Disusun oleh :
Pembimbing :
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga..........................................................................2
2.2 Anatomi dan Fisiologi Hidung..........................................................................6
2.3. Anatomi Dan Fisiologi Rongga Mulut dan Tenggorok......................................9
2.4. Corpus Alienum pada Telinga..........................................................................11
2.5. Corpus Alienum pada Hidung..........................................................................13
2.6. Corpus Alienum Pada Mulut dan Tenggorok...................................................14
2.7. Corpus Alienum Pada Faring................................................................................17
2.8 Corpus Alienum pada Esofagus............................................................................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
2
1
BAB I
PENDAHULUAN
Corpus Alienum atau benda asing pada telinga, hidung dan tenggorok
adakalanya merupakan masalah kesehatan keluarga, yang biasanya terjadi pada
anak-anak. Benda asing yang biasanya ditemukan berupa makanan, mainan,
peralatan rumah tangga yang kecil. Diagnosis pada pasien sering terlambat karena
biasanya tidak terlihat dan gejalanya tidak spesifik.
Benda asing pada bidang THT terjadi pada anak maupun dewasa dengan
atau tanpa penyakit mental. Pengeluaran benda asing dapat dilakukan dengan
melihat beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material, mudah
diambil (lembut dan ireguler) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat).
Sebuah penelitian pada tahun 2017 mengenai benda asing pada telinga,
hidung, dan tenggorok menunjukan bahwa 67.2% pasien THT merupakan pasien
dengan benda asing pada saluran Telinga, hidung, dan tenggorok. Gejala tersering
adalah gatal pada telinga, diikuti oleh nyeri telinga, sekret telinga, penurunan
pendengaran, rasa penuh di dalam telinga, telinga berdenging dan yang paling
jarang adalah perdarahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna), saluran telinga (canalis
auditorius externus) dan pada ujung terdapat gendang telinga (membran
timpani). Canalis auditorius externus berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas
telinga dalam regio 3000 Hz - 4000 Hz. Kanal ini berukuran panjang sekitar 2,5
cm dengan sepertiga adalah tulang rawan sementara dua pertiga dalamnya
berupa tulang. Kanal ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun telinga
ke atas dan ke belakang. Membran timpani berfungsi menyalurkan getaran di
udara ke tulang-tulang kecil telinga tengah. Tekanan suara yang melebihi 160 dB
dapat memecahkan gendang telinga. Apabila gendang telinga pecah, biasanya
dapat sembuh kembali seperti jaringan lainnya. Karena gendang telinga sendiri
terdiri dari sel-sel hidup.
Telinga tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung
4
Pinggir tuba eustachius juga termasuk dalam telinga tengah. Tuba Eustachius
menghubungkan ruangan pada telinga tengah ke kerongkongan. Dalam keadaan
biasa, hubungan tuba Eustachius dan telinga tengah tertutup. Dan terbuka ketika
mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat
terasa 'pekak sementara' ketika mendarat. Rasa 'pekak' tersebut disebabkan
karena perbedaan tekanan antara udara di dalam pesawat dan udara disekeliling
ketika mendarat. Tekanan udara di sekitar telah menurun, sedangkan tekanan
pada telinga tengah masih tekanan udara biasa. Perbedaan ini dapat diatasi
dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.
Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea, yaitu sebuah struktur kecil berbentuk
spiral berisi cairan. Ketika gendang telinga bergerak, osikulus di telinga tengah
menyebabkan stapes menekan membran lentur yang menutupi jendela oval
koklea dan menyalurkan tekanan ke cairan ke dalam koklea. Getaran ini
5
Fisiologi Pendengaran
satuan Pascal (Pa). Setelah melalui membran tympani, getaran tersebut akan
menggetarkan ketiga tulang pendengaran (maleus, incus, stapes). Pada saat
maleus bergerak, incus ikut bergerak karena maleus terikat kuat dengan inkus
oleh ligamen-ligamen. Artikulasi dari incus dan stapes menyebabkan stapes
terdorong ke depan pada cairan cochlear. Ketiga tulang pendengaran tadi
mengubah gaya kecil dari partikel udara pada gendang telinga menjadi gaya
besar yang menggerakkan fluida dalam koklea. Impedansi matching antara udara
dan cairan koklea ialah sekitar 1 kHz.
Pada telinga bagian dalam terdapat koklea dan di dalam koklea terdapat
membran basiliar yang bentuknya seperti serat panjangnya sekitar 32 mm.
Getaran dari tulang pendengaran diteruskan melalui jendela oval, yang kemudian
akan menggerakkan fluida sehingga membran basiliar ikut bergetar akibat
resonansi. Bentuk membran basiliar memberikan frekuensi resonansi yang
berbeda pada suatu bagian membran. Gelombang dengan frekuensi tertentu akan
beresonansi secara sempurna dengan membran basiliar pada titik tertentu,
menyebabkan titik tersebut bergetar dengan keras. Prinsip ini sama dengan nada
tertentu yang akan membuat garputala bergetar. Frekuensi tinggi menyebabkan
resonansi pada titik yang berada di dekat jendela oval dan frekuensi rendah
menyebabkan resonansi pada titik yang berada lebih jauh dari jendela oval.
Organ korti yang terletak di permukaan membran basiliar yang terdiri dari sel-sel
rambut ini akan mengubah getaran mekanik menjadi sinyal listrik. Laju firing
(firing rate) sel rambut dirangsang oleh getaran membran basiliar. Kemudian sel
saraf (aferen) menerima pesan dari sel rambut dan meneruskannya ke saraf
auditori, yang akan membawa informasi tersebut ke otak, yaitu korteks serebri
area pendengaran (area Boadmann 41 dan 42) dan disadari sebagai rangsang
pendengaran.
7
Hidung luar
Kavitas Nasi
Bagian dalam hidung terbagi menjadi dua rongga hidung oleh septum nasi.
Bagian yang terbuka di setiap sisi disebut vestibulum nasi, yang bersambung
dengan rongga utama hidung. Di bagian belakang, kedua rongga hidung bermuara
8
Sinus Paranasalis
Fisiologi Hidung
Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh lendir. Pada musim
panas udara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara
inspirasi oleh lendir, sedangkan pada musim dingin sebaliknya. Suhu udara yang
melalui hidung diatur sehingga berkisaran 37 derajat celcius. Suhu ini diatur oleh
pembuluh darah pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka
dan septum nasi. Partikel debu, virus, bakteri, dan jamur yang terhirup akan
disaring di hidung oleh rambut pada vestibulum nasi, silia, dan lendir. Debu dan
bakteri akan melekat pada lendir dan partikel-partikel besar akan dikeluarkan
dengan refleks bersin.
Hidung juga bekerja sebagai indera penghidu dan pengecap dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior, dan sepertiga atas
septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dari lendir dan
bila menarik nafas dengan kuat. Fungsi hidung juga membantu indera pengecap
membedakan suatu rasa dari berbagai sumber makanan, misalnya rasa manis dari
strawberi, jeruk, pisang, dan coklat.
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
10
Rongga Mulut
Rongga mulut dicapai melalui vestibulum oris. Vestibulum oris berbatasan
di sebelah frontal dan lateral dari bibir dan pipi, dan di sebelah dorsal dan medial
dari deretan gigi. Di belakang deretan gigi, rongga mulut terbentang hingga
mencapai isthmus fausium (lubang yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan) yang dibentuk oleh arkus palatini anterior dan merupakan daerah
peralihan menuju orofaring. Di sebelah atas, palatum durum dan palatum mole
berbatasan dengan uvula, dan juga membatasi rongga mulut dari rongga hidung
dan nasofaring. Pada dasar mulut yang tertutup, terdapat lidah. Bibir, pipi dan
mukosa palatum tidak terdiri atas epitel bertanduk. Di dalam mukosa, terdapat
juga sejumlah besar kelenjar liur seromukosa. Lidah hampir mengisi penuh
rongga mulut saat mulut tertutup. Lidah terdiri atas berbagai serabut otot yang
tertambat pada dasar mulut dan os hyoideum (tulang hyoid/lingual). Permukaan
lidah dilapisi dengan papil (tonjolan) kuncup kecap dan di belakang bersambung
dengan pangkalnya ke dalam faring. Batas antara dasar dan badan lidah terbentuk
oleh sulkus terminalis (bagian yang memisahkan anterior dan posterior lidah). Di
belakang sulkus terminalis terdapat tonsila lingualis. Frenulum lingua hanya dapat
terlihat bila ujung lidah terangkat. Frenulum ini menghubungkan sisi bawah lidah
dengan dasar mulut. Selain frenulum, terdapat karunkula di kiri dan kanan. Di
tempat tersebut, duktus ekskretorius kelenjar saliva sublingual dan submandibular
bermuara ke dalam dasar mulut.
11
Anatomi Faring
Faring terbagi menjadi tiga bagian anatomis:
1. Nasofaring: terbentang dari basis cranii hingga palatum molle dan
berbatasan di sebelah depan dengan koana.
2. Orofaring : terbentang dari palatum mole hingga tepi atas epiglotis dan
berlanjut ke arah depan ke dalam rongga mulut.
3. Hipofaring : berbatasan dengan tepi atas epiglotis di sebelah kranial, di
sebelah kaudal bersambung dengan esofagus setingkat lempeng belakang cincin
kartilago.
Nasofaring berfungsi sebagai sirkulasi udara. Sewaktu menelan, nasofaring
akan tertutup oleh palatum mole. Nasofaring dilapisi dengan epitel respiratorik
bersilia. Di dinding lateral, setiap corong telinga bermuara melalui ostium tuba ke
dalam nasofaring. Atap nasofaring dibentuk dari dasar sinus kuneiformis. Di
tempat tersebut dan di dinding belakang, terdapat tonsila faringealis [11].
Orofaring dilapisi dengan epitel tak bertanduk seperti pada hipofaring, karena
selain udara, makanan harus melewati daerah ini. Di antara arkus palatini terdapat
tonsila palatina. Dari pangkal lidah, terjulur lipatan mukosa yang menuju
epiglotis. Di antara lipatan tersebut terdapat valleculae epiglotticae. Epiglotis
bergerak ke bawah saat proses menelan dan dengan demikian menutup jalur ke
laring dan saluran napas. Hipofaring membentuk daerah peralihan dari faring ke
saluran cerna. Hipofaring membuka sewaktu menelan. Bila tidak membuka,
hipofaring terletak berdekatan dengan dinding belakang laring. Melalui recessus
piriformes, laring menonjol ke dalam hipofaring dalarn keadaan istirahat. Otot
internal faring dibentuk oleh meatus konstriktor faringes (otot konstriktor
faringis). Ketiga lapis otot tersebut berserta bagian kranialnya melekat pada basis
cranii melalui fascia faringobasilaris. Di bagian atas dan tengah, serabut otot
tersusun diagonal, sedangkan bagian bawah memperlihatkan susunan horisontal.
12
Gejala
Pada beberapa kasus benda asing di telinga tanpa gejala dan biasanya
ditemukan tidak sengaja. Pasien yang lain mungkin merasa nyeri telinga,
pendengaran berkurang, suara gaduh dalam telinga atau rasa penuh di telinga.
Kasus benda asing sering ditemukan pada anak berumur kurang dari 8 tahun.
Benda asing pada anak kecil sering berupa kacang hijau, manik, mainan,
karet penghapus, terkadang baterai. Sedangkan pada orang dewasa relatif sering
ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, kadang-kadang ditemukan
serangga kecil seperti kecoak, semut, dan nyamuk.
13
Diagnosa
Benda asing dalam telinga dapat dilihat langsung di dalam telinga dengan
menggunakan otoskop. Pada anak-anak perlu dicurigai adanya benda asing yang
jumlahnya lebih dari satu ataupun lubang lain yang terlibat (mulut dan hidung).
Tata Laksana
Prinsip mengeluarkan benda asing dari telinga adalah mengetahui apakah
benda asing tersebut adalah benda hidup atau mati. Jika benda hidup, maka
terlebih dahulu dimatikan dengan memasukan tampon basah ke dalam liang
telinga lalu ditetesi larutan rivanol atau anastesi lokal ke dalam telinga selama 10
menit lalu diirigasi dengan air bersih atau diambil menggunakan pinset.
Jika benda mati, harus dibedakan antara benda antara yang besar dan
permukaan bulat dengan benda yang kecil. Jika permukaannya bulat (seperti
manik-manik), dapat diambil menggunakan pengait (hook). Jika benda asing kecil
dapat diambil dengan cunam, sedangkan benda asing kecil dan lunak dapat
diambil dengan forsep aligator. Benda asing berupa baterai sebaiknya jangan
dibasahi mengingat efek korosif yang timbul.
14
Gejala yang umum pada Corpus Alienum adalah obstruksi unilateral dan
sekret berbau. Benda asing umumnya ditemukan di anterior vestibulum atau pada
meatus inferior sepanjang dasar hidung. Benda asing yang dibiarkan di dalam
hidung memiliki komplikasi nekrosis dan infeksi sekunder yang mungkin timbul
dan kemungkinan aspirasi ke dalam saluran pernapasan bawah.
Diagnosa
Tatalaksana
Benda asing pada pada laring dapat menutup laring, tersangkut di pita
suara atau berada di subglotis. Gejalanya tergantung pada besar, bentuk, dan
posisi benda asing. Sumbatan total laring dapat menimbulkan spasme laring
sehingga menyebabkan disfonia sampai afonia, apnea, sianosis, bahkan
kematian. Sumbatan parsial pada laring menyebabkan suara parau, disfonia
sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi, sianosis,
hemoptisis, rasa subjektif dari benda asing, dispnea. Penting untuk
melakukan pertolongan secepat mungkin dikarenakan dapat menimbulkan
asfiksia. Pada anak dapat dilakukan abdominal thrust dan chest thrust.
Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan heimlich manuver. Jika
manuver-manuver tersebut gagal mengeluarkan benda asing dari laring,
dapat dilakukan krikotiroidektomi atau trakeostomi darurat. Jika sudah tidak
ada lagi tanda kegawatan napas atau pasien sudag stabil, benda asing dapat
dikeluarkan dengan bantuan laringoskopi direk.
Benda asing pada trakea dapat menimbulkan gejala berupa batuk tiba-tiba
yang berulang disertai rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, audible
slap, palpatory thud, asthmatoid wheeze. Selain itu juga terdapat gejala
suara serak, dispnea, dan sianosis bergantung pada besarnya benda asing
dan lokasinya. Pengeluaran benda asing di trakea dapat menggunakan
bronkoskopi. Bila tidak terdapat fasilitas bronkoskopi, maka dapat
dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluarkan dengan menggunakan
17
Benda asing pada bronkus lebih sering pada bronkus kanan karena
bronkus kanan lebih besar dan hampir merupakan garis lurus dengan trakea
sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Benda asing organik,
misalnya kacang-kacangan memiliki sifat higroskopik, mudah menjadi
lunak dan mengembang oleh air sehingga menyebabkan iritasi pada
mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema dan meradang, dan dapat pula
timbul jaringan granulasi di sekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan
bronkus menjadi semakin berat. Akibatnya timbul gejala
laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, dan demam. Benda asing anorganik
menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis
dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya benda asing anorganik
bersifat radiopak.
18
Terdapat rasa nyeri pada saat menelan (odinofagia) terutama bila benda
asing tajam seperti tulang ikan ataupun tulang ayam.
keadaan pada bagian nasofaring dengan menggunakan spatula lidah dan kaca
nasofaring.
Pada penegakan kasus benda asing pada saluran nafas yaitu hidung,
faring dan trakea dapat dilakukan juga dengan pemeriksaan penunjang.
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam atau tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esofagus baik secara sengaja maupun tidak
sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah
utama pada anak usia 6 bulan - 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur pada
tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis
dan dapat pula menimpulkan komplikasi fatal akibat perforasi.
Etiologi dan faktor predisposisi
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dapat dibagi
dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain, anomali
kongenital, web, fistel trakeoesofagus dan pelebaran pembuluh darah.
Faktor predisposisi antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik,koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan – 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya. Pada
orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi
20
palsu yang telah kehilangan sensasi rasa dari palatum, pada pasien gangguan
mental dan psikosis.
Faktor predisposisi lain adanya penyakit esofagus yang menimbulkan gejala
disfagia kronis yaitu penyakit esofagitis refluks, striktur pasca esofagitis korosif,
akhalasia, karsinoma esofagus atau lambung, cara mengunyah yang salah dengan
gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk, dan intoksikasi.
Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan napas akibat tertelan atau terasprasi benda
asing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak pada anak di bawah umur
1 tahun dan penyebab kematian ke empat pada anak berusia 1-6 tahun. Morbiditas
dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang terjadi. Benda asing
di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esofagus. Benda
asing yang bukan makanan, kebanyakan tersangkut di servikal esofagus, biasanya
di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan
esofagus dengan bronkus utama kiri atau pada sfingter utama kardio-esofagus.
Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah
servikal , di bawah sfingter krikofaring, 12% di daerah hipofaring, dan 7,7% di
esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah
esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal. Pada orang
dewasa, benda asing yang tersangkut dapat berupa makanan atau bahan yang tidak
dapat dicerna, seperti biji buah-buahan, gigi palsu, tulang ikan, atau potongan
daging yang melekat pada tulang. Insidens benda asing berupa batu baterai 500-
900 kasus tiap tahun di Amerika Serikat.
Patogenesis
Benda asing yang terlalu lama di esofagus dapat menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang
periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai akali mempunyai toksisitas
intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama
bila terjadi pada anak-anak.
21
Diagnosis
Diagnosis benda asing di esofagus ditegakan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik dan endoskopik.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harus dipertimbangkan pada setiap anak
dengan riwayat rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gangging),
batuk, muntah. Gejala-gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun,
demam dan gangguan napas. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk, dan
jenis benda asing dan apakah mempunyai bagian yang tajam.
rasa nyeri ketika menelan makanan atau ludah, hipervalisasi, regurgitasi dan
muntah. Kadang-kadang ludah berdarah.
Nyeri di punggung menunjukan tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan
napas dengan gejala dispne, stidor dan diagnosis terjadi akibat penekanan trakea
oleh benda asing.
Pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing
terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing ireguler
menyebabkan perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumotoraks jarang
terjadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi tindakan endoskopi.
Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing),
demam, abses leher, atau tanda emfisema subkutan. Tanda lanjut berat badan
menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada di daerah servikal
esofagus dan di bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi
saluran napas dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior.
Radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus
sekunder dapat menimbulkan pneumonia, bronkiektasis dan abses paru.
Komplikasi
Benda asing dapat menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan, perforasi lokal
dengan abses leher atau mediastinitis. Perforasi esofagus dapat menimbulkan
selulitis esofagus lokal, fistel trakeoesofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat
juga menimbulkan perforasi, sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan
erosi. Jaringan granulasi di sekitar benda asing timbul bila benda asing berada di
esofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esofagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi kulit di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan mengigil,
gelisah, nadi dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal
dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat timbul pneumotoraks atau
pyotoraks.
23
Pemerisaan penunjang
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral,
harus dibuat pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan
foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan
benda asing sudah pindah ke bagian distal. Letak uang logam umumnya koronal,
maka hasil foto rontgen sevikal / torakalpada posisi PA akan dijumpai bayangan
radioopak yang sejajar dengan kolumna vertebralis. Benda asing seperti tulang,
kulit telur dan lain-lain cenderung berada pada posisi koronal dalam esofagus
sehingga lebih mudah dilihat pada posisi lateral. Benda asing radiolusen seperti
plastik, aluminium dan lain-lain, dapat diketahui dengan tanda inflamasi
periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagusbagian proksimal.
Foto rontgen leher posisi lateral dapat menunjukan tanda perforasi, dengan
trakea dan laring tergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya
bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.
Gambaran radiologi benda asing batu baterai menunjukan pinggiran bulat
dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos sering
tidak menunjukan gambaran benda asing, seperti daging dan tulang ikan, sehingga
memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram).
Esofagogrampada benda asing radiolusen akan memperlihatkan “filing defect
persistent”. Pemeriksaan esofagus dengan kontras sebaikanya tidak dilakukan
pada benda asing radioopak karena densitas benda asing biasanya sama dengan
zat kontras, sehingga akan menyulitkan penilaian ada tidaknya benda asing.
Resiko lain adalah terjadi aspirasi bahan kontras. Bahan kontras barium lebih baik
dari pada zat kontras yang larut di air, seperti gastrografin, karena sifatnya kurang
toksik terhadap saluran nafas bila terjadi aspirasi kontras, sedangkan gastrografin
bersifat mengiritasi paru, oleh karena itu pemakaina kontras gastrografin harus
dihindari terutama pada anak-anak, xeroradiografi dapat menunjukan
penyengatan pada daerah pinggir benda asing. CT-Scan esofagus dapat
menunjukan inflamasi jaringan lunak dan abses. MRI dapat menunjukan
24
Penatalaksanaa
Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan
menggunakan cunam yang sesuai denagn benda asing tersebut. Bila benda
asingtelah berhasil dikeluarkan, harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk
menilai adanya kelainan-kalainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Bedang
asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera
dikelurkan dengan pembedahan yaitu servikotomi, thorakotomi, atau esofagotomi,
tergantung lokasi benda asing tersebut. Bila dicurigai adanya perforasi yang kecil,
segera dipasang pipa nasogastrik agar pasien tidak menelan baik makanan
maupun ludah dan diberikan antibiotik sprektrum luas selama 7-10 hari untuk
mencegah timbulnya sepsis, benda asing tajam yang telah masuk ke lambung,
dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Olah karena itu, perlu dilakukan,
evaluasi dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan tanda perforasi sedini
mungkin, dengan melakukan pemeriksaan radiologik, untuk mengetahui posisi
dan perubahan letak benda asing, bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24
jam maka beda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan atau
laparatomi.
Benda asing berupa uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat
namun uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegara mungkin dengan
persiapan tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi.
Benda asing baterei bundar di esofagus merupakan benda asing yang harus segera
dikelurkan karena resiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam
waktu kurang lebih 4 jam setelah tertelan akibat nekrosis esofagus.
25
BAB III
PENUTUP
Gejala klinis benda asing pada telinga biasanya tanpa gejala dan ditemukan
tidak sengaja pada telinga. Biasanya juga terdapat gatal pada telinga, nyeri,
pendengaran berkurang, gaduh dalam telinga, dan rasa penuh di dalam telinga.
Pada hidung, benda asing dapat menyebabkan obstruksi unilateral dan sekret
berbau, nyeri, epistaksis, dan bersin. Jika benda asing masuk ke dalam saluran
napas maka akan muncul gejala kegawatan napas seperti batuk hebat, rasa
tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, dan obstruksi jalan napas yang terjadi
dengan segera.
Untuk benda asing di dalam telinga dapat dilihat menggunakan otoskop dan
lampu kepala dengan menarik auricula ke arah superior-posterior sehingga
membuat liang telinga menjadi sejajar dan dalam posisi satu garis lurus. Untuk
benda asing di hidung dapat dilakukan pemeriksaan rinoskopi anterior dengan
menggunakan spekulum hidung dan lampu kepala. Sedangkan benda asing di
dalam saluran pernapasan di lihat dengan menggunakan pemeriksaan laringoskopi
direk atau bisa juga menggunakan bronkoskopi.
Benda asing pada saluran napas dapat dikeluarkan dengan melakukan abdominal
thrust, chest thrust, dan heimlich manuver jika benda asing tersebut terletak di
laring, sedangkan jika terletak di trakea dan bronkus dapat dilakukan
bronkoskopi,trakeostomi, bahkan torakotomi.
DAFTAR PUSTAKA
5. Kornia GBR, Sutanegara SWD, Sucipta IW. Prevalensi benda asing pada
esofagus dan bronkus di Bagian/SMF THT-KL FK Unud/RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2010-2011. ISM. JanApr;5(1);1-6. Available from:
http://studylibid.com/doc/1083968/pdf- --intisari-sains-medis
Tenggorok Kepala & Leher (7th ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2016; p.
245-47, 266-9.
11. Shetty H, Gangadhar KS. Foreign bodies in the aerodi- gestive tract and its
management study of 44 cases. International Archives of Integrated
Medicine. 2015;2(9):47-50.
12. Gupta P, Jain AK. Foreign bodies in upper aerodigestive tract: a clinical
study. International Journal of Research in Medical Sciences.
2014;2(3):886-91.