ia secara tegas
pula mengatakan bahwa yurisprudensi,perjanjian dan doktrin adalah sumber
hukum formal.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sumber Hukum adalah sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mengikat dan memaksa,sehingga apabila aturan-aturan itu di langgar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya . Sumber hukum itu
ada dua macam, yaitu sumber hukum formal dan materil. Sumber hukum formil
adalah perwujudan bentuk dari isi hukum materil yang menentukan berlakunya
hukum itu sendiri. Sedangkan sumber hukum materil itu sendiri artinya adalah
keyakinan dan perasaan (kesadaran) hukum individu dan pendapat umum yang
menentukan isi atau materi (jiwa) hukum. Sumber hukum formal antara lain :
undang-undang, kebiasaan/custom(hukum tidak tertulis), yurisprudensi(keputusan
hakim), traktat(Treaty/perjanjian), dan doktrin(pendapat hakim). Undang-undang
dalam sumber hukum formal memiliki dua pengertian yaitu dalam arti material
dan formal. Undang-undang dalam arti material adalah setiap peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum, contohnya UUD
1945. Undang-undang dalam arti formal adalah setiap peraturan yang karena
bentuknya dapat disebut undang-undang, misalnya ketentuan pasal 5 ayat (1)
UUD 1945(amandemen). Hukum tidak tertulis dipatuhi, karena adanya
kekosongan hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat/negara. Oleh
karena itu, hukum tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim
untuk memutuskan perkara yang belim pernah diatur dalam undng-undang.
Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang
tidak diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya
dalam memutuskan perkara yang serupa. Traktat adalah perjanjian yang dibuat
oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan tertentu yang menjadi
kepentingan negara yang bersangkutan. Doktrin adalah pendapat para ahli hukum

10
terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas penting dalam hukum dan
penerapannya.
3.2 Saran
Sebagai warga negara di negara hukum, sudah sepantasnya kita menaati hukum
yang berlaku di Indonesia, ditambah dengan pembahasan di atas yang
memberikan pemahaman mengenai sumber hukum maka diharapkan tidak adanya
alasan untuk tidak menaati hukum karena kurangnya pemahaman mengenai
hukum terutama sumber-sumber hukum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dickcavallera.2014. Makalah Sumber-sumber Hukum. Tersedia pada :


http://dickcavallera.blogspot.co.id/2014/12/makalah-sumber-sumber-hukum.html. Diakses pada :
13 Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai