Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dikelompokkan menjadi
mikosis superfasial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial disebabkan oleh oleh parasit jamur
pada keratin yang disebut dematofita dan terbagi dalam tiga genus, yaitu Trichophyton,
Microsporum, and Epidermophyton. Semua genus ini menginfeksi kulit, rambut, kuku, dan
kadang-kadang melibatkan jaringan yang lebih dalam. Mikosis profunda menunjukkan gejala
klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus
urogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit. Mikosis
jenis ini jarang ditemukan karena biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan
residif. Manisfestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi peradangan vegetatif, fistel,
ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosa klinis dari infeksi derrmatofit dapat dikonfirmasi dengan evaluasi mikroskopis /
kultur. Meskipun evaluasi mikroskopis dapat memberikan bukti adanya infeksi jamur dalam
hitungan menit, namun pemeriksaan ini seringkali tidak memungkinkan untuk pembiakan / untuk
identifikasi dari profil kerentanan terhadap agen infeksius. Evaluasi mikroskopis dapat juga
memberikan hasil false negative & kultur jamur sebaiknya dilkukan saat infeksi dermatofit
dicurigai secara klinis.
I.

Pemeriksaan Mikroskopis
Rambut Pemeriksaan dari lesi meliputi kulit kepala / janggut dengan lampu Wood
dapat mengungkap fluorescent pteridine dari beberapa patogen (table 1.0). Jika terjadi
demikian, rambut yang berpendar seharusnya dipilih untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun sebagai organism ektotrix, T. tonsurans,
tidak akan berpendar. T. tonsurans, yang saat ini sebagai penyebab paling umum dari
tinea kapitis di Amerika Serikat, membatasi penggunaan dari penggunaan lampu Wood.
Rambut harus ditarik, tidak dipotong, ditempatkan pada slide mikroskop dengan KOH
(Kalium Hidroksida) 10% - 20%, ditutup dengan penutup lensa & sedikit dihangatkan.
Mikroskop berskala rendah dapat mengungkapkan dua pola infeksi yang mungkin
(gambar 1.0) :
Ektoriks arthrocodinia berukuran kecil / besar membentuk selubung sekitar
hair shaft ( filament rambut yang memanjang di atas permukaan kulit ).
Endotriks arhtocodinia di dalam hair shaft.

Tabel 1.0 karateristik laboratorium

gambar 1.0 Ectothrix dan endothrix

Rambut & Kuku Sampel kulit harus diambil secara scraping dengan sisi tumpul dari
scalpel dengan mengarah keluar dari margin lesi yang advance.
Sepesimen kuku meliputi pengguntingan dari keseluruhan ketebalan dari area distrofik
kuku, sedekat mungkin dari tepi distal.
Dalam preparat KOH 10 20%, dermatofit telah terbelah& hifa yang bercabang
tidak mengalami konstriksi ; namun kultur dibutuhkan untuk pembiakan, dikarenakan
semua spesies dermatofit nampak identik.
II.

Prosedur Kultur
Pembiakan dari jamur superfisila didasarkan dari karakteristik makroskopis, mikroskopis
& metabolik dari organism. Agar Saborauds dekstrosa merupakan medium isolasi yang
paling sering digunakan & berfungsi sebagai dasar dari kebanyakan deskrispo
morfologik. Namun, saprofit konkomintan (organism yang hidup dari zat yang mati atau
terurai) tumbuh cepat dalam medium, menyamarkan pathogen sesungguhnya. Hal ini
menyebabkan pentingnya penambahan dari cyclheximide (0.5 g/L ) & chloramphenicol
(0.05 g/L) untuk membuat medium seltif tinggi untuk isolasi dari deramtofit. Versi
komersial dari agar ini tersedia.

Medium pengujian dermatofit mengantung indikator pH merah fenol ; medium ini


tetap berwarna amber dengan pertumbuhan dari kebanyakan saprofit, namun berubah
berwarna merah saat aktivitas proteolitik dermatofit meningkatkan pH menjadi 8.
Nondermatofit mengubah medium menjadi kuning disebabkan oleh produksi asam
mereka. Identifikasi dari jamur yang terisolasi difasilitasi dengan menggunakan agar
dekstrosa kentang, yang merangsang produksi dari conidia & pigmen. Akhirnya, spesies
dari Trichophyton seringkali dibedakan dengan kebutuhan nutrisional mereka, terungkap
dalam agar Trichophyton nomor satu hingga tujuh.
Merupakan hal yang penting dimana setiap laboratorium menggunakan media
tang distandardisasi, yang telah tersedia beberpa varian komersial nya. Kultur diinkubasi
dalam suhu ruangan (260C [78.8F]) hingga empat minggu sebelum dibuang dengan
dinyatakan tidak terjadi pertumbuhan. Dengan diketahui lebih dari 40 dermatofit,
identifikasi tepat membutuhkan sumber referensi yang sesuai.

KLASIFIKASI
Penyakit jamur dibagi menjadi :
1. Mikosis superfisialis
Mikosis superfisialis terbagi menjadi dermatofitosis dan nondermatofitosis.
A. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk seperti
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik
kepada keratin (keratinofilik).
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu
genus: Mikrosporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah
dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang
terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton. Cara
penentuan dermatofitosis terlihat pada gambaran lesi dan lokasi. Selain sifat keratinofilik ini,
setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang

zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya :


Microsporum canis dan Trichophyton verucosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang
hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya
Mikrosporon gipsium.
Golongan jamur dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang khas. Satu jenis
dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada lokalisasi
anatominya. Bentuk-bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea favosa, tinea korporis, tinea
imbrikata, tinea kruris, tinea manus et pedis dan tinea unguium.
Selain itu terdapat juga tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot; tinea aksilaris pada
ketiak, tinea fasialis pada wajah dan tinea inkognito yang berarti dermatofitosis dengan bentuk
klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.
Simons dan Gohar membagi dermatofitosis menjadi dermatomikosis, trikomikosis dan
onikomikosis yang didasarkan pada bagian tubuh manusia yang terserang. Klasifikasi dari
dermatofitosis dapat dibagi berdasarkan lokasi, antara lain tinea kapitis, tinea barbae, tinea cruris,
tinea pedis et manum, tinea unguinum, tinea korporis. Pada tinea kapitis menyerang kulit dan
rambut kepala, tinea barbae meyerang dagu dan jenggot, tinea cruris menyerang daerah
genitokrural, sekitar anus, bokong dan kadang sampai perut bagian bawah, tinea pedis et manum
menyerang kaki dan tangan, tinea unguinum menyerang kuku tangan dan kaki, dan tinea
korporis menyerang tempat lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea yang telah disebutkan.

Tinea capitis (ringworm of the scalp)

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita. Kelainan ini dapat ditnadai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia, dan kadang
terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion. Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat
sebagai tiga bentuk yang jelas.
1. Gray pacth ring worm
Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering
ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke
sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah
rasa gatal. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas

dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak
flouresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut.
2. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat
lokal, sehingga pada kulit kepala tampak pembengkakan yang menyerupai sarang lebahdengan
serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah
dicabut.
Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi
sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon canis, M. gipseum , dan sedikit bila
penyebabnya adalah T.tonsurans dan T. Violaseum.
3. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum. Infeksi jamur terjadi di dalam rambut
(endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut yang terkena infeksi patah,
tepat pada muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung yang penuh spora Ujung rambut
tampak sebagai titik-titik hitam sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot". Biasanya bentuk
ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak
bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi.
Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila disebabkan
oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum yang keduanya bersifat
zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis. Walaupun demikian,
bentuk klinis granuloma, kerion, alopesia, dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum.

Tinea barbe

Adalah dermatofit trikomikosis yang melibatkan daerah janggot dan kumis. Sangatm irip dengan
tinea kapitis dengan invasi dari batang rambut. Tinea Barbe menurut definisi dapat dilihat pada
laki-laki dewasa. Sebagian besar transmisinya melalui kontaminasi pencukur jenggot, yang
insidennya ditingkatkan dengan sanitasi. Tinea barbe sekarang lebih sering karena terpapar
langsung ke sapi, kuda, atau anjing dan paling sering terlihat di pedesaan pada petani atau
peternak. Tinea barbe paling sering disebabkan oleh organisme zoofilik T.mentagrophytes dan
T.verrucosum, dan jarang karena M.canis.

Diantara organisme antropofilik, T. megninii, T.schoenleinii, dan T.violaceum dapat


menyebabkan tinea barbe pada daerah endemik, sementara T.rubrum merupakan penyebab yang
jarang. Tinea barbe khasnya unilateral dan lebih sering melibatkan daerah jenggot daripada
kumis atau atas bibir. Ada tiga bentuk yakni tipe inflamasi, tipe sirsinata, dan tipe superficial.
Tipe Inflamasi biasanya disebabkan oleh T.mentagrophytes dan T.verrucosum, inflamasi tinea
barbe analog dengan bentuk kerion pada tinea kapitis. Lesi nodular boggy dengan krusta
seropurulen. Rambut-rambut pada area ini tidak berkilau, mudah rontok, dan terlihat massa pada
akarnya. Pustula perifolikuler dapat bergabung membentuk saluran sinus dan abses seperti
kumpulan nanah, dan berakhir dengan alopesia jaringan parut. Tipe superfisial disebabkan oleh
inflamasi antropofilik, bentuk tinea barbe menyerupai folikulitis bacterial, dengan eritema difus
ringan, papula, dan pustule perifolikular. Rambut yang kusam dan rapuh mengakibatkan infeksi
endotrik denngan T.violaceum sebagai etiologi yang lebih mungkin daripada T.rubrum. Tipes
sirsinata pada kulit yang tidak berambut, tinea barbe sirsinata terlihat aktif, ke perbatasan
vesikulopustular dengan penyebaran relatif pada rambut.

Tinea Cruris (Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")

Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia, dan
sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Penyebab umumnya adalah
E.floccosum, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh T.rubrum. Keluhan penderita adalah
rasa gatal di daerah lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
Gambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri, namun dapat
juga unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal, yang lama kelamaan
meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh paha. Tepi lesi aktif, polisiklik,
ditutupi skuama dan terkadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil. Bila penyakit ini menjadi
menahun, dapat terlihat bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan akibat
garukan. Jenis tinea ini salah bentuk klinis yang sering terlihat di Indonesia. Diagnosis banding
tinea cruris adalah candidasis inguinal, ptriasis rosea, eritrasma.
Pengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4 minggu. Obat
lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld, tolnaftat, tolsiklat,
haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.

Tinea manus et pedis

Tinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di
daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta
daerah interdigital. Penyebab tersering adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan
E.floccosum. Tiga bentuk tinea pedis adalah :

1. Bentuk intertriginosa.
Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada sela jari. Tampak
warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi
sekunder oleh bakteri dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke
kuku dan kulit jari. Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan V.
2. Bentuk vesikular akut.
Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikel dan bula yang terletak agak dalam di
bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan
kemudian melebar serta vesikelnya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk
keadaan ini.
3. Bentuk moccasin foot.
Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk bentuk
interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot yang kronik
memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang
memerlukan antijamur per oral, misalnya griseofulvin, itrakonazol, atau terbenafin.

Tinea Corporis

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut (glaborous skin) di
daerah muka, badan, lengan dan tungkai. Penyebab tersering penyakit ini adalah T.rubrum dan
T.mentagrophytes.

Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam eflorosensi kulit,
berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik. Bagian tepi lebih aktif dengan
tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan,
sementara di tepi lesi makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak
menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar.
Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan
tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagian tubuh dan tidak jarang
bersama-sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik yang disebabkan oleh T.rubrum kadangkadang terlihat bersama dengan tinea unguium. Diagnosa banding tinea corporis adalah
gambaran klinis yang mirip dengan pitiriasis rosea, psoariasis, lues stadium II, morbus Hansen
tipe tuberkuloid, dan dermatitis kontak.
Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4 minggu; dapat
juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu;
atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatan dengan salep Whitfeld masih cukup
baik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat
azol, dan naftifin HCl.

Tinea Unguinum (dermatophytic onyhomycosis, ringworm of the nail).

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita.
Penyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan T.rubrum. Dikenal tiga bentuk
gejala klinis, yaitu:
1. Bentuk subungual distalis.
Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Penyakit akan menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita.
Bentuk ini berupa bercak keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk
membuktikan adanya elemen jamur.
3. Bentuk subungual proksimal.
Pada bentuk ini, kuku bagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku
kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan.

Dignosis banding dari tinea unguium adalah kandidosis kuku, psoariasis kuku dan
akrodermatitis. Pengobatan penyakit ini memakan waktu yang lama. Pemberian griseofulvin 500
mg/hari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jari kaki merupakan
pengobatan standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oral selama 3-6 bulan juga
memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkan terutama untuk kuku jari kaki,
karena jika residif akan menggangu pengobatan berikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam
bentuk losio atau kombinasi krim bifonazol dengan urea 40 % dan dibebat.
Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Tricophyton consentrikum. Gambaran klinik dimulai dengan papul berwarna cokelat yang
perlahan-lahan membesar. Stratum korneum bagian tengah terlepas dari dasarnya dan melebar.
Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari tengah sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran
skuama yang konsentris. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam.
Lingkaran-lingkaran skuama konsentris bila membesar membentuk pinggir yang polisiklik.
Pada permulaan infeksi penderita akan mengeluhkan rasa sangat gatal.
Tinea Favosa
Merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut. Penyakit ini
dimulai di kepala sebagai titik kecil dibawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta biasanya ditembus
oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung merah dan
membasah. Rambut kemudian tidak berkilat dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati penyakit ini
meluas ke seluruh tubuh dan meninggalkan parut dan botak. Biasanya dapat tercium bau tikus
(mousy odor) pada para penderita ini. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai penyakit
seboroik. Tinea favosa pada kulit ini dapat terlihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan
papuloskuamosa disertai dengan kelainan kukit yang berbentuk cawan yang khas yang kemudian
menjadi jaingan parut. Penyebabnya adalah Tricophyton schoenleini, Tricophyton violaceum,
Mycrosporum gypseum.

B. Nondermatofitosis
1. Ptiraisis versikolor
Tinea versikolor atau Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan
asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha, lengan, tungkai atas, leher,
muka dan kulit kepala yang berambut. Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa
kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan
bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler,
numuler sampai plakat.
Kelainan ini terlihatsebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai
teratu, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu
Wood. Bentuk papulovesikuler dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik
sehingga terkadang penderita tidak mengetahuinya. Penderita dapat merasakan gatal ringan dan
pseudoakromia akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksin jamur
terhadap pembentukan pigmen.
Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan dapat
dilakukan dengan cara topical atau sistemik. Pengobatan topikal terutama ditujukan untuk
penderita dengan lesi minimal. Obat topikal yang dapat dipakai adalah selenium sulfida (selsun)
dua hingga tiga kali dalam seminggu. Obat digosokan pada lesi didiamkan selama 15-30 menit.
Pengobatan sistemik menggunakan ketokonazol atau itrakonazol juga sangat efektif.
Dosis untuk ketokonazol bervariasi antara 200mg/hari selama 7-10 hari atau dosis tunggal 400
mg. Itrakonazol disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan cara pengobatan
lain, dengan dosis 200 mg/hari selama 5-7 hari. Kesembuhan umumnya masih dengan gejala sisa
hipopigmentasi yang menghilang perlahan sehingga pemeriksaan mikroskop KOH membantu
memaastikan kesembuhan.
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, teratur dan konsisten. Pengobatan
tetap dilakukans dua minggu setelah fluoresensi negative dengan pemeriksaan lampu Wood dan
sediaan langsung negatif.

2. Pitirosporum Folikulitis
Pitirosporum folikulitis (malasezia folikulitis) adalah penyakit kronis pada folikel
pilosebasea yang disebabkan oleh spesies Pitirosporum berupa papul dan pustule folikuler yang
biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas.
Jamur yang menyebabkan adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia
furfur, penyebab ptriasis versikolor.
Spesies Malassezia merupakan penyebab pitirosporum folikulitis dengan sifat dimorfik,
lipofilik, komensal. Bila pada hospes terdapat factor predisposisi spesies Malassezia yang
tumbuh berlebihan dalam folikel sehingga folikel dapat pecah. Dalam hal ini reaksi peradangan
terhadap produk tercampur dengan lemak bebas yang dihasilkan melalui aktivitas. Faktor
predisposisi antara lain suhu dan kelembaban, penggunaan bahan berlemak untuk pelemabab
badan, dan penyakit tertentu.
Malassezia folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi dan terlihat
papul dan pustule berukuran 2-3 mm diameter. Tempat predileksi pada dada, punggung dan
lengan atas kadang dapat juga di leher jarang dimuka. Diagnosis banding adalah akne vulgaris
dan
folukitis Bakterialis

Pengobatan dapat beruap antibiotik oral seperti ketokonazol 200 mg selama 2-4 hari,
itrakonazol 200 mg selama dua minggu, flukonazol 150 mg seminggu selama 2-4 minggu.
Antibiotik topical biasanya kurang efektif walaupun dapat menolong.
3. Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan yang melekat erat pada rambut,
berwarna hitam atau putih kekuningan. Ada dua macam piedra yaitu piedra hitam dan piedra
putih.
1. Piedra Hitam
Piedra hitam hanya ditemukan di daerah tropic, terutama banyak hujan. Piedra hortai
hanya menyerang rambut kepala. Jamur ini menyerang rambut dibawah kutikel lalu
membengkak dan pecah kemudian menyebar disekitar rambut dan membentuk benjolan
tengguli dan hitam. Penyebab penyakit ini adalah jamur Piedra hortai.

2. Piedra putih
Piedra putih adalah infeksi jamur pada rambut yang diakibatkan oleh Trichosporon
beigelii. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut
kepala. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih
kekuningan. Selain pada rambut, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis
dan rambut janggut. Benjolan coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut.
Trichisporan beigelli hanya dapat menyerang rambut yang telah rusak. Pengobatan piedra
adalah dengan memotong rambut yang yang terkena infeksi atau mencuci kepala setiap
hari dengan larutan sublimat 1/2000 atau shampoo yang mengandung antimikotik.
Dengan pemeriksaan benjolan yang ada pada rambut. Pada pemeriksaan langsung dengan
larutan KOH 10%, tampak anyaman hifa yang padat, tidak berwarna atau berwarna putih
kekuningan.
4. Tinea Nigra Palmaris
Tinea nigra adalah infeksi jamur kulit asimptomatik, superfisial, biasanya menyerang
kulit palmar (telapak tangan) disebabkan oleh Cladosporium werneckii yang merupakan jamur
dematiaceous seperti ragi. Arti dematiaceous adalah jamur kapang (mould/mold) berwarna
coklat. Kelainannya berupa macula tengguli sampai hitam. Telapak tangan biasa terserang tetapi
telapak kaki dan permukaan kulit lain dapat terkena.
Penyaki

t ini jarang terjadi. Kasus tinea nigra terjadi secara sporadik

dibeberapa bagian belahan dunia terutama didaerah pantai negara-negara tropis


dan subtropik seperti misalnya: Kepulauan Karibia, Amerika Tengah dan Selatan,
Asia, Afrika dan Australia. Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak dan
dewasa muda, berumur kurang dari 19 tahun, pada wanita 3 kali lebih sering
dibandingkan pada pria dan hampir sebagian besar infeksi dilaporkan terjadi pada
individu imunokompeten.
Lesi khas berupa satu makula berbatas jelas, berwarna coklat kehitaman,
tidak berskuama dan asimptomatik (tidak gatal, tidak nyeri). Lesi mula-mula kecil
kemudian dapat melebar secara sentrifugal atau bersatu dengan lesi lainnya
membentuk tepi yang tidak beraturan atau polisikllis.

Pigmentasi tidak merata,

paling gelap didapatkan pada bagian tepi. Tidak didapatkan eritema atau tandatanda inflamasi lain. Karena asimtomatis menyebabkan tidak terdiagnosis dalam
waktu yang lama.
Lesi umumnya terbatas pada satu telapak tangan, namun dapat mengenai jari
tangan, telapak kaki, pergelangan tangan, dada dan leher, wajah tidak pernah
terkena.
Pengobatan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan cara topical dan sistemik.
Obat topical dapat berupa salep krim terbinafin, asam Retinoid, ciclopirox Obat
topikal dilanjutkan selama 2-4 minggu sesudah sembuh klinis untuk mencegah
kambuh, minimal tiga minggu pengobatan. Obat oral diberikan jika obat topical
tidak memberikan perbaikan klinis. Obat yang dapat diberikan yakni Ketokonazol
200mg per hari selama tiga minggu.

5. Otomikosis
Otomikosis adalah suatu radang superfisial, subakut dan kronis pada liang telinga luar.
Penyakit ini biasanya unilateral dan dikarakteristikkan dengan inflmasi, pruritus, gatal dan
berkerak.
Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan Candida. Penelitian yang
dilakukan di Brazil menemukan Aspergillus flavus (28%), Aspergillus spp (10%), Aspergillus
fumigates ( 6%), sedangkan Candida merupakan jamur terbanyak kedua dan menemukan
Candida parapsilosis (22%), Candida albicans (14%) dan jamur lain yakni Penisilium Spp (4%),
Paelomyces spp (2%).
Gejala yang paling sering pada otomikosis adalah rasa penuh dan sangat gatal didalam
telinga. Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan
kulit atau pendengaran dapat terganggu karena liang telinga tertutup oleh masa kotoran kulit dan
jamur. Diagnosa dibuat dengan memeriksakan kerokan kulit dan tenggorokan telinga. Pada
sediaan langsung dengan larutan KOH 20% terlihat hifa tanpa spora. Biakan agar Sabaouraud
pada suhu kamar menghasilkan koloni jamur penyebab.
Penatalaksanaan otomikosis bila akut disertai dengan edema memerlukan pengobatan
konservatif untuk menghilangkan bengkak dan membersihkan liang telinga misalnya dengan
memasukkan kapas yang telah dibasahi dengan larutan pemanganas kalikus 1/10.000. Tindakan

ini dapat diulang dan dapat dilakukan irigasi untuk membersihkan serumen dan kotoran lain.
Liang telinga yang terinfeksi kronis harus dibersihkan untuk mnghilangkan kotoran dan sisik
yang mengandung jamur.
Irigasi dengan larutan garam faal dilanjutkan dengan pemberian salisil spiritus 2% selama
beberap menit, cukup untuk membersihkan daerah tersebut. Sambil menjaga daerah tersebut agar
tetap kering diberikan obat antiseptic, antibiotic dan antifungal.
6. Keratomikosis
Keratomikosis adalah infeksi jamur pada kornea mata menyebabkan ulserasi dan
inflamasi setelah trauma paa bagian tersebut diobati dengan antibotik dan kortikosteroid.
Penyebab penyakit ini adalah berbagai macam jamur menyerang kornea rusak dan menyebabkan
ulkus kornea. Spesies yang pernah ditemukan adaalah Aspergillus, fusarium, Cephalosporum,
Curvularia, dan penicillium.
Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat menunjukkan infiltrasi abuabu sampai putih dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yang tidak meradang tampak
elevasi keatas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesi utama dan berhubungan dengan
mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat paralel terhadap ulkus. Cincin imun dapat
mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur dan respon antibodi tubuh.
Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang purulen dapat juga timbul. Reaksi injeksi
konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup parah.
Biakan dari bahan hapus dasar ulkus tidak menghasilkan bakteri dan jamur, tetapi bahan
yang diambil
Pengobatan yang dapat diberikan adalah larutan nistatin dan amfoterisin B yang
diberikan setiap jam. Pemberikan dapat dijarangkan jika telah terjadi perbaikan. Larutan
amfoterisin B meengandung 1 mg per mili larutan garam faal atau akua destilata. Pada tahuntahun akhir larutan derivat azol digunakan dengan hasil cukup baik.

Daftar Pustaka
1.

Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2005.
2. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta:
3.

Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.


Graham. R, Brown, Burns. T. Infeksi Jamur. Dalam: Lecture Notes Dermatology. Edisi
ke-8. Jakarta, EMS; 2005.

Anda mungkin juga menyukai