Anda di halaman 1dari 14

ORIENTASI KURIKULUM

A. PENDAHULUAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

Karena kurikulum merupakan rencana untuk keperluan pelajaran anak, maka bahan
pelajaran harus dituangkan dalam organisasi tertentu agar tujuan pendidikan dapat
dicapai. Organisasi atau disain kurikulum dimaksud untuk memudahkan anak belajar.
Dalam organisasi kurikulum dicoba diwujudkan apa yang diketahui tentang teori,
konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak, dan kebutuhan
masyarakat. Kurikulum itu menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang
tepat untuk mempelajarinya, keseimbangan bahan pelajaran dan keseimbangan antara
aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.

Disain kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Seperti halnya dengan disain suatu gedung misalnya, disain itu akan berbeda-beda
menurut tujuan gedung itu, apakah untuk sekolah, gedung toko atau tempat tinggal,
demikian pula ada perbedaan disain kurikulum yang bertalian dengan tujuan yang
diutamakan, apakah penguasaan kebudayaan dan pengetahuan umat manusia. Bila
tujuannya terutama transmisi atau penyampaian kebudayaan dan pengetahuan maka
yang paling sesuai ialah organisasi kurikulum berupa mata pelajaran yang lazim
disebut subject centered. Akan tetapi bila kebutuhan masyarakat atau anak menjadi
tujuan utama maka kurikulum yang paling serasi ialah kurikulum yang berdasarkan
masalah-masalah masyarakat.

Rumusan Masalah

1. Apa itu Orientasi kurikulum?


2. Apa saja jenis-jenis Orientasi kurikulum ?
3. Bagimana Orientasi Kurikulum menurut Elliot W.Eisner ?

1
B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Orientasi Kurikulum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Orientasi adalah peninjauan


untuk menentukan sikap (baik berupa arah, tempat, maupun tujuan, dan sebagainya
yang berawal dari pemikiran). Selain itu, orientasi juga dapat di defenisikan sebagai
pandangan yang menjadi dasar bagi pikiran, perhatian atau kecenderungan untuk
bertindak dan melakukan sesuatu.

Secara Harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin Currere yang berarti
berlari di lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum
adalah suatu “arena pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk mengusai satu
atau lebih keahlian guna mencapai “garis finish” yang ditandai pemberian diploma,
ijazah atau gelar kesarjanaan (Zais, 1976). Pengaruh definisi ini sangat besar dan
bertahan lama di dunia pendidikan sehingga menentukan orientasi kurikulum di
hampir semua negara di dunia (Mohammad Ansyar, 2015).

Kurikulum dalam bahasa Arab disebut dengan istilah manhaj yang berarti
jalan terang dan dilalui manusia di berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum
pendidikan (manhaj al-dirasah) adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan
(Hasan Langgulung, 1986).

Menurut Nana Saodih, kurikulum adalah program dan pengalaman belajar


serta hasil-hasil belajar yang diharapkan, yang diformulasikan melalui pengetahuan
dan kegiatan yang tersusun secara sistematis, diberikan kepada peserta didik di bawah
tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi
serta kompetensi sosial peserta didik. (Nana Sudjana, 1991).

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 poin 19


kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
tujuan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut David Pratt dalam bukunya Curriculum Design and Development


memberikan definisi kurikulum A Curriculum Is An Organized Set Of Formal
Educational And Training Intention. David mengemukakan bahwa kurikulum

2
diartikan sebagai organisasi pendidikan formal, selanjutnya David membuat implikasi
secara lebih eksplisit tentang definisi yang dikemukakan mengenai kurikulum
menjadi 6 hal, yaitu:

