Anda di halaman 1dari 4

Masuk dalam upaya yang dilakukan

https://gerokgak.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/59-pengertian-panca-yadnya-bagian-
bagiannya-beserta-contohnya

Dharma memerlukan upaya untuk melakukannya, melaksanakan dharma dipengaruhi oleh faktor
pikiran dalam proses penerapannya, sebenarnya banyak sekali upaya yang dapat kita lakukan dalam
proses penerapan dharma. Dharma sendiri sebenarnya erat kaitannya dengan Yadnya dimana sama
sama melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan, berbuat dharma merupakan salah satu cara
untuk membayar hutang yang telah kita bawa sejak lahir, dalam agama hindu terdapat ajaran yang
bernama panca Yadnya.

Panca yadnya berasal dari 2 suku kata yaitu kata Panca dan Yadnya, panca berarti lima dan yadnya
yang berasal dari kata yaj yang berarti korban suci tulus ikhlas, Panca yadnya artinya lima korban suci
tulus ikhlas, dimana pada saat penerapannya tidak menerapkan imbalan.

Dalam melaksanakan yadnya kita juga harus mengetahui apa saja syarat-syarat dari yadnya.
Adapun syarat dari yadnya sebagai berikut : 

1. Kita melaksanakan yadnya berdasarkan tulus ikhlas dengan kesucian hati tidak boleh
dengan terpaksa.
2. Kita melaksanakan yadnya berdasarkan dengan cinta kasih yang di wujudkan dengan rasa
bhakti yang tulus, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada binatang maupun tumbuh-
tumbuhan, beserta cinta terhadap lingkungan sekitar kita.
3. Kita melaksanakan yadnya berdasarkan kemampuan kita bila sedikit ekonomi yang kita
miliki, jangan terlalu mewah supaya tidak merasa beban dalam menjalankan yadnya.
4. Kita melaksanakan yadnya berdasarkan kewajiban kita karena kita sudah diberkati hidup.

1. DEWA YADNYA

pada saat kita lahir, kita memiliki hutang kepada sang pencipta, dimana kita diberi kesehatan,
keselamatan dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kita terdahulu dengan hidup kembali di
dunia, Dewa yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci dengan tulus iklas yang di
tujukan kepada sang pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) beserta dengan manifestasinya dalam
bentuk TRI MURTI. Dewa Brahma sebagai pencipta alam semesta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara
isi dari alam semesta, dan Dewa Siwa sendiri sebagai pelebur atau praline dari alam semesta.

Adapun ketentuan-ketentuan yang di ketahui dalam melaksanakan Dewa Yadnya:


a. Tempat pelaksana dewa yadnya di tempat yang bersih dan memiliki suasana suci seperti pura.
b. Memiliki sanggah surya sebagai pengganti padmasana 
c. Menghaturkan sesajen dengan bahan utama terdiri dari api, air bersih, buah dan bunga.

Contoh-contoh pelaksanaan Dharma dalam konteks Dewa Yadnya dalam kehidupan:

1. Membantu membersihkan tempat suci


2. ikut serta dalam menjaga keamanan, kesucian dan keamanan pada tempat suci
2. PITRA YADNYA

pada saat kita baru lahir juga kita memiliki hutang kepada orang tua yang harus di bayar. Pitra
Yadnya adalah suatu bentuk persembahan atau korban suci yang di tujukan kepada roh-roh para
leluhur dan bhatara-bhatara karena mereka lah yang membuat kita ada di dunia hingga kita dewasa.
Pitra yadnya ini bertujuan menyucikan roh-roh para leluhur agar mendapatkan tempat yang layak di
kahyangan.

Contoh-contoh pelaksanaan dharma dalam konteks pitra yadnya.

1. Membantu orangtua dalam melaksanakan pekerjaan rumah.


2. Mendengarkan serta melaksanakan nasehat dari kedua orang tua

RSI YADNYA

Rsi Yadnya adalah suatu bentuk persembahan karya suci yang di tujukan kepada para rsi, orang suci,
pinandita, pandita, sulinggih, guru, dan orang suci yang berhubungan dengan agama hindu. Rsi
adalah orang-orang yang bijaksana dan berjiwa suci. Sulinggih maupun guru juga termasuk orang
suci karena beliau orang bijaksana yang memberikan arahan kepada siswa-siswi nya. 

Contoh-contoh penerapan dharma dalam konteks Rsi yadnya.

1. Memberi sesari kepada orang suci


2. Melakukan dana punia

Manusa Yadnya

Manusa yadnya adalah korban suci tulus ikhlas kepada sesama manusia. Kita semua mengetahui
bahwa manusia merpuakan mahluk sosial, dimana manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk
hidup. Ketika kita membantu sesama manusia sebenarnya kita sedang membantu diri kita sendiri.
Dalam ajaran agama hindu terdapat istilah karma phala yang berarti timbal balik, pada saat kita
membantu orang lain, percaya atau tidak percaya, perbuatan baik kita nantinya akan dibalas suatu
hari nanti.

Contoh penerapan dharma dalam konteks manusa yadnya

1. Menolong orang yang sedang kesusahan


2. Menggalang dana untuk membantu korban bencana alam

Bhuta yadnya

Bhuta yadnya adalah suatu upakara/upacara suci yang ditujukan kepada bhuta kala atau
makluk bawah . Bhuta kala adalah kekuatan yang ada di alam yang bersifat negative yang
perlu dilebur agar kembali kesifat positif agar tidak mengganggu kedamaian hidup umat
manusia yang berada di bumi dalam menjalankan aktifitasnya.
Contoh penerapan dharma dalam konteks bhuta yadnya

1. Mebanten saiban
2. Melakukan prosesi upacara yang dilakukan kepada para bhuta seperti mecaru.

Faktor” pendorong serta penghambat

https://kemenag.go.id/read/tri-kaya-parisudha-dan-toleransi-umat-beragama-kdewq

Dalam penerapan Dharma di kehidupan, kita pastinya menemukan suatu faktor pendorong maupun
penghambat proses penerapan dharma itu sendiri, faktor-faktor tersebut biasanya akan mengubah
pola pikir kita, menjadikan suatu hambatan atau bias saja menjadi suatu dorongan kita dalam
keikhlasan utuk berbuat Dharma. Ketika kita ingin melakukan Dharma kita harus menyucikan pikiran
kita, melakukan Dharma harus didasari dengan pikiran dan ketulusan hati, tidak mengharapkan
imbalan ataupun timbal balik. Terkait pengendalian pikiran, dalam pustaka Sarasamuccaya sloka 80
dikatakan: Ikang manah ngarannya, ya tika witning Indriya, maprawerti ta ya ri subha asubha
karma, matanngian ikang manah juga prihen kartiinya sekareng. (Yang disebut pikiran itu adalah
sumber dari segala nafsu. Pikiran itu dapat membuat manusia bisa berbuat baik ataupun buruk.
Maka dari itu, sesegera mungkin kendalikanlah pikiran kita itu. Jadi sangat penting kita
mengendalikan pikiran kita terlebih dahulu). Melakukan Dharma ketika tidak dilandaskan dengan
pikiran yang suci maka, dharma itu sendiri akan sia-sia.

Faktor-faktor pendorong serta penghambat penghambat penerapan dharma muncul melalui pikiran
orang yang akan berbuat dharma itu sendiri, ketika pikiran negative menguasai diri, akan timbul
maksud yang berbeda dengan keinginan awal untuk melaksanakan Dharma.

Dalam agama hindu, memiliki suatu ajaran yang bernama Tri Kaya Parisuda, dimana ajaran Tri Kaya
Parisuda berasal dari Bahasa sansekerta, terdiri atas tiga suku kata yaitu Tri, kaya dan Parisuda, Tri
berarti tiga, Kaya berarti perbuatan dan Parisuda berarti disucikan. Maka Tri Kaya Parisuda memiliki
arti tiga perbuatan yang disucikan, Tri kaya Parisuda juga memiliki bagian-bagian ajaran diantaranya
adalah: Manacika, wacika, dan kayika

Manacika Artinya berfikir yang baik dan benar atau suci, setiap tindakan berawal dari pikiran oleh
sebab itu berusaha untuk berfikir yang positif, ketika Dharma dilakukan dengan pikiran yang positif
maka akan tercapai tujuan Dharma yang sebenarnya, tanpa memikirkan untuk memperoleh bayaran
ataupun imbalan

Wacika Artinya berkata yang benar dan baik, setiap orang lebih suka mendengar perkataan yang
benar dan jujur walau kadang menyakitkan, tetapi sakitnya hanya sesaat. Berusahalah untuk tidak
mengeluarkan kata-kata yang tidak terpuji agar tidak merusak atau menyakiti hati orang, Berkata
yang suci ataupun benar merupakan salah satu cara agar dharma kita di terima oleh orang lain,
ketika kita tidak berkata-kata dengan baik maka seberapa besar pun Dharma yang kita lakukan
kepada seseorang, maka akan ditolak mentah-mentah oleh orang tersebut, maka dari itu penting
bagi kita untuk menjaga perkataan pada saat berbuat Dharma

Kayika Artinya selalu berbuat atau bertingkah laku yang benar,melakukan perbutan yang benar dan
terpuji merupakan salah satu kewajiban kita sebagai manusia yang diberikan akal serta pikiran untuk
berbuat yang baik dan benar. Ketika kita bebuat Dharma kita harus mengutamakan etika dalam
berprilaku, tidak berprilaku yang sesuai dengan norma atau aturan yang ada, maka bisa saja kita
akan menemukan musuh, melakukan dharma tanpa etika akan sia-sia, perbuatan kita akan ditolak
oleh orang tersebut.

Pada dasarnya pikiran kita sendirilah yang merupakan faktor utama dalam penerapan dharma,
pikiran dapat menjadi faktor pendorong serta penghambat dalam proses penerapan Dharma,
tergantung bagaimana kita mengolah pola pikir kita sendiri, ketika kita sudah dapat mengontrol pola
pikir kita sendiri maka tidak aka ada faktor penghambat dalam proses penerapan Dharma.

Anda mungkin juga menyukai