Anda di halaman 1dari 13

Dermatitis Seboroik Psoriasis Parapsoriasis Tinea Capitis Pityriasis Rosea

Etiologi Idiopatik→ diduga Autoimun dan genetik Idiopatik Etiologi dibagi menjadi 2 Idiopatik → diduga
berkaitan 3 faktor: yaitu: berhubungan dengan
 Produksi sebum 1. Infeksi Ektothrix eksantema reaktivasi human
meningkat (misellium menjadi herpes virus (HHV-7 dan
 Infeksi jamur arthrokonidia disekitar HHV-6).
Malassezia batang rambut/bawah

 Imunologi kutikula dan destruksi

menurun kutikula.
 Gray patch ring
worm: Genus
Microsporum
 Kerion:
Microsporum
canis dan
Microsporum
gypsum
2. Infeksi Endothrix
(Misellium menjadi
arthrokonidia didalam
batang rambut).

1 | Page
 Black dot ring worm
:Trichophyton
tonsurans dan
Trichophyton
violaceum.
 Tinea favosa:
Trichophyton
violaceum,
Trichophyton
schoenleini,dan
Microsporum
gypsum.
Note:
 Microsporum→
Menyerang rambut dan
kulit.
 Trichophyton→
Menyerang rambut, kulit
dan kuku.
Efloresensi Makula eritematosa Makula eritematosa yang  Parapsoriasis  Gray patch ring worm: Makula eritroskuamosa
yang ditutupi oleh besarnya bervariasi dari gutata→ Ruam terdiri papula-papula miliar anular dan solitar, bentuk

2 | Page
papula-papula miliar miliar sampai numular, atas papul miliar serta sekitar muara rambut, lonjong dengan tepi hampir
berbatas tak tegas,dan dengan gambaran yang lentikular eritema dan rambut mudah putus, tidak nyata meninggi dan
skuama halus putih beraneka ragam, dapat skuama, dapat meninggalkan alopesia bagian sentral bersisik, agak
berminyak. Kadang- asinar,sirsinar, polisiklis hemoragik, kadang- yang berwarna coklat. berkeringat. Sumbu panjang
kadang ditemukan atau geografis. Makula kadang berkonfluensi, lesi sesuai dengan garis
erosi dengan krusta ini berbatas tegas, dan umumnya lipatan kulit dan kadang-
yang sudah mengering ditutupi oleh skuama simetrik kadang menyerupai
berwarna kekuningan. digores dengan benda  Parapsoriasis gambaran pohon cemara.
tajam menunjukkan tanda variegata→ Lesi inisial (herald patch =
tetesan lilin. Jika bentuknya seperti medallion) biasanya solitar,
 Black dot ring worm:
penggoresan diteruskan kulit zebra yang bentuk oval, anular,
infeksi jamur dalam
maka timbul tanda terdiri atas skuama berdiameter 2-6 cm. Jarang
rambut (endotriks) atau
Auspitz dengan bintik- dan eritema yang terdapat lebih dari 1 herald
di luar rambut
bintik darah. Dapat pula bergaris-garis. patch.
(eksotriks), rambut putus
menunjukkan fenomena  Paraproriasis en
tepat pada permukaan
Köebner atau reaksi plaque→ bercak
kulit, meninggalkan
isomorfik, yaitu timbul eritematosa,
makula coklat berbintik
lesi-lesi psoriasis pada permukaan datar,
hitam, dan warna rambut
bekas trauma/garukan. bulat atau lonjong,
sekitarnya menjadi
diamater 2,5 cm
suram.
dengan sedikit

3 | Page
skuama, berwarna
merah jambu, cokelat
atau agak kuning.
Gambar:

 Kerion: pada kulit kepala


tampak bisul-bisul kecil
dengan skuamasi akibat
radang lokal, rambut
putus dan mudah dicabut.

 Tinea favosa: bintik-


bintik berwarna merah
kuning ditutupi oleh
krusta yang berbentuk
cawan (skutula), berbau

4 | Page
busuk (mousy odor),
rambut di atasnya putus-
putus dan mudah dicabut.

Predileksi Wajah, kulit kepala, Siku, lutut, kulit kepala,  Parapsoriasis Kulit kepala dan rambut Dapat tersebar pada seluruh
telinga, tubuh bagian telapak kaki dan tangan, gutata:Badan, lengan → Daerah yang memiliki tubuh→ terutama pada
atas dan fleksura punggung, tungkai atas atas dan tungkai. banyak kelenjar sebasea. tempat yang tertutup
(inguinal, dan bawah serta kuku..  Parapsoriasis pakaian.
inframammae dan ↓ variegata: badan,
aksila). Daerah yang sering bahu dan tungkai
↓ terjadi trauma  Parapsoriasis en
Daerah yang memiliki plaque: badan dan
banyak kelenjar ekstremitas
sebasea
Pemeriksaan Histopatologik Histopatologik Histopatologik  Pemeriksaan sediaan Histopatologik
Penunjang langsung kerokan kulit,
rambut dan kuku dengan
KOH 10% .

5 | Page
 Histopatologik

Tatalaksana
Dermatitis Seboroik Non Skalp Skalp

Dewasa: Dewasa:
1. Ringan 1. Ringan
 Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%, krim  Antijamur topikal: sampo ciclopirox 1-5%,
ketokonazol 2% 2 kali sehari selama 4 ketokonazol sampo 1-2%, foaming gel 2%, hydrogel
minggu. 20 mg/gel 2-3 kali/minggu.
 AIAFp: krim piroctone  AIAFp:sampo piroctone
olamine/alglycera/bisabolol 2 kali sehari olamine/bisabolol/glychirrectic acid/lactoferrin 2-3
selama 4 minggu. kali/seminggu
 Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau salep  Keratolitik:
hidrokortison 1% 2 kali sehari selama 4  Sampo asam salisilat 3% 2-3 kali/minggu,
minggu. sampo tar 1-2% 1-2 kali/minggu.
 Inhibitor kalsineurin topikal: krim  Bahan lainnya:
pimekrolimus 1%, salep takrolimus 0,1% 2  Sampo selenium sulfida 2,5% 2-3 kali/minggu.
kali sehari selama 4 minggu.  Sampo zinc pyrithione 1-2% 2-3 kali/minggu.
2. Sedang/berat  Kortikosteroid topikal kelas I: linimentum dan
 Kortikosteroid topikal kelas II: krim desonide solusio hidrokortison 1%, losion hidrokortison

6 | Page
0,05%, salep aclometasone 0,05% 2 kali 0,1% 1 kali sehari selama 4 minggu minggu
sehari selama 4 minggu.  Kortikosteroid topikal kelas II: salep
 Antijamur sistemik: aclometasone 0,05%, krim desonide 0,05% 1
 Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu kali sehari selama 4 minggu.
kemudian 200 mg/hari selama 2 hari/bulan 2. Sedang/Berat
selama 11 bulan.  Kortikosteroid topikal kelas III: sampo fluocinolon
 Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu acetonide 0,01% 2 kali seminggu, didiamkan
(regimen kontinu) atau 250 mg/hari selama selama 5 menit selama 2 minggu.
12 hari/bulan untuk 3 bulan (regimen  Kortikosteroid topikal kelas IV: sampo klobetasol
Intermiten) propionat 0,05% 2 kali seminggu, didiamkan
Urutan pilihan terapi selama 5 menit selama 2 minggu.
o Lini pertama  Antijamur sistemik:
1. Ketokonazol topikal  Itrakonazol 200 mg/hari selama 1 minggu
2. Kortikosteroid topikal potensi ringan- kemudian 200 mg/hari selama 2 hari/bulan
sedang selama 11 bulan.
3. AIAFp topikal  Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6 minggu
o Lini kedua (regimen kontinu) atau 250 mg/hari selama 12
1. Lithium succinate/lithium gluconate hari/bulan untuk 3 bulan (regimen intermiten).
topikal  Flukonazol 50 mg/hari selama 2 minggu atau
2. Krim ciplopirox 200-300 mg/minggu selama 2-4 minggu.
3. Inhibitor kalsineurin topikal Urutan pilihan terapi:

7 | Page
o Lini ketiga o Lini pertama
1. Terbinafin oral 1. Sampo ketokonazol
2. Itrakonazol oral 2. Sampo ciclopirox
3. Gel metronidazol 3. Sampo zinc pyrithione
4. Krim non steroid o Lini kedua
5. Terbinafin topikal 1. Propylene glycol lotion
6. Benzoil peroksida 2. Kortikosteroid topikal potensi kuat-sangat kuat
7. Fototerapi 3. Salep tacrolimus
Bayi: 4. Mikonazol
 Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2% 2 5. Sampo selenium sulfida
kali/minggu selama 4 minggu. Bayi:
 Emolien: white perolatum ointment sebagai  Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2% 2
penggunaan sehari-hari. kali/minggu selama 7 hari.
 AIAFp: krim piroctone  Kortikosteroid topikal kelas I: krim hidrokortison
olamine/algycera/basibolol setiap 12 jam. 1% 1 kali sehari selama 7 hari.
Psoriasis Non Medikamentosa:
1. Pasien datang, tentukan tipe, luas area yang terkena, dan atau PASI (Psoriasis Area Severity Index).
2. Pengukuran QOL (Quality of Life) pasien psoriasis: menggunakan instrumen Dermatology Life Quality Index.
3. Pemilihan pengobatan
 Pilihan terapi sangat individual
 Sebagian besar pasien akan mendapatkan terapi multipel simultan
 Pemilihan terapi atau perpindahan terapi dari yang satu ke yang lain tergantung pada:

8 | Page
 Berat dan tipe penyakit, adanya komorbiditas
 Respons atau kegagalan terapi yang terdahulu
 Kemampuan pasien untuk mengerti dan bekerjasama (dalam pengertian efek samping obat)
 Tersedianya fasilitas dan biaya terapi
 Umur dan seks
 Membutuhkan atau menginginkan terapi yang agresif
 Pilihan pasien (kenyamanan) dan gaya hidup
 Tingkat beratnya gangguan QOL
 Untuk pengobatan jangka panjang, mengingat ada risiko berupa toksisitas obat maka sebaiknya dipakai
pengobatan rotasi.
4. Identifikasi dan penghindaran faktor pencetus
5. Identifikasi penyakit penyerta
6. Konsultasi
 Poliklinik psikiatri untuk pasien emosional labil
 Poliklinik reumatologi untuk psoriasis artritis
 Poliklinik gigi mulut , THT dan radiologi untuk mencari fokal infeksi
Medikamentosa
1. Terapi topikal
 Emolion: misalnya urea, petrolatum, parafin cair, minyak mineral, gliserin, asam glikolat.
 Kortikosteroid
 Keratolitik: asam salisilat
 Retinoid (topikal)
 Analog vitamin D: preparat tersedia adalah kalsiporiol

9 | Page
2. Fototerapi/fotokemoterapi
 Ultraviolet B( UVB) broadband (B): dosis awal→ menurut tipe kulit 20-60 mJ/cm² atau 50% minimal
erythemal dose (MED), dosis dinaikkan 5-30 mJ/cm² atau ≤ 25% MED awal, penyinaran 3-5 kali/minggu.
 Ultraviolet B( UVB) narrowband (N): menurut tipe kulit 130-400 mJ/cm2 atau 50% minimal erythemal
dose (MED), dosis dinaikan 15-65 mJ/cm2 atau ≤10% MED awal, penyinaran 3-5 kali/minggu.
 PUVA: Dosis→ 8-metoksi psoralen, 0,4-0,6 mg/kgBB diminum peroral 60-120 menit sebelum disinar
UVA. Kaca mata bertabir ultraviolet diperlukan untuk perlindungan di luar rumah 12 jam setelah minum
psoralen. Dosis UVA menurut tipe kulit 0,5-3,0 J/cm2, dosis dinaikan 0,5-1,5 J/cm2 penyinaran 2-3
kali/minggu.
3. Terapi sistemik
 Metotreksat: Dosis→ diberikan sebagai dosis oral 2,5-5 mg selang 12 jam. Dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap sampai menghasilkan repons pengobatan yang optimal; dosis maksimal tidak boleh melebihi 25
mg/minggu.
 Siklosporin: Dosis→ 2,5-4 mg/kgBB/hari dosis terbagi. Dosis dikurangi 0,5-1,0 mg/kgBB/hari bila sudah
berhasil, atau mengalami efek samping. Pengobatan dapat diulang setelah masa istirahat tertentu, dan dapat
berjalan maksimal selama 1 tahun, selama tidak ada efek samping.
 Sulfasalazin: Dosis → dosis awal 500 mg tiga kali/hari, dapat naik dosis sampai 1,0 gram tiga kali/hari. Jika
dapat ditoleransi dosis dapat dinaikan menjadi 1,0 gram empat kali/hari.
Parapsoriasis Penyakit dapat membaik dengan penyinaran ultraviolet atau kortikosteroid topikal seperti digunakan pada
pengobatan psoriasis. Dalam kepustakaan banyak sekali obat yang dicobakan, diantaranya kalsiferol, preparatter,
obat antimalariam derivat sulfon, obat sitostatik dan vitamin E.

10 | P a g e
Ada laporan pengobatan parapsoriasis gutata dengan ertromisin (40 mg/kgBB) dengan hasil baik juga dengan
tetrasiklin.
Tinea capitis Topikal: Tidak disarankan bila hanya terapi topikal saja
 Rambut dicuci dengan sampo antimikotik: selenium sulfida 1% dan 2,5%, 2-4 kali/minggu atau sampo ketokonazol 2%
2 hari sekali selama 2-4 minggu.
Sistemik:
 Spesies Microsporum
1. Obat pilihan: griseofulvin fine particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari dan ultramicrosize 10-15
mg/kgBB/hari selama 8 minggu.
2. Alternatif:
 Itrakonazol 50-100 mg/hari (dewasa) atau 5 mg/kgBB/hari (anak) selama 6 minggu
 Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk BB 20-40 kg dan 250 mg/hari untuk
BB > 40 kg selama 4 minggu.
 Spesies Trychophyton
1. Obat pilihan: Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk BB 20-40 kg dan 250 mg/hari
untuk BB > 40 kg selama 2-4 minggu.
2. Alternatif:
 Griseofulvin 8 minggu
 Itrakonazol 2 minggu
 Flukonazol 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu.
Pityriasis rosea Topikal: Bila gatal sangat menggangu

11 | P a g e
1. Larutan anti pruritis seperti calamine lotion
2. Kortikosteroid topikal
Sistemik
1. Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti setirizin 1x10 mg per hari.
2. Kortikosteroid sistemik
3. Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.
4. Asiklovir 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari6 diindikasikan sebagai terapi pada awal perjalanan penyakit
yang disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas.
5. Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan dosis tetap sebesar 250
mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, R.S. 200. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: EGC

Murtiastutik, D., Ervianty, V., Aqusni, I., Suyoso, S. 2014. Atlat Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua. Dep/SMF Kementerian
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSUD Dr. Soeteomo Surabaya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.[ebook].

PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. [ebook].

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai