Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

SGD LBM 3 ‘‘Gak Kedengeran!’’


BLOK MATA & THT

Disusun Oleh :

Nama : Zainul Hamdi


NIM : 020.06.0089
SGD : 10
Tutor : dr. Rohmatul Hajiriyah, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2022

1
BAB I
Skenario
LBM 3
Gak Kedengeran!
Bella adalah seorang dokter muda yang sedang bertugas di poli THT RSP
FK UNIZAR. Suatu hari ia mendapatkan pasien seorang perempuan berusia 18
tahun dibawa orang tuanya dengan keluhan penurunan pendengaran telinga kanan
sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien merasakan telinga kanan terasa penuh
dan nyeri. Keluhan lain seperti demam, vertigo, tinnitus, serta keluar cairan dari
telinga disangkal. Setiap hari pasien membersihkan telinganya sendiri dengan
korek kuping. Pasien memiliki riwayat berenang dua minggu yang lalu.
Selanjutnya, Bella melakukan pemeriksaan otoskopi dan pemeriksaan
menggunakan garpu tala untuk mengetahui kelainan pada pasien. Hasil
pemeriksaan otoskopi AD : Massa kecoklatan (+), membrane timpani sulit dinilai.
AS : membrane timpani intak.

Identifiksi Masalah
Berdasarkan pembahasan diskusi kami bahwa pasien datang dengan
keluhan penurunan pendengaran dan merasakan telinganya terasa penuh, dari
hasil anamnesis bahwa pasien memiliki Riwayat berenang dua minggu yang lalu
dan sering mengorek kuping, berdasarkan materi, bahwa penurunan pendengaran
dapat terjadi akibat seringnya mengorek kuping sehingga dapat menyebabkan
infeksi pada liang telinga, penurunan pendengaran juga dapat di sebabkan oleh
Riwayat berenang yang mampu membuat serumen pada telingan berkembang
sehingga dapat membuat liang telinga menjadi penuh. Penurunan pendengaran
dapat di klasifikasikan menjadi penurunan pendengaran secara konduksi dan
penurunan pendengaran secara sensorineural. Secara konduksi dapat terjadi akibat
adanya gangguan atau yang dapat menggangu pada hantaran gelombang suara
menunju saraf pendengaran. Namun pada sensorineural terjadi akibat krusakan
yang terjadi pada sistem perubahan inplus menuju
2 sistem saraf pusat sehingga di
katakana tuli sensori neural.
Dari keterangan tersebut, kelompok kami mengambil diagnosis banding
yang mendekati dengan keluhan pasien yaitu tuli konduktif, sensorineural dan
campuran. Untuk penjelasan secara jelas dapat saya bahas dbawah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Telinga
a. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanalis auditorius


eksternus. Daun telinga tersusun dari kulit dan tulang rawan elastin.
Kanalis auditorius externus berbentuk huruf s, dengan tulang rawan pada
sepertiga bagian luar dan tulang pada dua pertiga bagian dalam. Pada
sepertiga bagian luar kanalis auditorius terdapat folikel rambut, kelenjar
sebasea, serta kelenjar serumen yang memproduksi serumen pada telinga
(Tortora J & Nielsen T, 2012).
b. Telinga tengah

4
Telinga tengah berbentuk ruang berongga dan berisi udara
sehingga disebut kavum timpani. Bagian lateral dari telinga tengah
berbatasan langsung dengan membran timpani dan bagian medial
berbatasan dengan membrana ovale dan membrana rotundum. Membran
timpani berbentuk bundar terhadap kanalis auditorius externus dan terlihat
oblik terhadap sumbu kanalis auditorius externus. Bagian atas dari
membran timpani disebut pars flaksida dan bagian bawahnya disebut pars
tensa. Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, kuadran ini berfungsi
untuk menyatakan letak apabila terdapat perforasi membran timpani. Tuba
eustachii merupakan saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
nasofaring. Tuba eustachii pada bagian telinga dalam terbentuk oleh tulang
dan tuba eustachii yang berakhir pada nasofaring terbentuk oleh tulang
rawan. Tuba eustachii berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara
antara telinga tengah dan lingkungan sekitar dan proteksi. Kavum timpani
terdiri dari 3 tulang pendengaran yaitu malleus, incus dan stapes. Tulang-
tulang pendengaran ini dihubungkan oleh sendi-sendi yang fleksibel dan
menempel pada dinding kavum timpani melalui ligamen untuk
membentuk pengungkit yang berfungsi untuk mengantarkan getaran dari
membran timpani. M. tensor tympani dan M. stapeideus menempel pada
malleus dan stapes, kedua otot ini mengatur tingkat ketegangan rangkaian
tulang dan transmisi suara (Tortora J & 5Nielsen T, 2012).
c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea dan vestibulum. Koklea yang
berbentuk dua setengah lingkaran dengan panjang sekitar 35 mm dan
terbagi menjadi skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan skala timpani dengan skala
vestibuli. Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfe,
sedangkan Skala media berada dibagian tengah berisi cairan endolimfe.
Vestibuler terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis
semisirkularis superior, posterior, dan lateral yang terletak di atas dan di
belakang vestibulum. Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari
labirin tulang dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3
mm. Dinding posterior vestibulum terdapat 5 lubang ke kanalis
semisirkularis dan pada dinding anterior terdapat lubang berbentuk elips
ke skala vestibulum koklea (Tortora J & Nielsen T, 2012).
2.2 Histologi telinga

6
a. Telinga luar
Kulit yang melapisi kanalis auditori eksternus memiliki epitel squamus
kompleks. Pada jaringan submukosa sepertiga lateral kanalis auditori
eksternus terdapat folikel rambut, glandula sebasea dan glandula
seruminosa. Glandula seruminosa merupakan modifikasi dari kelenjar
apokrin yang berbentuk tubuler kompleks. Seperti glandula apokrin yang
lain, histologi glandula seruminosa berubah ketika produknya sudah
disekresikan. Ketika proses sekresi sedang berlangsung, sel sekretori
glandula seruminosa yang berbentuk kolumner berubah menjadi kuboid.
Sel myoepitel melapisi bagian luar glandula seruminosa membantu
propulsi dari produk glandula ke lumen kanalis auditori eksternus. Di
bagian dalam kanalis auditori eksternus terdapat membran tipis yang
disebut membran timpani/gendang telinga. Membran ini tersusun dari
jaringan ikat. Terdapat migrasi epitel yang bermula dari bagian umbo
membran timpani sisi luar ke arah lateral (de fiore, 2013).
b. Telinga tengah
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara
yang terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini
berbatasan di sebelah posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan
disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba auditiva)
7
Eustachius. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di
dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di
bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya
selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan
periosteum (de fiore, 2013).
Secara histologi, membran timpani memiliki 3 lapisan, yaitu(de fiore,
2013)
 Bagian luar " ditutupi kulit, epitel berlapis gepeng tidak bertanduk,
kelenjar & rambut (-).
 Bagian tengah " lapisan fibrosa intermedia, jaringan ikat " serat
kolagen.
 Bagian dalam " membran mukosa, epitel selapis gepeng & lamina
propria tipis.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang
kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada
membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis
di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah
oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada 2 otot kecil yang
berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor timpani
terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula
ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil
untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk
berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari
tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan
anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi
protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Fenestra vestibuli (oval window) pada dinding medial ditutupi oleh
lempeng dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam
skal vestibuli koklea. Oleh karenanya getarangetaran membrana timpani
diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang8 pendengaran ke perilimf telinga
dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf
terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga
timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu
membran elastis yang dikenal sebagai fenestra koklearis (round window).
Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala
timpani koklea. Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga
timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan
lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen.
Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan
sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah
sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah.
Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi
seimbang (de fiore, 2013)
c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea dan vestibulum. Koklea yang berbentuk
dua setengah lingkaran dengan panjang sekitar 35 mm dan terbagi menjadi
skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan skala timpani dengan skala vestibuli. Skala
timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfe, sedangkan Skala media
berada dibagian tengah berisi cairan endolimfe. Vestibuler terdiri dari 3
buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior,
dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Vestibulum
merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang dengan ukuran
panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding posterior
vestibulum terdapat 5 lubang ke kanalis semisirkularis dan pada dinding
anterior terdapat lubang berbentuk elips ke skala vestibulum koklea (de
fiore, 2013)
2.3 Fisiologi Pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke
jendela oval. getaran Struktur koklea pada9jendela oval diteruskan ke cairan
limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan lifa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan
cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya
membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput basiler yang akan menggerakkan sel-sel rambut
ke atas dan ke bawah. Ketika rambut- rambut sel menyentuhmembran
tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). getaran membran tektorial
danmembran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan
kemudian menghasilkanim impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di
dalam otak melalui saraf pendengaran (Soetirto., 2022).
2.4 Patofisiologi pendengaran
Bunyi dinyatakan sebagai sensasi pendengaran yang lewat telinga dan
timbul karena penyimpangan tekanan udara. Penyimpangan ini biasanya
disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar karena dipukul. Sewaktu
fluktuasi tekanan udara ini membentur gendang pendengaran (membran
timpani) dari telinga maka membran ini akan bergetar sebagai jawaban pada
fluktuasi tekanan udara tersebut. Getaran ini melalui saluran dan proses
tertentu akan sampai diotak kita dimana hal ini diinterprestasikan sebagai
suara. Pada kondisi atau aktifitas tertentu, misalnya saat seseoarang berpindah
dari satu lokasi ke lokasi lain dengan perbedaan tingkat ketinggian lokasi
cukup besar dalam waktu relatif singkat, akan timbul perbedaan tekanan udara
antara bagian depan dan belakang gendang telinga. Akibatnya gendang telinga
tidak dapat bergetar secara efisien, dan sudah barang tentu pendengaran akan
terganggu. Telinga manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran
intensitasnya 80 dB (batas aman) dan dengan frekuensi suara sekitar bekisar
antara 20-20.000Hz. Lebar responden telinga manusia diantara 0 dB-140 dB
yang dapat didengar. Dan batas intensitas suara tertinggi adalah 140 dB
dimana untuk mendengarkan suara itu sudah timbul perasaan sakit pada alat
pendengaran (Soetirto., 2022). 10
2.5 Pemeriksaan Pendengaran
a. Ketajaman Pendengaran
Pemeriksaan ketajaman pendengaran dilakukan setelah
pemeriksaan struktur telinga luar dan telinga tengah. Cara termudah
melakukannya adalah dengan mengoklusi kanal eksternal pasien dengan
tragus dan berbicara menggunakan suara kecil pada telinga yang lain.
Pemeriksa membisikkan kata-kata pada telinga yang tidak dioklusi dan
menentukan apakah pasien dapat membedakan kata-kata yang dibisikkan.
Pendengaran dianggap berada dalam batas normal apabila 3 pasien dapa
tmenjawab dengan benar. Menurut berbagai studi, ditemukan bahwa
apabila hasilnya normal, penurunan pendengaran yang signifikan dapat
dieksklusi (Soetirto., 2022).
b. Tes Penala
. Tes Penala Tes penala merupakan pemeriksaan pendengaran kualitatif
dan terdiri atas berbagai macam tes. Tes penala lebih akurat dalam
mendeteksi adanya penurunan pendengaran daripada tes bisikan dan dapat
menentukan jenis tuli, apakah konduktif atau sensorineural.Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan apapun hasil dari tes bisikan. Pada LTM ini, yang
akan dibahas adalah tes Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach. Garpu tala
yang dapat digunakan berfrekuensi 512, 1024, dan 2048 Hz karena untuk
pendengaran sehari-hari yang paling efektif terdengar adalah bunyi antara
500-2000 Hz. Apabila tidak memungkinkan penggunaan tiga garpu tala
yang telah disebut, maka yang digunakan adalah garpu tala dengan
frekuensi 512 Hz. Garpu tala tersebut tidak terlalu dipengaruhi suara
bising lingkungan (Soetirto., 2022).
 Tes Rinne
Tes ini digunakan untuk membandingkan hantaran melalui
udara dengan hantaran melalui tulang. Cara melakukannya adalah
dengan menggetarkan penala, lalu meletakkan tangkainya di
prosesus mastoid. Setelah suara tidak terdengar lagi oleh pasien,
pegang penala di depan telinga 11
dalam jarak kira-kira 2,5 cm. Bila
suara masih terdengar, maka tes Rinne disebut positif (+)
sedangkan bila tidak terdengar disebut RInne negatif (-) (Soetirto.,
2022).
 Tes Weber
Pada tes Weber, penala digetarkan lalu diletakkan pada
garis tengah kepala, misalnya di tengah dahi. Pasien lalu diminta
menyebutkan apakah bunyi terdengar lebih keras di telinga
tertentu. Pada orang normal, bunyi sama-sama terdengar atau bisa
juga terdapat lateralisasi. Apabila terdapat lateralisasi,
pelaporannya adalah Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila
bunyi terdengar sama kerasnya di kedua telinga, pelaporannya
adalah Weber tidak ada lateralisasi (Soetirto., 2022).
 Tes Schwabach
Setelah digetarkan, penala diletakkan di prosesus
mastoideus. Ketika bunyi menghilang, penala dipindahkan ke
prosesus mastoideus pemeriksa. Apabila bunyi masih terdengar,
berarti pendengaran pasien telah mengalami pemendekan. Namun
apabila bunyi sudah tidak terdengar lagi, maka kemungkinannya
adalah pendengaran pasien normal atau memanjang. Untuk
memastikannya. Dilakukan tes yang sama tapi dengan perubahan
urutan; penala digetarkan mulamula pada prosesus mastoid
pemeriksa, lalu setelah bunyinya hilang dipindahkan ke prosesus
mastoid pasien. Apabila pasien masih dapat mendengar bunyi,
berarti pendengarannya memanjang (Schwabach memanjang),
sedangkan bila ia tidak dapat mendengar lagi maka
pendengarannya normal (Schwabach sama dengan pemeriksa)
(Soetirto., 2022).
Interpretasi hasil tes penala (Soetirto., 2022).

12
c. Audiometri
Pemeriksaan Rinne dan Weber merupakan pemeriksaan skrining.
Untuk memastikan, diperlukan pemeriksaan audiometri. Pengukuran
pendengaran dilakukan dengan mengamati dua komponen, yaitu frekuensi
dan intensitas bunyi. Pemeriksaan audiometri dapat mengukur dan
membuat grafik pendengaran seseorang pada berbagai frekuensi dan
intensitas. Frekuensi diukur dengan siklus gelombang perdetik [Hz]
sedangkan intensitas dalam desibel [dB]. Pemeriksaan audiometri
seringkali dilakukan oleh dokter layanan primer karena prosedur yang
tidak kompleks dan peralatan yang tidak banyak. Pemeriksaan audiometri
dapat menentukan jenis (tuli konduktif, sensorineural, atau tuli campur)
dan derajat ketulian serta gap. Ketulian dapat diukur derajatnya melalui
perhitungan dengan indeks Fletcher (Soetirto., 2022).:

Akan tetapi, menurut kepustakaan terbaru, perhitungan dengan


ambang dengar 4000 Hz perlu diperhitungkan karena berperan penting
dalam pendengaran. Apabila ambang dengar dalam 4000 Hz juga dihitung,
berarti penyebut rumus yang telah disebut di atas adalah 4. Yang dihitung
pada saat menentukan derajat ketulian hanyalah ambang dengar hantaran
udara (AC) (Soetirto., 2022).
Jenis tuli dapat diamati melalui13audiogram yang dihasilkan dari
plotting pengukuran dengan audiometri. Pada pendengaran telinga normal,
AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB. Pada tuli sensorineural satu
telinga,, AC dan BC turun lebihd ari 25 dB tetapi berhimpit. Pada tuli
konduktif unilateral, BC bisa normal atau kurang dari 25 dB, AC turun
lebih dari 25 dB, dan terdapat gap pada AC dan BC. Pada tuli campuran
unilateral, BC turun lebih dari 25 dB, AC turun lebih besar dari BC dan
terdapat gap (Soetirto., 2022).

2.6 Derajat Tuli


Berdasarkan ISO dan ASA derajat ketulian dibagi menjadi (Soetirto., 2022).:
Derajat gangguan pendengaran ISO (dB) ASA (dB)
Pendengaran Normal 10-25 10-15
Ringan 26-40 16-29
Sedang 41-55 30-44
Sedang berat 56-70 45-59
14
Berat 71-90 60-79
Sangat berat >90 >80
2.7 Klasifikasi Gangguan Pendengaran
Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif,
sensorineural, dan campuran. Pada gangguan pendengaran konduktif
terdapat masalah di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada
gangguan pendengaran sensorineural terdapat masalah di telinga bagian
dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan, tuli campuran disebabkan oleh
kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural (Soetirto., 2022)..
 Tuli konduktif
Definisi
Tuli konduksi adalah gangguan hantaran suara yang disebabkan
oleh kelainan atau penyakit di telinga luar dan telinga tengah
(Soetirto., 2022).
Etiologi
Penyebab dari tuli konduksi, misalnya Penyakit telinga luar, terdiri
dari Atresia liang telinga, Sumbatan oleh serumen, Otitis eksterna
sirkumskripta Dan Osteoma liang telinga Sedangkan pada Penyakit
telinga tengah, terdiri dari Sumbatan tuba eustachius, Otitis media,
Otosklerosis, Timpanosklerosis, Hemotimpanum, Dislokasi tulang
pendengaran (Soetirto., 2022).
Patofisiologi
Tuli konduksi terjadi bila ada sesuatu bendungan yang
menghalangi proses hantaran gelombang suara, bendungan ini bisa
bermacam-macam seperti serumen, infeksi, kerusakan membran
timpani maupun kerusakan tulang pendengaran (Soetirto., 2022).
Gejala dan Tanda
Gejala yang utama adalah adanya penurunan pendengaran dimana
Penurunan pendengaran tersebut dapat disertai dengan gejala-gejala
lain sesuai dengan penyebab tuli konduksi itu sendiri seperti rasa gatal,
nyeri, buntu, tinitus, othorea, dll. Dari
15 pemeriksaan didapatkan tanda-
tanda adanya kelainan pada telinga luar dan tengah seperti serumen
pada MAE, furunkel, atresia liang telinga,perforasi membran timpani
dll (Soetirto., 2022).
Diagnosis
Diagnosis Tuli konduksi dapat ditegakkan melalui, Anamnesa,
pemeriksaan fisik, tes suara bisik, tes pendengaran dengan garputala,
tes pendengaran dengan audiometri (Soetirto., 2022).
Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita
dimana kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu
diukur berapa meter jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu
penderita dapat mengulangi kata-kata yang dibisikan dengan benar
(Soetirto., 2022).
Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata yang
dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter. Apabila kurang dari 5 - 6 meter
berarti ada kekurangan pendengaran. Apabila penderita tak dapat
mendengarkan kata-kata dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi.
Sebaliknya bila tak dapat mendengar kata-kata dengan huruf desis
berarti tuli persepsi (Soetirto., 2022).
Tes Pendengaran kualitatif dengan garpu tala. Salah satunya adalah
Tes Rinne untuk membandingkan hantaran melalui dan hantaran
melaui tulang pada telinga yang diperiksa. Caranya yaitu penala
digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak
terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2 ½ cm. Bila
masih terdengar disebut rinne positif, bila tidak terdengar disebut rinne
negatif. Hasil tes Rinne pada penderita tuli konduksi adalah Negatif
(Soetirto., 2022).
Ada juga Tes Weber untuk membandingkan hantaran tulang
telinga kiri dengan telinga kanan. Caranya adalah Penala digetarkan
dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala, apabila bunyi
penala lebih terdengar keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi
ke telinga tersebut. Bila tidak dapat16dibedakan ke arah telinga mana
bunyi terdengar lebih keras disebut tidak ada lateralisasi. Hasil tes
Weber pada penderita tuli konduksi adalah lateralisasi ke telinga yang
sakit (Mulyarjo.1998) (Soetirto., 2022).
Selain itu Tes Schwabach untuk membandingkan hantaran tulang
orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus
sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala dipindah ke
prosesus mastoideus pemeriksa (Soetirto., 2022).
Bila pemeriksa masih mendengar disebut schwabach memendek,
bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan
meletakkan penala pada prosesus mastoideus pemeriksa dulu, bila
pasien masih dapat mendengar bunyi disebut schwabach memanjang
dan bila pasien dan pemeriksa sama-sama mendengarnya disebut
schwabach sama. Hasil tes Schwabach pada penderita tuli konduksi
adalah memanjang (Soetirto., 2022).
Test pendengaran kuantitatif dengan menggunakan Audiometri.
Hasil Interpretasi audiogram menunjukkan tuli konduksi bila ambang
hantaran tulang lebih baik dari ambang hantaran udara sebesar 10 db
atau lebih dan Nilai hantaran tulang normal. Ambang hantaran tulang
normal dan ambang hantaran udara yang berkurang khas tuli konduksi
(Soetirto., 2022).
Penatalaksanaan dan Terapi
Penatalaksanaan dan terapi utama tuli konduksi adalah dengan
mengatasi kelainan atau penyakit yang menyebabkan tuli konduksi
tersebut, jika penyebabnya berupa Atresia liang telinga maka harus
dilakukan Operasi rekonstruksi untuk memperbaiki fungsi
pendengaran dan untuk kosmetik juga. Jika Serumen, dilakukan
dengan membersihkan serumen di liang telinga bisa dengan pengait,
suction, atau dengan irigasi (Soetirto., 2022).
Jika Otitis Eksterna Sirkumsripta yang dilakukan adalah Incisi
dinding furunkel yang ebal, aspirasi
17 abcess, antibiotika, analgetika.
Osteoma liang telinga dilakukan Pengangkatan Tumor. Sumbatan
Tuba Eustachius dilakukan pengobatan terutama bertujuan untuk
membuka kembali tuba sehingga tekanan negatif di telinga hilang
yaitu dengan pemberian tetes hidung efedrin hcl. Antibiotika diberikan
bila penyebabnya kuman (Soetirto., 2022).
Otitis Media diberikan pengobatan sesuai dengan macam-macam
otitis media dan stadiumnya, pengobatan bertujuan menyembuhkan
peradangan yang terjadi pada telinga tengah. Pada Otitis media
supuratif kronis dimana penderita tetap tuli walaupun sudah menjalani
operasi rekonstruksi telinga maka pasien bisa memakai alat bantu
dengar (Soetirto., 2022).
Otosklerosis, pengobatan penyakit ini adalah operasi stapedektomi
atau stapedotomi dimana stapes diganti dengan bahan protesis, bila
tidak dapat dioperasi dapat digunakan alat bantu dengar untuk
sementara membantu pendengaran pasien (Soetirto., 2022)..
Timpanosklerosis, dilakukan timpanolasti. Hemotimpanum, kita
konservatif dengan absorpsi darah dan antibiotika (Soetirto., 2022).
Prognosis
Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan
memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu tindakan
misalnya pembedahan (Soetirto., 2022)..
 Tuli sensorineural
DEFINISI
Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif atau tuli
sensorineural. Tuli konduktif biasanya disebabkan oleh kelainan yang
terdapat di telinga luar atau telinga tengah. Tuli sensorineural dibagi
atas tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural
adalah berkurangnya pendengaran atau gangguan pendengaran yang
terjadi akibat kerusakan pada telinga bagian dalam, saraf yang berjalan
dari telinga ke otak (saraf pendengaran), atau otak (Soetirto., 2022).
INSIDENSI 18
Keterampilan komunikasi adalah pusat kehidupan yang sukses
untuk semua orang.Gangguan komunikasi sangat mempengaruhi
pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan banyak orang. Jumlah orang
Amerika dengan gangguan pendengaran memiliki angka kejadian dua
kali lipat selama 30 tahun terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh
dari survei federal, didapatkan prevalensi untuk individu yang berusia
tiga tahun atau lebih yang mengalami gangguan pendengaran berkisar
13,2 juta (1971), 14,2 juta (1977), 20,3 juta(1991), dan 24,2 juta
(1993). Seorang peneliti independen memperkirakan bahwa 28,6 juta
orang Amerika memiliki gangguan pendengaran pada tahun 2000.
Gangguan pendengaran sensorineural mendadak ditemukan hanya 10-
15% dari jumlah pasien. Insidensi tahunan gangguan pendengaran
sensorineural diperkirakan adalah 5 sampai 20 kasus per 100.000
orang. Paparan dengan kebisingan telah lama dikenal sebagai faktor
risiko untuk gangguan pendengaran.Lebih dari 30 juta orang Amerika
yang terkena tingkat suara berbahaya secara teratur (Soetirto., 2022).
ETIOLOGI
Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (congenital),
labirinitis (oleh bakteri/virus), intoksikasi obat streptomisin,
kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal atau alkohol. Selain itu,
tuli sensorineural juga dapat disebabkan oleh tuli mendadak (sudden
deafness), trauma kapitis, trauma akustik, dan pajanan bising. Tuli
sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor
sudut pons serebelum, mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak,
dan sebagainya (Soetirto., 2022).
PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit dari tuli sensorineural disebabkan oleh
beberapa hal sesuai dengan etiologi yang sudah disebutkan diatas.
Pada tuli sensorineural (perseptif) kelainan terdapat pada koklea
(telinga dalam), nervus VIII atau di
19 pusat pendengaran. Sel rambut
dapat dirusak oleh tekanan udara akibat terpapar oleh suara yang
terlalu keras untuk jangka waktu yang lama dan iskemia. Kandungan
glikogen yang tinggi membuat sel rambut dapat bertahan terhadap
iskemia melalui glikolisis anaerob. Sel rambut juga dapat dirusak oleh
obat-obatan, seperti antibiotik aminoglikosida dan agen
kemoterapeutik cisplatin, yang melalui stria vaskularis akan
terakumulasi di endolimfe. Hal ini yang menyebabkan tuli telinga
dalam yang nantinya mempengaruhi konduksi udara dan tulang.
Ambang pendengaran dan perpindahan komponen aktif membran
basilar akan terpengaruh sehingga kemampuan untuk membedakan
berbagai nada frekuensi yang tinggi menjadi terganggu. Akhirnya,
depolarisasi sel rambut dalam tidak adekuat dapat menghasilkan
sensasi suara yang tidak biasa dan mengganggu (tinnitus subyektif).
Hal ini bias juga disebabkan oleh eksitasi neuron yang tidak adekuat
pada jaras pendengaran atau korteks auditorik. Kekakuan membran
basilar mengganggu mikromekanik yang akan berperan dalam ketulian
pada usia lanjut. Tuli telinga dalam juga disebabkan oleh sekresi
endolimfe yang abnormal. Jadi, loop diuretics pada dosisi tinggi tidak
hanya menghambat kotranspor Na+ -K+ -2Cl- ginjal, tetapi juga di
pendengaran. Kelainan genetik pada kanak K+ di lumen juga diketahui
menyebabkan hal tersebut. Kanal K+ terdiri atas dua subunit
(IsK/KvLQT1) yang juga diekspresikan pada organ lain, berperan
dalam proses repolarisasi. Defek KvLQT1 atau IsK tidak hanya
mengakibatkan ketulian, tetapi juga perlambatan repolarisasi
miokardium. Ganggguan penyerapan endolimfe juga dapat
menyebabkan tuli di mana ruang endolimfe menjadi menonjol keluar
sehingga mengganggu hubungan antara sel rambut dan membran
tektorial (edema endolimfe). Akhirnya, peningkatan permeabilitas
antara ruang endolimfe dan perilimfe yang berperan dalam penyakit
Meniere yang ditandai dengan serangan tuli dan vertigo (Soetirto.,
2022). 20
MANIFESTASI KLINIS
Gangguan pendengaran mungkin timbul secara bertahap atau tiba-
tiba. Gangguan pendengaran mungkin sangat ringan, mengakibatkan
kesulitan kecil dalam berkomunikasi atau berat seperti ketulian.
Kehilangan pendengaran secara cepat dapat memberikan petunjuk
untuk penyebabnya. Jika gangguan pendengaran terjadi secara
mendadak, mungkin disebabkan oleh trauma atau adanya gangguan
dari sirkulasi darah. Sebuah onset yang tejadi secara bertahap bisa
dapat disebabkan oleh penuaan atau tumor. Gejala seperti tinitus
(telinga berdenging) atau vertigo (berputar sensasi), mungkin
menunjukkan adanya masalah dengan saraf di telinga atau otak.
Gangguan pendengaran dapat terjadi unilateral atau bilateral.
Kehilangan pendengaran unilateral yang paling sering dikaitkan
dengan penyebab konduktif, trauma, dan neuromas akustik. Nyeri di
telinga dikaitkan dengan infeksi telinga, trauma, dan obstruksi pada
kanal. Infeksi telinga juga dapat menyebabkan demam (Soetirto.,
2022).
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diperlukan anamnesis yang terarah untuk menggali lebih dalam
dan luas keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga antara lain
pekak (tuli), suara berdenging (tinnitus), rasa pusing berputar (vertigo),
rasa nyeri di dalam telinga (otalgia), dan keluar cairan dari telinga
(otore). Perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua
telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat, sudah berapa lama
diderita, riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik,
terpajan bising, pemakaian obat ototoksik, pernah menderita penyakit
infeksi virus, apakah gangguan pendengaran ini sudah diderita sejak
bayi sehingga terdapat gangguan bicara dan komunikasi, dan apakah
gangguan lebih terasa di tempat yang bising atau lebih tenang
(Soetirto., 2022). 21
B. Pemeriksaan audiologi khusus
Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan
pemeriksaan yang terdiri dari audiometri khusus, audiometri objektif,
pemeriksaan tuli anorganik, dan pemeriksaan audiometri anak.
1. Audiometri khusus
Perlu diketahui adanya istilah rekrutmen yaitu peningkatan sensitifitas
pendengaran yang berlebihan di atas ambang dengar dan kelelahan
merupakan adaptasi abnormal yang merupakan tanda khas tuli
retrokoklea.
Kedua fenomena ini dapat dilacak dengan beberapa pemeriksaan
khusus, yaitu:
• Tes SISI (short increment sensitivity index)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien dapat
membedakan selisih intensitas yang kecil (samapai 1 dB).
• Tes ABLB (alternate binaural loudness balans test)
Diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada
kedua telinga sampai kedua telinga mencapai persepsi yang sama.
• Tes Kelelahan (Tone decay)
Telinga pasien dirangsang terus-menerus dan terjadi kelelahan.
Tandanya adalah tidak dapat mendengar dengan telinga yang
diperiksa.
• Audiometri Tutur (Speech audiometri)
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai kemampuan pasien
berbicara dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar (hearing aid).
• Audiometri Bekesy
Tujuan pemeriksaan adalah menilai ambang pendengaran seseorang
dengan menggunakan grafik (Soetirto., 2022).
2. Audiometri objektif
• Audiometri Impedans
Tujuan pemeriksaan adalah untuk memeriksa kelenturan membran
timpani dengan tekanan tertentu pada
22meatus akustikus eksterna.
• Elektrokokleografi
Digunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas dari
evoke electropotential cochlea.
• Evoked Response Audiometry
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai perubahan potensial listrik di
otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi. Pemeriksaan
ini bermanfaat pada keadaan tidak memungkinkan untuk dilakukan
pemeriksaan biasa dan untuk memeriksa orang yang berpura-pura tuli
(malingering) atau kecurigaan tuli saraf retrokoklea.
• Otoacoustic Emission/OAE
Emisi otoakustik menunjukkan gerakan sel rambut luar dan
merefleksikan fungsi koklea (Soetirto., 2022).
3. Pemeriksaan tuli anorganik
• Cara Stenger
Memberikan 2 nada yang bersamaan pada kedua telinga, kemudian
nada dijauhkan pada sisi yang sehat.
• Audiometri nada murni dilakukan secara berulang dalam satu
minggu.
• Dengan Impedans.
• Dengan BERA.
4. Audiologi anak
• Free field test
Bertujuan untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan respons
terhadap rangsang bunyi yang diberikan.
• Audiometri bermain (play audiometry).
• BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry).
• Echocheck dan emisi Otoakustik (Otoacoustic emissions/OAE)
(Soetirto., 2022).
PENATALAKSANAAN
Tuli sensorineural tidak dapat diperbaiki dengan terapi medis atau
bedah tetapi dapat distabilkan.23 Tuli sensorineural umumnya
diperlakukan dengan menyediakan alat bantu dengar (amplifikasi)
khusus. Volume suara akan ditingkatkan melalui amplifikasi, tetapi
suara akan tetap teredam. Saat ini, alat bantu digital yang di program
sudah tersedia, dimana dapat diatur untuk menghadapi keadaan yang
sulit untuk mendengarkan (Soetirto., 2022).
 Tuli campuran
Tuli campuran adalah tuli yang disebabkan oleh kombinasi tuli
konduktif dan tuli sensorineural (Soetirto., 2022).

24
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan scenario dan pemaparan diatas diagnosis pasti pasien belum


bisa ditegakkan karena informasi yang didapatkan masih kurang dan perlunya
pemeriksaan tambahan, namun kami mensuspek pasien mengalami tuli konduktif
karena pasien mengalami penurunan pendengaran yang kemungkinan disebabkan
oleh adanya masa pada telinga pasien dan juga riwayat pasien berenang 2 bulan
yang lalu dan sering mengkorek kuping setiap hari.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Indonesia. 2015. Panduan Praktis Klinik Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta, Indonesia.
Liwang, ferry et al 2020. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi V. Media
Aescalapius, Jakarta.
Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan Pendengaran (Tuli). In: In:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Edisi
Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2022.
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors 2014. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI.
Sylvia, P. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol. 2 edisi 6.
Jakarta: EGC
Tortora, GJ., Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and Physiology 12th
Ed. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc
Vinay, Kumar. 2013. “Buku Ajar Patofisiologi Robbins”. Edisi 9. Elsevier.

26

Anda mungkin juga menyukai