1. Kurikulum adalah suatu rencana atau intentions, ia mungkin hanya berupa


perencanaan saja, tapi pada umumnya diwujudkan dalam bentuk tulisan.
2. Kurikulum bukan sebuah kegiatan melainkan perencanaan atau rancangan
kegiatan.
3. Kurikulum berisi berbagai macam hal seperti masalah apa yang harus
dikembangkan dalam diri siswa, evaluasi untuk menafsir hasil belajar, bahan
dan peralatan yang digunakan, kualitas yang dituntut dsb.
4. Kurikulum memberikan maksud atau pendidikan formal, maka ia sengaja
mempromosikan belajar dan menolak sikap rambang,tanpa rencana atau
kegiatan belajar.
5. Sebagai perangkat organisasi pendidikan, kurikulum menyatakan berbagai
kompnen seperti tujuan, isi, sistem penilaian dalam satu kesatuan yang tak
terpisahkan, atau dengan kata lain, kurikulum adalah sistem.
6. Pendidikan dan pelatihan, latihan dimaksud untuk menghindari
kesalahpahaman yang terjadi jika suatu hal dilalaikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kurikulum adalah segala sesuatu yang
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik atas tanggung jawab sekolah
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan begitu, fasilitas sekolah,
lingkungan yang aman, bersih, suasana pembelajaran, media dan sumber
pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum. Secara garis besar Orientasi
kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan
sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab
dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi mayarakat.

2. Jenis-jenis orientasi Kurikulum

Kurikulum bermacam-macam bentuknya. Bentuk yang paling dikenal dan


sangat meluas pemakaiannya ialah subject curriculum, subject berarti mata pelajaran.
Jadi subject curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas sejumlah mata pelajaran,
disebut juga subject centered curriculum yang artinya kurikulum yang berpusat pada
matapelajaran. Karena matapelajaran itu pada umumnya diajarkan secara terpisah-

3
pisah, maka disebut juga separate subject-curriculum. Pada garis besarnya ada empat
jenis orientasi kurikulum :

a) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Centered). Ada beberapa


pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
1. Mata pelajaran terpisah-pisah (Separate Subject Curriculum)
Dalam subject centered, kurikulum ini bertujuan agar generasi muda
mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah
dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan
kembali apa yang telah diperoleh generasi-generasi dahulu. Dengan demikian
mereka lebih mudah dan lebih cepat membekali diri untuk menghadapi masalah-
masalah dalam kehidupannya.
Kurikulum ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak
mengandung keuntungan-keuntungan, namun banyak pula kelemahan-
kelemahannya ditilik dari sudut pendidikan modern. Keberatan-keberatan yang
sering diajukan tentu saja bertalian erat dengan pandangan seseorang mengenai
pendidikan dan pengajaran. Kelemahan-kelemahan kurikulum ini ialah Pertama,
Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang lepas-lepas yang tidak
berhubungan satu dengan yang lain. Kedua, Kurikulum ini tidak memperhatikan
masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.
Ketiga, Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau
dalam bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis
ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak. Tujuan kurikulum ini terlampau
batas, kurang mengembangkan kemampuan berpikir dan cenderung menjadi statis
dan ketinggalan zaman.
2. Mata pelajaran gabungan (Correlated Curriculum)
Correlated berasal dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia
berarti korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pokok
bahasan atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang
studi tersebut dapat terjadi sebagai berikut: Korelasi dapat dilakukan dengan
bermacam-macam cara yaitu, Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi
yang sejenis kemudian, Korelasi antarpokok bahasan di luar bidang studi yang
tidak sejenis dan dapat pula beberapa mata pelajaran disatukan (Broad Fields).
3. Pola pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)

4
Broad Fields itu menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi. Beberapa Keuntungan dari Kurikulum-
kurikulum ini, ialah: Pertama, korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada
murid-murid. Mereka mendapat informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak
secara terpisah-pisah dalam berbagai matapelajaran pada waktu yang berbeda-
beda, akan tetapi dalam satu pelajaran, dimana pokok itu disoroti dari berbagai
disiplin matapelajaran tertentu.
Dengan demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan
bertautan, berpadu.Kedua, Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan
antara matapelajaran-matapelajaran. Ketiga, Pengertian murid-murid tentang
sesuatu lebih mendalam, apabila didapat penjelasan dari berbagai matapelajaran.
Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum ini ialah: Pertama, Tidak
menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan minat
anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid-murid
dalam kehidupannya sehari-hari.Kedua, Tidak memberi pengetahuan yang
sistematis serta mendalam mengenai berbagai mata pelajaran. Ketiga, Guru sering
tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.

b) Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered). Ada beberapa


pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :
1. Kurikulum berpusat pada anak didik (Student centered)
Di dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah
peserta didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi
belajar mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu
organisme yang punya potensial untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga
berkembang sendiri. Student Centered bersumber dari konsep Rousseau
menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulum didasarkan
atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik. Ada variasi model ini, yaitu
Activity atau Experience Centered.

5
2. Kurikulum berpusat pada pengalaman (The Activity/Experience Centered)
Beberapa ciri utama Activity atau Experience. Pertama, Struktur kurikulum
ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan
ciri ini guru hendaknya:a) Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b)
Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen. Kedua,
karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh
guru dengan para siswa. Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur
pemecahan masalah. Ada beberapa kelebihan dari kurikulum ini, yaitu: Pertama,
kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik. Kedua,
pengajaran memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan
belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian juga kalau mereka
melakukan kegiatan individual.Ketiga, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah
memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di
luar sekolah.
Ada beberapa kelemahan dari model disain kurikulum ini, yaitu: Pertama,
Penekanan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik belum tentu cocok dan
memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.Kedua, Kurikulum
hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum tidak
mempunyai pola dan struktur. Kedua kritik ini tidak semuanya benar, sebab
beberapa tokoh telah mengembangkan struktur ini.

c) Goal Centered, Kurikulum yang berorientasi pada tujuan :


1. Kurikulum berpusat pada tujuan (Goal Oriented)
Desain kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat
pada tujuan (goal-oriented) dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-
based) Kurikulum yang berorientasi pada tujuan (Goal Oriented) Masing-masing
tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di
atasnya. Penyusunan kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya
bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di
Indonesia tertera pada GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada,
selanjutnya ditetapkan pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar
6
mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan.
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada
tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan
secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini
kegiatan pertama adalah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan
dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-
tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya bersifat menyeluruh, mencakup
aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan maupun sikap.
Dalam pengembangan semacam ini yang menjadi persoalan adalah menentukan
tujuan-tujuan atau harapan apa yang diinginkan dari tercapainya hasil
pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia
adalah kurikulum 1975.
Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka disusun atau
diterapkanlah bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok
bahasan sehingga lebih terarah. Adapun beberapa kelebihannya, yaitu :
Pertama,Tujuan yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode,
jenis-jenis kegiatan juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-
tujuan yang jelas maka memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur hasil
kegiatan. Kedua, Hasil penilaian yang terarah akan mampu membantu para
pengembang kurikulum mengadakan perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan
penyesuaian yang diperlukan.
2. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai,
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian
kompetensi dan pengembangan sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu
Depdiknas (2002) mengemukan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki
karakteristik sebagai berikut : Pertama, Menekankan pada kecakapan kompetensi
baik secara individu maupun klasikal. Kedua, Berorientasi pada hasil belajar
(learning outcomes) dan keberagaman. Ketiga, Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Keempat, Sumber belajar
bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang memenuhi unsur edukatif.
Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan
model-model kurikulum sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah
7
(konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat peserta
didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya
masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses
belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami
berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of
knowledge).
Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu
pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu
yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.

d) Problem Centered, Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang


dihadapi dalam masyarakat. Problem Centered menekankan manusia dalam
kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para
pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia
menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula.
Mereka berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial
yang mereka hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka. Problem Centered

8
menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Ada dua variasi
model desain kurikulum ini, yaitu:
1. Kurikulum yang berorientasi pada situasi hidup (Life Situations)
Life situations seperti Student Centered menekankan prosedur belajar
melalui pemecahan masalah. Ciri lain dari model desain ini adalah menggunakan
pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan
dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Tiap pengalaman peserta didik
sangat erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat
dikatakan suatu desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan
dengan baik akan merangkumkan pengalaman-pengalaman sosial peserta didik.
Dengan demikian, desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan
mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Adapun beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bentuk-
bentuk desain lainnya, yaitu:Pertama, Pemisahan antara subject dihilangkan oleh
problema-problema kehidupan sosial.Kedua, Kurikulum diorganisasikan di sekitar
problema-problema peserta didik dalam kehidupan sosial, maka desain ini
mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah.Ketiga, Menyajikan
bahan ajar dalam bentuk yang fungsional. Keempat, Motivasi belajar datang dari
dalam diri peserta didik, tidak perlu dirangsang dari luar. Adapun beberapa
kelemahan-kelemahannya, yaitu:Pertama, Penentuan lingkup dan sekuens dari
bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial (penting) sangat sukar, timbul
organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda.Kedua, Kurangnya integritas dan
kontinuitas organisasi isi kurikulum. Ketiga, Mengabaikan warisan budaya.
Keempat, Guru maupun buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.

2. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial (Social reconstruction)


Kurikulum ini lebih menekankan pada problem-problem yang dihadapi
murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini mengemukakan
bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi
dan kerja sama. Interaksi itu terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa,
siswa dengan orang dilingkungannya dan sumber-sumber belajar lainnya. Dengan
kerja sama semacam ini, siswa dapat berusaha memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dalam masyarakat dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.
9
Kurikulum rekonstruksi sosial ini adalah model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Melalui interaksi dan kerja sama antara guru dan peserta didik
berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari kurikulum
rekonstruksi sosial adalah sukar diterapkan dan kemampuan siswa berbeda-beda
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :Pertama, Tujuan utama
kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan,
ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
Kedua, Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada
masalah-masalah sosial yang mendesak.Ketiga, Pola-pola organisasi. Pada tingkat
sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah rodamasalah
sebagai tema utama terletak pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama
tersebut dijabarkan dalam topik-topik yg dibahas secara berkelompok.

3. Orientasi Kurikulum menurut Elliot W.Eisner.


a. Pengembangan Proses Kognitif (E.W.Eisner.1994)
Kurikulum sebagai pengembanagan proses kognitif bertujuan mengembangkan
kemampuan mental antara lain kemampuan berpikir dengan kepercayaan bahwa
kemampuan ini dapat ditransfer atau diterapkan pada bidang-bidang lain. Ilmu
jiwa daya melakukannya dengan melatih daya-daya mental, misalnya daya pikir
dengan matematika. Jerome Bruner menganjurkan pemahaman struktur disiplin,
yakni prinsip-prinsip fundamental disiplin ilmu. Dalam IPA digunakan
pendekatan proses atau process approach. Pada umumnya tidak ada kurikulum
mengabaikan proses belajar di samping produk belajar berupa pengetahuan.
Fungsi utama sekolah adalah membantu anak-anak belajar, cara belajar dan
memberi anak-anak peluang untuk menggunakan dan memperkuat berbagai
proses intelektual dengan memandang pikiran sebagai kemampuan yang terpisah
dan relatif independent, menekankan proses alih konten serta fokus kurikulum
cenderung menjadi pusat masalah.
b. Rasionalisme Akademik (E.W.Eisner.1994)
Kurikulum sebagai rasionalisme akademik. Apapun tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam pendidikan, tiap orang tua memandang sekolah terutama
sebagai tempat anak memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Tanpa fungsi itu
10
eksistensi sekolah kehilangan dasarnya yang paling utama. Kurikulum ini
mendapat angin baru dari Jerome Bruner yang mengemukakan ide struktur
disiplin. Dengan Struktur dimaksud konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
pokok dalam tiap disiplin. Yang dapat mengetahuinya hanyalah para ilmuawan
dalam disiplin itu. Maka dalam pengembangan kurikulum serupa itu para ahli
disiplin memegang peranan yang sangat dominan dan menggeser kedudukan para
pendidik. Eister berbepandapat bahwa :
1) Fungsi utama sekolah adalah untuk menumbuhkan pertumbuhan
intelektual dalam bidang studi yang paling penting
2) Semua anak harus diperkenalkan dengan bidang studi dasar untuk
menemukan apa yang mereka kuasai dan minati.
3) Terhubung dengan tradisi Idealis - mempelajari "buku-buku hebat",
dll.
4) Mengembangkan kemampuan rasional anak.

c. Aktualisasi Diri (E.W.Eisner.1994)


Kurikulum sebagai aktualisasi diri atau sering disebut humanistik.
Kurikulum ini sangat berbeda bahkan bertentangan dengan kurikulum sebagai
teknologi. Kurikulum Humanistik ini mengutamakan individu sebagai unsur
sentral. Tujuan dan hakikat kurikulum dapat kita lihat dari istilah-istilah yang
digunakan antara lain kreativitas, spontanitas, kemandirian, kebebasan, aktivitas,
pertumbuhan “dari dalam” keutuhan anak sebagai keseluruhan, minat, motivasi
intrinsic, dan sebagainya. Ide-ide Carl Rogers yang mewakili pendirian ini kiranya
dapat menggambarkan apa yang diinginkan oleh konsep humanistik ini.

