Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
DI SUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya diperuntukkan kepada Sang Maha Pencipta dan Pemilik
jiwa dan ruh seluruh makhluk dan telah menjadikan Muhammad, Rasulullah saw
sebagai teladan dan anutan bagi seluruh umat manusia di dunia dan akhirat. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi termulia, Muhammad saw,
segenap keluarganya, sahabat-sahabat; dan umat yang senantiasa memegang teguh
ajarannya sampai hari berbangkit. Penulis doakan semoga kita semua berada dalam
rahmat dan rhido-Nya, sehingga tak sedikitpun ruang dan waktu, melainkan
memberikan manfaat untuk ummat dalam keseharian kita, Amien.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan Bahasa
anak, mahasiswa di harapkan mampu :
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Psikolinguistik Dan Teori Pemerolehan Bahasa
Apakah‟ yang di maksud dengan psikolingustik? Mengapa Guru Sekolah
dasar harus belajar psikolingustik? Psikolingustik adalah suatu studi mengenai
penggunaan Bahasa dan pemerolehan Bahasa oleh manusia (Levelt, 1975).
Menurut Levelt ada perkembangan dan psikolinguistik terapan.
3
human speech including the units, nature, structure, and modification of language
„linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat
bahasa, struktur, dan perubahan-perubahan bahasa‟.
4
memperoduksi Bahasa. Juga mengenai proses kognitif yang mendasari pada
waktu seseorang menggunakan Bahasa. Ada dua cara dalam persepsi dan
produksi Bahasa ini,yakni;secara auditif dan visual. Persepsi Bahasa secara
auditif adalah mendengarkan dan persepsi Bahasa secara visual adalah membaca.
Dalam produksi Bahasa kegiatannya adalah berbicara (auditif) dan menulis
(visual) proses kognitif yang terjadi pada waktu seseorang berbicara dan
mendengarkan antara lain mengngingat apa yang baru di dengarkan mengenal
kembali apa yang baru di dengarkan itu sebagai kata kata yang ada artinya
berpikir, mengucapkan apa yang telah tersimpan dalam ingatan di samping itu
dalam berbahasa peranan intuisi libguistik tidak boleh di abaikan, maksud ituisi
atau perasaan mengenai pemakaian kata-kata yang tepat dalam suatu kalimat,
sehingga kalimat tersebut benar tidak bermakna ganda.
5
Membicarakan pengajaran Bahasa, terutama di sekolah dasar tidak akan
terlepas dari pembahasan psikolinguis, sebab masalah pengajaran Bahasa adalah
masalah psikolinguistik merupakan urat nadi pengajaran Bahasa (Simanjuntak,
1982). Psikolinguistik adalah pemerolehan Bahasa (language acquisition),
disampimg pembelajaran Bahasa (language learning) dan pengajaran Bahasa
(language teaching). Oleh sebab itu masalah-masalah dalam pengajaran Bahasa,
seperti masalah metode serta kesulitan membaca dan menulis permulaan di
sekolah dasar telah banyak di coba untuk di pecahkan dalam kajian kajian
psikolinguistik. Ketiga tiga fokus kajian psikolinguistik, yaitu: pemerolehan,
pengajaran dan pembelajaran Bahasa berkaitan satu sama lain. Satu teori
pembelajaran Bahasa misalkam teori S-R (Stumulus-Response akan di warnai
oleh keyakinan guru tentang bagaimana Bahasa itu di peroleh dan dipelajari.
Oleh sebab itu sudah selayaknya calon guru, guru dan orang tua siswa sekolah
dasar mendalami teori-teori pemerolehan dan pembelajaran Bahasa guna
meningkatan wawasan dan keterampilan mengajarnya
6
Pembelajaran Bahasa menyangkut proses-proses yang berlaku pada masa
seseorang sedang mempelajarai Bahasa baru setelah ia selesa memperoleh
Bahasa ibunya. Dengan kata lain memperoleh Bahasa melibatkan Bahasa
pertama sedangkan pembelajaran Bahasa melibatkan Bahasa kedua atau bahsa
asing.
7
tentang pemerolehan bahasa relative jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan
pembelajaran bahasa. Ada dua teori tentang pemerolehan bahasa yaitu:
a) Teori aliran Behaviorisme. Menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak-
anak itu melalui penambahan sedikit demi sedikit. Jadi, seolah-olah
pemerolahan bahasa itu bersifat linear atau garis lurus. Makin hari makin
bertambah juga sampai akhirnya lengkap seperti bahasa orang dewasa.
b) Teori aliran Rasionalisme Dinyatakan bahwa perkembangan bahasa anak itu
mengikuti suatu pola perkembangan tertentu. Setiap pola perkembangan
bahasa itu mempunyai tata bahasa sendiri-sendiri pula, yang mungkin saja
tidak sama dengan tata bahasa orang dewasa (tata bahasa yang sebenarnya).
Pada setiap pola perkembangan bahasa berikutnya, tata bahasa yang tidak
benar itu secara berangsur diperbaikinya menuju tata bahasa yang benar.
Sebagai contoh bahwa tata bahasa anak itu berbeda dengan tata bahasa orang
dewasa, sebagaimana penelitian Braine, yang dikutip oleh David Ingram
(1989).
A. Pemerolehan Bahasa Pertama
8
pemerolehan tersebut, Bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi
dari pada bentuk atau struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata
berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat
dekatnya.
9
menguasai Bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, penutur Bahasa
harus memperoleh kategori kategori kognitif yang mendasari berbagai makna
ekspresif Bahasa alami, seperti: waktu, ruang kausalitas dan sebagainya.
Lenneberg salah seorang ahli teori belajar Bahasa yang sangat terkenal
(1969) mengatakan bahwa perkembangan Bahasa bergantung pada
pematangan otak secara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide
berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan Bahasa anak
berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki warisan biologis yang
sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan
Bahasa, khusus untuk manusia. Bukti yang memperkuat pendapatnya itu,
antara lain:
10
Lebih jauh Steinberg (1990) seorang ahli psikolinguistik, menjelaskan
perihal hubungan Bahasa dan pikiran. Menurut system pikiran yang terdapat
pada anak-anak di bangun sedikit demi-sedikit apa bila ada rangsangan
lingkungan sekitarnya sebagai masukan atau input. Input ini dapat berupa apa
yang di dengar, dilihat dan apa yang si sentuh anak yang menggambarkan
benda peristiwa dan keadaan sekitar anak yang mereka alami. Lama-kelamaan
pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Apabila pikiran sudah terbentuk
dengan sempurna dan apabila masukan Bahasa di alami secara serentak
dengan benda, peristiwa dan keadaan maka berulah Bahasa mulai di pelajari.
Lama kelamaan system Bahasanya lengkap dengan pembendaharaan kata dan
tata Bahasanya pun berbentuklah. Sebagian dari sistem bahasanya adalah
system pikirannya karena makna dan semantic Bahasa yang di gunakan
adalah ide yang merupakan bagian dari isi pikirannya. System pikiran dan
Bahasa bergabung melalui makna dan ide.
11
bayi, pada umumnya mereka sudah sejak awal mengajak bicara pada bayi dan
memperlakukan arah,orang tua berusaha meanggapi setiap reaksi bayi dan
bertindak seolah-olah reaksi abyi tersebut ada maknanya dan perlu ditanggapi.
Melalui Bahasa khusus Bahasa pertama, seorang anak belajar untuk menjadi
anggota masyarakat. Dengan demikian Bahasa ibu (Bahasa pertama) menjadi
salah satu sarana bagi seorang anak untuk mengungkapkan perasaanya,
keinginannya, pendirian, gagasan, harapan, dan sebagainya. Anak belajar pula
bahwa ada bentuk-bentuk yang tidak dapat di terima anggota msryarakatnya
dan ia tahu bahwa tidak selalu ia dapat mengungkapkan perasaan secara
gamblang.
Ujaran – ujaran yang di tuturkan secara salah dari seorang anak masih
dapat di maklumi, tetapi ia harus sudah mulai belajar bahwa ada norma
budaya tentu yang harus di perhatikan, yang berubah sesuia kemajuan zaman.
Ada ciri lain yang untuk menyatu dengan anggota masyarakat seklilingnya,
khususnya dengan anak sebabnya. Kalau anak-anak sebayanya menggunaakan
kata- kata seperti: Asyik, Oke, bo, mah, tea,bokay, nyokap dan sebagainya,
maka dengan segera istilah- istilah itu akan di gunakan juga.
1. Imitasi spontan
2. Imitasi Perolehan
3. Imitasi Segera
4. Imitasi Lambat
5. Imitasi Perluasan
12
Strategi Kedua dalam pemerolehan Bahasa adalah Strategi
Produktivitas. Produktivitas berarti ke ekfektifan dan ke efisienan dalam
pemerolehan Bahasa melalui sarana komunikasi linguistik dan non linguistik
( mimik, gerak, isyarat, suara, dan sebagainya.)
Strategi Ketiga adalah umpan balik, yaitu umpan balik antara strategi
produksi ujaran (ucapan) dengan responsi.
B. Bahasa Kedua
13
1. Belajar tidak sengaja
2. Berlangsung sejak lahir
3. Lingkungan keluarga sangat menentukan
4. Motivasi ada karena kebutuhan
5. Banyak waktu untuk mencoba Bahasa
6. Banyak kesempatan utnuk berkomunikasi
14
Stretegi Belajar Bahasa Kedua
15
Selanjutnya Rubin (dalam stern,1983) menyebutkan ciri- ciri pelajar
yang baik ketika melakukan proses belajar Bahasa;
16
Pada Tahap meraban pertama, sealam bulan-bulan awal kehidupan
bayi-bayi menangis, mendekut, menjerit, dan tertawa. Bunyi-bunyi seperti itu
dapat di temui dalam segala Bahasa di dunia.
Tahap Meraban pertama ini di alami oleh anak berusia 0-5 bulan.
Pembagian kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak berlaku persis pada
setiap anak mungkin anda ingin mengetahui apa saja keterampilan bayi pada
tahap ini. Berikut aadalah rincian tahapan perkembangan anak usia 0-6bulan
berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli yang di kutif oleh Clark(1977).
Selain itu juga akan diungkap keterlibatan orang tua pada tahap ini.
0-2 minggu: anak sudah dapat menghadapkan muka kearah suara. Mereka
sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya, seperti
bel, bunyi gemerutuk,dan peluit, mereka akan berhenti menangis jika
medengar orang berbicara.
1-2 bulan: Mereka dapat membedakan suku kata seperti (bu) dan (pak),
mereka bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara
manusia. Misalnya suara marah mebuat dia menangis, seangkan suara
yang ramah membuat ia tersenyum dan mendekat (seperti suara merpati)
3-4 bulan: Mereka sudah dapat membedakan suara laki-laki dan
perempuan
6 bulan: Mereka mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan.
Pada tahapan ini mereka Mulai meraban (mengoech) Dengan suara
melodis
17
1977). Orang tua memiliki peran yang sangat penting sebagai komunikator
dalam membangun kemampuan komunikasi seorang anak, orang tua secara
tidak sadar mengajar Bahasa baik verbal maupun nonverbal sejak dini.
Melihat uraian di atas jelas bahwa pada tahap ini perkembangan yang
mencolok adalah perkembangan comprehension (komprehensi) artinya
penggunaan Bahasa secara pasif (Marat: 1983). Komprehensi merupakan
elemen Bahasa yang dikuasai terlebih dahulu oleh anak sebelum anak bisa
memperoduksi apapun yang bermakna. Menurut altmann (dalam
Dardjowidjojo, 2000) bahwa sejak bayi berumur 7 bulan dalam kandungan,
seorang bayi telah memiliki system pendengaran yang telah berfungsi. Setelah
bayi lahir dan mendapatkan masukan dari orang orang sekitar, dia
mengembangkan komprehensi ini lima kali lipat daripada produksi. Pada
hakikatnya komprehensi adalah proses interaksi yang melibatkan berbagai
koalisasi antara lima factor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, konteks
sosial, informasi leksikal dan prosodi. Dengan demi kian dapat dikatakan
bahwa Bahasa tidak di turunkan melainkan dapat di kuasai melalui proses
pemerolehan, yang harus di pelajari dan ada yang mengajari. Di kuasai
melalui proses pemerolehan, yang harus dipelajari seperti yang sudah di bahas
dalam kegiatan belajar sebelumnya bahwa perolehan Bahasa anak
memerlukan proses pembiasaan yang harus di pelajari seperti hal nya
tingkahlaku yang diperoleh melalui conditioning dan merupakan hasil
pengaruh lingkungan (Skinner: 1983).
18
Walaupun Bahasa itu tidak di turunkan tetapi manusia memiliki
kemampuan kognitif dan kapasitas linguistik tertentu dan juga kapasitas untuk
belajar (Marat: 1983). Dalam hal ini sekali lagi peran orang tua, keluarga,
lingkungan, dalam pengasuh anak sangat di perlukan dalam proses
mengembangkan Bahasa optimal. Jika anak telah melampaui masa ini dengan
tidak banyak hambatan maka ia akan melampaui masa berikut yang di sebut
masa meraban dua, yaitu dari usia sekitar 5/6 bulan sampai 1 tahun.
Pada tahap ini anak mulai aktiv artinya tidak sepasif sewaktu ia berada
pada tahap meraban tahap pertama. Seacar fisik ia sudah dapat melakukan
gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk.
Berkomunikasi dengan seperti mereka mulai mengasikan karena mereka
muali aktiv memulai komunikasi kita lihat apa saja yang dapat mereka
lakukan pada tahap ini.
5-6 Bulan
Hal ini menunjukan bahwa bayi sudah dapat memahami ujaran orang
dewasa. Disamping itu bayi mulai dapat melakukan gerakan-gerakan seperti
mengangkat benda dan secara spontan memperlihatkannya kepada orang lain
(Clark:1997). Dengan cara ini ada beberapa kemungkinan yang mereka
inginkan, misalnya:
19
- “Pegang ini! Ingin meminta orang lain ikut memegang, dan lain lain.
Menurut Tarigan (1985) Tahap ini disebut juga Tahap omong kosong,
Tahap kata tanpa makna. Ciri-ciri lain yang menarik selain yang telah
disebutkan tadi adalah: Ocehan, sering kali di hasilkan dengan intonasi,
kadang-kadang dengan tekanan menurun yang ada hubungannya dengan
pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap mengoceh ini (Babbling) Bayi
mengeluarkan bunyi-bunyi makin bertambah variasinya dan semakin
kompleks kombinasiya. Mereka mengkonbinasikan vokal dengan konsonan
menjadi struktur yang mirip dengan silabik (suku kata), Misal: ma-ma -
ma,Ba-ba-ba, Pa-pa-pa, Da-da-da-da dsb. Ocehan ini tidak memiliki makna,
dan ada kemungkinan tidak di pakai lagi setelah anak dapat
berbicara(mengucapkan kata atau kalimat) ocehan ini semakin bertambah
sehingga anak mampu memproduksi perkataan-perkataan atau periode satu
kata, yang muncul sekitar usia anak 1 tahun.
Pada saat si anak mulai aktiv pengocehan orang tua juga harus rain
merespon suara dan gerak isyarat anak. Menurut Tarigan(1985). Orang tua
harus mengumpulkan balik auditori untuk memelihara vokalisasi anak,
maksudnya adalah agar anak tetap aktiv meraban. Sebagai langkah awal
latihan ialah mengucapkan kata-kata yang bermakna.
20
andan bayangkan apabila seorang anak tahap ini jarang atau tidak mendapat
rsepon ketuka sedang meraban atau si ibu tidak kenal mengacuhkan bayinya
ketika memperlihatkan sesuatu padanya.
7-8 Bulan
Pada tahap ini juga orang tua sudah bisa mengenalkan hal-hal baru
bagi anaknnya, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata untuk objek yang
sering di ajarkan dan di kenalkan oleh orangtuanya secara berulang-ulang.
Orang dewasa biasanya mulai menggunakan gerakan -gerakan isyarat seperti
menunjuk gerakan ini di lakukan untuk menarik perhatian anak karena si ibu
menunjukan sesuatu dan menawarkan sesuatu yang baru dan menarik
(Clark:1997).
Seperti halnya anak-anak, orang tua pun akan merasa puas dan
gembira jika segala usaha untuk mengajari anaknya mendapat respon. Artinya
segala usaha orang tua ketika mengatakan sesuatu, menunjukan atau
memperlihatkan sesutau pada anaknya mendapat respon dari si anak karena
anak paham dan perkemabnagn bahasanya sesuai dengan perkembangan
usianya.
21
Jika kita perhatikan pada penjelasan-penjelasan sebelum bahwa
pekrembangan Bahasa anak cenderung bersifat pasif. Suara yang mereka
hasilkan masih berupa ocehan yang belum dapat di pahami. Orang tua masih
sangat berperan sebgai inisator dalam berkomunikasi. Orang tua adalah guru
Bahasa yang paling berharga bagi mereka. Karena tanpa bantuan dari
orangtua, perkembangan Bahasa anak dapat terlambat.
8 Bulan – 1Tahun
Pada tahap ini pun peran orang tua masih sangat besar dalam
perolehan Bahasa anak. Orang tu harus lebih aktiv merespon ocehan dan
isyarat anak. Aren kalua orang tua tidak memahami apa yang di maksud anak
akan kecewa dan untuk masa berikutnya anak akan pasif dalam komunikasi
dengan lingkungannya.
22
atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena kematangan proses
mental (kognitif). Dengan kata lain kepandaian anak semakin meningkat.
Semakin padai si anak pada akhrinya perkembangan meraban kedua telah
tercapai. Anaka akan mulai belajar mengucapkan kata pada periode
berikutnya yang di sebut periode/tahap linguistic.
C. Tahap Linguistik
Jika pada tahap Pralinguistik pemerolehan Bahasa anak belum menyerupai
Bahasa orang dewasa maka pada tahap ini anak mulai bisa mengucapkan Bahasa
yang menyerupai ujaran orang dewasa. Para ahli Psikolinguistik membagi tahap
ini membagi kedalam 5 tahapan, yaitu:
23
memungkinkan anak memperoleh semantic (makna kata) dan kemudia secara
bertahap dapat mengucapkannya.
Tahap holofrase ini di alami oleh anak yang berusia sekitar 1-2 tahun.
Waktu berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak. Ada anak yang
lebih cepat mengakhirinya, tetapi ada pula anak yang umur sampe 3 tahun.
24
kuasai anak adalah: pipis (buang air kecil), mamam atau maem (makan),
dadah sambil melambaikan tangan, mah (mamah), pak (bapak), bo (tidur),
kata-kata yang biasanya di pergunakan untuk bertanya adalah: apa, kenapa,
sedangkan kata-kata perintah: sini, sana, lihat; dengan pengucapan tidak sama
untuk tiap anak. Kata-kata yang di gunakan untuk meminta adalah; lagi, mau,
dan minta (ini pun dengan pengucapan yang berbeda untuk tiap anak).
Kemajuan anak setelah mencapai usia satu tahun ini di peset sekali.
Setelah anak mampu mengucapkan satu kata, lalu di ajak berperan dalam
suatu percakapan, ketika di ajak bercakap cakap. Dikatakan informasi baru
karena kata yang ia ucapkan sebelumnya tidak di ucapkan oleh si penanya.
Karena keterampilan sebelumnya ia hanya membeo saja. Inilah contoh ketika
anak bisa melontarkan informasi baru, atau dengan kata lain ia mengucapkan
kata tidak meniru.
Pada tahapan ini orang tua di kagetkan oleh si anak karena tiba-tiba
saja si anak mengatakan sesuatu yang kita anggap dia tidak bisa sebelumnya.
25
Misalkan saja ketika si ibu sedang memasak lalu si anak melihat api kompor
menyala, tiba-tiba si anak menyatakan api atau panas.
26
3) Tahap linguistik III: pengembangan tata bahasa
Tahap ini di mulai sekitar usia anak 2,6 tahun, tetapi ada juga sebagia
anak yang memasuki tahap ini ketika memasuki usia 2,0 tahun, bahkan ada
juga anak yang lambat yaitu anak berumur 3,0 tahun. Pada umumnya pada
tahap ini, anak anak mulai menggunakan elemen-elemen tata Bahasa yang
lebih rumit, seperti: pola-pola kalimat sederhana, kata-kata tugas (di, ke, dari,
ini, itu dsb.) penjamakan pengimbuhan, terutama awalan dan akhir yang
mudah dan bentuknya sederhana (Hartati‟ 2000). Meskipun demikian,
kalimat-kalimat yang di hasilkan anak masih seperti bentuk telegram atau
dalam Bahasa inggrisnya “telegraphic utterances” (ucapan ucapan telegram)
contoh: “ini ada nani, kan ?” ( adi maksudnya adik), “ mama pergi ke pasar”
“nani mau mandi dulu” , dsb.
Perkembangan anak pada tahap ini makin liar biasa. Marat (1983)
menyebutkan perkembangan ini dengan kalimat lebih dar dua kata dan priode
diferensiasi. Tahapan ini pada umumnya di alami anak oleh usia sekitar 2
setengah tahun – 5 tahun. Sebenarnya Bahasa perkembangan Bahasa anak
pada tahap ini bervareasi. Hal ini bergantung pada perkembangan
perkembangan sebelumnya yang di alami oleh si anak. Umumnya pada tahap
ini anak sudah mulai bercakap-cakap dengan teman sebaya dan mulai aktif
mulai percakapan. Fase sebelumnya sampai tahap perkembangan 2 kata anak
lebih banyak bergaul dengan orang tuanya. Sedangkan pada tahap ini
pergaulan anak ini semakin luas yang berarti menambang pengetahuan dan
menambah perbendaraan kata. Mereka dapat bercakap-cakap dengan teman
sebaya, teman yang lebih besar, orang dewasa, dapat menyimak radio dan
televisi.
27
Menurut marat (1983) ada beberapa keterampilan mencolok yang di
kuasai anak pada tahap ini:
- Pada akhir priode ini secara garis besar anak telah menguasai Bahasa
ibunya, artinya kaidah kaidah tata Bahasa yang utama dari orang dewasa
telah menguasainya.
- Perbendaharaan kata berkembang, berupa pengertian abstrak seperti:
pengertian waktu, ruang, dan jumlah yang di inginkan mulai muncul.
- Mereka mulai dapat membedakan kata kerja (contoh: minum, makan,
masak, pergi, pulang, mandi.) dan kata-kata benda (buku, baju, gelas,
nasi, susu) dan sudah dapat mempergunakan kata depan, (di, ke, dari),
kata ganti (aku, saya) dan kata kerja bantu (tidak, bukan, mau, sudah,
dsb).
- Fungsi Bahasa untuk komunikasi betul-betul mulai berfungsi; anak
sudah dapat mengngadakan konversasi (percakapan) dengan cara yang
dapat di mengerti oleh orang dewasa.
- Persepsi anak dan pengalamannya tengtang dunia luar mulai ingat
bagiannya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik, bertanya,
menyuruh, memberi tahu, dan lain-lain.
- Tumbuhnya kreativitas anak dalam pembentukan kata-kata baru. Gejala
ini merupakan cara anak untuk mempelajari perkataan baru dengan
bermain main. Hal ini terjadi karena memang daya fantasi anak pada
tahap ini sedang pesat berkembang.
28
Menurut Marat (1983) yang di hilangkan pada Bahasa telegram
biasanya sebagai berikut:
29
4) Tahap linguistik IV: tata bahasa menjelang dewasa/pradewasa
30
yang bermakna. Hal ini karena anak memiliki keterbatasan seperti:
penguasaan struktur tata Bahasa, kosa kata dan imbuhan. Pada tahap ini anak-
anak sulit mengucapkan kata-kata yang tidak muncul dari hati nuraninya,
tetapi pada dasarnya anak-anak sedang mempelajari sesuatu. Lambat lau kita
dapat mempelajari bahwa jika bersalah mereka harus minta maaf dan
mengucapkan terima kasih bila di tolong atau di beri sesuatu. Sebenarnya
anak itu tidak mau mempergunakan kata-kata yang menurutnya tidak
bermakna (Clark, 1997). Jadi kata-kata seperti maaf, terima kasih, nada bicara
tertentu, dan lain-lain yang tidak difahami/ tidak ada artinya bagi mereka atau
tidak penting bagi anak-anak, maka sulitlah bagi mereka untuk
mengucapkannya. Disini lah pentingnya peran dan kesabaran orang tua, guru
atau pengasuh anak untuk membimbing dan memberi contoh pengunaan kata-
kata yang fungsional, kontekstual dan menyenangkan bagi anak. Untuk
memperkaya kebahasaan anak orang tua atau guru dapat mulai dengan
mendongeng, bernyanyi atau bermain bersama anak di samping sesering
mungkin mengajak bercakap-cakap.
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap yang di sebut
sebagai kopetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada umumnya anak-anak yang
perkembangannya normal telah menguasai elemen-elemen sintaksis Bahasa
ibunya dan telah memilih kopetensi (pemahaman dan produktivitas Bahasa)
secara mamadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih terbatas
tetapi terus berkembang/bertambah dengan kecepatan yang mengngagumkan.
Berikut anak memasuki usia sekolah dasar. Selama priode ini, anak-
anak di hadapkan pada tugas utama mempelajari Bahasa tulis. Hal ini di
mungkinkan setelah anak-anak menguasai Bahasa lisan, perkembangan
31
Bahasa anak pada priode sekolah dasar ini meningkatkan dari Bahasa lisan ke
Bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan Bahasa berkembang dengan
adanya memerolehan Bahasa tulis atau written language acquisition. Bahasa
yang di peroleh dalam hal ini adalah Bahasa yang di tulis oleh penutur Bahasa
tersebut, dalam hal ini guru atau penulis. Jadi anak mulai mengenal media lain
pemerolehan Bahasa yaitu tulisan, selain pemerolehan Bahasa lisan pada masa
awal kehidupannya.
32
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan Bahasa dan
pemerolehan Bahasa oleh manusia. Ada tiga bidang kajian utama psikolinguistik,
yaitu: psikolinguistik umum, psokolinguistik perkembangan dan psikolinguistik
terapan.
Psikolinguistik merupakan urat nadi pengajaran Bahasa psikolinguistik dan
pengajaran Bahasa tidak dapat di pisahkan, karena fokus atau tumpuan
psikolinguistik adalah pemerolehan Bahasa (language acquisition), di samping
pembelajaran Bahasa (language learning) dan pengajaran Bahasa (language
teaching).
Fokus kajian psikolinguistik, yaitu: pemerolehan, pengajaran dan
pembelajaran Bahasa. Ketiga aspek tersebut berkaitan satu sama lain.
Pemerolehan Bahasa (language acquisition) adalah proses proses yang
berlaku di dalam otak seorang anak yang memperoleh bahasanya. Proses-proses
ketika anak sedang memperoleh Bahasa terdiri dari dua aspek: pertama aspek
performance yangterdiri dari aspek aspek pemahaman dan pelahiran. Kedua
aspek kompetensi (kemampuan lingustik.
Kemampuan linguistik anak terdiri dari tiga komponen, yaitu: kemampuan
fonologi, sematik dan kalimat. Ketiga komponen ini diperoleh anak secara
serentak atau bersamaan
Pemerolehan Bahasa adalah proses anak mulai mengenal komunikasi
dengan lingkungannya secar verbal itulah yang di sebut dengan jadi pemerolehan
Bahasa pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa.
Anak-anak dalam proses pemerolehan Bahasa pada umumnya
menggunakan empat strategi, yaitu imitasi, produktivitas, umpan balik, dan
prinsip operasi.
33
Pemerolehan Bahasa kedua dimaknai saaat seseorang memperoleh sebuah
Bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu Bahasa
pertamanya (Bahasa ibu).
Ada sepuluh strategi dalam proses belajar Bahasa, yaitu Bahasa, strategi
perencanaan dan belajar positif, dan strategi aktif, strategi empati,strategi formal,
stratgei eksprimental, strategi semantic, strategi praktis, strategi
komunikasi,strategi monitor,strategi internalisasi.
Menurut Piaget dan Vygotsky, tahapan-tahapan perkembangan Bahasa
anak terdiri dari beberapa tahap yaitu: Tahap meraba (Pralinguistik) Pertama,
Tahap meraba, (Pralinguistik) kedua: kata linguistik II: Kalimat dua kata, Tahap
linguistik III: Pengembangan tata Bahasa, Tahap linguistik IV: Tata Bahasa Pra-
dewasa, Tahap linguistic V: Kopetensi penuh.
Koperehensi adalah proses interaktif yang melibatkan berbagai berbagai
koalisasi antara lima factor, yakni: sintetik, konteks lingkungan, konteks sosial,
informasi leksikal dan prosodi.
Perkembangan Bahasa anak pada priode usia sekolah dasar meningkatkan
dari Bahasa lisan ke tulisan. Kemampuan mereka menggunakan Bahasa
berkembang dengan adanya pemerolehan Bahasa tulis atau written language
acquisition.
34
3.2 Daftar Pustaka
https://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/article/view/70/70
https://ojs.unm.ac.id/retorika/article/download/4610/2655
35