Anda di halaman 1dari 21

LINGUISTIK PENGKAJIAN BAHASA SECARA ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Linguistik

Dosen Pengampuh : Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum

NAMA KELOMPOK :
I Gusti Agung Made Dwipayana : 2201882010010
Muhammad Zahid Adana Abada : 2201882010008
Wilhelmina Sanul : 2201882010003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah berjudul LINGUISTIK PENGKAJIAN
BAHASA SECARA ILMIAH

ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca khususnya peserta Mata Kuliah Ilmu Linguistik pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Unmas Denpasar. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa berdampak luas bagi pembaca lain yang
memiliki ketertarikan pada bidang ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 24 Oktober 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II ..............................................................................................................................3

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

2.1 pengkajian Bahasa Secara umum dan ilmiah…....................................................3


2.1.2 Hakekat dan seluk beluk Bahasa........................................................................6
2.1.3 Fungsi Bahasa……………….............................................................................8
2.1.4 Tingkatan Bahasa………….............................................................................10
2.1.5 Ciri dan Sifat Bahasa……………....................................................................12

BAB III...........................................................................................................................15

PENUTUP......................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, linguistik sering digunakan untuk menyatakan ilmu bahasa.


Istilah linguistik biasa juga dinyatakan dengan berbagai istilah atau nama, di antaranya
dalam Kurikulum Perguruan Tinggi (PT), khususnya pada Program Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, istilah linguistik dinyatakan dengan nama-nama mata kuliah yang
berbeda. Ada yang menamakannya dengan linguistik, pengantar linguistik, linguistik
umum atau pegetahuan linguistik umum. Namun, dengan nama yang berbeda itu,
substansi kajiannya sama, yakni mengkaji bahasa. Oleh karena itu, linguistik disebut
dengan ilmu bahasa atau studi ilmiah mengenai bahasa.

Secara tegas, Kridalaksana (1983) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu


yang mempelajari, mengkaji atau menelaah hakikat dan seluk bahasa, yakni bahasa
secara umum yang dimiliki manusia sebagai alat komunikasi atau linguistik adalah ilmu
tentang bahasa atau ilmu yang menyelidiki bahasa secara ilmiah. Berdasarkan pendapat
yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa objek kajian linguistik
adalah bahasa. Sehubungan dengan objek kajian linguistik ini, bahasa yang
dimaksudkan itu tidak berfokus pada bahasa tertentu saja, melainkan bahasa secara
umum yang dipakai untuk berkomunikasi sesama penutur bahasa, dalam pengertian
bahasa.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang diatas, Rumusan Masalah yang akan kami bahas adalah :

1) Pengkajian Bahasa bersifat Umum dan Ilmiah?


2) Hakekat dan seluk-beluk Bahasa
3) Apa saja fungsi Bahasa, tingkatan Bahasa serta ciri dan sifat Bahasa?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1) Untuk mengetahui pengertian Linguistik Pengkajian Bahasa Secara Ilmiah


2) Untuk mengetahui hakekat dan seluk-beluk bahasa
3) Untuk mengetahui apa saja fungsi Bahasa, tingkatan Bahasa serta ciri dan sifat
bahasa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Pengkajian Bahasa bersifat umum dan ilmiah

Pengkajian Bahasa bersifat Umum

Dengan bahasa mempermudah komunikasi. Apakah yang dimaksud bahasa?


Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2014:32) bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial
untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Fungsi utama bahasa
adalah sebagai alat komunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat perantara antar
anggota masyarakat dalam satu kelompok dan alat interaksi secara individu maupun
kelompok. Dengan singkat kata bahasa adalah alat komunikasi (Tarigan, 1987:22-23).

Oleh karena itu, bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia. Kegiatan manusia
yang tidak disertai bahasa akan rumit menentukan parole (ujaran) bahasa atau bukan.
Belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini,
(Crystal dalam Chaer, 2014:33). Begitu juga dengan jumlah bahasa yang ada di
Indonesia.

Bahasa sering didefenisikan alat komunikasi. Defenisi ini tidak salah, tetapi juga
tidak sepenuhnya benar, sebab defenisi itu lebih menekakan pada fungsi bahasa, yakni
bahasa adalah alat bukan menjelaskan sosok bahasa itu sendiri. Defenisi demikian itu
menurut Chaer (1994)

Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi
umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang bahasa
sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.

Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam


kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial. Kridalaksana (dalam
Aminuddin, 1985: 28-29) mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer
yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.

Pengkajian Bahasa secara Ilmiah

Pengkajian Bahasa bersifat ilmiah disebut dengan Ilmu Linguistik. Lingustik


berasal dari kata lingua (latin), adalah ilmu tentang Bahasa, Ilmu Linguistik menjadikan
Bahasa sebagai obejk kajiannnya, linguistic mempelajari Bahasa secara umum, yang
mencakup Bahasa daerah, Bahasa Indonesia, atau Bahasa asing. Oleh karena itu
lingusitik disebut juga linguistic umum (general linguistic), linguistik juga mencakup
seperti tata krama berbicara.

Pengertian Menurut Para Ahli

 Menurut Martinet (1987: 19), Ilmu linguistik yaitu suatu ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya.
 Menurut Matthews, Ilmu linguistik adalah suatu studi ilmiah atau ilmu bahasa yang
mempelajari tentang bahasa.
 Menurut Harimuti Kridalaksana, Ilmu linguistik didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang tata bahasa.
 Menurut Dubois, Jean, Ilmu linguistik yaitu suatu kajian ilmiah tentang bahasa.

Ilmu Linguistik memiliki dua cabang yaitu Mikrolinguistik dan Makrolinguistik

Mikrolinguistik

Mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam arti sempit,
yaitu bahasa dalam kedudukannya sebagai fenomena alam yang berdiri sendiri.

Mikrolinguistik mempelajari bahan bahasa secara langsung tentang sifat-sifat, struktur,


cara kerja, dan sebagainya.

Mikrolinguistik dibagi menjadi dua, yaitu mikrolinguistik bersifat umum dan


mikrolinguistik untuk bahasa-bahasa tertentu.

1. Umum
 Fonologi
Merupakan cabang mikro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang
bunyi bahasa ditinjau dari fungsinya.
 Morfologi
Merupakan anak cabang dari mikrolinguistik yang cakupan pembahasannya tentang
tata bentuk kata dan kelompok kata. Morfologi juga termasuk menyelidiki struktur
kata, bagian-bagiannya dan cara pembentukannya.
 Semantik
Menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal ataupun
kontekstual.
 Sintaksis
Menyelidiki tentang tata kalimat, satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas
kata, hubungan satu dengan lainnya dan cara penyesuaiannya.

2. Bahasa tertentu

 Linguistik deskriptif (Descriptive linguistics)


Adalah pendekatan linguistik dengan menggunakan teknik penelitian lapangan dan
tata istilah yang sesuai untuk bahasa yang diselidiki. Metode kerjanya adalah
metode deskriptif, yaitu memberikan atau menggambarkan struktur dan system
bahasa yang dipelajari sebagaimana adanya.
 Linguistik struktural (Structural linguistics)
Adalah pendekatan dalam penyelidikan bahasa yang menganggap bahasa sebagai
system yang bebas.
 Linguistik historis (Historical linguistics)
Adalah cabang linguistik yang menyelidiki perubahan-perubahan jangka pendek
dan jangka panjang dalam system bunyi, gramatika, dan kosakata suatu bahasa atau
lebih.
 Linguistik komperatif (Comparative linguistics)
Adalah cabang linguistik yang mempelajari kesepadanan fonologis, gramatikal, dan
leksikal dari bahasa-bahasa yang berkerabat atau dari periode-periode historis dari
suatu bahasa.
 Linguistik historis komperatif (Historical and comparative linguistics)
Adalah bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari satu masa ke
masa yang lain, serta menyelidiki perbandingan satu bahasa dengan bahasa yang
lain.

Makrolinguistik

Makrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya


dengan faktor-faktor di luar bahasa, seperti dari segi kejiwaan, social, pengajaran,
pengobatan, dan filsafat.

Kajian secara eksternal itu dibagi menjadi dua bidang, yaitu bidang interdisiplinier dan
bidang terapan.

Bidang Interdisiplinier merupakan kajian gabungan dua disiplin ilmu, yakni kajian
bahasa dan kajian yang lain.

Bidang linguistik interdisipliner

 Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki bunyi


 Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam
bentuk-bentuk sastra
 Filsafat bahasa adalah ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan
bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual dan
teoritis linguistic.
 Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hub. Antara bahasa dan
prilaku /akal budi manusia.
 Sosiolinguistik adalah ilmu yang menyeldidiki hub. Antara bahasa dan
masyarakat.
 Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan
antara Bahasa dengan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum
tau tulisan
 Filologi adalah yang mempelajari bahasa kebudayaan dan sejarah suatu
bangsa sebagaimana terdapat dalam bahasa tertulis.
 Semiotika adalah ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda2.
 Epigrapi adalah ilmu yang mempelajari tulisan kuno pada prasasti2.

Bidang linguistik terapan

 Bidang terapan
Adalah kajian yang berusaha mengkaji bahasa untuk diterapkan pada dunia lain.
Yang termasuk dalam bidang terapan adalah
 Linguistik Medis (Language Pathology)
Adalah bidang linguistik terapan yang mencakup cacat bahasa, dan sebagainya.
Linguistik medis disebut juga patologi bahasa.
 Linguistik Edukasional (Linguistik pedagogis)
Adalah cabang linguistik terapan yang bersangkutan dengan peningkatan efesiensi
pengajaran bahasa dengan menyediakan deskripsi yang komprehensif mengenai
proses-proses dasar dan dengan mempergunakan metode pengajaran yang memadai.
 Linguistik forensik (Forensic Linguistics)
Adalah salah suatu cabang linguistic terapan yang berkaitan dengan hukum.
Linguistik forensik digunakan untuk menyidik kejahatan yang sebagian
pembuktiannya berupa data bahasa.
 Leksikografi
Adalah cabang ilmu linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik
penyusunan kamus.
 Penerjemahan (translation)
Adalah bidang linguistik terapan yang mencakup metode dan teknik pengalihan
amanat dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Tujuan utama penerjemahan adalah
menghasilkan terjemahan yang semirip mungkin dengan naskah aslinya.

2.1.2 Hakekat Bahasa serta seluk-beluk Bahasa


Pada dasarnya, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di
dalamnya. Atas adanya pernyataan tentang bahasa adalah sebuah sistem yang memiliki
pola tertentu, maka jelas dalam suatu bahasa akan terdapat adanya subsistem di
dalamnya. Subsistem ini mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Menurut Keraf (2001) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota


masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kembali
pada konsep individu yang hidup di tengah masyarakat sebagai makhluk sosial, maka
tentu saja membutuhkan adanya kemampuan komunikasi bahasa dengan sesama
individu supaya sifat sosial tersebut dapat terlaksana. Kemudian, menurut Chaer (2009),
berpendapat bahwa bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi,
sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu.
Beberapa pakar linguistik lainnya juga menyatakan bahwa bahasa “berjalan” sebagai
suatu sistem lambang yang bersifat arbitrer. Seluk-beluk Bahasa menyangkut fungsi
Bahasa, tingkatan Bahasa serta ciri dan sifat Bahasa

2.1.3 Fungsi Bahasa

Dalam arti yang paling sederhana “fungsi” dapat dipandang sebagai padanan
kata “penggunaan”. Dengan demikian, bila berbicara tentang fungsi bahasa dapat
diartikan cara orang menggunakan bahasa mereka atau bahasa- bahasa mereka bila
mereka berbahasa lebih dari satu bahasa Halliday (dalam Chaer, 2004: 20). Fungsi
bahasa akan terlihat apabila orang menggunkan bahasa lebih dari satu bahasa.
Penggunaan bahasa merupakan fungsi bahasa, apabila bahasa itu digunakan maka akan
mempunyai fungsi bahasa. Nababan (1984 : 38-45) juga merumuskan fungsi bahasa
menjadi empat, yaitu fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan,
dan fungsi pendidikan. Dari empat fungsi diatas Nababan dapat menjelaskan dan
memberikan contohnya sebagai berikut.

1.Fungsi Kebudayaan
Bahasa berfungsi sebagai sarana perkembangan kebudayaan, jalur penerus
kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Seseorang belajar dan mengetahui
kebudayaan kebanyakan melalui bahasa. Artinya, kita belajar hidup dalam masyarakat
melalui dan dengan bantuan bahasa. Dengan kata lain, suatu kebudayaan dilahirkan
dalam perorangan kebanyakan dengan bantuan bahasa. Contohnya, seorang anak yang
memberikan sesuatu dengan tangan kiri kepada ibunya mungkin dipukul tangannya
untuk menunjukan bahwa itu tidak baik, tetapi lazim juga kalau pukulan tangan itu
disertai peringatan bahwa “ tidak baik memberikan dengan tangan kiri”. Dan lebih
lazim lagi apabila ajaran itu diberikan hanya lisan saja tidak dengan pukulan.

2.Fungsi Kemasyarakatan

Bahasa menunjukan peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat.


Terbagi dua, yaitu berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan fungsi pemakaian.
Berdasarkan ruang lingkup, mengandung bahasa nasional dan bahasa kelompok. Bahasa
nasional dirumuskan oleh Halim (1976) berfungsi sebagai lambang kebanggaan
kebangsaan, lambang identitas bangsa, dan bagi negara- negara yang beraneka suku,
bahasa, dan kebudayaan sebagai alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai
latar belakang sosial budaya dan bahasa, 26 sebagai alat penghubung antardaerah dan
antarbudaya. Seperti pada bahasa nasional Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda.

3.Fungsi Perorangan

Halliday (dalam Nababan 1984: 42), dia membuat klasifikasi kegunaan


pemakaian bahasa atas dasar observasi anaknya sendiri. Klasifikasi itu untuk bahasa
anak-anak kecil terdiri dari enam fungsi; instrumental, menyuruh, interaksi,
kepribadian, pemecahan masalah, dan khayal. Fungsi instrumental terdapat dalam
ungkapan bahasa, bahasa bayi untuk meminta sesuatu (makan, barang, dan sebagainya)
fungsi menyuruh ialah ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat sesuatu ”letakkan
itu diatas meja” , fungsi interaksi terdapat dalam ungkapan yang menciptakan sesuatu
iklim untuk hubungan antar pribadi; “apa kabar?, terimakasih”, fungsi kepribadian ialah
ungkapan yang menyatakan atau mengahkiri partisipasi; “saya senang dengan
permainan ini”, fungsi pemecahan masalah ialah terdapat pada ungkapan yang meminta
atau menyatakan jawab kepada suatu masalah atau persoalan; “coba terangkan
bagaimana cara kerjanya!”, fungsi khayalan ialah ungkapan yang mengajak pendengar
untuk berpura-pura seperti pada anak-anak kalau bermain rumah-rumahan atau sekolah-
sekolahan banyak bentuk kesusastraan yang mempunyai fungsi kebahasaan ini.

4.Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan itu ada empat, yaitu fungsi integratif, fungsi instrumental,
fungsi kultural, dan fungsi penalaran. Fungsi integratif memberikan 27 penekanan pada
penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi
anggota dari suati masyarakat. Fungsi instrumental aialah penggunaan bahasa untuk
tujuan mendapat keuntungan material, memperoleh pekerjaan, dan meraih ilmu. Fungsi
kultural ialah penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai sesuatu
sistem nilai dan cara hidup atau kebudayaan sesuatu masyarakat. Fungsi penalaran ialah
lebih menekankan pada penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan mengerti serta
menciptakan konsep- konsep.

2.1.4 Tingkatan Bahasa

Martin Joos (dalam Chaer,1995: 92-94) membagi fungsiolek dalam bahasa


inggris berdasarkan tingkat formal atas lima tingkat. Tingkatan ini sering disebut style
atau gaya bahasa. Kelima tingkatan itu yaitu frozen, formal, consultative, casual, dan
intimate. Dalam bahasa Indonesia berturut turut berarti ragam beku, resmi, usaha,
santai, dan akrab.

1.Ragam Beku

Ragam beku adalah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam
situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Ragam beku ini juga terdapat
dalam dokumen-dokumen bersejarah seperti undang-undang dasar dan dokumen
lainnya. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara
mantap, tidak dapat diubah. Berikut ini ciri-ciri ragam beku. a. Struktur gramatikalnya
tidak dapat diubah b. Susunan kalimatnya biasanya panjang-panjang, bersifat kaku, dan
kata- katanya lengkap c. kosa kata yang biasa digunakan : bahwa, maka, dan
sesungguhnya Sebagai contoh ragam beku dapat kita lihat dalam alenia 1 Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak setiap
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan peri kamanusiaan dan peri keadilan”. Ragam beku juga dapat ditemukan
dalam ungkapan tradisional berbahasa Jawa seperti paribasa, bebasan dan saloka.
Ketiganya memiliki bentuk dan 22 makna yang tetap dan tidak dapat diubah-ubah.
Salah satu contoh dalam paribasan :emban cindhe emban siladan yang maknanya pilih
sih atau pilih kasih.

2. Ragam Resmi

Ragam resmi adalah ragam baasa yang digunakan dalam pidato-pidato resmi
seperti pidato kenegaraan, rapat dinas atau rapat resmi pimpinan suatu badan. Bentuk
tertulis, ragam ini dapat ditemukan dalam surat menyurat dinas, khotbah, buku-buku
pelajaran, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditentukan secara mantap
sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam baku atau
standar yang digunakan dalam situasi resmi. Contoh pada pembukaan pidato.
“Assalamualaikum, bapak/ibu staf Dinas Pendidikan ingkang kinurmatan. Sumangga
kita sedaya kunjukaken puja lan puji syukur dhumateng Allah SWT ingkang maringi
rahmat saha hidayahipun saengga kita sedaya saget kempal wonten acara rapat siang
menika tanpa alangan menapa kemawon.”

3. Ragam Usaha

Ragam usaha adalah ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan-


pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi
kepada hasil atau produksi, dengan kata lain ragam bahasa ini berada pada tingkat yang
paling operasional. Wujud ragam usaha ini berbeda di antara ragam formal dan ragam
informal atau ragam resmi. Contoh ragam usaha pada sekolah yang sedang
memperkenalkan resep makanan yang baru: “Wonten pepanggihan siang menika kita
kelompok ekstrakurikuler saking boga badhe ngaturi pirsa menawi kelompok kita
menika gadhah resep enggal 23 inggih menika cake pohong. Supados para kanca sami
mangertos raosipun sumangga dipun aturi dhahar cake pohong ingkang sampun
cumawis menika”.

4. Ragam Santai
Ragam santai adalah ragam bahasa yang santai antar teman dalam berbincang-
bincang, rekreasi, berolah raga, dan sebagainya. Berikut ini adalah ciri-ciri ragam santai.
1) Kosa kata banyak memakai unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah. 2) Banyak
memakai bentuk alegro. 3) Memakai kata ganti tidak resmi. 4) Sering kali tidak
memakai struktur morfologi dan sintaksis yang normatif. Menurut Poedjosoedarmo
(1978: 12) dalam ragam santai mempunyai kelainan-kelainan tertentu bila dibandingkan
dengan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi atau formal. Kelainan itu seperti
pemakaian kalimat yang tidak lengkap atau berbenuk kalimat inversi. Bahasa yang
digunakan dalam berbicara dengan lawan bicaranya juga sangat santai karena keakraban
antara penutur dan lawan bicaranya. Contohnya :

X: “ Din kowe rep nandi ya?” (Din kamu mau kemana ya?)

Y: “aku arep nang pasar, arep tuku sandal. Njo tak jak nek gelem” (aku mau ke pasar,
mau beli sandal. Ayo tak ajak kalau mau)

Dalam percakapan diatas terlihat bahwa bahasa yang digunakan dalam percakapan
tersebut menggunakan ragam santai, terlihat pada pemakaian kata tak jak’aku ajak’
kosakata yang digunakan tidak lengkap seharusnya tak ajak’aku 24 ajak’. Ragam bahasa
yang digunakan di atas menggunakan ragam bahasa santai atau casual.

5. Ragam Akrab

Ragam akrab adalah ragam bahasa antar anggota yang akrab dalam keluarga
atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang
terang, tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek. Hal ini disebabkan oleh
adanya saling pengertian dan pengetahuan satu sama lain. Dalam tingkat inilah banyak
dipergunakan bentuk-bentuk dan istilah-istilah (kata-kata) khas bagi keluarga atau
sekelompok teman akrab. Contohnya percakapan antar anak dengan ibu yang meminta
ibunya untuk mengambilkan makanan hanya dengan ucapan “Bu maem”, dengan
kalimat pendek tersebut ibu sudah memahami maksud dari anaknya yaitu meminta
untuk mengambilkan makanan.

2.1.5 Ciri dan Sifat Bahasa


Dalam defenisi yang dikemukakan di atas itu, tersirat beberapa ciri atau sifat
yang hakiki dari bahasa. Ciri atau sifat bahasa itu, berdasarkan Chaer (1994) dijelaskan
seperti berikut ini.

A. Bahasa adalah sistem

Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna dan berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang
satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional. Begitu juga sistem bahasa, bahasa
terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut
pola tertentu dan membentuk satu kesatuan. Sehubungan dengan hal ini, Samsuri (1983)
menegaskan bahwa bahasa itu merupakan kumpulan aturan, pola, atau kaidah yang
secara singkat disebut dengan sistem.

B. Bahasa itu berwujud lambang

Bahasa adalah lambang (simbol), lambang-lambang bahasa diwujudkan dalam


bentuk bunyi, yang berupa satuan-satuan bahasa, seperti kata atau gabungan kata. Jadi,
kata sebagai satuan bahasa itu disebut lambang. Mengapa disebut lambang, tidak
disebut tanda, karena lambang bersifat arbitrer, tidak ada hubungan wajib antara
lambang bahasa yang berwujud bunyi (k u d a) misalnya, dengan benda yang
dirujukkannya yaitu seekor binatang berkaki empat yang biasa dikendarai (tidak ada
hubungan sama sekali). Lambang atau simbol tidak bersifat alamiah atau langsung.
Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional. Untuk memahami lambang
ini tidak ada jalan lain selain harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal
lambang itu, tidak akan tahu apa-apa dengan arti lambang itu, sebab pada segi lain
mungkin barang yang sama dipakai untuk menandai atau melambangkan hal yang lain.
Sebagai contoh, bendera negara kita Sang Merah Putih, bagi bangsa lain tidak akan
mengerti maksudnya bahwa merah lambang keberanian, putih lambang kesucian,
kecuali bagi yang sudah mempelajarinya, lalu mengapa ditetapkan Sang Merah Putih
sebagai bendera negar kita, ini didasarkan pada konvensi para pejuang atau tokoh
bangsa kita. Begitu juga dengan lambang padi dan kapas atau lambang lainnya yang ada
dalam gambar Burung Garuda sebagai lambang negara kita, tentu tidak akan dapat
dipahami , kecuali kalau telah dipejari.
C. Bahasa adalah bunyi

Bunyi yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia, tapi tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
termasuk bunyi bahasa. Bunyi seperti bersin, batuk-batuk, teriak, bunyi orokan bukan
termasuk bunyi bahasa, meskipun dihasilkan oleh alat ucap manusia, karena bunyi-
bunyi itu tidak mengikuti bunyi dalam sistem bahasa. Bunyi-bunyi itu terjadi dengan
tidak disadari serta tidak dapat menyampaikan pesan dengan tepat.

D. Bahasa itu bermakna

Seperti yang telah dikemukakan, bahasa itu adalah sistem lambang yang
berwujud bunyi (ujaran) yang dihasilkan alat ucap manusia. Suatu lambang tentu ada
yang dilambangkan yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran
yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi bahasa. Jadi, lambang-lambang bunyi
bahasa itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka bahasa itu dikatakan
bermakna. Seperti contoh di atas, lambang bahasa yang berwujud bunyi (k u d a),
lambang ini mengacu pada konsep sejenis binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai.

E. Bahasa itu arbitrer

Bahasa itu arbitrer artinya tidak ada hubungan yang bersifat wajib antara
lambang bahasa yang berwujud bunyi itu dengan sesuatu yang dilambangkan beserta
konsep atau pengertiannya. Contoh, masyarakat Indonesia menyebut sesuatu benda
yang terbuat dari papan yang digunakan untuk menulis dengan sebutan papan tulis,
masyarakat Inggris menyebutnya dengan blackboard (walaupun kadang-kadang papan
tulis itu dicat selain warna hitam), masyarakat arab menyebutnya dengan assaburatun,
dan masyarakat Jawa mungkin menyebutnya blabak. Mengapa masayarkat bahasa
menyebut benda yang sama dengan sebutan yang berbeda? Jawabannya adalah karena
adanya sifat arbitrer (kesewenangan) bahasa. Andaikan tidak bersifat arbitrer, tentu
bahasa di dunia ini sama, padahal kenyataannya bahasa itu sangat beraneka ragam
(Kelompok Studi, 1991:110).

F. Bahasa itu konvensional


Bahasa itu konvensional artinya, meskipun penggunaan lambang bunyi dengan
yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang suatu konsep
haruslah merupakan kesepakatan (konvensional) pemakainya atau masyarakat
bahasanya. Masyarakat bahasa harus mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu
digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya, kalau misalnya, suatu benda yang
terbuat dari papan, yang digunakan untuk menulis secara arbitrer dilambangkan dengan
bunyi (p a p a n t u l i s), maka masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya, kalau
tidak dipatuhi atau menggantinya dengan lambang lain, maka komunikasi antara
masyarakat akan terhambat, bahasa yang digunakan tidak dapat dipahami oleh penutur
bahasa yang lain, dan konvensi yang sudah disepakati itu tidak berlaku lagi.

G. Bahasa itu produktif

Bahasa itu dikatakan produktif maksudnya, walaupun jumlah unsur-unsur


bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat disusun
satuansatuan bahasa yang jumlahnya relatif tidak terbatas, sesuai dengan sistem yang
berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Contoh, bahasa Indonesia mempunyai 30
buah fonem, tetapi dapat digunakan untuk menciptakan ribuan kata yang mengandung
fonem itu. Contoh lain, dalam bahasa Indonesia ada lima pola kalimat dasar yang dapat
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat lain yang jumlahnya relatif tidak terbatas.

H. Bahasa itu bersifat unik di samping universal

Bahasa itu unik artinya, setiap bahasa memiliki sistem yang khas serta spesifik
yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Sistem yang khas itu, menyangkut sistem
bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem yang
lain. Sebagai contoh, salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah tekanan kata tidak
bersifat morfemis, melainkan bersifat sintaksis. Dalam bahasa Indonesia, kalau pada
kata tertentu dalam kalimat diberikan tekanan, maka makna kata yang diberi tekanan itu
tetap, yang berubah adalah makna kalimat secara keseluruhan. Di samping sifat unik
atau khas, bahasa memiliki sifat-sifat bahasa yang dimiliki bahasa lain yang bersifat
universal, yakni ciri-ciri yang sama-sama dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia.
Keuniversalan itu di antaranya dapat dipahami dari bahasa itu berupa ujaran, maka ciri
universal dari bahasa yang paling umum bahwa bahasa itu mempunyai bunyi yang
terdiri dari vokal dan konsonan. Namun, berapa banyak vokal dan konsonan yang
dimiliki bukanlah persoalan keuniversalan bahasa.

I. Bahasa itu dinamis

Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dengan manusia, segala kegiatan


dan gerak manusia tidak pernah lepas dari kegiatan berbahasa, tidak ada kegiatan
manusia yang tidak disertai dengan bahasa, bahkan, dalam bermimpi pun manusia
menggunakan bahasa. Oleh karena itu, sejalan dengan perubahan kehidupan atau ilmu
pengetahuan manusia (masyarakat penutur bahasa), maka bahasa itu juga menjadi ikut
berubah, menjadi tidak tetap atau tidak statis. Keadaan inilah yang membuat bahasa itu
bersifat dinamis.

J. Bahasa itu manusiawi dan bervariasi

Bahasa itu bersifat manusiawi, artinya bahasa itu hanya milik manusia dan
hanya dapat digunakan oleh manusia. Manusia sering disebut sebagai homo sapien
(makhluk yang berpikir), homo sosio (makhluk yang bermasyarakat), homo faber
(makhluk pencipta alat-alat), animal rationale (makhluk rasional yang berakal budi).
Manusia dapat memikirkan, apa saja yang lalu, yang kini atau yang masih akan datang
serta menyampaikan kepada pihak lain dengan alat komunikasi yang dimiliki manusia,
yaitu bahasa
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bahasa adalah lambing bunyi bebas yang bersifat arbiter, digunakan oleh para
anggota kelompok social untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri. Sosiolinguistik memandang Bahasa sebagai tingkah laku social yang dipakai dalam
komunikasi social. Nababan merumuskan fungsi Bahasa menjadi empat yaitu fungsi
kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan, dan fungsi Pendidikan.
Bahasa juga memiliki tingkatan. Martin Joos mengemukakan 5 tingkatan Bahasa yaitu,
ragam beku, resmi, usaha, santai, dan akrab. Bahasa pula memiliki ciri atau sifat-sifat
antara lain, Bahasa adalah system, Bahasa itu berwujud lambang, Bahasa adalah bunyi,
Bahasa itu bermakna, Bahasa itu arbiter, Bahasa itu konvensional, Bahasa itu produktif,
Bahasa itu bersifat unik di samping universal, Bahasa itu dinamis, serta Bahasa itu
manusiawi dan bervariasi.

3.2 Saran

Sebagaimana yang sudah di cantumkan dalam pembahasan ini, sudah


seharusnya kita mempelajari hal-hal yang seharusnya juga kita tahu tentang
kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

https://www.HaloEdukasi.com Ilmu Linguistik: Pengertian - Sejarah dan Cabangnya –

https://www.gramedia.com Hakikat Bahasa: Sifat, Fungsi, dan Keistimewaan Bahasa


Sebagai Alat Komunikasi Manusia. Gramedia Literasi.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Martin, J. R. (1992). English Text: System and Structure. Philadelphia/ Amsterdam:


John Benjamins Publishing Company

Richards, J., Platt, J. & Weber, H. (1985). Longman Dictionary of Applied Linguistics.
Harlow: Longman.

Samsuri. 1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai