Anda di halaman 1dari 10

HAKEKAT KEBENARAN MENURUT HUKUM HINDU

Disampaikan oeh : Putu Yudiartini


Naskah Utsawa Dharma Gita Tingkat Provinsi

OM SWASTYASTU

Yang Terhormat Para Dewan Juri,


Yang Kami Hormati Para Panitia Utsawa Dharma Gita,
Singkatnya Seluruh Peserta Lomba dan Hadirin yang berbahagia.

Pada kesempatan yang baik ini, ijinkanlah saya Putu Yudiartini sebagai perwakilan dari Timor
Tengah Selatan membawakan pesan dharma dengan tema “TATWA.” Topik yang saya ambil adalah
“Hakekat Kebenaran Menurut Hukum Hindu.”Namun sebelumnya marilah kita awali dengan doa :

OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAM


OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA,
Om Hyang widhi, Smoga atas perkenanan-Mu,
tiada halangan bagi hambamu atas pekerjaan yang hambamu lakukan hari ini,
dan semuanya boleh dapat berjalan dengan baik.

BAPAK, IBU UMAT SEDHARMA,

Secara kodrati manusia memiliki budaya ingin tahu dan tidak pernah puas akan sesuatu.
Hal ini dapat dibuktikan sejak Manusia masih bayi, ketika mulai melihat sesuatu yang menarik
perhatiannya, dia akan berusaha untuk mencoba mencari dam meraih apa yang menjadi pusat
perhatiannya itu. Saat Ia mampu untuk mengucapkan kata-kata, Dia akan selalu bertanya pada orang
terdekatnya, kepada Ayah dan Ibunya, kepada pembantu yang merawatnya, kepada orang yang lebih
tua usianya, kepada mereka yang lebih tahu.

Keingintahuan manusia itu sejalan dengan perkembangan usia dan perkembangan


intelektualitasnya. Dalam perjalanan yang sangat panjang , keingintahuan ini melahirkan falsafah,
kepercayaan atau keyakinan, yang kemudian diikuti dengan lahirnya ilmu pengetahuan. Ilmu
Pengetahuan mencoba memberi jawaban secara runtut, logis dan sistematis serta dapat diuji dan
dibuktikan kebenarannya. Sementara falsafah berupaya memberikan jawaban atas pertanyaan yang
tidak dapat dijelaskan secara ilmiah oleh ilmu pengetahuan. Dan keyakinan memberikan jawaban atas
keragu-raguan, atas hal yang belum terpuaskan dengan jawaban ilmu pengetahuan maupun falsafah.
Keyakinan mencoba memberi jawaban yang kemudian dipercaya sebagai suatu kebenaran. Berbicara
tentang kebenaran, kemanakah kita mencari kebenaran itu?

BAPAK, IBU UMAT SEDHARMA,

Dalam kitab Manawa Dharma Sastra II.6 Disebutkan :


Idhanim dharma pramana nyaha
Wedo khilo dharma mulam
Smerti cile ca tadwaidam
Acaras caiwa sadhunam
Atmanastutir ewaca

Artinya :
Seluruh pustaka suci weda (sruti) adalah sumber utama dari dharma, kemudian barulah
Smerti disamping sila(kebiasaan-kebiasaan baik) dan kemudian acara(tradisi) serta akhirnya
Atmanastuti yaitu kepuasan diri pribadi.
BAPAK, IBU UMAT SEDHARMA,

Demikian jelasnya bahwa Pustaka suci adalah sumber utama dari kebenaran. Karena Pustaka
suci itu bersumber dari Hyang Widhi yang disebut sruti, dan smerti berupa dharma sastra yang
merupakan sumber hukum Hindu sebagai rambu-rambu dalam mengarungi kehidupan ini. Selanjutnya
adat istiadat, prilaku terpuji atau kebiasaan dari orang suci juga merupakan suatu kebenaran yang
patut kita contoh, dan terakhir adalah Atmanastutir (rasa puas diri) tanpa menimbulkan kerugian orang
lain.

BAPAK, IBU UMAT SEDHARMA,

Sudahkah Anda melakukan prilaku yang terpuji? Yang bagaimanakah disebut sebagai
prilaku terpuji sebagaimana disebut sebagai sumber kebenaran itu? Prilaku terpuji dari orang yang
suci adalah prilaku yang bersumber pada 3 hal yakni pikiran, perkataan dan perbuatan sebagaimana
disebutkan dalam tri kaya parisudha. Idealnya apa yang dipikirkan itulah yang harus dikatakan, dan
apa yang dikatakan itu pula yang dilakukan. Namun dalam prakteknya bagi mereka yang mengingkari
kebenaran sering mengatakan yang tidak sebenarnya, apalagi prilakunya tidak sesuai dengan apa yang
dikatakannya. Perbuatan buruk akan menjadi baik, menjadi benar dimata orang yang mengingkari
kebenaran itu. Orang pintar dengan berbagai gelar kesarjanaannya kadang lupa akan kebenaran itu.
Kepintarannya disalahgunakan. Keputusannya telah menyengsarakan banyak orang demi menuruti
nafsu serakah yang memandang benar bagi dirinya sendiri. “Benar belum tentu baik dan baik belum
tentu benar”. Maksudnya adalah benar belum tentu baik bagi semua orang. Ada kalanya perbuatan
benar menjadi buruk dimata orang yang mengingkari kebenaran. Bagi seorang penjahat yang sedang
merampok orang lain dijalanan tanpa pikir panjang langsung saja menodongkan senjata api kepada
sasarannya dan yang ada di kepalanya adalah hanya hasil jarahannya, bukan sama sekali takut akan
hukum karma dan tidak pernah mau tahu perbuatan benar atau salah.

Contoh lain orang yang mengingkari kebenaran itu adalah adanya sekelompok kecil yang
berteriak atas nama kebenaran. Mereka berteriak lantang atas nama Tuhan mengobrak abrik dan
merubuhkan tempat ibadah. Mereka marah karena merasa Tuhannya dihina. Dan mereka mengaku
siap mati demi membela Tuhannya. Timbul suatu pertanyaan : Apa ya, Tuhan mesti dibela?
Memangnya Anda siapa? Memangnya Tuhan memerlukan pembelaan dari manusia yang berpikiran
sempit seperti itu? Apa ya, Tuhan itu bisa dihina oleh perbuatan manusia?

Bukankah dalam Narayana Upanisad 2 disebutkan :


Narayana evedam saravam
Niskalanko niranjano nirvikalpo
Nirakhyatah suddho deva eko
Narayana na dvitiyo’sti kascit

Artinya :

Ya Tuhan, dari engkau semua ini berasal dan kembali yang telah ada dan yang akan ada di
alam raya ini. Engkau maha gaib, mengatasi kegelapan, tak termusnahkan, maha
cemerlang, maha suci (tidak ternoda), tidak terucapkan, tiada duanya.

BAPAK, IBU UMAT SEDARMA,

Itulah kebenarannya. Kebenaran kalau Tuhan tidak terkalahkan, tidak terhinakan, dan
tidak ternodai oleh apapun. Tuhan tidak memerlukan pembelaan dari siapapun. Dan jangan takut dan
ragu, karena orang yang telah mengingkari kebenaran itu Tuhan sudah siapkan pahala apa yang akan
Ia petik sesuai dengan karmanya.Dan yakinlah bahwa Tuhan selalu berlaku adil bagi siapa saja dan
beliau selalu memerciki sinar sucinya terhadap insan yang benar-benar memujanya. Tuhan selalu
memberikan cahaya terang, memberikan jalan yang baik bagi orang yang dekat denganNya. Maka
dari itu Tuhan disebut sebagai kebenaran.

BAPAK, IBU UMAT SEDARMA,

Untuk membuktikan kebenaran Tuhan itu perlu suatu kebiasaan yang dapat dibiasakan.
Seperti contohnya kita Biasa makan nasi dengan daging, biasa makanan vegetarian, biasa makan roti,
biasa minum kopi, semuanya adalah prilaku yang dibiasakan.
Demikian juga prilaku hidup suci, setiap saat dibiasakan berpikir benar, jujur, bertindak sopan, bicara
santun, semua dapat dibiasakan dengan keyakinan bahwa “SATYAM EVA JAYATE” (Kejujuran pasti
menang) karena hidup adalah “perang” yang harus dimenangkan. Perang melawan kebodohan, perang
melawan kemiskinan, perang melawan ketidak-benaran,perang melawan hawa nafsu, perang
melawan kebiasaan buruk. Menangkanlah perang tersebut.

BAPAK, IBU UMAT SEDARMA,

Orang yang dapat memenangkan kejujuran akan selalu berada diatas kebenaran. Mereka akan
memperhatikan situasi dan kondisi dimana dia berada, dan mereka akan dapat mempertimbangkan apa
yang harus mereka buat. Seperti halnya pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IRD) sebuah Rumah
Sakit. Memberi pertolongan demi menyelamatkan nyawa seseorang harus diutamakan, prihal asal-
usul orang tersebut, entah dia seorang penjahat maupun orang baik diabaikan terlebih dahulu, yang
terpenting adalah melakukan kewajiban pelayanan medis demi kemanusiaan. Setelah semua prosedur
medis dilaksanakan, kemudian standar administrasi harus dilakukan agar asal usul si pasien dapat
diketahui. Jika pasien berstatus orang jahat, maka standard keamanan harus dilaksanakan, ada standar
prosedur yang harus dipahami terlebih dahulu.

BAPAK, IBU UMAT SEDHARMA,

Demikian hakekat kebenaran bagi orang yang berjalan diatas keyakinan, Keyakinan
yang berprinsip pada dharma agama. Dan Untuk meraih suatu kebenaran yang didasari atas keyakinan
menangkanlah pikiran anda terlebih dahulu. Karena dengan pikiran yang jernih, pikiran yang sehat
tanpa terkontaminasi dengan nafsu rajah dan tamas kita dapat menimbang, memfilter kebiasaan-
kebiasaan yang kita lakukan. Intinya berfikirlah terlebih dahulu sebelum berbuat.

BAPAK, IBU UMAT SEDHARMA,

Demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan smoga dapat bermanfaat bagi kita semua,
untuk itu, sebelum saya akhiri saya mohon maaf apabila ada tutur kata yang salah baik sengaja
maupun tidak sengaja yang kurang berkenan bagi Bapak, Ibu Umat sedharma sekalian. Dan akhirnya
pesan dharma ini saya tutup dengan parama shanti,

OM SANTI SANTI SANTI OM

DAFTAR PUSTAKA

Wiana, I Ketut. 2015. Weda Wakya IV Weda Memperbaiki Prilaku dan Kebiasaan Hidup.
Surabaya:Paramita

Samba, I Gede. 2013. Merajut Ulang Budaya Luhur Bangsa. Bandung:Yayasan Dajan Rurung
Indonesia
BERDANA PUNIA
Disampaikan oleh : Putu Yudiartini
Naskah Utsawa Dharma Gita Tingkat Provinsi

OM SWASTYASTU

Yang Terhormat Para Dewan Juri,


Yang Kami Hormati Para Panitia Utsawa Dharma Gita,
Singkatnya Seluruh Peserta Lomba dan Hadirin yang berbahagia.

Pada kesempatan yang baik ini, . Rasa bahagia tak terlukiskan menyelimuti hati saya manakala saya,
diperkenankan untuk menyampaikan pesan dharma sebagai wujud persembahan saya kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Sebagaimana anjuran yang tersirat didalam kitab suci Bhagawadgita, bahwa
apapun yang kita kerjakan jadikanlah sebagai persembahan kita kepada beliau. Untuk itu di hari yang
baik ini ijinkanlah saya Putu Yudiartini sebagai perwakilan dari Timor Tengah Selatan membawakan
pesan dharma dengan tema “SUSILA.” Topik yang saya ambil adalah “Berdaana Punia.”Namun
sebelumnya marilah kita awali dengan doa,

OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAM


OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA,

Om Hyang widhi, Smoga atas perkenanan-Mu,


tiada halangan bagi hambamu atas pekerjaan yang hambamu lakukan hari ini,
dan semuanya boleh dapat berjalan dengan baik.
Bapak, Ibu umat sedharma yang berbahagia,

Bapak, Ibu Umat Sedharma yang saya kasihi,

Hidup kita di muka bumi ini tidak terlepas dari pada pertolongan orang lain. Karena kita
adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain demi eksistensinya, betapapun sederhana
dan kecilnya pertolongan itu. Oleh karena itu apapun yang kita peroleh dalam kehidupan ini di sana
telah melekat sebagian jasa orang lain. Jasa-jasa orang lain yang melekat pada hasil yang kita peroleh
itu harus dikembalikan kepada mereka yang berhak. Inilah yang dilakukan secara sadar dalam bentuk
dana punia. Apakah yang dimaksud dengan dana punia? Sudahkah kita berdana punia? Apakah dana
punia ini hanya bisa dilakukan oleh orang kaya saja? Atau sebaliknya apakah yang berhak
mendapatkan dana punia itu hanya orang miskin saja?

Bapak, Ibu Umat Sedharma,

Dana punia menurut hukum Hindu merupakan salah satu ajaran yang harus dihayati dan
diamalkan. Sesuai dengan asal kata Dana Punia, dana yang berarti pemberian dan punia yang berarti
selamat, baik dan suci. Jadi pengertian Dana Punia adalah pemberian yang baik dan suci secara tulus
ikhlas sebagai salah satu bentuk pengamalan ajaran dharma. Dana Punia merupakan suatu sarana
untuk meningkatkan sradha dan bakti kita kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan sikap mental yang tulus kepada diri pribadi menuju kepada tujuan dari pada
hidup kita yaitu moksatham jagadhita ya ca iti dharma.

Bapak, Ibu Umat Sedharma,

Ajaran Dana Punia sangat berkaitan dengan ajaran Tattvam asi yang berarti aku adalah kamu,
kamu adalah aku. Disini kita semua adalah sama. Pandanglah, lihatlah setiap orang seperti diri kita
sendiri yang memerlukan pertolongan, bantuan, dan perlindungan untuk mewujudkan kebahagiaan
hidup yang harmonis. Karena manusia adalah makhluk sosial, yang senatiasa memerlukan bantuan
orang lain. Seperti yang di tuangkan dalam kitab suci Veda: “ Vasudhaivakutumbakam” yang artinya
semua makhluk adalah bersaudara.
Dengan memahami dan menghayati ajaran Tattvam asi dan apa yang tertuang dalam kitab suci weda
tersebut sudah semestinya kita saling tolong menolong terhadap sesama. Bila kita menjadi orang kaya
bantulah orang yang miskin (tidak mampu), Bila kita kuat bantulah orang yang lemah, dan Bila kita
berilmu bagilah ilmu itu yang sesuai dengan ajaran dharma. Karena sebagaimana disebutkan dalam
Swari wiwekananda ada 3 cara dalam berdana punia, yaitu
A. Dharma dhana
Artinya berdana punia kepada seseorang dengan cara memberikan nasehat atau
wejangan-wejangan kepada yang membutuhkan seperti orang tua memberi
nasehat kepada anaknya.
B. Vidya dana
Artinya berdana punia kepada seseorang dengan cara memberikan pendidikan
atau pengetahuan kepada yang membutuhkan seperti seorang guru mendidik
muridnya.
C. Artha dana
Artinya berdana punia kepada seseorang dengan cara memberikan sebagian
harta atau materi yang dimilikinya.

Bapak, Ibu Umat sedharma,

Dalam kitab Sanghyang Kahamayanikan dijelaskan juga tentang dana punia dibagi menjadi 3,
sebagai berikut :

a. Dana artinya pemberian berupa harta benda kepada yang membutuhkan.


b. Atidana artinya pemberian dengan hati yang tulus dan ikhlas walaupun mengorbankan
perasaan.
c. Mahatidana artinya dana punia dalam bentuk pemberian jiwa raga.

Bapak, Ibu umat sedharma,

Pemberian yang didasari dengan Punia,tidaklah semata-mata dalam wujud uang atau materi saja.
Dapat juga dalam bentuk tenaga , keahlian , dalam wujud waktu , dorongan moral , juga menahan
indria atau hawa nafsu .Yang terpenting adalah pemberian didasari dengan niat dan sikap mental yang
tulus pada diri pribadi kita, maka hal ini dapat mempermudah untuk membimbing diri kita menuju
kesempurnaan lahir bathin, yang akan mengantar kita mencapai surga dan bahkan mencapai Moksa
(kalepasan, bersatunya Sang Diri dengan Tuhan Yang Maha Esa).

Sebagaimana dalam kitab Bhagawadgita XVII.20 disebutkan :

Datavyam iti yad danam


Diyate nupakarine
Dese kale ca patre ca
Tad danam sattvikam smrtam

Artinya :

Sedekah yang diberikan tanpa mengharapkan imbalan, dengan keyakinan sebagai kewajiban
untuk memberikan pada tempat , waktu dan penerima yang berhak disebut sattwika.

Dari sloka tersebut dapat dikatakan bahwa dana punia yang bersifat sattwika adalah dana punia yang
didasari tulus ikhlas, kepada orang yang berhak menerima, dengan cara yang baik, sesuai dengan
kemampuan , tidak berlebihan(untuk pamer) dan pemberian yang diberikan didapat dengan jalan
dharma.

Bapak Ibu Umat sedharma,

Dengan memahami apa yang dimaksud dengan dana punia, timbul kembali pertanyaan,
Kepada siapa kita berdana punia? Perlu kita ketahui bahwa melakukan dana punia tidak selalu
diasosiasikan kepada orang yang miskin harta saja. Daana punia perlu diberikan kepada mereka yang
mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang sudah berlebihan menurut ukuran umum.
Mereka ini membutuhkan Dana punia berupa Dana punia hati nurani dengan cara dharma daana yaitu
memberikan saran saran yang jujur dan kritis sehingga dapat mengetuk hati nurani mereka yang
berkuasa. Sehingga mereka yang tergolong elit seperti penguasa dan mereka yang kaya dapat
membangun keadilan ekonomi, mampu memegang kekuasaan dipemerintahan secara adil dan
bijaksana. Sebagaimana diungkapkan dalam Manawa dharmasastra I. 86 bahwa kehidupan beragam
hindu lebih mengutamakan dana punia untuk mewujudkan swastya wahini yaitu peduli pada
pengembangan hidup sehat, widya wahini yaitu peduli pada pengembangan pendidikan yang
seimbang antara pendidikan rohani dan pendidikan duniawi dan praja wahini yaitu meningkatkan
kepedulian pada nasib sesama.

Bapak, Ibu Umat sedharma,

Berdaana punia bukanlah ajang pamer kekayaan. Mengapa hal itu dikatakan demikian? Karena
sebagian orang mereka berdana punia tidak sepenuhnya dilakukan secara ikhlas. Ada harapan-harapan
tertentu yang dibenarkan dibalik berdana punia itu. Seperti pembangunan pura contohnya. Mereka
berdana punia dengan tujuan agar mereka dapat pengakuan dalam statusnya, demikian juga agar Ida
Betara dapat mengatasi berbagai harapan hidupnya seperti kemelut keuangan, karier, jabatan dan
sebagainya. Tetapi saya yakin masih banyak umat kita yang berdana punia untuk pura sebagai wujud
sradda dan bhakti yang iklas kepada Sanghyang Widhi sebagai pengejawantahan dirinya sebagai umat
beragama. Masih banyak umat yang yang melakukan daana punia secara tulus dan ikhlas sebagai
wujud suatu perbuatan dharma.

Bapak, Ibu Umat sedharma,

Apa yang kita dapatkan setelah berdana punia? Dengan berdana punia, maka di dalam nurani
kita akan tumbuh:

 Semangat cinta kasih yang tulus dan murni bebas dari perbuatan himsa dan adharma .
 Rasa ikut berbahagia manakala orang lain berbahagia .
 Sikap tidak iri hati, bebas dari rasa benci dan dengki .
 Batin kita akan selalu tenang, damai dan berbahagia .
 Dan jika kita sudah meninggal, maka dana punia itu akan menjadi teman kita dan yang akan
menuntun kita di dalam perjalanan kita di dunia lain yang penuh di liputi kebahagiaan.

