Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL, BEDAH DAN


RADIOLOGI
yang dilaksanakan di
KLINIK HEWAN DAN RUMAH SAKIT HEWAN
PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SISTEMA INTEGUMEN
” Dermatophytosis caused by a Chrysosporium species in
two cats in Turkey: a case report”

Oleh:
REZHA ERLANGGA, S.KH
180130100111020

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dermatofitosis merupakan kelompok kapang bersepta yang tersebar luas. Kelompok


kapang ini menyerang bagian superfisial tubuh inang mencakup struktur keratin, kulit,
rambut dan kuku. Dermatofitosis adalah salah satu kelompok dermatomikosis superfisialis
yang disebabkan oleh jamur dermatofit, terjadi sebagai reaksi pejamu terhadap produk
metabolit jamur dan akibat invasi oleh suatu organisme pada jaringan hidup. Terdapat tiga
genus dermatofita yang dapat menyebabkan penyakit dermatofitosis antara lain ialah
Chrysosporium, Trichophyton dan Epidermophyton.

Chrysosporium adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada


tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Koloni mikrosporum adalah
glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Sedangkan jenis Epidermophyton terdiri
dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae
dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E.floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan
infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada
individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku
(onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E.
floccosumtumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada
agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan. Trichophyton adalah suatu
dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri
atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic
pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab
infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

Patogenesis dermatofitosis tergantung pada faktor lingkungan, antara lain iklim yang
panas, higiene perseorangan, sumber penularan, penggunaan obatobatan steroid, antibiotik
dan sitostatika, imunogenitas dan kemampuan invasi organisme, lokasi infeksi serta respon
imun dari pasien.
Dengan memperhatikan kejadian dermatofitosis yang cukup penting untuk dipelajari,
maka perlu dilakukan cara identifikasi yang tepat untuk dapat menentukan diagnosa terhadap
hewan yang diduga menderita dermatofitosis..
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit


yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum kulit, rambut,
dan kuku pada manusia dan hewan. Dermatofit adalah sekelompok jamur yang memiliki
kemampuan membentuk molekul yang berikatan dengan keratin dan menggunakannya
sebagai sumber nutrisi untuk membentuk kolonisasi (Rippon, 1988). Kelompok kapang ini
bersifat keratinofilik,yaitu kapang yang menyerang lapisan superfisial tubuh seperti kulit,
rambut dan kuku. Chrysosporium dan Trichophyton biasa menyerang hewan dan
manusia,sedangkan Epidermophyton hanya menyerang manusia (CFSPB 2005).

Penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dermatofit disebut dermatofitosis dikenal
dengan nama ringworm. Pada manusia penyakit ini menimbulkan gejala kulit bersisik
kemerahan dan di pinggirnya berbentuk cincin (ring), dan di bagian tengahnya adalah sel-sel
kulit yang mengalami persembuhan. Gejala ini disangka penyebabnya adalah cacing (worm),
maka istilah ringworm digunakan untuk menamakan penyakit ini. Nama dermatofit
(dermatophyte) bagi jenis kapang penyebabnya diartikan sebagai ‘tanaman yang hidup di
kulit’ karena zat keratin yang terdapat di kulit diperlukan untuk pertumbuhannya. Sehingga
nama yang tepat untuk penyakit ini adalah dermatophytosis (dermatofitosis). Gejala pada
hewan menunjukkan kerontokan bulu berbentuk bulat, kulit bersisik, berwarna abu dan
keadaannya kering, kadang-kadang mirip dengan gejala penyakit kulit lainnya (Harkness dan
Wagner, 1983).

Penularan dapat terjadi akibat kontak dengan artrospora atau konidia. Infeksi biasanya
dimulai pada rambut yang sedang tumbuh atau pada stratum komeum kulit.Penularan
diantara inang terjadi akibat kontak langsung dengan inang yangmenunjukkan gejala maupun
yang tidak menunjukkan gejala klinis atau kontak langsung maupun melalui udara dengan
rambut atau kulit yang terkelupas yang mengandung spora kapang dermatofita (CFSPB,
2005). Faktor yang menyokong terjadinya penyakit antara lain cara pemeliharaan hewan,
faktor nutrisi, lingkungan dan stress. Populasi yang padat, suhu tinggi dan kelembaban, juga
ektoparasit, umur muda atau tua, kehamilan adalah faktor predisposisi timbulnya penyakit
(Harkness dan Wagner, 1983).
BAB III
CASE REPORT

3.1. Signalement
Jenis hewan : Kucing
Ras : Persian
Jenis kelamin : Jantan
Umur : 6 Bulan

3.2.3 Anamnesa
Simetris, hiperpigmentasi, pruritus dan kehilangan nafsu makan
3.3.4 Pemeriksaaan penunjang

Morfologi koloni dari strain pada biakan skin scrap pada agar plate

3.2.4 Diagnosa

 Dermatofitosis akibat manifestasi chrysosporium

3.2.5 Pengobatan
 fluconazol diberikan dosis 5 mg / kg / hari, sama dengan dosis oral
 infus NS tiga kali seminggu.
BAB IV

PEMBAHASAN

Ringworm atau dermatofitosis adalah infeksi oleh cendawan pada bagian


kutan/superfisial atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut
dan tanduk). Trichopyton spp dan Chrysosporium spp, merupakan 2 jenis kapang yang
menjadi penyebab utama ringworm pada hewan. Di Indonesia yang menonjol diserang adalah
anjing, kucing. Penyebab ringworm ialah cendawan dermatofit yaitu sekelompok cendawan
dari genus Epidermophyton, Chrysosporium dan Trichophyton. Cendawan dermatofit
penyebab ringworm menurut taksonomi tergolong fungi imperfekti (Deuteromycetes), karena
pembiakannya dilakukan secara aseksual, namun ada juga yang secara seksual tergolong
Ascomycetes. Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan langsung dengan
menempelkan sampel dari kerokan kulit pada gelas objek. Kemudian sampel ditetesi larutan
KOH 10% dan ditunggu sekitar 15 menit. Larutan KOH 10% ini adalah untuk melisiskan
jaringan sehingga dapat terlihat hifa dan makrokonidia. Selanjutnya sampel diamati di bawah
mikroskop dengan pembesaran objektif 40x . Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah
pemeriksaan langsung dengan menempelkan sampel dari kerokan kulit pada gelas objek.
Kemudian sampel ditetesi larutan KOH 10% dan ditunggu sekitar 15 menit. Larutan KOH
10% ini adalah untuk melisiskan jaringan sehingga dapat terlihat hifa dan makrokonidia.
Selanjutnya sampel diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40x .

Identifikasi berikutnya yaitu menanam sampel kerokan kulit pada media biakan SDA
yang diberi antibiotik, kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 7 hari. Hasil biakan
tersebut kemudian diamati baik secara makroskopis dengan mengamati morfologi koloni dan
secara mikroskopis dengan mengamati morfologi mikroskopisnya. Pengamatan morfologi
mikroskopis dilakukan secara natif, yaitu dengan menggunakan selotape yang ditempelkan ke
gelas objek yang ditetesi LPCB dan dibuat slide culture dengan teknik Riddel. Penentuan
kapang dilakukan dengan mengidentifikasi berdasarkan morfologi hifa, konidia dan
konidiosporanya. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sanitasi kesehatan, lingkungan
maupun hewannya. Terdapat 5 kelompok macam obat dengan berbagai cara dapat dipakai
untuk menghilangkan dermatofit, yaitu: (1). Iritan, dilakukan untuk membuat reaksi radang
sehingga tidak terjadi infeksi dermatofit; (2). Keratolitik, digunakan untuk menghilangkan
dermatofit yang hidup pada stratum korneum; (3) Fungisidal, secara langsung merusak dan
membunuh dermatofit; (4). Perubah. Merubah dari stadium aktif menjadi tidak aktif pada
rambut. Salah satu cara yang efektif untuk penanggulangan adalah mencegah penyebaran
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad., R.Z. 2009. Permasalahan & Penanggulangan Ring Worm Pada Hewan. Lokakarya
Nasional. Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner.Bogor.

Boel.,T. 2009. Mikosis superficial. Fakultas kedoteran gigi. Universitas Sumatera Utara.

Harkness, JE. and JE. Wagner. 1983. The Biology and Medicine of Rabbits and Rodents,
Second Edition, Lea & Febiger. pp. 115-117.

Pohan., A. 2009. Bahan Kuliah Mikologi. arthur@fk.unair.ac.id.

Rippon JW. Medical Mycology The Pathogenic Fungi. 3rd ed. Philadelphia : WB Saunders
Company; 1988.

Anda mungkin juga menyukai