KELOMPOK : 8 (Delapan)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
1. Jelaskan gambaran anatomi telinga (luar,tengah,dalam)
Jawab :
Anatomi telinga
Telinga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Liang
telinga berbentuk huruf S dengan pajang kira-kira 2,5-3 cm, bagian sepertiga luar terdiri
dari tulang rawan dan dua pertiga dalam terdiri atas tulang. Liang telinga dinervusi oleh
cabang dari nervus kranialis V, VII, IX dan X.
Telinga tengah dimulai dari membran timpani, yang merupakan struktur utama dalam
penentuan diagnosis. Bagian atas adalah pars flaksida yang terdiri dari dua lapisan
sedangkan bagian bawah adalah pars tensa terdiri dari tiga lapisan. Atik merupakan
daerah yang terdapat pada pars flaksida dimana terdapat aditus ad antrum yang
merupakan penghubung antara telinga tengah dengan kavum mastoid.
Sumber :
Sari,Y,T,J., Edward, Y., Rosalinda,R. 2018. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe
Kolesteatom Dengan Komplikasi Meningitis Dan Paresis Nervus Fasialis Perifer.
Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.7(4). From https://jurnal.fkunand.ac.id
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dihasilkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengaplikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getaran yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga pelimpah pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan
melalui membran vestibuli yang mendorong Endo limfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. proses ini merupakan
rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi rambut sehingga melepaskan
neurotransmitter kedalam sinopsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, selalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran di
lobus temporalis.
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastis dan kulit liang telinga berbentuk huruf s
dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan 2/3 bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang panjang ya kira-kira 2 sampai 3 cm. Pada sepertiga
bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan
rambut. Kelenjar keringat terdapat pada kulit liang telinga. pada dua pertiga bagian
dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Telinga tengah
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida,
sedangkan bagian bawah pars tensa. Pors flaksida hanya berlapis dua yaitu bagian
luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
besrsilia, seperti epitel mukosa saluran nafas. Past tense mempunyai satu lapis bagian
di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radial di bagian luar dan sirkuler dibagian dalam.
Telinga dalam
Dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibular yang
terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dan skala vestibuli.
Dinamika Equilibrium
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan
proprioseptif.Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di
SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapatsel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula.
Didalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan
dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.Gerakan
atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di
labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam
selyang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang
penglepasan neulotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls
sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia
terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.Sistem
vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat
menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutian. Gejala yang timbul dapat
berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi
dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin
Sumber :
FK UI. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher.
Jakarta : Badan Penerbit FK UI
Jawab:
Sumber :
Soepardi, E. A. 2015. Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Ed 7. Jakarta ;
FKUI
Secara umum, OMSK dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu OMSK
- tipe benigna : Pada OMSK tipe benigna proses peradangannya terbatas pada mukosa
saja, biasanya tidak mengenai tulang dan perforasi terletak disentral
- tipe maligna : pada OMSK tipe maligna disertai kolesteatoma, letak perforasi
biasanya di marginal atau atik
Sumber :
Laisitawati,A., Ghanie,A., Sucianti,T. 2017. Hubungan Otitis Media Supuratif Kronik
Dengan Derajat Gangguan Pendengaran Di Departemen THT-KL RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Periode 2014-2015. Majalah Kedokteran Sriwijaya.
Vol.2(2). From https://unsyiah.ac.id
Sari,Y,T,J., Edward, Y., Rosalinda,R. 2018. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe
Kolesteatom Dengan Komplikasi Meningitis Dan Paresis Nervus Fasialis Perifer.
Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.7(4). From https://jurnal.fkunand.ac.id
5. Pemeriksaan tes garpu tala dengan contoh gambar
Jawab:
a) Tes rinne
Pemeriksaan pendengaran dengan tes rinne. Tes rinne ini untuk membandingkan
konduksi udara dan tulang. Normalnya konduksi udara lebih baik dari konduksi
tulang.
Interpretasi tes rinne :
- Tes rinne positif bila klien masih mendengar dengungan melalui hantaran udara
(kondisi normal)
- Tes rinne negative bila klien tidak lagi mendengar dengungan melalui hantaran
udara
b) Tes weber :
Tes pendengaran dengan tes weber. Tes weber menggunakan hantaran tulang untuk
mengevaluasi pendengaran yang lebih baik pada satu telinga.
Interpretasi Tes weber :
- Tes weber negative (getaran di dengar pada kedua telinga/kondisi normal)
- Kondisi tidak normal: getran lebih terdengar pada telinga kiri (laterisasi kiri) atau
pada telinga kanan (laterisasi kanan).
c) Tes swabach
Tes swabach membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa. Garputala di
bunyikan dan ditempatkan dekat liang telinga pasien. Setelah pasien tidak
mendengarkan bunyi garpu tala tersebut, garputala ditempatkan di liang telinga
pemeriksa.
Interpretasi tes swabach :
- Swabach memanjang : gangguan pendengaran konduksi
- Swabach memendek : gangguan pendengaran sensorineural
- Swabach normal : normal
Sumber :
Hidayati,R. 2019. Teknik Pemeriksaan Fisik. Jakad Publishing Surabaya
6. Sistem rujukan
Jawab :
Menurut Standar Kompetensi dokter Indonesia (2012) Tingkat kemampuan 3A:
mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, merujuk pada keadaan yang bukan
gawat darurat.
Sumber :
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Konsil
Kedokteran Indonesia