Anda di halaman 1dari 18

DASAR TEORI

JAMUR
Jamur sangat erat hubungannya dengan manusia. Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja,
baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Dermatofitosis adalah infeksi
jamur yang disebabkan oleh jamur dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan
Trycophyton. Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang menginfeksi kulit
dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita adalah tinea korporis
(Verma dan Heffernan,2008).
Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25%
populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering (Rezvani dan
Sefidgar,2010). Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan
kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis
(iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi (Havlickova et al,2008).
Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di Amerika Serikat penyebab
terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Trycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan
Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis adalah Tricophyton rubrum
dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton
rubrum, sementara di Asia penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton
mentagropytes dan Tricophyton violaceum (Verma dan Heffernan,2008).
A. Microsporum canis
Banyak jamur yang menyebabkan penyakit-penyakit tumbuh-tumbuhan, tetapi hanya
sekitar 100 dari beribu-ribu spesies ragi dan jamur yang dikenal menyebabkan penyakit pada
manusia dan binatang.
Infeksi mikotik manusia dikelompokkan dalam infeksi jamur superfisial (pada kuku,
kulit, dan rambut), subkutan, dan profunda (sistemik). Mikosis superfisial disebabkan oleh
jamur yang hanya menyerang jaringan keratin tetapi tidak menyerang jaringan yang lebih
dalam. Jamur yang sering menimbulkan mikosis superfisial adalah golongan dermatofita.
Salah satu spesies yang termasuk di dalamnya adalah Microsporum.
Banyak binatang domestik dan binatang lainnya terinfeksi oleh dermatofita dan dapat
memindahkannya ke manusia (misalnya Microsporum canis dari kucing dan anjing)

1.

KLASIFIKASI
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Class : Eurotiomycota
Order : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum
Spesies : Microsporum canis

2. REPRODUKSI

Aseksual Dalam reproduksi aseksual, Microsporum canis menggunakan konidia


yang disebut juga mitospora. Konidia ini memiliki satu nukleus dan dapat
disebarkan oleh angin, air, dan hewan. Konidia ini dibentuk oleh konidiospora.
Cara perkembangbiakan ini paling dominan dan berlangsung secara cepat.

Seksual Dalam reproduksi seksual, Microsporum canis menggunakan askus yang


sering disebut askospora. Alat perkembangbiakan inilah yang membedakan
dengan yang lain. Askus adalah pembuluh yang berbentuk tabung/saluran yang
mengandung meiosporangium yang merupakan spora seksual yang diproduksi
secara meiosis. Yang terjadi pada reproduksi seksual ini adalah bertemunya hifa
yang terdiri dari antheridium dan arkegonium. Setelah keduanya bertemu maka
akan terjadi pertukaran materi genetik yang diberikan oleh antheridium dan
arkegonium masing-masing separuhnya. Peristiwa ini disebut dikariofase.

3. MORFOLOGI
Microsporum canis memiliki konidia yang besar, berdinding kasar,
multiseluler, berbentuk kumparan, dan terbentuk pada ujung-ujung hifa. Konidia yang
seperti ini disebut makrokonidia. Spesies ini membentuk banyak makrokonidia yang
terdiri dari 8-15 sel, berdinding tebal dan sering kalu mempunyai ujung-ujung yang
melengkung atau kail berduri. Pigmen kuning-jingga biasanya terbentuk pada sisi
berlawanan dari koloni.

4. PENYAKIT YANG DITIMBULKAN


Penyebab umum infeksi pada kulit dan rambut kucing, anjing, dan hewan lain.
Selain itu menyebabkan tinea kapitis pada anak-anak. Cendawan ini menyebar secara
radial pada lapisan kulit mari berkeratin dengan pembentukan cabang hifa dan kadangkadang artrospora. Peradangan jaringan hidup di bawahnya sangat ringan dan hanya
terlihat sedikit bagian yang bersisik kering. Biasanya terjadi iritasi, eritema (merahmerah menyebar pada kulit), edema (akumulasi berlebihan zat alir serum di dalam
jaringan), dan terbentuk gelembung pada bagian tepi yang menjalar; lingkaran
berwarna merah jambu ini menimbulkan nama ringworm (kadas). Lokasi lesi di daerah
rambut kepala. Gambaran kliniknya adalah daerah botak bulat dengan rambut pendekpendek atau potongan rambut dalam folikel rambut.
5. PENGOBATAN
Ada dua cara pengobatan, yaitu pengobatan secara topikal (pengobatan luar:
salep, obat gosok, shampoo) dan obat oral (makan). Pemberian obat antijamur topikal
seperti krim, larutan, salep yang mengandung mikonazol, klotrimazol, haloprogin, dan
ketokonazol. Salep dan obat gosok bisa digunakan untuk menyembuhkan ringworm
yang terlokalisasi (terpusat). Sedangkan untuk membasmi spora dan ringworm yang
luas daerahnya atau carrier, sebaiknya ditambah dengan penggunaan shampoo anti
jamur. Karena sifat jamur yang agak bandel, obat oral pun diberikan untuk jangka
waktu lama. Sayangnya sebagian besar obat oral mempunyai efek samping kurang
baik, apalagi bila digunakan untuk jangka panjang. Beberapa reaksi buruk terhadap
obat bisa saja muncul, oleh karena itu pemberian obat harus diawasi dengan seksama
oleh dokter hewan.
6. KULTUR
Koloni dalam (SDA) datar, menyebar, putih berwarna krem, dengan permukaan
seperto kapas padat yang dapat menunjukkan beberapa alur radial. Koloni biasanya
memiliki warna kuning keemasan cerah untuk pigmen kecoklatan sebaliknya kuning,
tetapi non-pigmented strain juga dapat terjadi. Macroconidia biasanya berbentuk
gelendong dengan 5-15 sel, verrucose, berdinding tebal dan sering memiliki tombol

terminal, 35-110 x 12-25 pM. Sebuah beberapa pyriform microconidia juga hadir.
Macroconidia dan / atau microconidia sering tidak diproduksi pada media isolasi
primer dan dianjurkan bahwa sub-kultur dilakukan ke Agar Lactritmel.

(Gambar1. Koloni Microsporum canis)

(Gambar2. Macroconidia biasanya berbentuk oval dengan 5-15 sel, berdinding tebal dan sering
memiliki tombol terminal)

(Gambar3.Pemeriksaan M.canis dgn metode Native) dgn Lactophenol blue.


B. Trichophyton mentagrophytes
Trichophyton mentagrophytes merupakan fungus penyebab tinea kruris, tinea pedis,
dan tinea unguium. Fungus ini memiliki habitat di kulit, kuku, rambut, dan jaringan lain
yang mengandung sel tanduk. Epidemiologi dari fungus ini yaitu di daerah iklim sedang dan
iklim dingin serta pada daerah tropis.Trichophyton mentagrophytes menginfeksi penderita
melalui paparan langsung dari hewan atau koloni fungus di permukaan kulit, kuku, dan
rambut.
1. klasifikasi Taksonomi
Kingdom

:Fungi

Phylum :Ascomycota
Class

:Euascomycetes

Order

:Onygenales

Family :Arthrodermataceae
Genus

:Trichophyton

Spesies :Trichophyton mentagrophytes


Bentuk

makroskopis

Trichophyton

mentagrophytes adalah merupakan tenunan


lilin,

berwarna

putih

sampai

putih

kekuningan yang agak terang atau berwarna violet merah. Kadang bahkan berwarna
pucat kekuningan dan coklat.

Karakter dari jamur: merupakan jamur filamentous yang menyerang kulit yang
menggunakan keratin sebagai nutrisinya. Keratin adalah protein utama dalam kulit,
rambut dan kuku. (Intan, 2007)
2.

Kultur

Kolonial Morfologi
Granular bentuk:
o

Tingkat pertumbuhan: moderat

Tekstur: granular, datar

Thallus warna: penggemar untuk tan

Reverse: pucat kuning, cokelat, atau cokelat kemerahan

Etiologi & Ekologi


o

anthrophilic dan zoophilic - tikus, mamalia kecil dan besar

seluruh dunia

ditemukan di dalam tanah

kaki, tubuh, kuku, janggut, kulit kepala, tangan, selangkangan

zoophilic yang ectothrix; anthrophilic tidak menginfeksi rambut

Reaksi biokimia: BCP, SDA and Urease

BCP: berlimpah / alkali

Urease: positif

Vitamin persyaratan: tidak ada

Rambut perforasi: positif

Pemeriksaan Mikroskopis

putaran microconidia dalam anggur-seperti cluster

spiral hifa

+ / - Cerutu berbentuk, macroconidia berdinding tipis, sempit menempel pada hifa

C. Trichophyton rubrum
Trichophyton rubrum adalah jamur yang paling umum menjadi menyebabkan infeksi
jamur kronis pada kulit dan kuku manusia. Oleh sebab itu, penyakit- penyakit akibat jamur
ini seringkali menjangkiti masyarakat. Trichophyton rubrum menyerang jaringan kulit dan
menyebabkan beberapa infeksi kulit antara lain :Tinea pedis (athletes foot) yang berlokasi
diantara jari- jari kaki, infeksi ini banyak terdapat pada orang yang kerap memakai sepatu,
(orang Jawa menyebutnya rangen), Tinea cruris (jock itch) yang berlokasi di lipatan
paha, Tinea barbae yang berlokasi di rambut janggut, dan Tinea unguium yang berlokasi di
kuku tangan mapun kaki (Rudi, 2011).
Taksonomi dari Trichophyton rubrum adalah sebagai berikut :
Phylum

: Ascomycota

Class
Order

: Eurotiomycetes
: Onygenales

Family

: Arthrodermataceae

Genus

: Trichophyton

Species

: Trichophyton rubrum
Pada jamur ini, mikrokonidia adalah bentuk spora yang paling banyak.

Mikrokonidia berdinding halus, berbentuk tetesan air mata sepanjang sisi- sisi hifa, pada
beberapa strain terdapat banyak mikrokonidia bentuk ini. Koloni sering menghasilkan warna
merah pada sisi yang sebaliknya. Beberapa strain dari T. rubrum telah dibedakan yaitu : T.
rubrum berbulu halus dan T. rubrum tipe granuler. T. rubrum berbulu halus memiliki
karakteristik yaitu produksi mikrokonidia yang jumlahnya sedikit, halus, tipis, kecil, dan
tidak mempunyai makrokonidia. Sedangkan karakteristik T. rubrum tipe granuler yaitu
produksi mikrokonidia dan makrokonidia yang jumlahnya sangat banyak. Mikrokonidia
berbentuk clavate dan pyriform , makrokonidia berdinding tipis, dan berbentuk seperti
cerutu. T. rubrum berbulu halus adalah strain jamur yang paling banyak menginfeksi
manusia. Strain ini dapat menyebabkan infeksi kronis pada kulit. Sedangkan T. rubrum tipe
granuler menyebabkan penyakit Tinea corporis (Intan, 2007)
Pertumbuhan koloninya dari lambat hingga bisa menjadi cepat. Teksturnya yang
lunak, dari depan warnanya putih kekuning-kuningan (agak terang) atau bisa juga merah
violet. Kalau dilihat dari belakang tampak pucat, kekuning-kuningan, coklat, atau cokelat
kemerahan. Meskipun trichophyton rubrum merupakan jamur yang paling umum terdeteksi
menjadi dermatophytes (jamur parasit mycosis yang menginfeksi kulit) dan
menyebabkan infeksi jamur kuku tangan, ada juga jenis jamur yang lain yang menjadi sebab
infeksi serupa, contohnya Tricophytum (T) mentagrophytes, T. verrucosum, dan T.
Tonsurans. Penularan Dermatophytes ditularkan melalui kontak langsung dengan kulit/kuku
manusia atau hewan yang terinfeksi. Inilah yang menyebabkan jamur ini tergolong sebagai
IMS karena bisa ditularkan melalui sentuhan, usapan, dan rabaan dari kulit yang mungkin
terinfeksi. Bisa juga akibat kontak kulit atau rambut kita dengan benda yang dihinggapi
jamur ini seperti pakaian, sisir, sikat rambut, kursi bioskop, topi, furniture, seprai, selimut,
handuk, dan lain sebagainya. Tergantung pada jenis organisme jamur yang ada di sekitar
kita. Kerentanan terkena infeksi terjadi apabila ada cedera pada kulit seperti luka tergores,

luka bakar, maupun suhu dan kelembaban yang berlebihan. Infeksi yang ditimbulkan
meliputi: - Ringworm (infeksi fungal pada kulit manusia dan hewan (sapi dan domba))
dikenal juga dengan istilah dermatophytosis. - Athletes foot (infeksi fungal pada kulit
manusia yang menyebabkan sisik, flake, dan gatal pada daerah yang terinfeksi) dikenal juga
dengan istilah Tinea pedis - Jock itch dikenal sebagai Tinea cruris (infeksi fungal pada
daerah kunci (lipatan) paha), yang lebih sering terlihat pada laki-laki. - Fungal Folliculitis
(peradangan kulit pada daerah berambut) pada daerah berambut di atas kepala dikenal juga
dengan nama Tinea capitis - Fungal Folliculitis pada daerah janggut dikenal sebagai Tinea
barbae - Fungal Folliculitis pada kaki dan betis dikenal sebagai Majocchi granuloma, ini
sering terjadi pada wanita yang mencukur kaki mereka. - Onychomycosis(infeksi fungal
pada kuku) yang menyebabkan kuku tumbuh tidak normal (Rudi, 2011).
Identifikasi jamur idetifikasi terhadap infeksi jenis T. rubrum sulit karena banyak
anggota genus yang bereaksi mirip pada saat dikenai tes reagen. The Mycology Unit at the
Adelaide Womens and Childrens Hospital menggunakan sebuah skema identifikasi
dermatophyte, dibuat oleh Gerraldine Kaminski. Skema ini menggunakan 6 macam media
untuk membantu mengidentifikasi dan membedakan berbagai jenis spesies dan strain
Trichophyton. Media dalam skema ini adalah Littman Oxgall agar, Lactritmel agar,
Sabouraud agar dengan 5% NaCl, 1% Peptone agar, Trichophyton agar No 1, dan hidrolisis
urea. Faktor- faktor pencetus infeksi jamur antara lain : lembab dan panas dari lingkungan,
friksi atau truma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk, keseimbangan flora
normal tubuh terganggu karena pemakaian antibiotic atau hormonal dalam jangka panjang,
penyakit tertentu misalnya HIV/ AIDS dan diabetes, kehamilan dan menstruasi (kedua
kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh sehingga rentan terhadap
jamur) (Rudi, 2011).
Beberapa faktor yang menyebabkan infeksi jamur antara lain : lembab dan panas dari
lingkungan, friksi atau truma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk,
keseimbangan flora normal tubuh terganggu karena pemakaian antibiotic atau hormonal
dalam jangka panjang, penyakit tertentu misalnya HIV/ AIDS dan diabetes, kehamilan dan
menstruasi (kedua kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon dalam tubuh
sehingga rentan terhadap jamur). (Intan, 2007)

Kita dapat mencegah infeksi jamur dengan selalu memperhatikan kebersihan diri dan
menjaga kekebalan tubuh. Sedangkan pengobatan terdiri dari pembuangan tuntas struktur
epitel yang terinfeksi dan mati serta pemberian zat kimia antijamur secara topikal. Antijamur
yang digunakan disesuaikan dengan jenis jamur yang menginfeksi dan lamanya pengobatan
tergantung pada tingkat infeksi yang terjadi. Pada serangan yang luas, pemberian
griseofulvin secara oral selama 1-4 minggu sangat bermanfaat. Infeksi kulit memerlukan
pengobatan griseofulvin berbulan- bulan dan kadang- kadang dilakukan pembedahan
pembuangan kuku (Intan, 2007)
Indonesia sebagai negara tropis menjadi lahan subur tumbuhnya jamur khususnya
jamur Trichophyton rubrum . Trichophyton rubrum adalah salah satu spesies jamur yang
menyebabkan banyak penyakit. Penyakit-penyakit akibat jamur ini seringkali menjangkiti
masyarakat. Infeksii jamur disebut mikosis. Trichophyton rubrum menyerang jaringan kulit
dan menyebabkan beberapa infeksi kulit antara lain :

Tinea pedis, orang Jawa menyebutnya rangen yang berlokasi diantara jari- jari dan
dapat jadi infeksi kronis. Awalnya rasa gatal diantara jari, kemudian vesikel kecil
pecah mengeluarkan cairan encer. Kulit di sela-sela jari maserasi dan mengelupas,
nampak pecah-pecah. kala infeksi jadi kronis, pengelupasan dan pecah-pecah pada
kulit jadi manifestasi yang mendasar, disertai nyeri dan pruritus. Infeksi ini banyak
dialami oleh orang yang kerap memakai sepatu

Tinea corporis, lesinya berlokasi di kulit tipis yang tidak berambut. seperti bercak
sirkuler dengan tepi merah, melebar, bervesikel dan pusat bersisik, menimbulkan rasa
gatal.

Tinea cruris (jock itch) biasanya infeksi ini pada laki-laki dan tampak sebagai lesi
kering yang gatal dan sering dimulai pada scrotum dan menyebar ke selangkangan.
Infeksi ini juga menyebabkan rasa gatal Tinea unguium yang berlokasi di kuku
tangan mapun kaki. Selain itu dapat juga menyebabkan kurap pada badan. Bila kurap
di badan tertumpu pada sebelah badan saja dikatakan asimetri.

UJI BIOKIMIA

Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan dan prosesproses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk memahami proses
kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995).
Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi biomolekul satu dengan lainnya
yang membawa sifat-sifat kehidupan ini. Belum pernah dalam pengamatan logika molekul sel
hidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum yang telah dikenal, seiring
dengan itu pula, kita belum pernah memerlukan pendefinisian hukum baru. Mesin organik lunak
sel hidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama mengatur mesin buatan
manusia. Akan tetapi, reaksi-reaksi kimia dan proses pengaturan sel telah maju demikian pesat,
melampaui kemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger, 1995).
Ciri biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen bakteri
yang tak dikenal karena secara morfologis biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka
penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi sebagai mikroba
seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe media memproduksi metabolit tentunya yang dideteksi dengan interaksi mikroba
dengan reagen test yang mana menghasilkan perubahan warna reagen (Murray, 2005).
Uji fisiologi bisanya identik dengan uji biokimia. Uji biokimia yang biasanya dipakai
dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang antara lain uji katalase, koagulase,
dan lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia
mikrobiologi (Lim, 1998).
Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji MR-VP, uji gula-gula, uji SIM, Uji TSIA, Uji Indol,
dan Uji Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954).
Metode Uji Biokimia
Berikut beberapa uji biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri, antara lain:
1. Reaksi Fermentasi Karbohidrat (Gula-gula)
Fermentasi merupakan salah satu aktivitas biokimia yang dilakukan oleh mikroba.
Fermentasi adalah proses pengunahan senyawa makromolekul organik menjadi senyawa

yang lebih sederhana oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob. Fermentasi dapat
menghasilkan berbagai senyawa akhir, contohnya fermentasi karbohidrat yang dapat
menghasilkan berbagai senyawa asam seperti asam laktat dan propionet, ester-ester, keton
dan gas (Pelczar, 2008).
Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa
karbohidrat yang selanjutnya difermentasi menghasilkan asam-asam organic (seperti
asam laktat, format, asetat), dengan disertai atau tidak disertai pembentukan gas.
Oragnisme-organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat / gula-gula yang
berbeda tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya (Volk dan Wheeler, 1993).
Media Gula-Gula termasuk media Identifikasi, media identifikasi adalah
perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya digunakan
beberapa media bersama-sama. Disebut media gula-gula karena terbuat dari beberapa
gula seperti, glukosa, laktosa, mannosa, maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah air
pepton yang ditambah gula tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri
memfermentasi karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada
media gula-gula yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk
asam dari fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga terbentuk gelembung pada
tabung durham yang diletakan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi
berbentuk gas.
Untuk medium ini dipakai air pepton, jenis gula tertentu 1%, dan indikator fenol
red (indikator yang digunakan tidak harus fenol red, indikator lain yang bisa digunakan
seperti BTB, warna yang dihasilkan tergantung dari indikator yang digunakan. Jika
menggunakan fenol red maka media akan berwarna merah, jika menggunakan BTB maka
media akan berwarna biru.) Indikator berguna untuk melihat ada atau tidaknya
pembentukan asam. Sebelum ditanami oleh bakteri medium tersebut berwarna merah
(jika menggunakan indikator fenol red). Apabila sudah ditanami atau terbentuk asam
maka akan berwarna kuning. Hal ini terbukti dari seluruh hasil yang diperoleh praktikan,
media tersebut masih steril karena berwarna merah.
Selain itu juga, dipergunakan tabung Durham untuk mengetahui ada tidaknya
pembentukan gas sebagai hasil penguraian gula dalam medium. Tabung Durham
diletakan terbalik di dalam tabung gula sehingga gas yang terbentuk akan tertampung di
dalam tabung tersebut. Sebelum dipakai, media gula-gula ini harus selalu diperiksa

apakah masih steril atau tidak. Bila telah keruh atau kuning berarti media tidak dapat
dipergunakan lagi. Sifat penguraian terhadap gula dari setiap mikroba adalah berlainan,
dengan demikian hasil penguraian (reaksi) ini dapat dipakai untuk determinasi suatu jenis
bakteri sehingga dapat ditentukan spesiesnya.
Degradasi fermentasi dalam kondisi anaerob dilakukan dalam kaldu fermentasi yang
mengandung tabung durham, sebuah botol batin terbalik untuk mendeteksi produksi gas
sebagai ilustrated. media fermentasi karbohidrat yang khas mengandung:
Nutrisi bahan kaldu untuk mendukung pertumbuhan semua organisme.
Karbohidrat tertentu yang berfungsi sebagai substrat untuk menentukan
kemampuan fermentasi organisme.
Indikator ph merah fenol, yang berwarna merah pada ph netral (7) dan

perubahan kuning pada ph sedikit asam dari 6,8 menunjukkan bahwa jumlah
sedikit asam akan menyebabkan perubahan warna.
Jenis karbohidrat yang digunakan pada uji fermentasi karbohidrat antara
lain , sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol. Glukosa dapat langsung masuk dalam jalur
fermentasi tahap pertama sedangkan sukrosa, laktosa, manitol dan maltosa akan
dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa dihidrolisis
menjadi galaktosa dan glukosa. Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Manitol diubah menjadi manosa atau galaktosa. Sedangkan maltosa akan dihidrolisis
menjadi dua molekul glukosa (Volk dan Wheeler, 1993).
Monosakarida jenis manosa dan galaktosa terlebih dahulu akan diubah menjadi
glukosa melalui reaksi epimerisasi . Sedangkan fruktosa akan diubah terlebih dahulu
menjadi fruktosa 6-fosfat dan kemudian fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 6fosfat. Glukosa 6-fosfat dan glukosa hasil epimerisasi galaktosa dan manosa akan masuk
dalam tahap awal proses fermentasi untuk menghasilkan asam piruvat, asam asetat dan
CO2 dan kemudian pada tahap kedua fermentasi asam piruvat dan asam asetat direduksi
kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk asam
laktat dan etanol (Volk dan Wheeler, 1993).
Interpretasi Hasil :

Negatif (-)

: Tidak terjadi perubahan warna media dari merah menjadi

kuning. Artinya kuman tidak memfermentasi gula

Positif (+)

kuning. Artinya kuman memfermentasi gula membentuk asam


Positif + gas (+g) : Terjadi perubahan warna media dari merah menjadi

: Terjadi perubahan warna media dari merah menjadi

kuning. Artinya kuman memfermentasi gula membentuk asam dan gas. Gas
yang diperhitungan minimal 10% dari tinggi tabung durham

2. Simmons Citrate
Perbenihan ini digunakan untuk melihat kemampuan organisme enterik
berdasarkan kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon. Perbenihan
Simmons Citrate ini mengandung indikator biru bromtimol yang akan berubah menjadi
biru pada reaksi positif dan tetap hijau jika reaksi negatif (Volk dan Wheeler, 1993).
3. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan kuman untuk
memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam karbohidrat yaitu
glukosa, laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol red yang menyebabkan
perubahan warna dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Glukosa berada
di dasar media sedangkan laktosa dan sukrosa berada di bagian lereng (Indah, 2014).
Selain menggunakan media TSIA dapat pula digunakan media KIA (Kligers Iron
Agar), bedanya adalah pada media KIA hanya berisi 2 macam karbohidrat yaitu glukosa
dan laktosa (Indah, 2014).
Interpretasi Hasil :

a) Hanya memfermentasi glukosa : Bila pada dasar (butt) media berwarna kuning
(bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa) Al/Ac atau
K/A
b) Memfermentasi semua karbohidrat : Bila pada dasar (butt) media berwarna
kuning (bersifat asam) dan lereng (slant) berwarna kuning (bersifat asam)
Ac/Ac atau A/A
c) Tidak memfermentasi semua karbohidrat : Bila pada dasar (butt) media berwarna
merah (bersifat basa) dan lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa) Al/Al
atau K/K Fermentasi pada TSIA juga disertai dengan pembentukan gas CO2 yang
dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.
(Indah, 2014).
Media TSIA juga dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S yaitu
melihat apakah kuman memfermentasi metionin dan sistein (Asam amino yang
mempunyai gugus S). Pada media TSIA terdapat asam amino metionin dan sistein, jika
kuman memfermentasi kedua asam amino ini maka gugus S akan keluar dan gugus S
akan bergabung dengan H2O membentuk H2S. Selanjutnya H2S bergabung dengan Fe2+
membentuk FeS berwarna hitam dan mengendap (Indah, 2014).

4. Uji Urease
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim
urease yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Media urea berisi indikator
phenol red.
Interpretasi Hasil :

Negatif (-)

: Tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu,


artinya kuman tidak memecah urea membentuk amoniak.

Positif (+)

: Terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya


kuman memecah urea membentuk amoniak. Hasil postif ini mengartikan
bakter/ mikroba mengubah urea menjadi 2 molekul ammonia dan CO
oleh enzim urease melalui reaksi hidrolisa. Ammonia dilepaskan ke
dalam medium dan menaikkan pH. Bila pH basa maka fenol red akan
berubah dari kuning menjadi merah keunguan.
(Asty, 2013)

5. Uji Motilitas
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan kandungan
agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak kuman, bisa
memakai media MO (Motilitas Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media
SIM selain untuk melihat motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan H2S.
Interpretasi Hasil :
Negatif (-)

: Terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar hanya


pada bekas tusukan inokulasi.

Positif (+)

: Terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar


disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari

bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki


flagel.
(Indah, 2014).
Media SIM ( Sulfid Indol Motil )
Komposisi : pepton from casein 20 g, pepton from meat 6 g, ammonium iron (III)
citrate 0,2 g, sodium thiosulfat 0,2 g, agar-agar 0,3 g.
a. Sulfide / H2S
Reaksi + : warna hitam, bakteri mampu mendesulfurasi asam amino oleh
enzim desulfurase yang akan menghasilkan H2S, dan H2S akn bereaksi dengan
Fe++ dan menghasilkan senyawa FeS yang berwarna hitam dan tidak larut air.
b. Indol
Reaksi + : cincin merah di atas media setelah penambahan reagen erlich.
Kuman memecah asam amino triptopan oleh enzim triptopanase menjadi indol &
asam pyruvat. Menunjukkan kuman memakai triptopan sebagai salah satu sumber
karbon.
c. Motil
mengetahui apakah bakteri memiliki motilitas. Reaksi + : membentuk
pertumbuhan menyebar dari bekas tusukan.
(Asty, 2013)

DAFTAR PUSTAKA
Asty,

2013.

Mekanisme

Media

Uji

Biokimia.

Online.

Available

Http://Astypadmayaaan.Blogspot.Com/2013/03/Mekanisme-Media-UjIbiokimia.Html
Dwidjoseputro. 1954. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang
Hadioetomo. 1993. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Jakarta
Indah,

2014,

Uji

Biokimia.

Online.

Available

Http://Indahjayantikumalasari.Blogspot.Com/2014/07/Uji-Biokimia.Html
Intan,

2007.

Trichophyton-Mentagrophytes

Mikrobia.Files.Wordpress.Com/2007/05/Trichophyton-Mentagrophytes.Doc

Intan,

2007.

Trichophyton-Rubrum.

Online.

Available

mikrobia2.Files.Wordpress.Com/2008/05/Trichophyton-Rubrum.Pdf
Jawetz, E., 1995, Mikrobiologi, Edisi 16, 367-372, Egc, Jakarta
Lehninger. 1995. Microbiology: A Laboratory Manual.Adison-Wesley. Publishing Company:
California.
Lim. 1998. Microbiology: A Laboratory Manual.Adison-Wesley Publishing Company: California
Litha

Purwati.

Https://Hidesideofme.Wordpress.Com/Laporan-Praktikum-Agent-

Penyakit/Laporan-Praktikum-Uji-Biokimia/
Murray. 2005. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran Egc: Jakarta.
Pelczar. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.
Rudi,

2011.

Trichophyton

rubrum.

Online.

Available

http://rudy-

messenger.blogspot.com/2011/12/trichophyton-rubrum.html
Volk And Wheleer. 1993. Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi.
Ugm Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai