A. KURIKULUM DI INDONESIA
Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai dengan berlakunya undang-
undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 dan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan diserahkannya sejumlah kewenangan yang semula
menjadi urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Menurut Rasyid (2005:8) tujuan utama kebijakan otonomi daerah adalah untuk membebaskan pemerintah
pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga pemerintah pusat
berkesempatan untuk mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dalam
mengambil manfaat dari padanya. Penjelasan tersebut mengandung makna bahwa dengan diserahkannya
sejumlah kewenangan kepada pemerintah daerah lebih memberikan ruang kepada pemerintah pusat untuk
merespon perkembangan global dalam rangka memajukan dan mengembangkan seluruh sektor kehidupan
masyarakat.
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kuri kulum dan standar kompetensi
lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk
SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk
MI, MTs, MA, dan MAK.
Kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah sebagai konstruk yang dibangun untuk mentransfer apa
yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau
dikembangkan, jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan
pendidikan dan untuk membangun kehidupan masa depan dimana masa lalu, masa sekarang, dan berbagai
rencana pengembangan serta pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan
masa depan, serta sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
C. KOMPONEN KOMPONEN PENDIDIKAN
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah, kurikulum merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Setiap praktik pendidikan diarahan pada pencapaian tujuan-
tujuan tertentu, proses penyampaian bahan ajar dan pengembangan keterampilan siswa ditunjang oleh
komponen-komponen utama kurikulum dalam lingkungan yang kompleks.
D. PERANAN KURIKULUM
Kurikulum memiliki peranan strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan Menurut
Oemar Hamalik (1990), terdapat tiga peranan kurikulum :
Peranan Konservatif
Kurikulum sebagai sarana mentransmisikan atau mewariskan nilai-nilai budaya masa lalu
yang masih relevan dengan masa kini.
Peranan Kreatif
Kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan
perkembangan
Peranan Kritis dan Evaluatif
Kurikulum sebagai filter atau kontrol sosial.
E. DIMENSI KURIKULUM
Secara konseptual pengertian kurikulum dapat dikelompokkan pada tiga dimensi pengertian,
yaitu (1) kurikulum sebagai mata pelajaran (subjects), (2) kurikulum sebagai pengalaman belajar
(learning experiences), dan (3) kurikulum sebagai program/rencana pembelajaran. Ketiga dimensi
pengertian kurikulum tersebut secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut.
Pengertian kurikulum pada dimensi pertama mengandung makna bahwa pada dasarnya
kurikulum itu terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh siswa. Dalam hal ini,
kurikulum selalu berorientasi pada penguasaan isi atau materi pelajaran sebagai sasaran akhir
proses pendidikan (content oriented). Isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai siswa tersebut
pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan yang terkait dengan setiap mata pelajaran.
Dimensi pengertian kurikulum sebagai mata pelajaran ini dianggap merupakan pandangan yang
terlalu sempit dan sederhana, namun demikian, pada kenyataannya masih banyak diterapkan
dalam praktik pelaksanaan pendidikan dewasa ini.
Pengertian kurikulum pada dimensi kedua tidak dibatasi hanya sebagai sejumlah mata
pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami
siswa dan memengaruhi perkembangan pribadinya. Dengan demikian, pengertian kurikulum itu
mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Ahli kurikulum yang berpendapat seperti
itu, di antaranya Harold B. Alberty (1965). Ia memandang kurikulum sebagai semua kegiatan
yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are
provided for the students by the school). Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas
saja, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas. Pendapat
yang senada dan menguatkan pengertian tersebut dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan
Lewis (1974) yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk memengaruhi
siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah.
Dimensi pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar ini dianggap merupakan pandangan
yang terlalu luas karena sekolah dalam hal ini guru tidak mungkin dapat mengontrol dan
mengukur segala bentuk perilaku siswa, khususnya yang terjadi di luar sekolah. Selain itu, makna
kurikulum itu sendiri menjadi kabur dan tidak fungsional.
Pengertian kurikulum pada dimensi ketiga mengandung makna bahwa kurikulum tersebut
merupakan suatu program atau rencana belajar (a plan for learning). Pengertian kurikulum pada
dimensi ini nampaknya untuk menjembatani pandangan mengenai pengertian kurikulum yang
terlalu sempit dan pandangan yang terlalu luas.
Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum, secara teoretis-konseptual
kita agak sulit menentukan satu pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Kita dapat
mencoba untuk mengklasifikasikan pengertian kurikulum menurut paradigma berpikir yang lain.
S. Hamid Hasan, seorang guru besar dan pakar ilmu kurikulum dari Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) mengklasifikasikan pengertian kurikulum menjadi empat dimensi pengertian, di
mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum
tersebut, yaitu: (1) Kurikulum sebagai suatu ide/gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis, yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) Kurikulum
sebagai suatu kegiatan, yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita
atau implementasi kurikulum; secara teoretis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil, yang merupakan
konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan
A. KURIKULUM
a. Kurikulum sebagai ide
Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan
mengenai apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan (Hasan, 1991),
kebijakan (Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987), Menurut hasan (1991), pada
dasarnya kurikulum sebagai ide ada pada setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide
kurikulum apabila ia berbicara tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu
kegiatan pendidikan dan bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang
difikirkannya itu sesuai dengan tingkat pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya.
Untuk tingkat siswa, keinginan atau harapan itu lebih berdasarkan kepentingan
lingkungan yang sangat individual. Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide.
Kurikulum ini yang kemudian digunakannya untuk membaca dan menafsirkan apa yang
tertera dalam dokumen kurikulum. Sebagai guru sangat sukar, bahkan barangkali tidak
mungkin, untuk merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi suatu kurikulum nasional
ataupun local.
b. Kurikulum sebagai ilmu disiplin
Tujuan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan ilmu tentang
kurikulum. Dalam realitanya kurikulum selain sebagai sistem pembelajaran juga sebagai
disiplin ilmu atau sebuah ilmu yang dapat dipelajari oleh pakar, tenaga pendidik, maupun
seseorang yang berkompeten dibidangnya.. Pada tingkat universitas terdapat program
studi pengembangan kurikulum (misalnya di FIP UNY), baik di jenjang S.1 (sarjana), S.2
(magister) maupun S.3 (Doktor). Semua peserta didiknya wajib mempelajari tentang
kurikulum.
c. Kurikulum sebagai suatu sistem
Sistem kurikulum mencakup tahap-tahap pengembangan kurikulum (mulai dari
perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, evaluasi kurikulum, perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum). Sitem kurikulum di sekolah merupakan sistem tentang
kurikulum apa yang akan disusun dan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan (misalnya
kurikulum 2013 revisi). Kurikulum dituntut untuk sesuai dengan apa yang dibutuhkan
saat ini. Oleh karena itu kurikulum sebagai sistem selain sistem sekolah juga sebagai
sistem di masyarakat.
d. Kurikulum sebagai rencana tertulis
Dimensi kurikulum sebagai rencana tertuang dalam suatu dokumen tertulis sehingga
dapat dilihat, mudah dibaca dan dianalisis. Pada dasarnya merupakan realisasi dari
dimensi kurikulum sebagai ide.
Aspeknya berisi:
Pengembangan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman
belajar, organisasi kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi.
e. Kurikulum sebagai suatu kegiatan
Kurikulum sebagai suatu kegiatan merupakan kurikulum yang sesungguhnya terjadi di
lapangan. Antara ide dan pelaksanaan mungkin sejalan tetapi mungkin juga tidak. Banyak
faktor yang memengaruhi seperti teori dalam rencana tertulis tidak bisa diaplikasikan di
lapangan karena faktor kondisi lapangan. Apa yang diperoleh peserta didik di sekolah
maupun di luar sekolah merupakan refleksi dan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai
rencana tertulis.
f. Kurikulum sebagai hasil belajar
Hasil dalam sebuah pembelajaran merupakan bagian dari kurikulum. Hasil belajar dapat
berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Namun kurikulum tidak hanya hasil
melainkan ada proses di dalamnya. Kurikulum merupakan rencana dan tujuan
pembelajaran, dan hasil dari pembelajaran adalah isi dari kurikulum itu sendiri.
Dimensi kurikulum sebagai kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek utama.
Pertama adalah aspek perencanaan guru. Disini guru mengembangkan kurikulum sebagai
rencana dan kegiatan tertulis yang dalam konteks pendidikan Indonesia dikenal dengan
nama satuan pelajaran (Satpel) atau sekarang disebut RPP.