d. Adaptasi Sosial dan Rekonstruksi Sosial (E.W.Eisner.1994)


Kurikulum sebagai rekonstruksi sosial. Pendidikan pada hakikatnya
bertujuan mengubah kelakuan individu, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai serta
keterampilannya. Bila pendidikan mampu mengubah individu, maka dapat pula
mengubah masyarakat. Masyarakat dapat diubah, diperbaiki melalui perubahan
individu. Sekolah dipandang sebagai “agent of change”. Pendidikan selalu menuju
ke masa depan sekalipun menggunakan masa lampau dan masa kini. Hingga
manakah peranan pendidikan dalam rekonstruksi sosial bergantung pada pendapat
11
dan kepercayaannya tentang kemampuan dan kekuasaan pendidikan. Diantaranya
ada yang percaya bahwa pendidikan dapat mengatur dan mengendalikan
perkembangan sosial dengan menggunakan teknik “social engineering” menuju
masyarakat yang dicita-citakan.
e. Kurikulum sebagai Teknologi. (E.W.Eisner.1994)
Kurikulum sebagai teknologi berusaha memberikan dasar ilmiah kepada
proses mengajar yang selama ini terlampau banyak merupakan seni. Teknologi
pendidikan mempunyai dua aspek, yakni hard-ware beupa alat-alat sebagainya
dan soft-ware, yaitu teknik penyusunan kurikulum, secara makro maupun mikro
(satuan pelajaran). Teknologi telah dilaksanakan dalam system pendidikan kita di
Indonesia berupa PPSI, pelajaran berprograma, modul, dengan dimasukannya
matakuliah teknologi pendidikan dan dibukanya jurusan teknologi pendidikan di
berbagai IKIP. Teknologi pendidikan secara sistematis mengadakan hubungan
erat antara komponenkomponen kurikulum. Untuk mengontrol seluruh prose
kurikulum sanagt sesensial menentukan tujuan yang spesifik dalam bentuk
kelakuan yang dapat diamati atau diukur, sehingga dapat dikontrol bahan, proses
belajar-mengajar, dan evaluasinya Akan tetapi “kekuatan” TIK itulah justru
mengandung kelemahannya, di samping kekurangan-kekurangan lain yang
dikenakan oleh penganut konsep yang berlainan. Benjamin Bloom, Hilda Taba,
Ralph Tyler, dan John Dewey semuanya menganjurkan pendekatan seperti itu

C. PENUTUP

Dalam berbagai aspek yang mengemukakan ragam orientasi kurikulum dapat di


simpulkan bahwa empat jenis orientasi kurikulum yaitu :

1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Centered).

2. Kurikulum yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered).

3. Goal Centered, Kurikulum yang berorientasi pada tujuan.

4. Problem Centered, Suatu kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah


yang dihadapi dalam masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohamad (2015). Kurikulum: Hakikat, Desain & Pengembangan. Jakarta:


Kencana Prenamedia Group.
Eisner, Elliot W. The educational imagination: on the design and evaluation of
school programs. (New York: Macmillan, 1994)
Husain & Abdul Rahim Hamdan (2014).Orientasi Kurikulum dan Konsepsi
Pengajaran Fizik Berkesan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1)
Mei 2014
Langgulung, Hasan (1986). Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Saifullah,(2016). Pengembangan Kurikulum. Analisis Filosofis dan Implikasinya
dalam Kurikulum 2013, FTK Ar-Raniry Press (Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Ar-Raniry)
Sudjana, Nana (1991). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
Bandung: Sinar Baru.
S. Nasution,(1993).Pengembangan Kurikulum,Bandung: PT.Citra Aditya Bakti
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum edisi kedua, (Jakarta: Bumi Aksara)

Dakir,(2010) Perencanaan & Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Rineka Cipta


Nana Syaodih Sukmadinata,(1997), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pratt, David, (1980). Curriculum, Design, and Development. Harcourt Brace
Jovanovich Inc: New York
https://infed.org/mobi/elliot-w-eisner-connoisseurship-criticism-and-the-art-of-
education/diakses tanggal 2/14/2020

13
14

Anda mungkin juga menyukai