Bapak, Ibu Umat sedharma,

Kesimpulannya adalah berdana punia wajib dilakukan oleh setiap orang untuk menumbuh-
kembangkan sikap mental yang tulus serta meningkatkan kualitas diri kita, karena bentuk dana punya
tidak semata-mata berupa harta benda, tetapi juga berupa bentuk-bentuk prilaku yang mendidik dan
juga dapat berupa doa kepada seseorang yang membutuhkan. Untuk itu marilah kita mulai berdana
punia mulai hari ini dengan memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang lain sesuai kapasitas
masing-masing. Ingat, satu pemberian kecil bisa berdampak besar buat orang lain. Jadikanlah hal
tersebut sebagai sebuah kebiasaan, lalu lihatlah keajaiban-keajaiban yang terjadi dalam hidup masing-
masing, janganlah berdana punia untuk sekedar pamer semata.

Bapak, Ibu Umat Sedharma,

Demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat tutur, kata
yang salah yang kurang berkenan bagi Bapak, Ibu Umat Sedharma sekalian. Terimakasih semoga bisa
bermanfaat bagi kita semua. Saya aturkan paramasanti

OM SANTI SANTI SANTI OM

DAFTAR PUSTAKA

Wiana, I Ketut. 2015. Weda Wakya IV Weda Memperbaiki Prilaku dan Kebiasaan Hidup.
Surabaya:Paramita

Samba, I Gede. 2013. Merajut Ulang Budaya Luhur Bangsa. Bandung:Yayasan Dajan Rurung
Indonesia
MENGEMBALIKAN KESEIMBANGAN DIRI
Disampaikan oleh : Putu Yudiartini
Naskah Utsawa Dharma Gita Tingkat Provinsi

OM SWASTYASTU

Yang terhormat Para Dewan juri,


Yang kami hormati Panitia Utsawa Dharma Gita TK. Provinsi
Singkatnya seluruh peserta lomba dan Hadirin yang berbahagia,

Pada kesempatan yang baik ini, . Rasa bahagia tak terlukiskan menyelimuti hati saya manakala
saya, diperkenankan untuk menyampaikan pesan dharma sebagai wujud persembahan saya kepada
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sebagaimana anjuran yang tersirat didalam kitab suci Bhagawadgita,
bahwa apapun yang kita kerjakan jadikanlah sebagai persembahan kita kepada beliau. Untuk itu di
hari yang baik ini ijinkanlah saya Putu Yudiartini sebagai perwakilan dari Timor Tengah Selatan
membawakan pesan dharma dengan tema “UPACARA.” Dalam tema ini saya mengambil topik
”MENGEMBALIKAN KESEIMBANGAN DIRI.”

Bapak, Ibu Umat Sedharma yang saya hormati,

Dalam ajaran agama hindu disebutkan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai
suatu kebahagiaan dunia dan akhirat, kebahagiaan lahir dan bhatin sebagaimana disebutkan dalam
sloka “moksatham jagadhita ya ca ithi dharma.” Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka umat
manusia melaksanakan srada dan bhakti kehadapan Idha Sanghyang Widhi wasa, Tuhan Yang Maha
Esa. Melalui landasan srada dan bhakti itulah manusia berusaha memberikan dan menghaturkan yang
terbaik, yang termulia kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa melalui persembahan-persembahan
dalam bentuk upacara dan upakara. Sebagaimana disebutkan dalam Bhagawadgita IX.26 sebagai
berikut :

Patram puspam phala toyam


Yome bhaktya prayacchati
Tad aham bhaktyu pahrtam
Asnami prayatatmanah

Artinya :

Siapapun dengan kesujudannya mempersembahkan kepadaku daun, bunga, buah-buahan atau


air, persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari hati yang suci aku terima.

Bapak, Ibu Umat sedharma yang saya kasihi,

Dari sloka tersebut sudahlah jelas, bahwa dalam ajaran agama hindu umat manusia dibenarkan
mempersembahkan segala sesuatu sebagai wujud dari syukurnya atas karunia yang diberikan. Bentuk
persembahan itu ada bermacam-macam dan salah satunya dalam bentuk yang dikenal dengan nama
upacara. Bentuk upacara dan upakara dalam ajaran agama hindhu ada berbagai macam dan masing-
masing memiliki maksud dan tujuan tersendiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Salah satu
tujuan upacara ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan diri. Tujuan ini sengaja saya ambil
karena tujuan ini sama seperti yang telah saya alami sendiri yaitu empat bulan yang lalu salah satu
kerabat saya mengalami kecelakaan yang boleh dibilang cukup berat. Setelah dirawat di rumah sakit
dan dengan berbagai pengobatan akhirnya sembuh. Secara sepintas atau secara jasmaniah kita lihat Ia
sudah sembuh, Tetapi secara bhatiniah Ia belum dikatakan sembuh. Karena dalam kesendiriannya Ia
sering terlihat melamun sendiri, dengan tatapan yang kosong. Dan kadang-kadang bertindak beringas,
kadang-kadang menangis dan merasa ketakutan, kalau kita Tanya Ia bilang tidak tahu tetapi sepertinya
pada dirinya ada yang tidak lengkap. Akhirnya dari pihak keluarga berinisiatif menanyakan di Gria.
Di sana kami memproleh jawaban kalau anak ini memiliki prilaku yang tidak terkontrol karena
keseimbangan dirinya tidak ada. Dan untuk mengembalikan keseimbangan diri tersebut hendaknya
dibuatkan suatu upacara. Akhirnya dibuatkanlah suatu upacara, akhirnya kerabat saya inipun sembuh
dan dapat beraktifitas seperti biasanya.

Bapak Ibu Umat Sedharma,


Demikian faktanya jika seseorang yang usai mengalami musibah atau sesuatu yang
membuatnya syok, seseorang biasanya tampak gamang. Inilah yang mencirikan ada
ketidakseimbangan dalam dirinya. Pikirannya seakan akan kosong, karena apa yang ada dalam
dirinya terasa tidak lengkap. Beberapa bagian diri darinya tertinggal di tempat peristiwa yang
mengejutkan terjadi. Jika dibiarkan tanpa dilakukan suatu upacara, dapat membuat kehidupan
seseorang menjadi tidak normal. Untuk itulah perlunya diberikan upacara yang disebut ngulapin. Apa
yang dimaksud dengan ngulapin? Dan terdiri apa saja banten ngulapin tersebut? Apa tujuan serta
dimana dilakukan upacara pengulapan tersebut?

Bapak Ibu Umat Sedharma .

Kata ngulapin berasal dadi kata ulap. “Ulap adalah bahasa Jawa kuna dan juga bahasa Bali,
yang artinya silau. Silau yang dimaksudkan di sini adalah seperti keadaan mata ketika menatap
langsung atau memandang sebuah sinar. Kalau dijadikan kata majemuk menjadi ulap-ulap”. Ulap-ulap
dalam bahasa Indonesia berarti mamanggil dengan lambaian tangan. Jadi ngulapin dilakukan untuk
memanggil atau mengembalikan "bayu" yang ada pada diri seseorang yang telah mengalami
kejadian yang mengejutkan, sehingga bayu yang ada pada diri seseorang yang mengalami kecelakaan
dapat kembali dan hidup orang yang bersangkutan bisa kembali normal seperti sedia kala. Selain itu
Upacara ngulapin juga dilakukan untuk menyeimbangkan empat saudara yang ada dalam diri manusia
yang dikenal dengan sebutan catur sanak -- anggapati, rajapati, banaspati dan banaspati raja. Jika
seseorang terkejut, maka keempat saudara yang ada pada diri orang tersebut akan menjadi tidak
seimbang. Ketidakseimbangan inilah yang akan dikembalikan melalui berbagai sarana yang
digunakan dalam bentuk upacara ngulapin. Dengan demikian ngulapin memiliki tujuan untuk
mengembalikan bayu dan mengembalikan keseimbangan empat saudara yang ada dalam diri serta
bermakna pemulihan, sehingga tidak terjadi trauma berkepanjangan.

Bapak, Ibu Umat sedharma yang saya sucikan,

Untuk melaksanakan upacara ngulapin. sarana banten yang diperlukan tidaklah rumit. Banten
ngulapin terdiri dari:
 Pejati
 Sesayut pengambean
 Sanggah urip
 Tumpeng sebelas
 Banten soroan
 Penyeneng
 Lis buu
 Canang payasan.
Semua Banten ini diletakkan dalam sebuah niru yang sudah beralaskan taledan besar. Dan
pelaksanaannyapun tidak mesti langsung di tempat kejadian. Upacara ngulapin bisa dilakukan di
perepatan terdekat, yang artinya nyawang untuk memanggil bagian diri yang tertinggal di tempat
kejadian.

Bapak, Ibu Umat Sedharma yang saya kasihi,

Melihat tujuan dari pada ngulapin tersebut timbul suatu pertanyaan. Bagaimana halnya dengan
kecelakaan yang berujung maut atau kematian yang sengaja dikehendaki dengan melakukan jalan
pintas seperti bunuh diri, apakah perlu melakukan ngulapin sebagaimana ngulapin untuk memanggil
bayu sebagai wujud keseimbangan diri tersebut? Bapak, Ibu Umat Sedharma…, ngulapin juga penting
dilakukan pada mereka yang mengalami kematian dengan jalan yang tak wajar seperti salah pati (mati
yang tak terduga-duga atau yang tidak dikehendaki seperti kecelakaan) maupun ngulah pati (mati
karena sesat, yang mengambil jalan pintas, serta sengaja dikehendaki, yang sangat bertentangan
dengan ajaran agama Hindu seperti bunuh diri). Banten pengulapan tersebut dilakukan di tempat
kejadian, perempatan/pertigaan jalan dan cangkem setra. Banten pengulapan dipersatukan dengan
sawanya, baik mependem maupun atiwa-tiwa. Upacara pengulapan ini penting dilakukan agar roh
yang meninggal tak sampai tertinggal di tempat kejadian. Jika tanpa dilakukan pengulapan roh yang
bersangkutan akan tertinggal di sana, terkatung-katung dan tak bisa melanjutkan perjalanan ke alam
sunya.

Bapak, Ibu Umat Sedharma……,


Demikian pentingnya upacara ngulapin tersebut guna memanggil bayu dan empat saudara
yang ada dalam diri seseorang yang telah mengalami kejadian yang mengejutkan yang berakibat syok
berat bahkan sampai berujung kematian. Upacara ngulapin ini penting dilakukan karena merupakan
salah satu penjabaran agama yang bertujuan untuk keseimbangan hidup manusia yang pada
hakekatnya untuk mengembalikan keseimbangan diri. Dengan kembalinya keseimbangan dari
seseorang yang telah diberi upacara maka hal ini dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menata
hidup dan kehidupan sehingga Ia dapat lebih mawas diri. Dan itu semua kembali kepada diri kita
masing-masing. Jika kita dapat melaksanakan srada dan bhakti kita kehadapan Ida Sanghyang Widhi
dengan tulus, dan berjalan atas dharma agama serta mampu mengontrol diri maka keseimbangan diri
itu pastinya tetap terjaga.

Bapak, Ibu Umat sedharma yang saya hormati,

Demikian pesan dharma yang dapat saya sampaikan smoga bermanfaat bagi kita semua.
Sebelum saya akhiri saya mohon maaf apabila apa yang sudah saya sampaikan terdapat tutur kata
yang salah, yang kurang berkenan bagi Bapak, Ibu Umat sedharma sekalian. Dan akhirnya pesan
dharma ini saya tutup dengan parama shanty

.
OM SANTI SANTI SANTI OM

DAFTAR PUSTAKA

Pokja Psn, Tim 2012 Buku Pedoman Praktis Upakara (banten) dalam uppakara yadnya.
Jakarta : Yayasan Dharma Pinanditha

http://etabloidgalangkangin2.blogspot.co.id/2012/01/ngulapin-kembalikan-keseimbangan-diri.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai